• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Permasalahan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 13-16)

BAB I – PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Kata perdagangan merupakan kata yang tidak asing lagi bagi semua orang.

Sedikit banyak semua orang pasti pernah terlibat langsung dalam perdagangan dan bahkan sudah menjadi keseharian bagi hampir semua orang di dunia ini. Dewasa ini tidak bisa kita pungkiri bahwa kehidupan kita sehari-hari tidak akan lepas dari hal berdagang apapun bentuk barang ataupun jasa yang terlibat didalamnya. Pada mulanya perdagangan ini terjadi di lingkup nasional dan kemudian berkembang sampai keluar negeri sehingga menjadi seperti sekarang ini. Perdagangan internasional membawa banyak dampak positif bagi kehidupan manusia dimana semakin beragamnya barang dan/atau jasa yang dapat dipilih. Hal inipun memiliki dampak bagi perekonomian sebuah negara yang secara mudahnya dapat diilustrasikan bahwa semakin tinggi volume perdagangan suatu negara maka tingkat perekonomian negara tersebut semakin baik. Namun demikian, perdagangan internasional yang berlangsung sekarang ini pun memiliki suatu permasalahan yang tidak bisa dipungkiri. Masalah yang dihadapi pun sangat beragam, diantaranya adalah bahwa dengan terjadinya perdagangan internasional tersebut ternyata mengancam keberadaan pedagang-pedagang lokal di suatu negara ataupun ternyata dengan masuknya suatu produk impor ke suatu negara ternyata dapat mengancam kesehatan masyarakat suatu negara. Hal-hal tersebut hanya merupakan sebagian kecil dari permasalahan aktual yang terjadi.

Perdagangan internasional yang terjadi di antara hampir seluruh negara di dunia ini tentunya akan menjadi kacau dan tidak memiliki suatu aturan dasar yang jelas apabila tidak ada suatu harmonisasi aturan. Oleh karena itu, dibentuklah WTO (World Trade Organization) sebagai salah satu badan yang khusus menangani hal-hal yang terkait dengan perdagangan internasional. Negara-negara yang menjadi anggota

dari WTO memiliki kewajiban untuk mematuhi aturan-aturan dasar yang telah

ditetapkan oleh WTO. Banyak sekali perjanjian-perjanjian internasional (terkait masalah perdagangan internasional) yang telah lahir sejak berdirinya WTO diantaranya adalah TRIPS yang pada intinya berisi tentang perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual, TRIMS yang pada intinya berbicara mengenai perlindungan terhadap masalah investasi dan penanaman modal, TBT (Technical Barier on Trade) yang pada intinya berisi tentang hambatan-hambatan perdagangan yang diperbolehkan berdasarkan justifikasi tertentu yang telah disepakati, Perjanjian SPS (Sanitary and Phytosanitary Agreement) yang pada intinya berisi tentang perlindungan suatu negara terhadap keamanan/kelayakan makanan serta kesehatan kehidupan hewan dan tumbuhan.

WTO sendiri bermula dari adanya GATT (General Agreement on Tariff and Trade) sebagai hasil akhir dari perundingan akhir Uruguay Round. GATT untuk pertama kali ditandatangani pada tahun 1947 dan kemudian diamandemen pada tahun 1994, bersamaan dengan munculnya Perjanjian SPS yang secara bersamaan terjadi pada saat kesepakatan terakhir (final act) dari Uruguay Round.1 GATT pada intinya menerapkan beberapa prinsip umum dalam dunia perdagangan internasional yang kita kenal sampai saat ini, diantaranya the most favoured nation, market access, non- discrimination, fair trade, exception for developing countries.2 Prinsip-prinsip dasar ini juga diadopsi oleh WTO.

Penelitian ini akan memfokuskan tentang masalah perdagangan internasional khususnya pada Perjanjian SPS yang berkaitan dengan ruang lingkup hukum lingkungan. SPS sebagai salah satu mekanisme yang diatur dalam perdagangan internasional tidak akan lepas dari hukum lingkungan sebagai perangkat pendukungnya. Suatu negara yang akan melakukan perlindungan pada negaranya dari produk asing yang masuk tentunya harus dengan berdasarkan pada suatu bukti-bukti

1

World Trade Organization, “Understanding the WTO Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures,” http://www.wto.org/english/tratop_e/sps_e/spsund_e.htm, diakses 1 Oktober 2010.

2 Peter van den Bossche, The Law and Policy of The World Trade Organization: Text, Cases, and Materials, (Cambridge: Cambridge University Press, 2005), hal. 39.

ilmiah, bukan semata-mata hanya karena isu ekonomi.3 Salah satu prinsip dasar dari hukum lingkungan yang sangat berperan dalam permasalahan ini adalah prinsip kehati-hatian, di mana prinsip ini merupakan langkah paling awal yang seharusnya dilakukan dan selayaknya selalu ada dalam setiap tindakan manusia untuk mencegah timbulnya resiko yang dapat membahayakan kelestarian lingkungan hidup atau kesehatan manusia. Prinsip kehati-hatian memang tidak menjamin bahwa tidak akan terjadi kerusakan lingkungan namun dengan penerapan prinsip ini diharapkan akan meminimalisir timbulnya kejadian atau fenomena yang dapat merusak kelestarian lingkungan hidup. Prinsip kehati-hatian erat kaitannya dengan kajian resiko (risk assessment) sebagai salah satu langkah lebih jauh untuk mencegah kerusakan lingkungan hidup. Kajian resiko pun didukung dengan bukti-bukti ilmiah yang diharapkan hasil dan interpretasinya mendekati benar sehingga dengan berdasarkan hasil tersebut dapat diambil langkah-langkah yang tepat terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan. Kajian resiko yang terkait dalam masalah SPS adalah yang terkait dengan perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan.4

Isu yang menarik untuk dikaji dan ditelaah lebih lanjut misalnya terkait dengan sengketa yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Eropa terkait dengan perdagangan daging sapi yang mengandung hormon di mana Uni Eropa melarang masuknya daging sapi tersebut dari Amerika Serikat. Penelitian ini akan membahas lebih lanjut tentang SPS mulai dari keberadaannya, beban pembuktian, hak dan kewajiban, ruang lingkup dan wewenangnya, serta penerapannya dalam hal terjadi sengketa di antara negara-negara anggota dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip hukum lingkungan sebagai salah satu dasar pembenar bagi sebuah negara ketika menerapkan SPS bagi sebuah produk dari negara lain.

3 World Trade Organization, “Understanding the WTO: Standard and Safety,”

http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/agrm4_e.htm , diakses 1 Oktober 2010.

4

World Trade Organization, “Understanding the WTO Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures,” http://www.wto.org/english/tratop_e/sps_e/spsund_e.htm, diakses 3 Oktober 2010.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 13-16)