• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada era globalisasi saat ini, perubahan dan perkembangan terjadi dengan sangat cepat. Sebuah perusahaan, organisasi, maupun lembaga institusi diharapkan mampu mengikuti perubahan dan perkembangan yang ada agar tetap bertahan. Visi dan misi yang telah ditetapkan harus dicapai meskipun perubahan dan perkembangan di dunia berjalan secara terus - menerus. Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja setiap karyawan. Menurut Susanty dan Baskoro (2013), seorang karyawan yang memiliki kinerja (hasil kerja atau karya yang dihasilkan) yang tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi lebih baik (Wibowo, 2016). Menurut Sitanggang (2019), kinerja adalah semua tindakan atau perilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan.

Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas dan kinerja kontekstual. Kinerja tugas merupakan peran pekerjaan yang digambarkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas hasil dari pekerjaan tersebut. Kinerja kontekstual memberikan sumbangan pada keefektifan organisasi dengan mendukung keadaan organisasional, sosial dan

mencapai tujuan (Fitriastuti, 2013). Manusia merupakan sumber daya yang paling bernilai, dan ilmu perilaku menyiapkan banyak teknik dan program yang dapat menuntun pemanfaatan sumber daya manusia secara lebih efektif (Periyadi, 2018).

Oleh karena itu, kinerja yang baik dari setiap individu juga akan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Terdapat tujuh biro di Biro Pusat Administrasi, yakni Biro Akademik, Biro Kemahasiswaan, Biro Keuangan, Biro Sumber Daya Manusia, Biro Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama, Biro Sistem Informasi, Perencanaan dan Pengembangan, dan Biro Pengelolaan Aset dan Usaha. Biro Pusat Administrasi berlokasi di Jalan Dr. T. Mansur No. 9, Kampus, Padang Bulan, Medan. Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan salah satu pejabat di Biro Pusat Administrasi menunjukkan bahwa terdapat aturan pembagian jam kerja dengan sistem Work From Office (WFO) dan Work From Home (WFH) yang artinya tenaga kependidikan melaksanakan pekerjaannya sebagian di kantor dan sebagian dari rumah. WFH membutuhkan kemandirian dalam bekerja, yang dimana tenaga kependidikan tersebut bekerja tanpa pengawasan dan bimbingan oleh atasan.

Menurut pejabat tersebut, saat ini terdapat rasa segan yang tinggi dari bawahan ke atasan ketika ingin bertanya mengenai pekerjaan yang ditugaskan karena harus ditanyakan secara daring (dalam jaringan) karena dibatasi oleh sistem WFH dan WFO. Oleh karena itu, apabila tenaga kependidikan yang WFH mengalami kendala dalam bekerja maka tenaga kependidikan biasanya bertanya kepada rekan kerja sejawat.

Menurut Prawirosentono (1999) dalam Titisari (2014), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja karyawan, yaitu:

1. Efektifitas dan efisiensi

Dalam hubungan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dan dikatakan efisien bila hal tersebut memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas dari apakah efektif atau tidak. Agar tercapai tujuan yang diinginkan organisasi, salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah hal yang berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab para peserta yang mendukung organisasi tersebut.

2. Otoritas dan tanggung jawab

Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab telah didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas. Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi hal dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja karyawan.

3. Disiplin

Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara persahaan dan karyawan. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Masalah disiplin para karyawan yang ada di

kinerja organisasi. Kinerja organisasi akan tercapai, apabila kinerja individu maupun kinerja kelompok ditingkatkan.

4. Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya piker, kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan. Bila atasan selalu menghambat setiap inisiatif, tanpa memberikan penghargaan berupa argumentasi yang jelas dan mendukung, menyebabkan organisasi akan kehilangan energi atau daya dorong untuk maju. Oleh karena itu, inisiatif karyawan yang ada di dalam organisasi merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan memengaruhi kinerja.

Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan faktor yang penting karena pemimpin merupakan penggerak dalam jalannya suatu organisasi.

Kepemimpinan yang baik merupakan kepemimpinan yang mengerti dan memahami kebutuhan sumber daya manusia yang merupakan aset penting dalam suatu organisasi. Jika hal-hal yang dibutuhkan karyawan, seperti bimbingan, arahan, pengawasan serta motivasi kerja terpenuhi maka karyawan akan memberikan feedback yang baik kepada organisasi. Setiap aturan, kebijakan dan pola kerja dalam suatu organisasi merupakan output dari sebuah kepemimpinan.

Namun, pada masa pandemi saat ini, menurut pejabat BPA USU yang diwawancarai, beberapa peran pemimpin tidak dapat dilakukan secara optimal, seperti pemimpin tidak bisa membimbing dan mengarahkan secara langsung dan

tidak dapat mengawasi pelaksanaan pekerjaan secara langsung ketika tenaga kependidikan sedang WFH.

Kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi dan serangkaian tujuan (Robbins and Judge, 2011).

Sementara itu, menurut pandangan Schermerhorn, Hunt, Osborn, dan Uhl-Bien (2011), kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang lain dan proses memfasilitasi usaha individual dan kolektif untuk menyelesaikan sasaran bersama.

Guritno dan Waridin (2005) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan menentukan keberhasilan organisasi yang dipimpinnya dalam mencapai tujuan. Berdasarkan penjelasan yang disebutkan, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan yang baik akan mampu mengarahkan karyawannya untuk dapat menjalankan tugas sehingga tujuan organisasi juga dapat tercapai. Adapun dalam penelitian Potu (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan secara parsial berpenaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dalam penelitian Hasibuan dan Bahri menyatakan bahwa variabel kepemimpinan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Dalam penelitian Nurjanah (2008) juga menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Namun, pada penelitian Marjaya dan Pasaribu (2019) menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan dan pada penelitian Saputri dan Andayani (2018) juga menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan.

Sesuai dengan yang telah disampaikan oleh pejabat di BPA USU yang

lainnya dalam penyelesaian tugas yang diberikan. Pembagian jam kerja dengan sistem WFH dan WFO sangat memerlukan sifat saling menolong dan menoleransi keadaan yang sedang tidak baik. Tenaga kependidikan sering sekali bertanya kepada rekan kerja sejawat ketika tidak memahami situasi ataupun hal yang ditugaskan ketika sedang WFH. Selain itu, tenaga kependidikan yang sedang WFH juga membutuhkan rekan kerja lain yang sedang WFO untuk melakukan beberapa hal yang hanya bisa dilakukan di kantor. Namun, berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa masih ada beberapa tenaga kependidikan yang memiliki perasaan tidak senang dengan rekan kerja, kurang suka ketika menerima kritikan, dan tidak berpartisipasi dalam acara-acara yang diselenggarakan rekan kerja. Hubungan kedekatan antar rekan kerja harus terjaga agar rasa saling menolong juga meningkat. Perilaku saling tolong menolong serta menjaga kedekatan antar rekan kerja tidak dapat terjadi jika rekan kerja hanya berpatokan pada tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan. Perilaku yang menjadi tuntutan organisasi tidak hanya perilaku in-role tetapi juga perilaku extra-role (Fitriastuti, 2013). Perilaku extra-role di dalam organisasi dikenal dengan istilah Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Oǧuz, 2010). Dalam penelitian Fitriastuti (2013), dinyatakan bahwa karyawan yang berperilaku OCB secara tidak langsung berpengaruh pada pencapaian tujuan organisasi, karena perilaku OCB yang ditunjukkan karyawan akan berkontribusi meningkatkan kinerja karyawan. Menurut Putdi dan Utami (2017) menyatakan bahwa OCB berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Ghaby (2018) menyatakan bahwa OCB berpengaruh positif signifikan baik terhadap kepuasan kerja maupun kinerja

karyawan serta pada penelitian yang dilakukan Oktaviantry dan Mas’ud (2016) menyatakan bahwa OCB memiliki peran yang positif dan signifikan dalam memengaruhi kinerja karyawan. OCB yang dimiliki oleh individu akan membantu individu lainnya dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Penyelesaian masalah dengan cepat akan meningkatkan kinerja individu lainnya, semakin cepat masalah terselesaikan maka semakin baik kinerja organisasi. Sebagai contoh, individu yang sudah memahami tugas-tugas yang harus dilakukan di tempat kerjanya dapat membantu individu yang baru memasuki organisasi tersebut.

Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Rosidi, Madjid, dan Dewi (2018) menyatakan bahwa OCB berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh kepemimpinan dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap kinerja tenaga kependidikan di Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan Universitas Sumatera Utara (Studi Kasus: Biro Pusat Administrasi).”

Dokumen terkait