• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Teknologi Grouting TAM (Tube A Manchete)

Dalam dokumen Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi (Halaman 83-101)

Penerapan Teknologi Grouting TAM (Tube A Machete) pada Waduk Banjul Mati

2. Latar Belakang Teknologi Grouting TAM (Tube A Manchete)

Lokasi Waduk secara geologi kurang memenuhi syarat. Kondisi geologi lokasi proyek didominasi oleh 2 produk endapan vulkanik muda yaitu endapan vulkanik Ijen Tua yang terdiri dari batuan sedimen gunung api, batu apung, tuff dan lava basalt dan endapan vulkanik Baluran yang terdiri dari lava basalt, batuan sedimen gunning api dan lahar. Kedua endapan tersebut ditutupi oleh endapan alluvial yang bersifat Unconsolidated. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan perbaikan kondisi geologi dengan metode Grouting.

3. Tujuan penggunaan teknologi.

Syarat Lokasi waduk adalah kondisi tanah memenuhi syarat daya dukung dan stabil terhadap erosi (rembesan). Salah satu metode perbaikan pondasi pondasi adalah dengan melakaukan grouting di lokasi main dam dan dibagian hulu cofferdam.

Grouting merupakan perbaikan tanah dengan cara menginjeksikan bahan cair

yang akan mengisi semua retakan dan lubang. Grouting juga berfungsi untuk memperkuat formasi lapisan tanah dan sekaligus menjadikan lapisan tanah tersebut menjadi padat, sehingga mampu untuk mendukung beban bangunan yang direncanakan.

4. Inovasi Penyelesaian Masalah.

Usulan perbaikan pada proyek Bendungan Bajulmati:

 Diapraghma Wall (seperti pada Waduk Wojonegoro). Namun ternyata tidak cocok diaplikasikan di Bajulmati karena kondisi Batuan berupa boulder.

 Secand Pile (seperti pada Waduk Keuliling Aceh). Metode ini hanya bisa untuk kedalaman sampai 20m. Dimana kedalaman lebih dari 20 m dimana

akurasi kelurusan pengeboran diragukan, sehingga diperlukan diameter yang lebih besar.

 Grouting TAM, menjadi metode perbaikan yang dipilih dan dianggap paling efektif untuk dilakukan sesuai keadaan geologi di Bajulmati.

Perbaikan di bajul mati diperlukan kedalaman sampai 60-70m, sedangkan secand pile hanya 20m atau diperlukan diameter yang sangat-sangat besar untuk diaplikasikan di Bajulmati. Ada masalah di pondasi bahwa terdapat palung- palung batuan tanah dengan tanah porous, hal ini dapat diatasi dengan perbaikan dari grouting upsteam dan grouting di downstream. Titik2 grouting (sebanyak 2250 titik) dengan total 30 km panjang grouting. Metode pelaksanan grouting terbagi menjadi dua metode yaitu metode downstage dan metode Upstage. Metode Downstage (Grouting kemudian dilanjutkan dengan pengeboran), Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengeboran lubang per stage(2.5 – 5m) sesuai arahan tenaga ahli geologi, digrouting mulai stage pertama kemudian dilanjutkan ke pengeboran stage berikutnya. Metode Upstage (kebalikan dari metode downstage), metode ini dilaksanakan dengan pengeboran terlebih dahuli, kemudian dilakukan grouting dari titik elevasi terdalam ke titik elevasi nol. digrouting mulai pada stage terakhir dan dilanjutkan dengan stage berikutnya (atasnya).

Kondisi geologi yang ada pada waduk Banjul mati :

a. Pada batuan dasar (Base Rock) terdiri dari jenis Lapilli Tuff, Tuffaceous Sand, dan Laharic.

b. Pada batuan Uncolidated Sediment (alluvial, jenis batuannya adalah River deposit yaitu berupa endapan sungai berukuran boulder hingga fine gravel yang looses dan highly permeability, lapisan ini terdapat dibawah muka preatic air tanah sehingga jenuh air. Endapan alluvial tersebut merupakan

endapan yang hardly groutable, karena sifatnya yang jenuh air dan mengalirkan air tanah.

Dari Uraian diatas, terlihat bahwa kondisi geologi pondasi Waduk Banjul Mati terdiri dari lebih dari satu jenis batuan dengan tingkat kerusakan geologi yang berbeda-beda. Hal ini terlihat jelas dengan besarnya angka permeabilitas. Kondisi geologi yang buruk tersebut (porous) dapat menyebabkan menurunnya daya dukung tanah/batuan dan memperbesar terjadinya rembesan air mellalui bawah pondasi waduk.

Pada lokasi dasar sungai (riverbed) terdapat endapan sungai berukuran boulder hingga fine gravel yang bersifat lepas dan mudah runtuh. Kondisi batuan ini menyebabkan pengeboran dan pemasangan packer sulit untuk dilaksaanakan, sehingga dipilih grouting dengan metode Tube A Manchete (TAM).

5. Metode Pelaksanaan Teknologi Grouting TAM. a. Persiapan lahan

Lahan yang akan dikerjakan dikupas terlebih dahulu menggunakan excavator. Areal kerja harus bersih dari semak, rumput, pohon, batuan, dan sampah lainnya.

b. Pengeboran lubang 66-73 mm tiap stage 5 meter dengan Rotary

Drilling Holes.

Pelaksanaan pengeboran dilakukan di lokasi yang sesuai dengan grouting pattern yang telah ditetapkan, dimulai dari lubang primer, sekunder dan yang terakhir tersier. Kondisi batuan yang tidak stabil (mudah runtuh), menyebabkan pengeboran sulit dilakukan langsung hingga kedalaman yang diinginkan sehingga dilakukan pemasangan casing pengaman agar dinding lubang bor tidak runtuh.

No. Jenis Alat Gambar 1 Mesin Bor

2 Pompa Bor

3 Stang Bor/ Drilling Rod 

66-73 mm

4 Pipa Casing  89 mm

5 Core Barel & Bit 6 Tripod

7 Air Hose 8 Water Sifel

8 Peralatan Lain (Kunci, Pipa, dll)

Tahapan pelaksanaan :

a. Pengeboran dimulai dengan Ø 66-73 mm dari kedalaman 0.00 m hingga 2.50 atau 5.00 m tergantung kondisi batuan.

b. Water Pressure Test (WPT).

c. Pemasangan casing Ø 83-89 mm hingga kedalaman 5.00 m termasuk membersihkan kotoran didalam casing.

d. Pemasangan casing dan pekerjaan WPT dengan pengeboran Ø 66-73 mm kembali ke stage 2 (kedalaman 5-7, 5 atau 10 m).

e. Pemasangan casing Ø 83-89 mm dan melakukan pengeboran kembali pada kedalaman 5-10 m serta membersihkan kotoran didalam casing.

f. Pengeboran Ø 66-73 mm untuk stage 3 (kedalaman 10-15 m) dan seterusnya diikuti dengan pemasangan casing hingga kedalaman 40 m.

c. Uji kelulusan air / Water Pressure Test (WTP)

Water Pressure Test (WPT) dilakukan untuk menentukan besarnya angka kelulusan air dalam batuan/tanah (lugeon value) serta untuk mengetahui besarnya angka koefisien permeabilitas dalam batuan tersebut.Angka ini akan dipergunakan untuk menentukan komposisi material grouting dan tekanan yang dipakai.

No. Jenis Alat Gambar 1 Pompa Tekanan

2 Packer Set

3 Pipa Injeksi & Selang Injeksi 4 By Pass Assy

5 Flow Meter 6 Pressure Gauge 7 Stop Watch

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3, dst

- 5.00 - 5.00 - 5.00

- 10.00 - 10.00 - 10.00

- 15.00 - 15.00 - 15.00

- 20.00 - 20.00 - 20.00

Setelah dilakukan pengeboran stage 1, kemudian dilaksanakan pekerjaan Water Pressure Test (WPT) stage 1

Water Pressure Test stage 2 dilaksanakan setelah pekerjaan pemasangan casing stage 1 dan pengeboran stage 2, dst

Stage 3, dst, WPT dilaksanakan setelah pemasangan casing stage di atasnya dan pengeboran stage yang akan dilakukan WPT

Tahapan pelaksanaan Water Pressure Test (WPT) :

a. Pengeboran stage 1 yaitu kedalaman 0-5 m, kemudian dilaksanakan pekerjaan WPT stage 1 yaitu test air dengan tekanan tinggi untuk mengetahui nilai kelulusan air, Lugeon (LU).

b. WPT stage 2 (5-10 m) bisa dilaksanakan setelah pekerjaan pemasangan casing kedalaman 0-5 m dan pengeboran stage 2 (kedalaman 5-10 m). c. Untuk stage 3 dan seterusnya WPT dilaksanakan seperti langkah

d. Pengeboran lubang kembali dengan pipa casing Ø 83-89 mm

Lubang dibor kembali dengan ukuran pipa yang lebih besar yaitu dengan pipa casing Ø 83-89 mm, pengeboran dilakukan tiap stage dengan

kedalaman 5 meter.

e. Pembersihan lubang bor.

Pembersihan lubang bor kembali dari tanah dan kotoran akibat pengeboran yang tertimbun dilubang, untuk kemudian dipasang pipa dan dilakukan pregrout.

f. Pemasangan pipa manset dari pipa PVC perforated Ø 1½“ dan pemasangan pipa tremi untuk pregrout.

Pada tahap ini dilakukan modifikasi terhadap metode TAM.

Pekerjaan grouting diawali dengan pengeboran dan pengujian tekanan air dan dilanjutkan dengan pemasangan pipa manchette Ø 56 mm yang terbuat dari pipa air PVC 2‟‟ yang digunakan sebagai lubang grouting. Pipa manchette tersebut yang dipasang sebagai casing pada setiap interval 0,5 m dilengkapi

lubang perforated 4 buah dengan posisi berseberangan. Lubang ditutup sementara dengan vynil tape.

Tahapan pelaksanaannya :

a. Merekatkan selang pre-grout di luar pipa manchetteuntuk pelaksanaan pregrouting.

b. Memasukan pipa manchette Ø 56 mm kedalam lubang bor. Pipa manchette dilengkapi lubang perforasi Ø 8 mm yang ditutup dengan vynil tape. Panjang pipa manchette ± 4 m.

c. Penyambungan antar pipa manchette menggunakan lem pipa yang pelaksanaanya harus cepat agar sambungan antar pipa manchette lebih kuat

d. Pipa manchette dimasukan kedalam lubang bor hingga kedalaman yang ditetapkan.

e. Setelah pemasangan pipa manchette selesai, lubang pipa manchette ditutup dengan vynil tape, agar tidak ada kotoran yang masuk ke dalam lubang pipa manchette.

g. Injeksi semen pregrout dengan perbandingan 1:1 dan secara simultan mengangkat pipa casing dan pipa tremi.

Tahap 1 Casing diangkat Pregrout Tahap 2 Casing diangkat Pregrout Tahap 3, dst - 5.00 - 5.00 - 5.00 - 10.00 - 10.00 - 10.00 - 15.00 - 15.00 - 15.00 Pregrout Casing - 20.00 - 20.00 - 20.00

Setelah casing terpasang hingga dasar lubang kemudian dimasukkan pipa manset dan pipa tremi yang telah dibuat lubang anulus dan ditutup dengan isolasi ke dalam lubang bor, selanjutnya semen kental dipompakan ke dasar lubang lewat pipa tremi

Setelah diperkirakan semen telah mengisi dasar lubang, pipa tremi dan casing diangkat sedikit demi sedikit ke atas sambil memompakan semen kental lewat pipa tremi sehingga semen terus mengisi lubang bor

Tahap selanjutnya adalah terus memompakan semen kental ke dalam lubang lewat pipa tremi sambil terus diangkat bersama casing hingga semua pipa tremi dan casing terangkat ke permukaan dan semen penuh hingga permukaan lubang

Pre-grout adalah proses pengisian material semen dan air untuk mengisi rongga antara casing bor dan pipa Manchette. Tahap pelaksanaan pregrout sebagai

berikut :

a. Setelah pengeboran dan casing terpasang hingga dasar lubang, pipa tremi dan pipa Manchette yang telah dibuat lubang perforated dimasukkan dan ditutup dengan isolasi kedalam lubang bor, selanjutnya semen milk yang kental dipompakan ke dasar lubang lewat pipa tremi.

b. Setelah diperkirakan semen milk telah mengisi dasar lubang, pipa tremi dan casing diangkat sedikit demi sedikit keatas sambil memompakan semen milk yang kental lewat pipa tremi sehingga semen terus mengisi lubang bor.

c. Tahap ketiga dan selanjutnya adalah terus memompakan semen milk yang kental kedalam lubang lewat pipa tremi sambil terus diangkat bersama casing hingga semua pipa tremi dan casing terangkat ke permukaan dan semen milk penuh hingga permukaan lubang.

h. Persiapan campuran grouting

a. Komposisi Campuran Groutinng

Bahan grouting yang digunakan berupa material suspense. Material yang dipakai adalah semen dan bahan tambahan berupa pasir halus, bentonit atau bahan sejenisnya. Air sebagai bahan cairan yang dipakai sebagai pencampur semen, harus

bebas dari kandungan lumpur, bahan organik dan unsur lain yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas campuran. Bahan semen yang digunakan adalah Portland Cement (PC) tipe I yang tidak mengandung bahan lain dan memenuhi syarat yang ditentukan dalam SII - 3 – 1981.

Komposisi semen dan air ditentukan berdasarkan kondisi batuan dan besarnya penyerapan grouting.

C : W Cement (Kg) Water (Ltr) Volume (Ltr) 1 : 10 10 100 103.2 2x 1 : 5 20 100 106.4 4x 1 : 3 40 120 132.7 4x 1 : 2 40 80 92.7 4x 1 : 1 40 40 52.7 8x 1 : 0.5 80 40 65.5 4x

Komposisi Campuran TAM Grouting b. Tekanan Injeksi Grouting

Faktor yang penting pada saat pelaksanaan grouting adalah tekanan grouting dan pencampuran grout. Tekanan grouting yang tinggi akan membuat lebih mudahnya cairan semen untuk menyebar mengisi celah retakandan pori batuan secara efektif, namun apabila tekanan terlalu tinggidapat merusak batuan dasarnya, sedangkan jika tekanan terlalu rendah menyebabkan campuran semen tidak mencapai lubang yang agak jauh yang berakibat grouting menjadi tidak efektif.

Berikut ini tekanan grouting yang bisa digunakan sebagai petunjuk tipikal tekanan yang diperlukan : Stage I II III IV V VI Kedalaman (m) 1 – 5 5 – 10 10 – 15 15 – 20 20 – 25 25 – 30 Tekanan (Kg/cm2) 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 Tekanan GroutingAdditionalMenurut Kedalaman

Proses pencampuran semen grout dilaksanakan berdasarkan perbandingan berat antara semen dan air yang telah ditetapkan sesuai spesifikasi teknik. Setiap stage kedalaman diawali dengan campuran encer (5 : 1) ; (3 : 1); (2 : 1); (1 : 1) , dan yang paling kental 0.5 : 1

Skema Sirkulasi Campuran Grouting Tahapan pelaksanaan pencampuran semen grouting :

o Memasukan air ke dalam grout mixer hingga sesuai dengan volume air yang ditetapkan.

o Kemudian semen dimasukan ke dalam grout mixer, proses mixing semen dan air di grout mixer berlangsung beberapa saat (± 1 menit).

o Setelah campuran semen grout siap, kran pada grout mixer dibuka untuk menyalurkan cairan semen grout ke hooper untuk dipompakan ke lokasi lubang grouting melalui selang water hose ke pressure gauge sebelum masuk ke lubang grouting.

o Jika cairan semen grout pada hooper volumenya sudah sedikit, cairan semen grout pada grout mixer dialirkan kembali ke hooper untuk dipompakan ke lubang bor.

o Pada saat pelaksanaan injeksi, sirkulasi cairan semen grout sebagian masuk mengisi celah-celah dan rekahan pada lubang grouting sebagian kembali ke

hooper yang kembali dipompakan oleh grout pump ke lubang grouting.

o Selama pelaksanaan grouting, penyiapan material mixing semen grout berikutnya segera dilakukan. Hal ini agar pelaksanaan injeksi tidak terhambat karena keterlambatan proses pencampuran semen grout.

o Proses pencampuran semen grout dilakukan hingga proses injeksi pada suatu stage telah selesai.

Proses Pencampuran Semen Grout d. Injeksi Semen Grouting

Hasil pengujian tekanan air (water pressure test), pengujian grouting atau hasil grouting sebelumnya dapat dipergunakan untuk merencanakan tekanan injeksi dan komposisi yang akan dipakai pada injeksi selanjutnya. Jika pada tes pengujian air menunjukan kondisi batuan yang rapat, maka diawali dengan injeksi campuran encer. Apabila menunjukan kondisi batuan yang terbuka diawali dengan campuran yang lebih kental.Campuran yang digunakan untuk perbaikan pondasi Waduk Bajulmati di awali dengan campuran 5 : 1 s/d 0.5 : 1. Pengentalan campuran dilakukan setelah tidak terjadi kenaikan tekanan grouting dan volume campuran telah mencapai 200 liter per 20 menit.Pelaksanaan untuk injeksi semen dimulai dengan campuran 5 : 1 hingga 0.5 : 1 dan tekanannya disesuaikan dengan kedalaman step yang akan digrouting seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi.

Pada lubang yang seluruh stepnya telah di grouting, lubang ditutup dengan dop plastik dan dijenuhkan hingga ± 4 – 6 jam. Setelah semen grouting sudah mengeras, rubber packer di buka kemudian air semen sisa grouting di keluarkan dari lubang bor. Selanjutnya dilakukan penyumbatan (plugging) dengan menuang kedalam lubang campuran kental 1:1 sampai penuh.

Plugging Lubang Grouting

i. Pelaksanaan grouting setelah pengerasan pregrout ± 4 jam, grouting dimulai dari bawah ke atas.

Metode grouting TAM dilakukan karena proses grouting secara konvensional tidak dapat dilakukan, hal ini dikarenakan struktur lapisan tanah yang ada di Waduk Bajulmati umumnya batuan lepas.

Tahap pelaksanaan untuk grouting TAM :

a. Grouting TAM bisa dilaksanakan setelah semen pre grout agak mengeras dan bisa dipecahkan oleh semen grout dalam tekanan tertentu.

b. Packer set dimasukkan hingga ke dasar lubang untuk selanjutnya semen ditekan hingga memecah pre-grout dan masuk kedalam pori/rekahan sekitar lubang. c. Setelah volume dan tekanan tercapai, grouting dihentikan dan dilanjutkan dengan

grouting pada stage diatasnya yang berjarak 0.5 m hingga tekanan dan volume tercapai.

d. Grouting per 0.5 m dengan menginjeksikan semen milk hingga tekanan dan volume tercapai.

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3, dst

- 5.00 - 5.00 - 5.00

- 10.00 - 10.00 - 10.00

- 15.00 - 15.00 - 15.00

- 20.00 - 20.00 - 20.00

Setelah semen pre-grout mengeras (+ 4 jam) dilanjutkan memasukkan packer hingga ke dasar lubang untuk selanjutnya semen ditekan hingga memecah semen pregrout dan masuk ke dalam pori/ rekahan sekitar lubang

Setelah volume atau tekanan tercapai grouting dihentikan dan dilanjutkan grouting pada step di atasnya yang berjarak 0.5 m hingga tekanan atau volume terpenuhi

Tahap berikutnya sama dengan tahap sebelumnya dan tahap selanjutnya yaitu grouting per 0.5 m yaitu memasukkan semen hingga mencapai tekanan dan volume yang diharapkan

j. Cek hole

Setelah semua titik selesai dilakssanakan grouting maka tahap berikutnya dilakukan check hole dan permeability test yang bertujuan untuk mendapatkan kefektifan grouting yg telah dilaksanakan, ditunjukkan dari Nilai Lugeon (Lu) dengan spesifikasi Lu<10^-5.

Setelah pelaksanaan TAM, grouting selesai dilakukan untuk keseluruhan titiknya, dilakukan check hole untuk mengevaluasi apakah pekerjaan grouting yang dilakukan telah sesuai dengan yang diharapkan atau perlu dilakukan perbaikan kembali. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai kelulusan air (lugeon) setelah dilakukan grouting, apakah sudah memenuhi syarat yang telah ditetapkan atau belum.

Check hole dilakukan pada titik yang telah ditetapkan, umumnya ditengah-tengah as waduk. Diawali dengan pengeboran secara rotary yang dilakukan pada titik yang ditetapkan menggunakan bor cekung (coring bit) dan sebuah core barrel untuk mendapatkan inti batuan yang menerus. Kemudian dilanjutkan pengujian permeability test untuk mengetahui nilai kelulusan air lubang grouting.

Pattern Cek Hole di Main Dam

Core Drilling Setiap Periode Kedalaman 1 hingga 5 m (Stage 1) Packer Setting Stage 1 Permeability Test Stage 1 Grouting Konvensional (Down- Stage) Setting Time Hingga ± 4 - 6 jam Re-core drilling Stage 2 dan seterusnya

Tahapan pelaksanaan cek hole :

a. Pengecekan peralatan core drilling yang diperlukan,termasuk air untuk flush drilling.

b. Pengeboran secara rotary menggunakan core bit dan core barrel untuk mengambil inti batuan (core) pada setiap kedalaman 1 m hingga kedalaman 5m (1 stage). c. Inti batuan (core) yang didapatkan dimasukan ke dalam core box, untuk diteliti

efektivitas injeksi semen grouting nya di laboratorium.

d. Pengeboran inti batuan (core) dilakukan hingga kedalaman per stagenya tercapai, kemudian lubang bor dicuci bersih dengan menyemprotkan air ke dalam lubang sampai air yang keluar sudah jernih.

e. Memasang packer untuk pengujian permeability test agar diketahui nilai kelulusan air (lugeon) per stage kedalaman lubang grouting.

f. Pengujian permeability test dilanjutkan dengan injeksi semen grouting kedalam lubang yang telah dibor tersebut.

g. Injeksi grouting dilakukan secara up-stage yaitu injeksi cairan semen grouting dari bawah ke atasmulai kedalaman 5 m.

h. Penjenuhan cairan semen grouting yang telah diinjeksikan ditunggu ± 4 – 6 jam, baru kemudian pengeboran stage selanjutnya bisa dilakukan.

i. Setelah cairan semen grouting stage telah jenuh, dilakukan core drillingpada kedalaman stage yang ditentukan.

k. Permeability Test

Pengujian ini dilakukan untuk menghitung permeabilitas dalam unit lugeon yang

didefiniskan sebagai sebuah aliran air satuan liter per menit tiap stage dari sebuah lubang yang dites dengan sebuah tekanan yang bervariasi. Berikut ini adalah tahapan

pelaksanaannya :

a. Pemasangan air packer pada stage lubang bor yang akan di tes, setelah disetting sejajar dengan lubang bor lalu packer-nya dibuat mengembang sehingga tidak dapat digerakan lagi.

b. Lalu air ditekan masuk ke dalam lubang dengan melewati flowmeter dan pressure gauge.

c. Pengecekan sirkulasi air yang melewati peralatan tes, jika terjadi kebocoran pada air packer terlebih dahulu diperbaiki dengan memperbesar tekanan angin pada kompresor. d. Penekanan tekanan setiap stage kedalaman lubang bor disesuaikan dengan tekanan per stage yang disyaratkan dalam spesifikasi. Tekanan yang digunakan selama permeability test : Stage Kedalaman (Meter) Tekanan Maks (Kg/cm2) Urut-urutan Tekanan (Kg/cm2) 1 0 – 5 2 1 – 1.5 – 2 – 1.5 – 1 2 5 – 10 3 1 – 2 – 3 – 2 – 1 3 10 – 15 4 1 – 2 – 4 – 2 – 1 4 15 – 20 5 1 – 3 – 5 – 3 – 1 5 20 – 25 6 2 – 4 – 6 – 4 – 2 6 25 – 30 7 3 – 5 – 7 – 5 – 3 7 30 – 35 8 3 – 5 – 8– 5 – 3 8 35 – 40 9 3 – 7 – 9 – 7 – 3

Tabel Tekanan Maksimum Permeability Test

e. Untuk stage 1 tekanan awal yang digunakan 1 kg/cm2, kemudian debit awal aliran air yang melewati flowmeter di catat.

f. Lalu setiap periode 1 menit dilakukan pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang bor, hal ini dilakukan hingga periode waktu 5 menit.

g. Setelah itu tekanan injeksi dinaikan menjadi 1.5 kg/cm2 dan setiap periode 1 menit dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang bor selama periode waktu 5 menit.

h. Kemudian tekanan dinaikan hingga mencapai tekanan maksimum 2 kg/cm2 dan setiap periode 1 menit dilakukan pencatat debit aliran yang masuk ke lubang bor selama periode waktu 5 menit.

i. Dilakukan penurunan tekanan menjadi 1.5 kg/cm2 lalu 1 kg/cm2 dengan metode pencatatan debit aliran yang masuk ke lubang bor sama seperti sebelumnya.

j. Permeability test stage 1 telah selesai, lalu bisa dilanjutkan dengan pengeboran inti batuan (core) stage 2.

k. Pengujian untuk stage 2 dilakukan setelah pengeboran inti batuan (core) pada stage 2 telah selesai. Metode pelaksanaan untuk stage 2 dan selanjutnya hampir sama dengan stage 1, yang membedakan adalah variasi tekanan per stagenya berbeda sesuai dengan tekanan per stage yang disyaratkan dalam spesifikasi.

Dalam dokumen Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi (Halaman 83-101)

Dokumen terkait