BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU DENGAN SENGAJA DAN TANPA HAK MENDISTRIBUSIKAN DENGAN SENGAJA DAN TANPA HAK MENDISTRIBUSIKAN
PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA INFORMASI ELEKTRONIK
D. Latar Belakang Terbitnya Informasi Elektronik
Pembangunan nasional merupakan suatu proses berkelanjutan yang senantiasa harus tanggap terhadap berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat.
Globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik ditingkat nasional.
Pembangunan Teknologi Informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar keseluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa, perkembangan dan kemajuan.
Globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional sehingga pembangunan Teknologi Informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru yang belum ada dan diatur hukum yang sudah ada.
Sehingga penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi harus terus dikembangkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional agar tetap terjaga untuk kepentingan Nasional. Pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara
Teknologi Informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat perlu mendukung pengembangan teknologi informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan teknologi informasi dilakukan secara aman untuk mencegah penyalahgunaannya. Presiden mengeluarkan Undang-undang ini untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia dan luar Indonesia. Dalam pasal-pasal yang menjelaskan memberikan rasa aman dan mencerdaskan kehidupan bangsa.40
Latar belakang lahirnya UU ITE, Presiden mengeluarkan undang-undang ini untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia dan luar Indonesia.
Dalam pasal-pasal yang menjelaskan memberikan rasa aman dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Semakin berkembangnya kejahatan dalam masyarakat, sehingga hukum juga harus berkembang agar fungsinya sebagai pemberi rasa aman dapat terpenuhi, dengan adanya undang-undang ini, maka diharapkan masyarakat takut untuk melakuakan kesalahan, karna dijelaskan pada salah satu pasalnya, bertanggung jawab atas segala kerugian dan konsekwensi yang timbul, tetapi dalam UU ITE pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik.41
UU ITE mulai dirancang sejak Maret 2003 oleh Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dengan nama Rancangan Undang Undang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik (RUU-IETE). Semula UU ini
40Mastur, Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Sebagai Tindak Pidana Non Konvensional, Jurnal Kosmik Hukum Vol. 16 No. 2 Juni 2016, hlm 115
41Muhammada Irfan Permana, uu-ite-tahun-2008, https://www. kompasiana. com/ joelax/
566a703bb3927387071a4edb/diakses tanggal 21 Desember 2018
Universitas Sumatera Utara
dinamakan Rancangan UndangUndang Informasi Komunikasi dan Transaksi Elektronik (RUU IKTE) yang disusun Ditjen Pos dan Telekomunikasi Departemen Perhubungan serta Departemen Perindustrian dan Perdagangan, bekerja sama dengan Tim dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Tim Asistensi dari ITB, serta Lembaga Kajian Hukum dan Teknologi Universitas Indonesia (UI). Setelah Departemen Komunikasi dan Informatika terbentuk berdasarkan Peraturan Presiden RI No 9 Tahun 2005, tindak lanjut usulan UU ini kembali digulirkan. Pada 5 September, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui surat No.R./70/Pres/9/2005 menyampaikan naskah RUU ini secara resmi kepada DPR RI.42
1. Menteri Komunikasi dan Informatika,
Bersamaan dengan itu, pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika membentuk Tim Antar Departemen Dalam rangka Pembahasan RUU Antara Pemerintah dan DPR RI” dengan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika No.83/KEP/M.KOMINFO/10/2005tanggal 24 Oktober 2005 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri No.:
10/KEP/M.Kominfo/01/2007 tanggal 23 Januari 2007 dengan Pengarah:
2. Menteri Hukum dan HAM, Menteri Sekretaris Negara, dan Sekretaris Jenderal 3. Depkominfo. Ketua Pelaksana Ir. Cahyana Ahmadjayadi, Dirjen Aplikasi
Telematika
4. Depkominfo, Wakil Ketua Pelaksana I: Dirjen Peraturan Perundang-undangan
42 Hanatirta.undang-undang-no-11-tahun-2008-tentang-informasi-dan-transaksi-elektronik-uu-ite/ https://wordpress.com/2011/07/15/diakses tanggal 1 Desember 2018.
Universitas Sumatera Utara
5. Departemen Hukum dan HAM dan Wakil Ketua Pelaksana II: Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Hukum.43
Departement komunikasi dan informasi mengeluarkan undang-undang baru tentang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE). Hadirnya Undang-Undang ini disambut positif berbagai kalangan masyarakat namun tidak sedikit juga yang menentangnnya. Bagi yang tidak setuju, UU ITE dianggap sebagai upaya untuk membatasi hak kebebasan berekspresi dan mengeluarkan pendapat serta bisa menghambat kreatifitas seseorang didunia maya. Bagi yang setuju, kehadirannya dinilai sebagai langkah yang tepat untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan penyalahgunaan internet yang tak terkendali sehingga bisa merugikan orang lain.44
UU ITE ini terlambat disahkan, sementara kasus-kasus penyalahgunaan internet sudah sering terjadi hingga pada taraf yang sangat menghawatirkan masyarakat dan bangsa Indonesia. Walaupun terlambat, kehadiran aturan hukum baru tersebut dapat dilihat sebagai bentuk respons pemerintah untuk menjerat orang-orang yang tidak bertanggungjawab dalam menggunakan internet hingga merugikan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Sedikitnya ada tiga hal mendasar penyalahgunaan internet yang dapat menghancurkan keutuhan bangsa secara keseluruhan yakni pornografi, kekerasan, dan informasi yang mengandung hasutan sara.45
43Ibid
44Shinta, Cyberlaw Praktik Negara-negara Dalam Mengatur Privasi Dalam E-Commerce, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm., 2
45Ibid
Universitas Sumatera Utara
Peraturan perundang-undangan yang konvensional, maka perbuatan pidana yang dapat digunakan dibidang komputer dan siber adalah penipuan, kecurangan, pencurian, dan perusakan, yang pada pokoknya dilakukan secara fisik dan pikiran oleh sipelaku.46
UU ITE yang diberlakukan sejak April 2008 lalu ini memang merupakan terobosan bagi dunia hukum di Indonesia, karena untuk pertama kalinya dunia maya di Indonesia mempunyai perangkat. Karena sifatnya yang berisi aturan main di dunia maya, UU ITE ini juga dikenal sebagai Cyber Law. Sebagaimana layaknya Cyber Law di negara-negara lain, UU ITE ini juga bersifat ekstraterritorial, jadi tidak hanya mengatur perbuatan orang yang berdomisili di Indonesia tapi juga berlaku untuk setiap orang yang berada di wilayah hukum di luar Indonesia, yang perbuatannya memiliki akibat hukum di Indonesia atau di luar wilayah Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia. 47
Teknologi informasi, menurut Pasal 1, Bab Ketentuan Umum dalam UU ITE adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.48
46Niniek Suparni, Masalah Cyberspace Problematika Hukum Dan Antisipasi Pengaturannya, Fortun Mandiri Karya, cet., pertama, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm., 4-5.
47Muhammada Irfan Permana. Loc.Cit
48 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 angka 1
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan tindak pidana di dunia maya yang terus berkembang, pemerintah telah melakukan kebijakan dengan terbitnya UU ITE. UU ITE merupakan payung hukum pertama yang mengatur khusus terhadap dunia maya (cyber law) di Indonesia. Substansi/materi yang diatur dalam UU ITE ialah menyangkut masalah yurisdiksi, perlindungan hak pribadi, azas perdagangan secara e-comerce, azas persaingan usaha-usaha tidak sehat dan perlindungan konsumen, asas-asas hak atas kekayaan intelektual (HaKI) dan hukum Internasional serta asas cybercrime. Undang-undang tersebut mengkaji cyber case dalam beberapa sudut pandang secara komprehensif dan spesifik, fokusnya adalah semua aktivitas yang dilakukan dalam cyberspace seperti perjudian, pornografi, pengancaman, penghinaan dan pencemaran nama baik melalui media internet serta akses komputer tanpa izin oleh pihak lain (cracking) dan menjadikan seolah dokumen autentik (phising) .49
Harapan pembentukan UU ITE, yang memuat delik pidana khusus terhadap setiap perbuatan melawan hukum yang berhubungan dengan perangkat teknologi informasi salah satunya adalah dapat menciptakan kebaikan, dari segala aktifitas yang membutuhkan perangkat teknologi informasi. Idealisme ini tentu bukan sesuatu yang berlebihan, di tengah kehidupan yang serba sangat maju, sebagai suatu kejanggalan, manakala lingkungan masyarakat yang seyogyanya dapat memberikan suasana yang memberikan kehidupan yang baik sepenuhnya ternyata sebaliknya menjadi lingkungan yang dipenuhi dengan unsur
49F. Yerusalem R. Taidi, Pembuktian Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Teknologi Informasi. Lex Crimen Vol. II/No. 6/Oktober/2013, hlm 18-19
Universitas Sumatera Utara
kejahatan.50
Salah satu sarana implementasi dari penggunaan teknologi tersebut adalah dengan menggunakan media seperangkat komputer yang dapat mengolah semua data, sistem jaringan untuk menghubungkan komputer satu dengan lainnya dan teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK) yang digunakan agar data dapat disebar dan dapat diakses secara global. Perkembangan teknologi informasi melahirkan sistem baru dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan e-life, artinya kehidupan sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik, dan sekarang ini sudah marak dengan dengan berbagai kata yang diawali dengan huruf
“e” seperti; e-commerce, e-government, eeducation, e-library, e-medicine danlain-lain.
Dengan demikian keberhasilan penegakan hukum sebagaimana amanat dari UU ITE ini, menjadi dambaan banyak pihak yang merindukan kenyamanan terhadap setiap aktifitas, yang membutuhkan teknologi informasi.
Walaupun ternyata sampai dengan saat ini, 8 (delapan) tahun setelah UU ITE diterbitkan pada tahun 2008, harapan adanya keamanan dan kenyamanan dalam melakukan kegiatan transaksi elektronik ternyata tidak sesuai dengan kenyataan, tindak pidana penipuan transaksi elektronik menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
51
Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan manusia tentang berbagai kegiatan yang selama ini hanya dimonopoli oleh tentang berbagai kegiatan yang selama ini hanya dimonopoli oleh ativitas yang bersifat
50Hendy Sumadi, Kendala dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Transaksi Elektronik Di Indonesia.Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015, hlm 178
51Suyanto Sidik,Dampak Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) terhadap Perubahan Hukum dan Sosial Dalam Masyarakat.Jurnal Ilmiah Widya, Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013, hlm 3
Universitas Sumatera Utara
fisik belaka. Lahirnya internet mengubah paradigma komunikasi manusia dalam bergaul, berbisnis, dan juga berasmara. Internet mengubah konsep jarak dan waktu secara drastis sehingga seolah-olah dunia menjadi kecil dan tidak terbatas.
Setiap orang bisa berhubungan, berbicara, dan berbisnis dengan orang lain yang berada ribuan kilometer dari tempat dimana ia berada hanya dengan menekan tutstuts keyboard dan mouse komputer yang berada dihadapannya52
Tindak pidana siber didefinisikan sebagai kejahatan komputer. Mengenai definisi dari kejahatan computer sendiri, sampai sekarang para sarjana belum sependapat mengenai pengertian atau definisi dari kejahatan komputer.
.
53
Berdasarkan ketentuan umum dalam Pasal 1 Bab 1 UU ITE pada angka 1, bahwa yang dimaksud dengan informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta rancangan, foto, EDI, surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perfrasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.54
E. Perbedaan antara Penghinaan yang ada dalam KUHP dengan