• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan perekonomian di dunia dewasa ini menuntut masyarakat agar cermat dalam membelanjakan uangnya. Dalam hal ini masyarakat cenderung membelanjakan uangnya untuk kepentingan konsumsi dan investasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan konsumsi dan investasi adalah hal yang paling mendominasi setiap pengeluaran yang dilakukan. Berkembangnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia mendorong masyarakat untuk lebih cenderung memikirkan masa depan keluarga dan generasinya. Oleh karena itu sebagian masyarakat di Indonesia yang menyadari arti pentingnya investasi untuk masa depan perlahan mulai mengalihkan sebagian pengeluaran untuk konsumsi menjadi pengeluaran untuk investasi.

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Kegiatan investasi dapat dilakukan pada sejumlah aset seperti: (1) Aset real (tanah, emas, mesin, dan bangunan) dan (2) Aset finansial (deposito, saham, obligasi, options, warrants, dan

futures). Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan

investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dengan risiko suatu

2 investasi. Hubungan risiko dengan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linear. Artinya semakin besar return yang diharapkan, semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan.

Proses Keputusan Investasi merupakan keputusan yang berkesinambungan (on going process) dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) penentuan tujuan berinvestasi, dalam penentuan tujuan berinvestasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa target return yang ingin dicapai. (2) penentuan kebijakan investasi, investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing- masing apakah seorang yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak dana yang akan diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk memantau investasi, pengetahuan akan pasar modal. (3) Pemilihan strategi portofolio, setelah menentukan tujuan dan kebijakan investasi, maka kita dapat membentuk suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal. (4) Pemilihan Aset, menentukan instrumen investasi apa saja yang akan dimasukan ke dalam portfolio. (5) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio, mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk, apakah sudah sesuai dengan tujuan. Alat untuk mengukur kinerja portofolio ada 3 yang cukup populer yaitu Sharpe’s

measures, Treynor’s measures dan Jensen measures. Banyak instrumen

investasi yang dapat kita gunakan sebagai sarana untuk berinvestasi, namun bagi investor individual dengan dana terbatas perlu secara cermat memilih

3 instrumen investasi yang tepat. Reksa dana nampaknya merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih.

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki oleh individu, bersama maupun perusahaan (Sunariyah, 2006). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan dapat memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset-aset keuangan (finacial assest) dan investasi pada aset – aset riil (real assets) (Abdul, 2005). Investasi biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi, dan resiko yang ditanggung (Samsul, 2008). Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki.

Seiring dengan perkembangan perekonomian, investasi dewasa ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dahulu investor yang memilik uang lebih cenderung menginvestasikan uangnya ke tanah, rumah, ataupun emas. Seiring berjalannya waktu sekarang sudah banyak jenis investasi yang dapat dilakukan seperti tabungan, saham, obligasi, mata uang asing atau valas, Setifikat Bank Indonesia, deposito berjangka dan reksadana. Dewasa ini para investor sudah mengenal perdagangan efek melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada dasarnya, Bursa Efek Indonesia

4 atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di BEI seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call).

Awalnya Bursa Efek Indonesia bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang dibentuk pada zaman Hindia Belanda dulu tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Bursa Efek Jakarta pada zaman dahulu sempat ditutup karena saat itu Indonesia masih dalam suasana perang dan kembali dibuka pada tahun 1977 dibawah pengawasan Bapepam. Pada 13 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta mengalami privatisasi dengan didirikannya PT Bursa Efek Jakarta. Pada tahun 1995 perdagangan elektronik di Bursa Efek Jakarta akhirnya dimulai. Bursa Efek Indonesia merupakan gabungan dari Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya.

Banyaknya instrumen investasi yang muncul mengahruskan para investor untuk lebih teliti dalam menentukan investasi apa yang akan dipilih. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya menganalisis instrumen investasi agar tepat memilih investasi yang terbaik dan memberikan keuntungan yang optimal.

Menurut Widoatmodjo (2009), Investor dalam berinvestasi dapat digolongkan ke dalam 4 golongan berdasarkan tingkat resiko yang diambil, yaitu :

5 a. Risk Averter : merupakan tipe yang tidak berani menghadapi risiko

investasi. Risk averter akan memilih jenis investasi yang berpendapatan tetap, misalnya : deposito, pasar uang, reksadana pendapatan tetap, emas dan obligasi.

b. Risk Taker dengan Premium : merupakan tipe yang cukup berani menghadapi resiko yang diperkirakan akan dihadapi. Tipe ini selalu mengharapkan risiko yang diterima itu dikompensasikan ke dalam penghasilan yang akan diterima.

c. Risk Taker : merupakan tipe yang sangat berani menghadapi resiko. Berani disini berarti bersedia menerima tawaran investasi yang beresilko tinggi tapi masih tetap dengan perhitungan yang matang.

d. Indifferent Risk : investor golongan ini sering dikatakan sebagai investor tanpa tujuan investasi. Investor golongan ini hanyalah mencari resiko saja. Itu artinya resiko yang diambil adalah yang tertinggi, dengan tingkat imbalan berapapun.

Ada beragam jenis instrumen untuk investasi diantaranya adalah saham, obligasi, dan sukuk. Para investor di Indonesia tergolong kepada investor yang tidak berani mengambil resiko sehingga cenderung memilih investasi yang berependapatan tetap dengan resiko yang kecil. Dalam hal memanfaatkan kelebihan dananya, masyarakat cenderung memilih investasi pada sektor perbankan seperti tabungan atau deposito. Hal ini menunjukan bahwa para investor di Indonesia tergolong pada Risk Averter, yaitu jenis investor yang tidak berani mengambil resiko sehingga memilih pendapatan yang tetap dengan resiko yang kecil.

Melihat problematika yang terjadi dalam memilih instrumen apa yang tepat sebagai investasi jangka panjang, maka penelitian ini akan membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis Perbandingan Investasi Saham, Obligasi, dan Sukuk pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

6 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan penelitian ini adalah:

a. Apakah berinvestasi dalam bentuk obligasi lebih baik / lebih buruk hasilnya dibanding berinvestasi dalam bentuk saham?

b. Apakah berinvestasi dalam bentuk sukuk lebih baik / lebih buruk hasilnya dibanding berinvestasi dalam bentuk saham?

c. Apakah berinvestasi dalam bentuk obligasi lebih baik / lebih buruk hasilnya dibanding berinvestasi dalam bentuk sukuk?

Dokumen terkait