• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

1.1. Latar Belakang

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Pada dasarnya kunci kesuksesan sebuah perusahaan terletak pada manajer yang diberi kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan. Manajer perusahaan memiliki peran penting dalam prorses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan utama perusahaan, khususnya keputusan dalam menentukan kebijakan pendanaan yang tepat bagi perusahaan, baik dalam hal pencarian dana maupun pemanfaatan dana. Keputusan dalam pencarian dana harus sesuai dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan para pemegang saham.

Namun pihak manajemen atau manajer perusahaan sering mempunyai tujuan lain yang berbeda dengan tujuan utama tersebut. Manajer cenderung bertindak untuk memenuhi kepentingan mereka terlebih dahulu daripada kepentingan pemegang saham, sedangkan pemegang saham menginginkan manajer bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan. Sehingga timbul pertentangan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham yang disebut dengan konflik keagenan. Salah satu tindakan manajer dalam memenuhi kepentingannya adalah dengan melakukan ekspansi bisnis untuk meningkatkan status dan gaji (Yeniatie dan Destriana, 2010). Dalam melakukan ekspansi bisnis, salah satu alternatif

yang digunakan manajer untuk meperoleh dana adalah dengan menggunakan kebijakan utang.

Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan kebijakan utang rentan terhadap konflik agency yang terjadi antara (1) pemegang saham (principal)

dengan manajer (agent) dan (2) pemegang saham dengan kreditur (bondholder),

sesuai dengan agency theory dimana perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan

(agency conflict). Maka dari itu prinsipal akan melakukan pengawasan terhadap

manajemen agar melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan prinsipal dalam memajukan perusahaan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengawasan tersebut dinamakan biaya keagenan (agency cost).

Terdapat beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, salah satunya dengan meningkatkan pendanaan dengan utang. Dengan menambah utang, maka perusahaan harus mencadangkan lebih banyak kas untuk membayar pokok utang dan bunganya, sehingga akan mengurangi tindakan manajer untuk menggunakan arus kas bebas guna membiayai kegiatan yang tidak optimal (Yeniatie dan Destriana, 2010). Meningkatkan proporsi utang ini juga akan menyebabkan konflik agency pada utang.

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang perusahaan. Dalam penelitian Wiliandri (2011), kepemilikan blockholder merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan utang. Kepemilikan blockholder merupakan kepemilikan saham suatu perusahaan dalam jumlah yang besar, dimana pemilik

saham seringkali dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan melalui voting power

yang didapat dari besarnya saham yang dimiliki.

Dapat disimpulkan bahwa semakin besar kepemilikan blockholder akan semakin besar dorongan untuk menggunakan voting power dalam keputusan pendanaan perusahaan. Salah satunya adalah kegiatan monitoring oleh pemegang saham besar bisa digunakan sebagai pencegahan untuk mengurangi kesempatan manajer melakukan tindakan yang merugikan investor luar (Jensen dan Meckling, 1976). Oleh karena itu, semakin besar kepemilikan blockholder akan mendorong perusahaan lebih memilih untuk menggunakan utang dalam keputusan pendanaan. Keputusan penggunaan arus kas bebas juga bisa menimbulkan konflik antara manajemen dengan pemilik modal. Manajemen mungkin menginginkan dana tersebut digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manajer dengan harapan kinerja manajer akan lebih meningkat, sehingga nilai perusahaan juga mengalami peningkatan. Namun pemilik modal mempunyai penilaian lain, jika arus kas digunakan untuk hal kesejahteraan manajemen, dkhawatirkan akan menimbulkan pemborosan yang akan membebani perusahaan. Konflik yang terjadi antara manajemen dengan pemilik modal akan menimbulkan agency cost

seperti biaya monitoring tindakan manajer, mencegah tingkah laku manajer yang tidak dikehendaki dan opportunity cost akibat dari pembatasan yang dilakukan oleh pemegang saham terhadap tindakan manajer (Bringham et al., 1996 dalam Hardiningsih dan Oktaviani, 2010).

Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur utang perusahaan. Tarjo dan Jogyanto H.M. (2003) menyatakan bahwa ukuran

perusahaan juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan level utang perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai besar dibandingkan perusahaan kecil dikarenakan ukuran perusahaan yang besar menjanjikan kinerja yang baik.

Set kesempatan investasi merupakan kombinasi dari aktiva riil yang dimiliki oleh perusaaan yang sifatnya tangible yang sangat mempengaruhi keputusan pendanaan di masa depan (Myers, 1977). Peluang investasi suatu perusahaan saat ini akan mempengaruhi kebijakan utang yang di masa yang akan datang, karena semakin besar peluang, maka akan semakin besar dana yang akan dibutuhkan untuk mendanai perusahaan, sehingga perusahaan harus mengetahui untuk mendanai perusahaan tersebut, apakah dari dana internal atau eksternal. Implikasi teori set kesempatan investasi berkaitan dengan keputusan pendanaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Smith dan Watts (1992) menemukan adanya bukti empiris bahwa perusahaan yang mempunyai peluang untuk bertumbuh lebih besar memiliki rasio debt to equity yang lebih rendah dalam keputusan struktur modalnya. Pendanaan modal sendiri (equity financing) cenderung untuk mengurangi masalah-masalah keagenan, karena keberadaan utang berisiko dalam struktur modalnya.

Prospek perusahaan yang bertumbuh bagi investor merupakan hal yang menguntungkan karena investasi yang ditanamkan diharapkan bisa memberikan

sedang mengalami pertumbuhan akan direspon positif oleh pasar. Peluang pertumbuhan perusahaan terlihat pada pada peluang investasi yang diproksikan dengan set kesempatan investasi.

Penelitian yang mengunakan kebijakan utang sebagai objek penelitiannya sudah banyak dilakukan dan disertai dengan hasil-hasil penelitian konsisten maupun penelitian yang tidak kosisten antara sesama peneliti. Penelitian mengenai kepemilikan blockholder berpengaruh terhadap kebijakan utang sudah ada beberapa peneliti yang melakukannya. Wiliandri (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan blockholder berpengaruh negatif secara statistik tidak signifikan terhadap kebijakan utang. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan blockholder berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan utang. Penelitian mengenai arus kas bebas untuk perusahaan atau hanya dikatakan arus kas bebas saja pada penelitian-penelitian sebelumnya sudah banyak dilakukan, hal ini dikarenakan arus kas bebas untuk perusahaan sangat dominan berpengaruh terhadap kebijakan utang (Faisal, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2004) , Hasan (2014) dan Fitriyah dan Handayani (2012) menghasilkan arus kas bebas berpengaruf positif signifikan. Hasil yang bertentangan didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih dan Oktaviani (2012) mengatakan arus kas bebas untuk perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang serta Putri dan Nasir (2006) menghasilkan arus kas bebas untuk perusahaan berpengaruh negatif signifikan. Namun hal ini masih perlu diadakannya penelitian lebih lanjut.

Penelitian yang menggunakan ukuran perusahaan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2014), Susanto (2011), Prayudi (2010) dan Faisal (2004) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif dengan rasio utang perusahaan. Namun adanya perbedaan hasil yang dilakukan Hardiningsih dan Oktaviani (2012) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan utang.

Penelitian yang menjadikan set kesempatan investasi yang mempengaruhi kebijakan utang dilakukan oleh Susanto (2011) begitupun dengan Fitriyah dan Hidayat (2011) yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan utang. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayudi (2011) bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini menyatakan bahwa set kesempatan investasi tidak berpengaruh secara statistik tidak signifikan terhadap kebijakan utang.

Berikut adalah ringkasan ketidak konsistenan hasil dari para peneliti peneliti sebelumnya yang menimbulkan research gap dan perlunya penelitian lebih lanjut. Perbedaan hasil tersebut diringkas dengan Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Ringkasan Research Gap

Variabel Peneliti

Hasil

Positif Negatif Tidak Signifikan Signifikan Signifikan (Tidak Berpengaruh)

Kepemilikan Wiliandri (2011)

Blockholder Lestari (2014)

Arus Kas Hasan (2014) 

Bebas Untuk Hardiningsih dan Oktaviani (2012)

perusahaan Fitriyah dan Hidayat (2011) 

Putri dan Nasir (2006)

Faisal (2004) 

Ukuran Hasan (2014) 

Perusahaan Hardiningsih dan Oktaviani (2012)

Susanto (2011) 

Prayudi (2010) 

Faisal (2004) 

Set Faisal (2004)

Kesempatan Fitriyah dan Hidayat (2011)

Investasi Prayudi (2010)

Susanto (2011)

Sumber : Peneliti-peneliti terdahulu

Dalam penelitian ini perusahaan manufaktur dijadikan sebagai objek penelitian dikarenakan ingin mengetahui keadaan kebijakan utang yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur pada khususnya dan sebagaimana diketahui jumlah perusahaan yang terdaftar di sektor manufaktur sudah cukup banyak sehingga dapat mewakili keadaan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sebagai gambaran awal mengenai kondisi perusahaan-perusahaan sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun periode penelitian, maka pada Tabel 1.1 berikut dimuat tentang lima perusahaan industri manufaktur yang telah

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Berikut adalah data kelima perusahaan manufaktur tersebut dilihat dari presentasi kepemilikan blockholder,

arus kas bebas untuk perusahaan, total aset, PBV dan DER selama periode 2012-2014 :

Tabel 1.2

Persentasi Kepemilikan Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Total Asset, PBV, dan DER Pada Beberapa Perusahaan Manufaktur yang

Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2013-2014

Tahun DER (x) BLOCK (%) FCFF (Rp.Juta) SIZE (Rp.Juta) PBV (x) 1. Holcim Indonesia Tbk.

2013 0,70 94,96 660706 14894990 1,99

2014 0,96 95,36 1095097 17195352 1,91

2. Indal Aluminium Industry Tbk.

2013 5,06 76,58 -27142 765881 0,75

2014 5,15 77,99 13634 897282 0,76

3. Unggul Indah Cahaya Tbk.

2013 0,85 79,10 -1792958 3303941 0,41 2014 0,64 79,10 1113483 3237317 0,34 4. Eterindo Wahanatama Tbk. 2013 1,80 55,63 -239668 1291711 0,79 2014 3,41 55,63 -417453 1331049 0,83 5. Astra International Tbk. 2013 1,02 50,11 501000 213994000 2,59 2014 0,96 50,11 -12143000 236029000 2,50

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan data Tabel 1.2 Holcim Indonesia Tbk. dari tahun 2013 ke 2014 mengalami kenaikan persentasi kepemilikan blockholder sebesar 0,4 %, mengalami kenaikan arus kas bebas untuk perusahaan sehingga menjadi sebesar Rp .1.095.097 Juta, mengalami kenaikan total aset sebesar Rp 2.300.362 Juta, mengalami penurunan PBV sebesar 0,08 kali dan mengalami kenaikan DER sebesar 0,26 kali.

Berdasarkan data Tabel 1.2 Indal Aluminium Industry Tbk. dari tahun 2013 ke 2014 mengalami kenaikan kepemilikan blockholder sebesar 1,41 %, mengalami kenaikan arus kas bebas untuk perusahaan sehingga menjadi sebesar Rp.13.634 Juta, mengalami kenaikan total aset sebesar Rp. 131.401 Juta, mengalami kenaikan PBV sebesar 0,01 kali dan mengalami kenaikan DER sebesar 0,11 kali.

Berdasarkan data Tabel 1.2 Unggul Cahaya Tbk. dari tahun 2013 ke 2014 mengalami penurunan kepemilikan blockhoder sebesar 0,21 %, mengalami kenaikan arus kas bebas untuk perusahaan sehingga menjadi sebesar Rp.1.113.483 Juta, mengalami penurunan total aset sebesar Rp. 66.624 Juta, mengalami penurunan PBV sebesar 0,07 kali dan mengalami penurunan DER sebear 0,21 kali.

Berdasarkan data Tabel 1.2 Eterindo Wahanatama Tbk. dari tahun 2013-2014 tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan pada persentase kepemilikan blockholdernya, mengalami penurunan arus kas bebas untuk perusahaan sehingga menjadi sebesar -Rp.417.453 Juta, mengalami penurunan total aset sebesar Rp. 192.282 Juta, mengalami kenaikan PBV sebesar 0,04 kali dan mengalami kenaikan DER sebesar 1,61 kali.

Berdasarkan data Tabel 1.2 Astra Internasional Tbk. tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan persentase kepemilikan blockholder, mengalami penurunan arus kas bebas untuk perusahaan sehingga menjadi sebesar - Rp.12.143.000, mengalami kenaikan total aset sebesar Rp. 39.338 Juta,

mengalami penurunan PBV sebesar 0,09 kali dan mengalami penurunan DER sebesar 0,06 kali.

Berdasarkan keterangan data diatas terdapat perbedaan hasil lapangan dengan teori yang sebelumnya telah dikemukakan, dimana apabila terdapat kenaikan baik dari persentase blockholder, arus kas bebas untuk perusahaan, total aset dan set kesempatan invesatsi akan mengalami kenaikan kebijakan utang. Adanya hasil beberapa perusahaan tidak memenuhi hasil dari teori tersebut maka perlunya penelitian yang lebih lanjut.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan pembaharuan data yang berasal dari peneliti-peneliti sebelumnya yang banyak menghubungkan antara pengaruh kepemilikan blockholder, arus kas bebas untuk perusahaan, ukuran perusahaan dan set kesempatan investasi terhadap kebijakan utang. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Kepemilikan

Blockholder, Arus Kas Bebas untuk Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

Dokumen terkait