• Tidak ada hasil yang ditemukan

National Aeronautics and Space Administration Task Load Index

Dalam dokumen Tugas akhir Syawal indra REVISI (Halaman 33-0)

2.3.1 Pengertian National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)

National Aeronautics and Space Administration Task Load Index atau disebut menjadi NASA-TLX merupakan skala untuk mengukur beban kerja. Terbentuknya skala NASA-TLX bermula dari dua peneliti NASA, Cooper dan Harper yang merancang decision tree secara khusus bertujuan untuk melihat kemungkinan kinerja pilot pada penerbangan NASA. Beberapa peneliti HFE (Human Factors and Ergonomics) menggunakan skala Cooper-Harper dan mengembangkannya menjadi skala yang dimodifikasi untuk melaporkan beberapa dari pekerjaan awal mengenai penilaian subjektif mental workload. Skala Cooper-Harper yang asli membantu mendorong perkembangan terbentuknya skala NASA Task Load Index (NASA-TLX) yang terkenal dengan Indeks beban kerja subjektif (Hancock et al., 2021).

2.3.2 Penghitungan National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)

NASA-TLX memiliki enam subskala yang terdiri dari: (1) Mental Demand (MD), membahas tentang seberapa banyak aktivitas mental dan persepsi yang diperlukan saat bekerja (misalnya, berpikir,

memutuskan, menghitung, mengingat, melihat, mencari, dll.); (2) Physical Demand (PD), membahas tentang seberapa banyak aktivitas fisik yang diperlukan saat bekerja (misalnya mendorong, menarik, memutar, mengontrol, mengaktifkan, dll.); (3) Temporal Demand (TD), membahas tentang seberapa banyak tekanan waktu yang dirasakan karena pekerjaan; (4) Own Performance (PE), membahas tentang seberapa sukses pencapaian tujuan tugas yang telah ditetapkan oleh perusahaan; (5) Effort, membahas tentang seberapa keras usaha (mental dan fisik) untuk mencapai tingkat kinerja; (EF), dan; (6) Frustration (FR), membahas tentang seberapa tidak aman, putus asa, jengkel, stres, dan kesal yang dirasakan saat bekerja atau perasaan sebaliknya aman, santai, dan puas diri yang dirasakan saat bekerja (Hart & Staveland, 1988).

Setiap dimensi dinilai pada skala analog visual antara 0 dan 100 dari kiri ke kanan pada skala. Peserta diberikan definisi skala penilaian secara jelas untuk membantu membuat penilaian yang konsisten.

NASA-TLX menggunakan proses pembobotan yang membutuhkan tugas perbandingan berpasangan. Tugas tersebut mengharuskan operator untuk memilih dimensi mana yang lebih relevan dengan beban kerja untuk tugas tertentu di semua pasangan dari enam dimensi. Skala beban kerja diperoleh untuk setiap tugas dengan mengalikan bobot dengan skor skala dimensi individu, menjumlahkan seluruh skala, dan membaginya dengan bobot total (Hill et al., 1992).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah beban kerja yang diukur dengan pengamatan setiap elemen aktivitas yang berasal dari tugas karyawan PDAM Tirta Musi Palembang terkhusus karyawan yang bertugas sebagai pembaca meteran air.

Penelitian ini menentukan beban kerja dominan yang dirasakan para

karyawan saat menjalankan tugas serta menentukan frekuensi pengerjaan dalam satu tahun terakhir.

3.1.1 Profil Perusahaan

Perusahaan Air Bersih Kota Palembang didirikan pada tahun 1929 oleh pemerintah Kolonial Belanda yang berlokasi di 3 ilir Palembang dengan nama Palembang Water Leading. Pendirian instalasi I selesai pada tahun 1933, setelah Indonesia merdeka perusahaan diambil alih oleh Kota Madya Palembang Seksi Teknik Air Bersih Dinas Pekerjaan Umum Kota Madya Palembang. Berdasarkan surat keputusan Walikota Madya Palembang pada tanggal 21 Agustus 1963 perusahaan Air Bersih tersebut menjadi perusahaan Air Bersih yang melaksanakan produksi dan administrasi. Pada tahun 1976 statusnya berubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi berdasarkan Perda Kota Madya Daerah Tingkat II Palembang Nomor: 1/Perda/Huk/1976 tanggal 3 April 1976 dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Nomor: 20/KPTS/IV/1976 tanggal 11 Juni 1976.

Pelayanan air bersih yang disediakan oleh pemerintah daerah salah satunya dapat dilihat di Kota Palembang yang dikelola oleh PDAM Tirta Musi Kota Palembang berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Nomor: 20/KPTS/IV/1976, Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang Nomor:

1/Perda/Huk/1976, dan Perda Kotamadya Tingkat II. Palembang Nomor 9 Tahun 1999, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 huruf d

“Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Musi Palembang yang selanjutnya disingkat PDAM Tirta Musi Palembang adalah Perusahaan Daerah Air Minum milik Pemerintah Daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan air minum”. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dikelola oleh Pemerintah Kota Palembang yang beralamat di Jalan Rambutan Ujung No.01, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan. PDAM Tirta Musi Palembang mempunyai tiga (3) sumber air baku (INTAKE) yang terletak di Karang Anyar, Ogan dan Ilir. Dari semua Instalasi Pengolahan Air tersebut bisa memproduksi air bersih sekitar 26.000 m3 per hari dan 780.000 m3 air bersih per bulannya. Air yang telah diolah menjadi air bersih itu nantinya akan didistribusikan langsung ke pelanggan.

Sebagai perusahaan yang memberikan jasa dan menyelenggarakan manfaat umum yang sifatnya nirlaba, PDAM tidak seharusnya berorientasi pada keuntungan, melainkan lebih berorientasi terhadap mutu pelayanan yang berkualitas, maupun menyediakan air dengan mutu tinggi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan (tidak berbau dan tidak berwarna), kontinuitas, inovatif, sehingga PDAM Tirta Musi Kota Palembang dapat mempertahankan diri, dan di masa depan diharapkan dapat menjadi sebuah perusahaan pemberi jasa yang mandiri, memiliki performance yang dapat dipercaya dan dapat dibanggakan oleh masyarakat Kota Palembang.

3.1.2 Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi Palembang Berikut ini adalah struktur organisasi PDAM Tirta Musi Palembang.

Sumber: PDAM Tirta Musi Palembang (2021)

Gambar Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi Palembang

3.1.3 Visi dan Misi PDAM Tirta Musi Palembang

3.1.3.1 Visi

Menjadi perusahaan smart happy yang unggul dalam penyediaan air minum dan pengelola air limbah di Indonesia pada tahun 2028

3.1.3.2 Misi

1. Menjadi penyedia air minum yang handal berprinsip pada pelayanan 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta GCG (Good Corporate Governance)

2. Mengintegrasikan semua informasi produksi, distribusi, pelayanan dan sumber daya dalam pengembangan transformasi teknologi digital sebagai sumber kekuatan perusahaan

3. Mengutamakan kepuasan/kebahagiaan pelanggan dengan pelayanan yang lancar, aman, cukup, teratur dan bertanggung jawab sehingga menjadi kebanggaan masyarakat dan pemerintah

4. Mampu memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan terbaik secara berkelanjutan bagi karyawan dan menjadi tempat memperluas wawasan pengetahuan dan keterampilan tentang penyediaan air minum dalam upaya pengembangan diri yang lebih kreatif dan inovatif dengan teknologi tepat guna, efisien dan terintegrasi, berbasis sumber daya dan kearifan lokal.

3.2 Sumber Data 3.2.1 Data Primer

Data pada penelitian ini menggunakan data primer yang menggunakan hasil pengisian kuisioner oleh karyawan PDAM Tirta Musi Palembang yakni pada divisi pembaca meter yang berjumlah 10 orang.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang dapat diperoleh secara tidak langsung dari subjek penelitian, seperti melalui orang lain atau melalui dokumen. Dalam penelitian ini, data sekunder dari berbagai pustaka seperti buku, jurnal, dan artikel di internet dapat mendukung dan melengkapi penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan didapatkan melalui cara sebagai berikut:

3.3.1 Observasi

Observasi, dilakukan dengan melihat keadaan perusahaan serta memperhatikan karyawan dalam melakukan pekerjaan.

3.3.2 Kuisioner

Kuisioner dilakukan kepada karyawan 10 karyawan pembaca meter untuk memastikan kesesuaian deskripsi tugas yang diturunkan menjadi elemen kegiatan

3.3.3 Kajian Literatur

Kajian literatur, yaitu membaca dari beberapa literatur seperti jurnal, buku, internet, dan skripsi dengan judul yang relevan.

3.4 Metode Analisa Data

Perhitungan beban kerja menggunakan metode NASA-TLX memiliki langkah - langkah di bawah ini:

3.4.1 Penjelasan setiap indikator pengukuran

Berikut table yang menjelaskan setiap indikator untuk menilai beban kerja pada setiap karyawan.

Tabel 2. Enam indikator Beban Kerja Mental :

Dimensi Keterangan Skala

Kebutuhan Mental (KM)

Seberapa besar tuntutan aktivitas mental

danperseptual yang dibutuhkan dalam pekerjaan Anda ( contoh:

berpikir, memutuskan, menghitung, mengingat, melihat, mencari ).

Aapakah pekerjaan tersebut kompleks, longgar atau ketat?

Rendah - Tinggi

Kebutuhan Fisik (KF) Seberapa besar aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam pekerjaan Anda ( contoh : mendorong, menarik, memutar, mengontrol, menjalankan dan lainnya). Apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit, pelan

Rendah - Tinggi

atau cepat dan melelahkan?

Kebutuhan Waktu (KW)

Seberapa besar tekanan waktu yang anda rasakan selama pekerjaan atau elemen pekerjaan berlangsung? Apakah pekerjaan santai, atau cepat dan melelahkan?

Rendah – Tinggi

Perfomansi (PF)

Sebeerapa besar keberhasilan anda di dalam mencapai target pekerjaan anda?

Seberapa puas anda dengan perfomansi anda dalam mencapai target tersebut?

Rendah – Tinggi

Tingkat Usaha (TU)

Seberapa besar usaha yang anda keluarkan secara mental dan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai level

perfomansi anda?

Rendah – Tinggi

Tingkat Frustasi Seberapa besar rasa tidak aman, putus asa,

tersinggung, stress, dan

Rendah – Tinggi

terganggu dibanding dengan rasa aman puas, cocok, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan selama mengerjakan pekerjaan tersebut?

3.4.2 Metode Penghitungan National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)

Langkah-langkah pengukuran dengan menggunakan NASA-TLX adalah sebagai berikut (P. A. Hancock & Chignell, 1988):

1. Pembobotan, pada bagian ini responden diminta untuk membandingkan dan memilih salah satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan dalam menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa perbandingan berpasangan. Jumlah total hitungan yang dipilih menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental. Berikut tabel perbandingan indikator NASA-TLX:

Tabel 3. Kuisioner Pembobotan Perbandingan Berpasangan Perbandingan

berpasangan

KM v

s KF

KM v

s

KW

KM v dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor beban

mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan). Berikut skala rating dari NASA TLX:

Tabel 4. Kuisioner Rating NASA-TLX

1 Kebutuhan Mental (KM)

0 1

2 Kebutuhan Fisik (KF)

0 1

3 Kebutuhan Waktu (KW)

0 1

5 Tingkat Usaha (TU)

0 1

6 Tingkat Frustasi (TF)

0 1

3. Menghitung nilai produk, diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, CE, FR, EF):

Produk = rating x bobot factor

4. Menghitung Weighted Workload (WWL), Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk

3.2. WWL = Σproduk

5. Menghitung rata-rata WWL, diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total

3.3. Rata-rata WWL =WWL/15

6. Interpretasi skor, dalam teori NASA-TLX (Hart & Staveland, 1988) skor beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu:

Tabel 5. Kategori skor beban kerja NASA-TLX

Skala Kategori

71-100 Tingkat Pekerjaan Berat 35-70 Tingkat Pekerjaan

Sedang 0-35 Tingkat Pekerjaan

Ringan

NASA TLX memiliki beberapa kelebihan, yaitu pengukuran secara multidimensional, cepat dan sederhana dalam proses penyajian data, dan biaya penelitian yang murah, tetapi memiliki nilai sensitivitas yang tinggi. NASA TLX selain digunakan untuk pengukuran beban kerja mental pada perusahaan manufaktur, metode ini juga cocok dikembangkan dalam pengukuran beban kerja perusahaan jasa.

3.5 Diagram Alir Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mengukur beban kerja yang ditanggung oleh karyawan pembaca meteran di PDAM menggunakan alat ukur beban kerja subjektif yaitu NASA-TLX. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dari karyawan yang berada di bagian pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palembang yang berjumlah sebanyak 10 orang. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dan kuisioner. Pada tahap wawancara, proses pengambilan data dengan cara tanya jawab dan diskusi langsung kepada pihak yang bersangkutan yakni para pekerja pembaca meteran tentang hal yang berhubungan dengan objek yang akan di teliti secara langsung, peneliti juga menyebarkan kuesioner sebagai alat dalam tahap pengumpulan data.

Gambar 1. Flow Chart Penelitian

Pengolahan data:

Metode NASA-TLX Pembobotan & Rating

Analisis Data

Kesimpulan & Saran Penelitian:

Wawancara & Kuisioner Penetapan Tujuan

Studi Literatur:

Buku & Jurnal Identifikasi Masalah

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data dan pengolahan data

Pada Bab ini dijelaskan mengenai pengumpulan dan olah data untuk menghitung beban kerja mental petugas pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palmebang melalui kuisioner dengan menggunakan metode NASA – TLX. Pada metode ini memiliki 6 indikator yang menjadi penilaian, yaitu kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, perfomansi kerja , tingkat usaha dan tingkat frustasi.

Dengan memasukkan 15 perbandingan dari ke 6 indikator secara berpasang – pasangan untuk dilakukan penilaian dengan pembobotan, kemudian dari ke 6 indikator juga diberikan rating sesuai dengan yang dirasakan oleh responden. Kuisioner dibagikan kepada 10 orang petugas pembaca meter, untuk bentuk kuisioner di lampirkan pada halaman lampiran.

Berikut rekap data nama – nama responden yang diberikan kuisioner dalam penelitian ini :

Tabel 6. Berikut nama- nama petugas pembaca meter du PDAM Tirtamusi Palembang Unit KM.4 :

NO. NAMA

1 Bowo Prasetyo

2 Dwi Yudi Sandi Wijaya 3 Eko Julianto

4 Muslim

5 Nopriyansyah

6 Irwansyah 7 Pijar Mapiara

8 Tommy Pratama Putra 9 Yuliansyah

10 Syawal Indra

4.2 Analisa dan Pembahasan

4.3.1 Pembobotan

Pada kuisioner ini diberikan lima belas pasang dari keenam

indikator yang ada, kemudian responden diminta untuk memilih (mencoret yang tidak dominan) salah satu dan harus mengisi kelima belas psang yang ada. Berikut merupakan rekap data dari kuisioner perbandingan

berpasangan untuk indikator dari masing masing petugas pembaca meteran. (contoh lembar kuisioner pembobotan dapat di lihat pada halaman lampiran).

Tabel 7. Rekap data kuisioner indikator perbandingan dari pertugas pembaca meter.

Nama Petugas Indikator Perbandingan

KM KF KW P TF TU

Bowo Prasetyo 2 3 1 4 3 2

Dwi Yudi Sandi Wijaya 3 1 4 2 1 4

Eko Julianto 2 3 1 4 4 1

Muslim 1 3 2 4 3 2

Nopriyansyah 4 1 3 2 2 3

Irwansyah 2 4 1 2 2 4

Pijar Mapiara 3 3 4 1 2 2

Tommy Pratama Putra 2 4 1 3 3 2

Yuliansyah 3 0 4 2 2 4

Syawal Indra 3 2 4 2 1 3

4.3.2 Penilaian Rating

Tahapan ini responden yang sama diminta untuk memberikan penilaian antara 0-100 pada enamindikator beban kerja mental. Pemberian penilaian tergantung pada pilihan yang diberikan oleh responden. Setelah itu setiap indikator penilaian saling dikalikan, lalu dijumlahkan dan dibagi 15 sehingga menghasilkan skor beban kerja mental. Tahapan pengkalian dimuat di dalam lembar kerja WWL (weighted workload). (Contoh lembar kuisioner penilaian rating dapat dilihat pada halaman lampiran).

Tabel 8. Rekapitulasi Skala Rating NASA-TLX pada petugas pembaca meter

Nama Petugas Rating NASA TLX

KM KF KW P TU TF

Bowo Prasetyo 80 80 90 90 70 70

Dwi Yudi Sandi Wijaya 60 90 90 80 90 80

Eko Julianto 60 90 70 90 80 80

Muslim 60 90 70 90 70 80

Nopriyansyah 80 70 90 90 80 70

Irwansyah 70 80 90 70 80 60

Pijar Mapiara 80 70 90 80 80 80

Tommy Pratama Putra 70 90 90 80 70 90

Yuliansyah 70 80 90 90 90 50

Syawal Indra 80 80 90 80 90 70

4.2.3 Penentuan WWL (Weighted Workload)

Setelah dari subbab rekap data, kemudian hasil besaran nilai dari kuisioner perbandingan berpasangan untuk indikator dikalikan dengan besaran nilai dari kuisioner pembobotan indikator. Setelah nilai product diketahui untuk masing-masing indikator, selanjutnya nilai tersebut dijumlahkan untuk keenam indikator dan menjadi besaran nilai weighted workload (WWL). Besar nilai WWL kemudian dibagi dengan 15, nilai 15 didapatkan dari banyaknya jumlah pasangan dari indikator yang ada pada kuisioner, sehingga menghasilkan besar nilai rata-rata WWL. Besar nilai rata-rata WWL Tersebut yang kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan skor NASA-TLX pada tabel 5 untuk mengetahui tingkat skor beban kerja mental. Berikut merupakan rekap data lembar kerja WWL pada klasifikasi beban kerja di masing-masing petugas pembaca meter.

Contoh perhitungan lembar kerja WWL (weighted workload) salah satu petugas.

Nama : Irwansyah

Jenis pekerjaan : Pembaca Meter

Tabel 9. Contoh Perhitungan Lembar Kerja WWL (weighted workload) salah satu petugas

N

o Indikator Bobot Rating WWL

1 Kebutuhan Mental 2 70 2 x 60 = 140

2 Kebutuhan Fisik 4 80 4 x 70 = 320

3 Kebutuhan Waktu 1 90 1 x 90 = 90

4 Perfomansi 2 70 2 x 70 = 140

5 Tingkat Usaha 4 80 4 x 60 = 320

6 Tingkat Frustasi 2 60 4 x 5 = 120

Jumlah 1130

Rata-rata Weighted Workload (WWL)

Rata-rata WWL =WWL/15

1130 : 15 = 75.33

Tabel 10. Rekap Hasil Rata-Rata WWL Petugas Pembaca Meter

No Nama Jabatan

Rata-Rata WWL

Kategori Beban Kerja

1 Bowo Prasetyo Pelaksana 80 Tingkat Pekerjaan Berat

2 Dwi Yudi Sandi Wijaya Pelaksana 82 Tingkat Pekerjaan Berat 3 Eko Julianto Pelaksana 81.33 Tingkat Pekerjaan Berat

4 Muslim Pelaksana 80.67 Tingkat Pekerjaan Berat

5 Nopriyansyah Pelaksana 81.33 Tingkat Pekerjaan Berat

6 Irwansyah Pelaksana 75.33 Tingkat Pekerjaan Sedang

7 Pijar Mapiara Pelaksana 80.67 Tingkat Pekerjaan Berat 8 Tommy Pratama Putra Pelaksana 82.67 Tingkat Pekerjaan Berat

9 Yuliansyah Pelaksana 80.67 Tingkat Pekerjaan Berat

10 Syawal Indra Pelaksana 84 Tingkat Pekerjaan Berat

Dari hasil Perhitungan Skor Beban Kerja, didapat petugas pembaca meter memilki beban kerja dengan tingkat pekerjaan berat 10 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang petugas pembaca meter sangat mempengaruhi beban kerja mental dan fisik mereka dalam melaksanakan setiap pekerjaan mereka di lapangan , ini terlihat dari jumlah petugas yang secara keseluruhan memiliki tingkat pekerjaan berat sangat

Setelah diketahui tingkat beban kerja mental pada masing-masing petugas.

Langkah selanjutnya mencari factor yang paling dominan berdasrkan hasil penjumlahan dan persentase setiap aspek. Untuk hasil perhitungan factor yang paling dominan pada setiap petugas dalam perbandingan elemen skor NASA-TLX. Dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Tabel 11. Perbandingan Elemen Skor Nasa – TLX

Faktor Jumlah Skor Rata - Rata %

KM 1770 177 14.92

KF 1950 195 16.40

KW 2160 216 18.05

P 2180 218 18.30

TU 2130 213 18.21

TF 1660 166 14.09

KM KF KW P TU TF 0

14.92 16.4 18.05 18.3 18.21

14.09

Persentase Elemen Skor Dari setiap Petugas Pembaca Meter

Gambar 2. Grafik Perbandingan Elemen Skor Nasa-TLX dari setiap petugas pembaca meter.

Dari data tabel data perbandingan elemen skor Nasa-TLX dari masing-masing petugas dengan rincian persentase aspek yang paling dominan mempengaruhi beban kerja seluruh petugas adalah sebagai berikut : yang pertama Perfomansi (18,30%), Tingkat Usaha (18,21%), Kebutuhan Waktu (18,05%), Kebutuhan Fisik (16,40%), Kebutuhan Mental (14,92%), dan Tingkat Frustasi (14,09).

4.2.4 Usulan Perbaikan Dari Hasil Perhitungan Beban Kerja

Usulan Perbaikan berdasarkan hsil perhitungan beban kerja terhadap masing-masing petugas, sebagai berikut:

Rata- rata beban kerja = Jumlah rata- rata WWL seluruh responden Jumlah Responden

Setelah mendapatkan hasil rata – rata beban kerja, kemudian hasil rata – rata tersebut di klasifikasikan berdasarkan skor Nasa – TLX.

Perhitungan rata – rata beban kerja :

Total Beban Kerja = 80 + 82 + 81.33 + 80.67 + 81.33 + 75.33 + 80.67 + 82.67 + 80.67 + 84 = 808.67

Rata – rata beban kerja petugas (kondisi actual 10 petugas) , yakni : 808.67/10 = 80.87 (Tingkat pekerjaan berat)

Rata – rata beban kerja petugas ( rekomendasi ditambah 1 orang) , yakni : 808.67/11 = 73.52 (Tingkat pekerjaan berat)

Rata – rata beban kerja petugas (rekomendasi ditambah 2 orang) , yakni : 808.67/10 = 67.38 (Tingkat pekerjaan ringan)

Berdasarkan hasil perhitungan saat penambahan 1 orang petugas belum cukup untuk menurunkan tingkat beban kerja karena masih Tinggi. Sehingga usul penambahan 2 orang petugas lebih di sarankan agar tingkat beban kerja menjadi sedang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan beban kerja mental yang sudah dilakukan melalui kuisioner NASA – TLX pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari seluruh petugas pembaca meter secara keseluruhan memiliki beban kerja yang sangat tinggi.

2. Data perbandingan elemen skor NASA – TLX dari masing-masing petugas dengan rincian persentase aspek yang paling dominan mempengaruhi beban kerja seluruh petugas adalah sebagai berikut : yang pertama Perfomansi (18,30%), Tingkat Usaha (18,21%), Kebutuhan Waktu (18,05%), Kebutuhan Fisik (16,40%), Kebutuhan Mental (14,92%), dan Tingkat Frustasi (14,09).

3. Berdasarkan perhitungan usulan perbaikan untuk menentukan jumlah petugas yang optimal dan menurunkan rata – rata skor beban kerja yang ada, maka dari itu perlu adanya penambahan petugas sebanyak 2 orang. Sehingga total jumlah petugas menjadi 12 orang dari jumlah sebelumnya hanya 10 orang.

5.2 Saran

Dari Perhitungan skor rata – rata beban kerja yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran dan masukkan kepada perusahaan untuk mengatasi tingginya beban kerja yang dialami petugas pembaca meter. Adapun rinciannya sebagai berikut :

1. Usulan penambahan petugas pembaca meter , karena dengan jumlah petugas pembaca meter saat ini tingkat beban kerja masih sangat tinggi yakni masuk kedalam kategori tingkat pekerjaan berat. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan ususlan penambahan 2 orang dari 10 orang yang ada, maka beban kerja menjadi sedang.

2. Perlu dilakukannya rotasi area kerja untuk mengurangi rasa bosan dan jenuh terhadap pekerjaan saat ini.

3. Lebih banyak memberikan pelatihan secara internal untuk terus memotivasi pekerja agar semangat dalam meningkatkan skill yang mereka miliki.

4. Menyediakan fasilitas olahraga yang memadai bagi karyawan seperti sarana tenis meja dan olahraga lainnya untuk mengurangi tingkat stress dan kejenuhan terhadap pekerjaan yang dihadapi.

Budiasa, I. K. (2021). Beban Kerja Dan Sumber Daya Manusia (N. K. Suryani, R. N.

Briliant, & E. Safitry, Eds.; Pertama). Penerbit Pena Persada.

https://www.researchgate.net/publication/353995816_BEBAN_KERJA_DAN_KI NERJA_SUMBER_DAYA_MANUSIA

Fajri, C., Rahman, T. Y., & Wahyudi. (2021). Membangun Kinerja Melalui Lingkungan Kondusif, Pemberian Motivasi Dan Proporsional Beban Kerja.

SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: Economic, Accounting, Management and Business, 4(1), 211–220.

Wijayanto, A., Hubeis, M. H., Affandi, J. M., & Hermawan, A. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Kerja Karyawan Determinants for Employee’s Work Competencies. Manajemen IKM, 6(2), 81–87.

LAMPIRAN

Dalam dokumen Tugas akhir Syawal indra REVISI (Halaman 33-0)

Dokumen terkait