TUGAS AKHIR
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Tridinanti Palembang
Disusun Oleh:
SYAWAL INDRA 1602240006
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG 2022
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
TUGAS AKHIR
ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX (Studi Kasus: Divisi Pembaca Meteran, di PDAM Tirta Musi Palembang)
Disusun Oleh:
SYAWAL INDRA 1602240006
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Syawal Indra
NPM : 1602240006
Program Studi : Teknik Industri
Fakultas : Teknik
Judul Tugas Akhir :
Dengan ini menyatakn dengan sebenar-benarnya bahwa :
i
Palembang, Maret 2022 Diperiksa dan disetujui oleh,
Pembimbing I
Selvia Aprilyanti S.T., M.T.
Pembimbing II
Faizah Suryani S.T., M.T.
Disahkan
Dekan Fakultas Teknik
Ir. Zulkarnain Fatoni, M.T., M.M.
Ketua Program Studi Teknik Industri
Faizah Suryani S.T., M.T.
Analisis Beban Kerja Mental Dengan Metode NASA TLX (Studi Kasus: Divisi Pembaca Meteran, Di PDAM Tirta Musi Palembang)
Tugas Akhir dan disebutkan sebagai bahan refrensi serta dimasukan dalam daftar pustaka,
2. Apabila dikemudian hari penulisan Tugas Akhir karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan serta bersedia menerima sanksi hokum berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional” pasal 70 yang berbunyi:
Lulusan yang karya ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan gelar akademik profesi atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat 2 (dua) terbukti merupakan jiplakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah).
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan dari pihak siapapun.
ii Foto
Palembang, Maret 2022
(Materai Rp. 10.000)
Syawal Indra
Maha Pengasih dan Penyayang. Shalawat serta salam selalu dihaturkan kepada Nabi junjungan kita Muhammad ﷺ sebagai sebaik-baik teladan.
Dengan rahmat dan taufik dari Allah semata, penulis telah menyelesaikan penelitian “Analisis Beban Kerja Dengan Metode NASA TLX (Studi Kasus: Divisi Pembaca Meteran, Di PDAM Tirta Musi Palembang)”.
Dalam Proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang senantiasa memberikan perlindungan dan kemudahan dalam segala urusan dunia dan akhirat.
2. Ibu Irnanda Pratiwi, S.T., M.T., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Tridinanti Palembang.
3. Ibu Faizah Suryani, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Tridinanti Palembang.
4. Bapak Ir. Hermanto MZ, M.M., selaku Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Teknik Industri Universitas Tridinanti Palembang.
5. Ibu Selvia Aprilyanti, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama Program Studi Teknik Industri Universitas Tridinanti Palembang.
iii
7. Seluruh Dosen di Program Studi Teknik Industri dan staff Universitas Tridinanti Palembang.
8. Orangtua, saudara kandung, beserta partner hidup Thifal Hanifah yang saya sayangi, telah memberikan motivasi, semangat dan doa hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Teknik Industri Universitas Tridinanti Palembang.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi kualitas penulisan atau pun segi kuantitas materi yang penulis sajikan. Semua ini tidak terlepas dari keterbatasan kapasitas yang dimiliki penulis dan penulis menyadari bahwa penulisan menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna. Penulis dengan tangan terbuka menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk kemajuan penulisan serupa dimasa yang akan dating agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, terimakasih.
iv
Palembang, September 2022
Syawal Indra
v
vi
HALAMAN PENGESAHAN...i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...ii
KATA PENGANTAR...iii
ABSTRAK...v
ABSTRACT...vi
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I...1
PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
Tabel 1. Laporan jumlah target pelanggan dalam sebulan ditahun 2020, 2021 &, 2022...3
1.2 Identifikasi Masalah...5
1.3 Perumusan Masalah...5
1.4 Tujuan Penelitian...5
1.5 Manfaat Penelitian...6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian...7
1.7 Sistematika Penulisan...8
BAB II...9
TINJAUAN PUSTAKA...9
2.1 Penelitian Terdahulu...9
2.2 Beban Kerja...17
2.2.1 Pengertian Analisis Beban Kerja...17
2.2.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia...20
2.2.3 Hubungan Analisis Beban Kerja dengan Perencanaan Sumber Daya Manusia...21
2.3 National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)...22
vii
Task Load Index (NASA-TLX)...22
BAB III...24
METODOLOGI PENELITIAN...24
3.1 Objek Penelitian...24
3.2 Sumber Data...28
3.3 Metode Pengumpulan Data...29
3.3.1 Observasi...29
3.3.2 Kuisioner...29
3.3.3 Kajian Literatur...29
3.4 Metode Analisa Data...29
3.4.2 Metode Penghitungan National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)...31
Tabel 3. Kuisioner Pembobotan Perbandingan Berpasangan...32
Tabel 4. Kuisioner Rating NASA-TLX...32
3.5 Diagram Alir Penelitian...32
Tabel 6. Flow Chart Penelitian...32
BAB IV...32
ANALISIS DAN PEMBAHASAN...32
4.1 Pengumpulan Data...32
4.1.1 Profil Perusahaan...24
4.1.2 Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi Palembang...26
4.1.3 Visi dan Misi PDAM Tirta Musi Palembang...27
4.2 Pengolahan Data...37
4.3 Analisa dan Pembahasan...37
BAB V...41
KESIMPULAN DAN SARAN...41
5.1 Kesimpulan...41
5.2 Saran...41
DAFTAR PUSTAKA...42
LAMPIRAN...43
viii
ix
x
xi
1.1Latar Belakang
Perusahaan air bersih pertama kali di kota Palembang didirikan pada tahun 1929 oleh pemerintah Belanda. Status dirubah secara resmi menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang pada tahun 1976. PDAM Tirta Musi Palembang merupakan salah satu perusahaan milik daerah di kota Palembang yang melakukan produksi air bersih serta administrasi khusus masyarakat kota Palembang. PDAM Tirta Musi Palembang memiliki visi untuk menjadi perusahaan yang pintar dan unggul dalam pengelola air limbah serta penyediaan air minum bersih.
Memperhatikan dan meningkatkan kualitas kinerja karyawan sudah menjadi kewajiban dan termasuk salah satu peranan penting dalam mewujudkan visi PDAM Tirta Musi Palembang. Secara umum PDAM Tirta Musi Palembang menggunakan sistem kerja seperti shift dan on target guna mengoptimalkan efektivitas kerja karyawan. Salah satunya direalisasikan pada karyawan bagian pembaca meter yang menggunakan sistem kerja on target di PDAM Tirta Musi Palembang. Sistem kerja on target atau sering disebut sebagai target kerja karyawan adalah cara mengukur keberhasilan kerja seseorang dengan tepat dan jelas secara kualitatif. Menetapkan target kerja secara wajar termasuk salah satu indikator penting dalam upaya pembentukan penguasaan kompetensi karyawan. Jika target kerja terlalu sulit maka yang terjadi adalah penurunan keinginan untuk mencapainya dan
1
pada akhirnya tidak terjadi proses peningkatan kompetensi karyawan (Wijayanto et al., 2011).
Pekerjaan dapat memberikan beban tersendiri, baik fisik, mental, dan sosial bagi para karyawan dalam menyelesaikannya. Namun, apabila tuntutan pekerjaan dapat dijaga intensitasnya oleh perusahaan maka, pekerjaan tidak akan menjadi beban berlebihan dan dapat menjaga ketenangan para karyawan dalam bekerja. Target kerja yang terlalu sulit akan memberikan tekanan dan menjadi pemicu beban kerja bagi karyawan.
Beban kerja mempengaruhi turunnya kinerja secara nyata, keberhasilan dalam konteks kinerja dapat tercapai apabila berbagai masalah dapat direduksi salah satunya beban kerja. Semakin baik perusahaan dalam mengatur rotasi kerja, maka akan menciptakan iklim kerja yang seimbang sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas kinerja karyawan (Fajri et al., 2021).
Beban kerja adalah salah satu hal yang dibahas dalam psikologi Industri dan organisasi (PIO) & ergonomi, beban kerja juga menjadi topik yang semakin penting dalam masyarakat kita. Konsep beban kerja pertama kali diciptakan dengan fokus konsentrasinya adalah beban kerja fisik.
Sedangkan saat ini dunia sudah semakin maju, sebagian besar pekerjaan fisik telah digantikan dengan mesin yang melakukan angkat berat dan bergerak. Studi yang melibatkan beban kerja lebih difokuskan pada jenis beban kerja lainnya, termasuk: beban kerja psikomotor, persepsi, atau komunikasi (Wierwille & Casali, 1983). Membaca meteran menggabungkan banyak jenis beban kerja, tetapi yang paling penting adalah
mental karena selain mendapat tekanan dari perusahaan, juga mendapatkan tekanan dari pelanggan berupa keluhan.
Tabel 1. Laporan jumlah target pelanggan dalam sebulan ditahun 2020, 2021 &, 2022.
Nama Karyawan Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Bowo 3429 3463 3761
Dwi 3457 3511 3759
Eko 3396 3459 3759
Irwan 3100 3140 3732
Muslim 3407 3423 3751
Lubis 2911 2702 PENSIUN
Nopriansyah 3410 3536 3769
Pijar 3404 3528 3764
Tommy 3081 3473 3773
Syawal 3263 3060 3682
Yuliansyah 2723 2780 3123
Beban kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Beban kerja adalah persepsi dari pekerja mengenai sekumpulan kegiatan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu serta upaya dalam menghadapi permasalahan dalam pekerjaan (Budiasa, 2021). Beban kerja mental yang dialami karyawan bagian pembaca meter berdasarkan data jumlah target (lihat table 1) adalah target yang berlebihan, target yang harus diselesaikan untuk satu orang karyawan dalam 18 hari di tahun 2020 dengan rata-rata 3200 rumah/karyawan, semenjak ada karyawan yang pensiun ditahun 2022 dan pelanggan kian bertambah 10-50 di tiap bulannya, target yang harus dipenuhi juga semakin meningkat menjadi kurang lebih 3700 rumah/karyawan dalam 18 hari. Para karyawan merasa kekurangan waktu, sehingga mengambil waktu senggang diluar jam kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Waktu kerja yang
telah ditetapkan untuk karyawan pembaca meter adalah senin – jum’at sedangkan pelaksanaan secara nyata para karyawan bekerja sampai sabtu agar bisa mencapai target tersebut.
Beban kerja dapat diketahui dengan cara mengukurnya, pengukuran beban kerja juga dibutuhkan untuk mengetahui apakah sudah sesuai atau belum sesuai beban kerja yang dialami pada karyawan tersebut. Selain itu, melalui pengukuran beban kerja kita dapat mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang mempengaruhi beban mental manusia dan mengevaluasinya agar beban mental tersebut dapat diminimumkan.
Pengukuran beban mental sangat dibutuhkan untuk mengetahui kapasitas kerja karyawan sehingga beban mental dari karyawan tersebut dapat diminimumkan.
Oleh karena itu, diperlukan metode yang dapat menghitung beban kerja tersebut yaitu pengukuran beban kerja mental. Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya dengan metode NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index). NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA- Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981. Metode ini berupa kuesioner dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih mudah namun lebih sensitif pada pengukuran beban kerja.
1.2Identifikasi Masalah
Dalam melakukan penelitian analisis beban kerja ini, penulis menyimpulkan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya beban kerja yang dirasakan oleh karyawan bagian pembaca meter pada saat target kerja meningkat setelah ada beberapa karyawan yang pensiun.
2. Menggunakan waktu senggang diluar jam kerja untuk mencapai target yang berlebihan.
1.3Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menganalisis beban kerja karyawan bagian pembaca meter, mengetahui faktor apa yang paling dominan terhadap beban kerja, dan 2. Bagaimana cara mengoptimalkan waktu untuk karyawan bagian
pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palembang dengan metode Nasa – TLX.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat dsimpulkan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi hasil analisis beban kerja para karyawan bagian pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palembang,
2. Menganalisis faktor yang paling dominan terhadap beban kerja para karyawan bagian pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palembang, 3. Menganalisis cara optimal agar beban kerja para karyawan bagian
pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palembang dapat menurun.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:
1. Bagi peneliti
Sebagai sarana penerapan ilmu yang sudah dipelajari di bangku perkuliahan ke dalam dunia industri yang sesungguhnya.
2. Bagi mahasiswa
a. Memenuhi persyaratan kurikulum Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Industri Universitas Tridinanti Palembang.
b. Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai penghitungan beban kerja mental secara riil di dunia industri.
3. Bagi akademik
a. Sebagai masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum yang ada sesuai dengan kebutuhan industri.
b. Sebagai masukan untuk penyempurnaan kurikulum di masa yang akan datang.
c. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penyelesaian kasus yang sama.
4. Bagi perusahaan
a. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam menetapkan kebijakan yang lebih baik.
b. Dengan dilakukan perhitungan beban kerja mental diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam memperbaiki sistem yang sudah ada.
c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk mengetahui seberapa besar beban kerja mental para karyawan bagian pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palembang.
d. Mempererat kerja sama universitas dan perusahaan dengan Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Tridinanti Palembang.
1.6Ruang Lingkup Penelitian
Agar penyelesaian masalah dalam penenlitian ini dapat lebih terarah dan tidak menyimpang maka perlu dilakukan beberapa batasan masalah antara lain:
1. Studi kasus dilaksanakan pada bagian pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palembang.
2. Pengukuran dilakukan terhadap keseluruhan petugas pembaca meter yang berjumlah total 10 karyawan.
3. Penelitian yang dilakukan hanya mengukur beban kerja mental secara subjektif menggunakan kuisioner NASA-TLX.
4. Data yang disajikan adalah pekerjaan rutin selama 1 tahun terakhir.
5. Penelitian ini murni hanya untuk menghitung beban kerja mental.
1.7Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisikan uraian landasan teori – teori yang berkaitan dengan pokok bahasan penyusunan laporan ini.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini berisikan mengenai tempat penelitian yang dilakukan, memaparkan tentang metode pengumpulan data dan bagaimana analisis data yang dilakukan .
BAB IV. PEMBAHASAN. Bab ini menguraikan tentang data dan bagaimana pengolahan datanya, analisis dan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran perbaikan dari hasil penelitian yang di dapat.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dicantumkan sebagai sumber rujukan yang sejalan dengan penelitian ini.
Tabel 2. Data Penelitian Terdahulu No
.
Tahu n
Peneliti Judul
Tujuan Penelitian
Metode
Hasil Penelitian 1 2017 Nur Azemil
& Hana Catur Wahyuni
Analisis Beban Kerja Pegawai
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh beban kerja terhadap kinerja pegawai
National Aeronautics And Space Administration – Task Load Index (Nasa- Tlx)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pegawai yang memiliki beban kerja tinggi adalah
84% dan
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara beban kerja terhadap kinerja pegawai.
2 2018 Silvia, Muhammad Ihsan
Analisis Beban Kerja Mental
Untuk mengetahui beban kerja
National Aeronautics And Space
Dari hasil pengukuran 6 orang operator
Hamdy, Redha Yusnil
Operator Mesin Dryer Bagian auto Clipper dengan Metode NASA-TLX (Studi Kasus:
Pt. Asia
Forestama Raya)
mental dari operator mesin continiuos dryer bagian auto clipper PT. Asia Raya Forestama.
Administration – Task Load Index (Nasa- Tlx) &
Fishbone diagram.
auto clipper mendapatkan nilai WWL
masing –
masing 82,67;
83,34; 87,34;
86 yang
tergolong dalam kategori sangat tinggi dan 77,34; 79,34 yang tergolong kategori tinggi dengan factor kebutuhan fisik, kebutuhan mental dan perfomansi.
Berdasrkan factor dominan tersebut maka dilakukan Analisa menggunakan
fishbone
diagram untuk mengetahui akar penyebab tingginya beban kerja mental pada operator auto clipper.
Pada
faktorkebutuha
n fisik
penyebabnya karena kondisi pekerja yang berdiri selama 11 jam tanpa istirahat, factor kebutuhan mental penyebabnya kerena tuntutan dan target dari perusahaan yang tinggi, dan
factor umur operator yang diatas 40 tahun sehingga
tingkat
ketelitian dan focus dalam bekerja menjadi berkurang.
3 2019 Santika Sari Aanalisis Beban Kerja menggunakan Metode Nasa- Task Load Index pada
Karyawan Telkom Applied Science School Bandung
Untuk mengetahui seberap abesar beban kerja mental yang dialami oleh karyawan dan factor apa yang mempengaruhi beban kerja tersebut.
Pengukuran beban kerja pada karyawan bidang akademik ini dapat
National Aeronautics And Space Administration – Task Load Index (Nasa- Tlx)
Hasil dari perhitungan NASA-TLX pada karyawan bidang
akademik berada pada tingkat beban kerja yang berat. Elemen beban kerja yang paling dominan pada karyawan tersebut adalah temporal
menentukan Langkah yang tepat untuk menjaga
produktivitas kerja.
demand dan effort
3 2020 Diana
Chandra Dewi
Analisis Beban Kerja Mental
Operator Mesin Menggunaka n Metode NASA TLX di PTJL
Untuk mengetahui tingkat beban kerja mental operator mesin, pada area mana yang memiliki tingkat beban mental paling tinggi pada operator mesin PTJL.
National Aeronautics And Space Administration – Task Load Index (Nasa- Tlx)
Beban kerja mental pada operator mesin di PTJL dengan metode NASA- TLX diperoleh skor akhir NASA-TLX bahwa area yang memiliki beban kerja mental paling tinggi pad aoperator mesin di BG Plant (BGP) PTJL adalah area Amine System sebesar 92,3.
Dapat disimpulkan bahwa beban kerja mental
pada area
Amine System dirasakan sangat tinggi akan
berpengaruh terhadap kinerja operator. Oleh sebab itu perlu perhaitan
khusus dari kepala divisi Operation di
BG Plant
(BGP) PTJL untuk
mengurangi beban kerja mental
khususnya pada
operator area Amnine System
4 2020 Shinta Prastika, Dayal Gustopo, Prima Vitasari
Analisis Beban Kerja Dengan Metode Nasa- Tlx di PT.
POS Indonsia cabang
Malang Raya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyeimbangka n beban kerja mental dan beban kerja fisik para karyawan agar
tidak akan
merasa tidak seimbang dalam melakukan aktivitasnya dan menyebabkan penurunan
motivasi kerja, berkurangnya konsentrasi, cedera, dan lain- lain.
Metode NASA-TLX untuk beban kerja mental, kemudian metode
Cardiovascula r Load untuk beban kerja fisik.
Untuk PT. Pos Indonesia wilayah Malang Raya ada 34%
untuk Mental Demand, 19%
Physical
Demand, 17%
untuk indikator upaya mental- fisik, 14%
untuk indikator kebutuhan
waktu dan
indikator
kinerja atau perfomansi, dan juga 2% untuk indikator
frustasi. Untuk pengukuran beban kerja
fisik
menggunakan metode
Cardiovascular Load diperoleh rata-rata sebesar 40,75% yang termasuk ke dalam
klasifikasi diperlukannya perbaikan.
5 2020 Al Hamdha Sutan
Akbar, Magister Alfatah Kalijaga, Thoriq Thaliburros h ad
Pengukuran Beban Kerja Mental
perkerja Departemen Produksi menggunakan Metode NASA-TLX di PT. Z
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur beban kerja mental yang dirasakan oleh 5 pekerja pada bagian pengantongan dan 5 pekerja pada bagian
amoniak di
departemen
National Aeronautics And Space Administration – Task Load Index (Nasa- Tlx)
Menunjukkan
bahwa 5
pekerja pada bagian
pengantongan dan 5 pekerja pada bagian amoniak di Departemen Produksi PT. Z.
mengalami atau merasakan beban kerja
Produksi PT. Z. mental yang berkategori tinggi.
2.2 Beban Kerja
2.2.1 Pengertian Analisis Beban Kerja
Beban kerja merupakan persepsi dari pekerja mengenai sekumpulan kegiatan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu serta upaya menghadapi permasalahan dalam pekerjaan (Budiasa, 2021).
Beban kerja mempengaruhi turunnya kinerja secara nyata, keberhasilan dalam konteks kinerja dapat tercapai apabila berbagai masalah dapat direduksi salah satunya beban kerja. Semakin baik perusahaan dalam mengatur rotasi kerja, maka akan menciptakan iklim kerja yang seimbang sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas kinerja karyawan (Fajri et al., 2021). Beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan tenaga para pekerja dapat menimbulkan dampak negatif seperti kualitas kerja menurun, kelelahan fisik yang berdampak sakit, turunnya konsentrasi, pengawasan diri, serta akurasi kerja sehingga hasil kerja tidak sesuai dengan standar yang ditentukan, besar kemungkinan akan menambah jumlah keluhan pelanggan karena pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan harapan.
Melewati "garis merah" beban kerja dapat menyebabkan kegagalan kinerja dan bisa membuatnya menjadi lebih buruk lagi, bahkan bencana hingga kematian (G. M. Hancock et al., 2021).
Masih belum ada definisi yang diterima secara universal untuk beban kerja mental. Satu diusulkan definisinya adalah: “Beban kerja mental adalah
konstruk hipotetis yang menggambarkan sejauh mana sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan suatu tugas telah dilibatkan secara aktif oleh operator” (Gopher & Donchin, 1986). Definisi lain dari beban kerja mental yang diusulkan oleh (Verwey, 2000) adalah bahwa "beban kerja mental terkait dengan jumlah perhatian yang dibutuhkan untuk membuat keputusan."
Beban kerja terbagi menjadi 3 tingkatan (Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi, 2017) sebagai berikut:
1. Beban kerja diatas tingkatan normal, menggunakan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dari jam kerja yang tersedia atau volume pekerjaan bertambah melebihi kemampuan pekerja.
2. Beban kerja tingkatan normal, waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan sama dari jam kerja yang tersedia atau volume pekerjaan sama dengan kemampuan pekerja.
3. Beban kerja dibawah tingkatan normal, menggunakan lebih sedikit waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dari jam kerja yang tersedia atau volume pekerjaan lebih rendah dari kemampuan pekerja.
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja (Tarwaka et al., 2004) antara lain:
1. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar, seperti; 1) Tekanan dari tugas yang bersifat fisik dan psikologis, tata ruang dan tempat, alat dan sarana kerja, kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan; 2) Organisasi kerja, seperti
lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, system pengupahan, model struktur organisasi pelimpahan tugas dan wewenang; 3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis
2. Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri akibat reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
Pengukuran beban kerja bisa dilakukan melalui pengukuran beban kerja mental secara subjektif (Subjective Methode). Pengukuran beban kerja mental secara subjektif yaitu pengukuran beban kerja dimana sumber data yang diperoleh adalah data yang bersifat kualitatif dan diambil berdasarkan persepsi subjektif responden atau pekerja.
Pengukuran ini merupakan salah satu pendekatan psikologi dengan cara membuat skala psikometri untuk mengukur beban kerja mental seseorang. Pengkuran secara subjektif merupakan cara termudah untuk memperkirakan mental workload pada pekerja dalam menampilkan tugas-tugas tertentu. salah satunya menggunakan skala NASA-TLX, skala ini mendapatkan hasil yang valid, peringkat tinggi dan akurat dari skala pengukuran beban kerja lain (Miller, 2001), Umumnya, NASA- TLX adalah skala multidimensi yang sangat baik untuk mengukur beban kerja mental (Hill et al., 1992) menemukan bahwa TLX sangat
disukai, sensitif terhadap perubahan beban kerja, dan memiliki diagnostik yang tinggi. Salah satu kelemahannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dan menganalisis tes. Kelemahan lain dengan skala TLX, seperti halnya skala subjektif lainnya, adalah konsistensi.
2.2.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia merupakan suatu pengambilan keputusan dalam menempatkan karyawan pada pekerjaan tertentu.
Dalam hal ini, Perusahaan berupaya menciptakan kualitas SDM yang cukup tinggi untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.
Perencanaan sumber daya manusia ini juga dimaksudkan agar jumlah tenaga kerja masa kini dan masa depan sesuai dengan beban pekerjaan, kekosongan karyawan dapat terhindar serta semua pekerjaan bisa terlaksanakan tanpa terhambat dengan alasan kekurangan tenaga kerja.
2.2.3 Hubungan Analisis Beban Kerja dengan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Kebutuhan sumber daya manusia semakin meningkat sesuai dengan kuantitas kerja yang akan dicapai dan diharapkan mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan harapan perusahaan. Pengukuran beban kerja diperlukan untuk menetukan waktu bagi setiap tenaga kerja yang ada agar memenuhi persyaratan untuk melakukan pekerjaan pada pencapaian target perushaan. Untuk mengatasi masalah pengukuran beban kerja, Maka dalam penelitian ini menggunakan metode Analis
beban kerja. Metode ini akan memberikan informasi bagaimana tenaga kerja tersebut dapat menyelesaikan beban kerja yang ada.
2.3 National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA- TLX)
2.3.1 Pengertian National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)
National Aeronautics and Space Administration Task Load Index atau disebut menjadi NASA-TLX merupakan skala untuk mengukur beban kerja. Terbentuknya skala NASA-TLX bermula dari dua peneliti NASA, Cooper dan Harper yang merancang decision tree secara khusus bertujuan untuk melihat kemungkinan kinerja pilot pada penerbangan NASA. Beberapa peneliti HFE (Human Factors and Ergonomics) menggunakan skala Cooper-Harper dan mengembangkannya menjadi skala yang dimodifikasi untuk melaporkan beberapa dari pekerjaan awal mengenai penilaian subjektif mental workload. Skala Cooper- Harper yang asli membantu mendorong perkembangan terbentuknya skala NASA Task Load Index (NASA-TLX) yang terkenal dengan Indeks beban kerja subjektif (Hancock et al., 2021).
2.3.2 Penghitungan National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)
NASA-TLX memiliki enam subskala yang terdiri dari: (1) Mental Demand (MD), membahas tentang seberapa banyak aktivitas mental dan persepsi yang diperlukan saat bekerja (misalnya, berpikir,
memutuskan, menghitung, mengingat, melihat, mencari, dll.); (2) Physical Demand (PD), membahas tentang seberapa banyak aktivitas fisik yang diperlukan saat bekerja (misalnya mendorong, menarik, memutar, mengontrol, mengaktifkan, dll.); (3) Temporal Demand (TD), membahas tentang seberapa banyak tekanan waktu yang dirasakan karena pekerjaan; (4) Own Performance (PE), membahas tentang seberapa sukses pencapaian tujuan tugas yang telah ditetapkan oleh perusahaan; (5) Effort, membahas tentang seberapa keras usaha (mental dan fisik) untuk mencapai tingkat kinerja; (EF), dan; (6) Frustration (FR), membahas tentang seberapa tidak aman, putus asa, jengkel, stres, dan kesal yang dirasakan saat bekerja atau perasaan sebaliknya aman, santai, dan puas diri yang dirasakan saat bekerja (Hart & Staveland, 1988).
Setiap dimensi dinilai pada skala analog visual antara 0 dan 100 dari kiri ke kanan pada skala. Peserta diberikan definisi skala penilaian secara jelas untuk membantu membuat penilaian yang konsisten.
NASA-TLX menggunakan proses pembobotan yang membutuhkan tugas perbandingan berpasangan. Tugas tersebut mengharuskan operator untuk memilih dimensi mana yang lebih relevan dengan beban kerja untuk tugas tertentu di semua pasangan dari enam dimensi. Skala beban kerja diperoleh untuk setiap tugas dengan mengalikan bobot dengan skor skala dimensi individu, menjumlahkan seluruh skala, dan membaginya dengan bobot total (Hill et al., 1992).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah beban kerja yang diukur dengan pengamatan setiap elemen aktivitas yang berasal dari tugas karyawan PDAM Tirta Musi Palembang terkhusus karyawan yang bertugas sebagai pembaca meteran air.
Penelitian ini menentukan beban kerja dominan yang dirasakan para
karyawan saat menjalankan tugas serta menentukan frekuensi pengerjaan dalam satu tahun terakhir.
3.1.1 Profil Perusahaan
Perusahaan Air Bersih Kota Palembang didirikan pada tahun 1929 oleh pemerintah Kolonial Belanda yang berlokasi di 3 ilir Palembang dengan nama Palembang Water Leading. Pendirian instalasi I selesai pada tahun 1933, setelah Indonesia merdeka perusahaan diambil alih oleh Kota Madya Palembang Seksi Teknik Air Bersih Dinas Pekerjaan Umum Kota Madya Palembang. Berdasarkan surat keputusan Walikota Madya Palembang pada tanggal 21 Agustus 1963 perusahaan Air Bersih tersebut menjadi perusahaan Air Bersih yang melaksanakan produksi dan administrasi. Pada tahun 1976 statusnya berubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi berdasarkan Perda Kota Madya Daerah Tingkat II Palembang Nomor: 1/Perda/Huk/1976 tanggal 3 April 1976 dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Nomor: 20/KPTS/IV/1976 tanggal 11 Juni 1976.
Pelayanan air bersih yang disediakan oleh pemerintah daerah salah satunya dapat dilihat di Kota Palembang yang dikelola oleh PDAM Tirta Musi Kota Palembang berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Nomor: 20/KPTS/IV/1976, Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang Nomor:
1/Perda/Huk/1976, dan Perda Kotamadya Tingkat II. Palembang Nomor 9 Tahun 1999, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 huruf d
“Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Musi Palembang yang selanjutnya disingkat PDAM Tirta Musi Palembang adalah Perusahaan Daerah Air Minum milik Pemerintah Daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan air minum”. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi Palembang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dikelola oleh Pemerintah Kota Palembang yang beralamat di Jalan Rambutan Ujung No.01, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Sumatera Selatan. PDAM Tirta Musi Palembang mempunyai tiga (3) sumber air baku (INTAKE) yang terletak di Karang Anyar, Ogan dan Ilir. Dari semua Instalasi Pengolahan Air tersebut bisa memproduksi air bersih sekitar 26.000 m3 per hari dan 780.000 m3 air bersih per bulannya. Air yang telah diolah menjadi air bersih itu nantinya akan didistribusikan langsung ke pelanggan.
Sebagai perusahaan yang memberikan jasa dan menyelenggarakan manfaat umum yang sifatnya nirlaba, PDAM tidak seharusnya berorientasi pada keuntungan, melainkan lebih berorientasi terhadap mutu pelayanan yang berkualitas, maupun menyediakan air dengan mutu tinggi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan (tidak berbau dan tidak berwarna), kontinuitas, inovatif, sehingga PDAM Tirta Musi Kota Palembang dapat mempertahankan diri, dan di masa depan diharapkan dapat menjadi sebuah perusahaan pemberi jasa yang mandiri, memiliki performance yang dapat dipercaya dan dapat dibanggakan oleh masyarakat Kota Palembang.
3.1.2 Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi Palembang Berikut ini adalah struktur organisasi PDAM Tirta Musi Palembang.
Sumber: PDAM Tirta Musi Palembang (2021)
Gambar Struktur Organisasi PDAM Tirta Musi Palembang
3.1.3 Visi dan Misi PDAM Tirta Musi Palembang
3.1.3.1 Visi
Menjadi perusahaan smart happy yang unggul dalam penyediaan air minum dan pengelola air limbah di Indonesia pada tahun 2028
3.1.3.2 Misi
1. Menjadi penyedia air minum yang handal berprinsip pada pelayanan 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta GCG (Good Corporate Governance)
2. Mengintegrasikan semua informasi produksi, distribusi, pelayanan dan sumber daya dalam pengembangan transformasi teknologi digital sebagai sumber kekuatan perusahaan
3. Mengutamakan kepuasan/kebahagiaan pelanggan dengan pelayanan yang lancar, aman, cukup, teratur dan bertanggung jawab sehingga menjadi kebanggaan masyarakat dan pemerintah
4. Mampu memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan terbaik secara berkelanjutan bagi karyawan dan menjadi tempat memperluas wawasan pengetahuan dan keterampilan tentang penyediaan air minum dalam upaya pengembangan diri yang lebih kreatif dan inovatif dengan teknologi tepat guna, efisien dan terintegrasi, berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
3.2 Sumber Data 3.2.1 Data Primer
Data pada penelitian ini menggunakan data primer yang menggunakan hasil pengisian kuisioner oleh karyawan PDAM Tirta Musi Palembang yakni pada divisi pembaca meter yang berjumlah 10 orang.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang dapat diperoleh secara tidak langsung dari subjek penelitian, seperti melalui orang lain atau melalui dokumen. Dalam penelitian ini, data sekunder dari berbagai pustaka seperti buku, jurnal, dan artikel di internet dapat mendukung dan melengkapi penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan didapatkan melalui cara sebagai berikut:
3.3.1 Observasi
Observasi, dilakukan dengan melihat keadaan perusahaan serta memperhatikan karyawan dalam melakukan pekerjaan.
3.3.2 Kuisioner
Kuisioner dilakukan kepada karyawan 10 karyawan pembaca meter untuk memastikan kesesuaian deskripsi tugas yang diturunkan menjadi elemen kegiatan
3.3.3 Kajian Literatur
Kajian literatur, yaitu membaca dari beberapa literatur seperti jurnal, buku, internet, dan skripsi dengan judul yang relevan.
3.4 Metode Analisa Data
Perhitungan beban kerja menggunakan metode NASA-TLX memiliki langkah - langkah di bawah ini:
3.4.1 Penjelasan setiap indikator pengukuran
Berikut table yang menjelaskan setiap indikator untuk menilai beban kerja pada setiap karyawan.
Tabel 2. Enam indikator Beban Kerja Mental :
Dimensi Keterangan Skala
Kebutuhan Mental (KM)
Seberapa besar tuntutan aktivitas mental
danperseptual yang dibutuhkan dalam pekerjaan Anda ( contoh:
berpikir, memutuskan, menghitung, mengingat, melihat, mencari ).
Aapakah pekerjaan tersebut kompleks, longgar atau ketat?
Rendah - Tinggi
Kebutuhan Fisik (KF) Seberapa besar aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam pekerjaan Anda ( contoh : mendorong, menarik, memutar, mengontrol, menjalankan dan lainnya). Apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit, pelan
Rendah - Tinggi
atau cepat dan melelahkan?
Kebutuhan Waktu (KW)
Seberapa besar tekanan waktu yang anda rasakan selama pekerjaan atau elemen pekerjaan berlangsung? Apakah pekerjaan santai, atau cepat dan melelahkan?
Rendah – Tinggi
Perfomansi (PF)
Sebeerapa besar keberhasilan anda di dalam mencapai target pekerjaan anda?
Seberapa puas anda dengan perfomansi anda dalam mencapai target tersebut?
Rendah – Tinggi
Tingkat Usaha (TU)
Seberapa besar usaha yang anda keluarkan secara mental dan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai level
perfomansi anda?
Rendah – Tinggi
Tingkat Frustasi Seberapa besar rasa tidak aman, putus asa,
tersinggung, stress, dan
Rendah – Tinggi
terganggu dibanding dengan rasa aman puas, cocok, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan selama mengerjakan pekerjaan tersebut?
3.4.2 Metode Penghitungan National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)
Langkah-langkah pengukuran dengan menggunakan NASA-TLX adalah sebagai berikut (P. A. Hancock & Chignell, 1988):
1. Pembobotan, pada bagian ini responden diminta untuk membandingkan dan memilih salah satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan dalam menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa perbandingan berpasangan. Jumlah total hitungan yang dipilih menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental. Berikut tabel perbandingan indikator NASA-TLX:
Tabel 3. Kuisioner Pembobotan Perbandingan Berpasangan Perbandingan
berpasangan
KM v
s KF
KM v
s
KW
KM v s
PF
KM v
s TU
KF v
s TF
KF v
s
KW
KF v
s PF
KF v
s TU
KF v
s TF
KW v
s PF
KW v
s TU
KW v
s TF
PF v
s TU
PF v
s TF
TU v
s TF
2. Pemberian rating, pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator beban mental. Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Untuk mendapatkan skor beban
mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan). Berikut skala rating dari NASA TLX:
Tabel 4. Kuisioner Rating NASA-TLX
1 Kebutuhan Mental (KM)
0 1
0 2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
10 0
2 Kebutuhan Fisik (KF)
0 1
0 2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
10 0
3 Kebutuhan Waktu (KW)
0 1
0 2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
10 0
4 Performasi (PF)
0 1
0 2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
10 0
5 Tingkat Usaha (TU)
0 1
0 2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
10 0
6 Tingkat Frustasi (TF)
0 1
0 2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
10 0
3. Menghitung nilai produk, diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, CE, FR, EF):
Produk = rating x bobot factor
4. Menghitung Weighted Workload (WWL), Diperoleh dengan menjumlahkan keenam nilai produk
3.2. WWL = Σproduk
5. Menghitung rata-rata WWL, diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah bobot total
3.3. Rata-rata WWL =WWL/15
6. Interpretasi skor, dalam teori NASA-TLX (Hart & Staveland, 1988) skor beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu:
Tabel 5. Kategori skor beban kerja NASA-TLX
Skala Kategori
71-100 Tingkat Pekerjaan Berat 35-70 Tingkat Pekerjaan
Sedang 0-35 Tingkat Pekerjaan
Ringan
NASA TLX memiliki beberapa kelebihan, yaitu pengukuran secara multidimensional, cepat dan sederhana dalam proses penyajian data, dan biaya penelitian yang murah, tetapi memiliki nilai sensitivitas yang tinggi. NASA TLX selain digunakan untuk pengukuran beban kerja mental pada perusahaan manufaktur, metode ini juga cocok dikembangkan dalam pengukuran beban kerja perusahaan jasa.
3.5 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mengukur beban kerja yang ditanggung oleh karyawan pembaca meteran di PDAM menggunakan alat ukur beban kerja subjektif yaitu NASA-TLX. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dari karyawan yang berada di bagian pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palembang yang berjumlah sebanyak 10 orang. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dan kuisioner. Pada tahap wawancara, proses pengambilan data dengan cara tanya jawab dan diskusi langsung kepada pihak yang bersangkutan yakni para pekerja pembaca meteran tentang hal yang berhubungan dengan objek yang akan di teliti secara langsung, peneliti juga menyebarkan kuesioner sebagai alat dalam tahap pengumpulan data.
Gambar 1. Flow Chart Penelitian
Pengolahan data:
Metode NASA-TLX Pembobotan & Rating
Analisis Data
Kesimpulan & Saran Penelitian:
Wawancara & Kuisioner Penetapan Tujuan
Studi Literatur:
Buku & Jurnal Identifikasi Masalah
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data dan pengolahan data
Pada Bab ini dijelaskan mengenai pengumpulan dan olah data untuk menghitung beban kerja mental petugas pembaca meter di PDAM Tirta Musi Palmebang melalui kuisioner dengan menggunakan metode NASA – TLX. Pada metode ini memiliki 6 indikator yang menjadi penilaian, yaitu kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, perfomansi kerja , tingkat usaha dan tingkat frustasi.
Dengan memasukkan 15 perbandingan dari ke 6 indikator secara berpasang – pasangan untuk dilakukan penilaian dengan pembobotan, kemudian dari ke 6 indikator juga diberikan rating sesuai dengan yang dirasakan oleh responden. Kuisioner dibagikan kepada 10 orang petugas pembaca meter, untuk bentuk kuisioner di lampirkan pada halaman lampiran.
Berikut rekap data nama – nama responden yang diberikan kuisioner dalam penelitian ini :
Tabel 6. Berikut nama- nama petugas pembaca meter du PDAM Tirtamusi Palembang Unit KM.4 :
NO. NAMA
1 Bowo Prasetyo
2 Dwi Yudi Sandi Wijaya 3 Eko Julianto
4 Muslim
5 Nopriyansyah
6 Irwansyah 7 Pijar Mapiara
8 Tommy Pratama Putra 9 Yuliansyah
10 Syawal Indra
4.2 Analisa dan Pembahasan
4.3.1 Pembobotan
Pada kuisioner ini diberikan lima belas pasang dari keenam
indikator yang ada, kemudian responden diminta untuk memilih (mencoret yang tidak dominan) salah satu dan harus mengisi kelima belas psang yang ada. Berikut merupakan rekap data dari kuisioner perbandingan
berpasangan untuk indikator dari masing masing petugas pembaca meteran. (contoh lembar kuisioner pembobotan dapat di lihat pada halaman lampiran).
Tabel 7. Rekap data kuisioner indikator perbandingan dari pertugas pembaca meter.
Nama Petugas Indikator Perbandingan
KM KF KW P TF TU
Bowo Prasetyo 2 3 1 4 3 2
Dwi Yudi Sandi Wijaya 3 1 4 2 1 4
Eko Julianto 2 3 1 4 4 1
Muslim 1 3 2 4 3 2
Nopriyansyah 4 1 3 2 2 3
Irwansyah 2 4 1 2 2 4
Pijar Mapiara 3 3 4 1 2 2
Tommy Pratama Putra 2 4 1 3 3 2
Yuliansyah 3 0 4 2 2 4
Syawal Indra 3 2 4 2 1 3
4.3.2 Penilaian Rating
Tahapan ini responden yang sama diminta untuk memberikan penilaian antara 0-100 pada enamindikator beban kerja mental. Pemberian penilaian tergantung pada pilihan yang diberikan oleh responden. Setelah itu setiap indikator penilaian saling dikalikan, lalu dijumlahkan dan dibagi 15 sehingga menghasilkan skor beban kerja mental. Tahapan pengkalian dimuat di dalam lembar kerja WWL (weighted workload). (Contoh lembar kuisioner penilaian rating dapat dilihat pada halaman lampiran).
Tabel 8. Rekapitulasi Skala Rating NASA-TLX pada petugas pembaca meter
Nama Petugas Rating NASA TLX
KM KF KW P TU TF
Bowo Prasetyo 80 80 90 90 70 70
Dwi Yudi Sandi Wijaya 60 90 90 80 90 80
Eko Julianto 60 90 70 90 80 80
Muslim 60 90 70 90 70 80
Nopriyansyah 80 70 90 90 80 70
Irwansyah 70 80 90 70 80 60
Pijar Mapiara 80 70 90 80 80 80
Tommy Pratama Putra 70 90 90 80 70 90
Yuliansyah 70 80 90 90 90 50
Syawal Indra 80 80 90 80 90 70
4.2.3 Penentuan WWL (Weighted Workload)
Setelah dari subbab rekap data, kemudian hasil besaran nilai dari kuisioner perbandingan berpasangan untuk indikator dikalikan dengan besaran nilai dari kuisioner pembobotan indikator. Setelah nilai product diketahui untuk masing-masing indikator, selanjutnya nilai tersebut dijumlahkan untuk keenam indikator dan menjadi besaran nilai weighted workload (WWL). Besar nilai WWL kemudian dibagi dengan 15, nilai 15 didapatkan dari banyaknya jumlah pasangan dari indikator yang ada pada kuisioner, sehingga menghasilkan besar nilai rata-rata WWL. Besar nilai rata-rata WWL Tersebut yang kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan skor NASA-TLX pada tabel 5 untuk mengetahui tingkat skor beban kerja mental. Berikut merupakan rekap data lembar kerja WWL pada klasifikasi beban kerja di masing-masing petugas pembaca meter.
Contoh perhitungan lembar kerja WWL (weighted workload) salah satu petugas.
Nama : Irwansyah
Jenis pekerjaan : Pembaca Meter
Tabel 9. Contoh Perhitungan Lembar Kerja WWL (weighted workload) salah satu petugas
N
o Indikator Bobot Rating WWL
1 Kebutuhan Mental 2 70 2 x 60 = 140
2 Kebutuhan Fisik 4 80 4 x 70 = 320
3 Kebutuhan Waktu 1 90 1 x 90 = 90
4 Perfomansi 2 70 2 x 70 = 140
5 Tingkat Usaha 4 80 4 x 60 = 320
6 Tingkat Frustasi 2 60 4 x 5 = 120
Jumlah 1130
Rata-rata Weighted Workload (WWL)
Rata-rata WWL =WWL/15
1130 : 15 = 75.33
Tabel 10. Rekap Hasil Rata-Rata WWL Petugas Pembaca Meter
No Nama Jabatan
Rata-Rata WWL
Kategori Beban Kerja
1 Bowo Prasetyo Pelaksana 80 Tingkat Pekerjaan Berat
2 Dwi Yudi Sandi Wijaya Pelaksana 82 Tingkat Pekerjaan Berat 3 Eko Julianto Pelaksana 81.33 Tingkat Pekerjaan Berat
4 Muslim Pelaksana 80.67 Tingkat Pekerjaan Berat
5 Nopriyansyah Pelaksana 81.33 Tingkat Pekerjaan Berat
6 Irwansyah Pelaksana 75.33 Tingkat Pekerjaan Sedang
7 Pijar Mapiara Pelaksana 80.67 Tingkat Pekerjaan Berat 8 Tommy Pratama Putra Pelaksana 82.67 Tingkat Pekerjaan Berat
9 Yuliansyah Pelaksana 80.67 Tingkat Pekerjaan Berat
10 Syawal Indra Pelaksana 84 Tingkat Pekerjaan Berat
Dari hasil Perhitungan Skor Beban Kerja, didapat petugas pembaca meter memilki beban kerja dengan tingkat pekerjaan berat 10 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang petugas pembaca meter sangat mempengaruhi beban kerja mental dan fisik mereka dalam melaksanakan setiap pekerjaan mereka di lapangan , ini terlihat dari jumlah petugas yang secara keseluruhan memiliki tingkat pekerjaan berat sangat
Setelah diketahui tingkat beban kerja mental pada masing-masing petugas.
Langkah selanjutnya mencari factor yang paling dominan berdasrkan hasil penjumlahan dan persentase setiap aspek. Untuk hasil perhitungan factor yang paling dominan pada setiap petugas dalam perbandingan elemen skor NASA- TLX. Dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 11. Perbandingan Elemen Skor Nasa – TLX
Faktor Jumlah Skor Rata - Rata %
KM 1770 177 14.92
KF 1950 195 16.40
KW 2160 216 18.05
P 2180 218 18.30
TU 2130 213 18.21
TF 1660 166 14.09
KM KF KW P TU TF 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
14.92 16.4 18.05 18.3 18.21
14.09
Persentase Elemen Skor Dari setiap Petugas Pembaca Meter
Gambar 2. Grafik Perbandingan Elemen Skor Nasa-TLX dari setiap petugas pembaca meter.
Dari data tabel data perbandingan elemen skor Nasa-TLX dari masing- masing petugas dengan rincian persentase aspek yang paling dominan mempengaruhi beban kerja seluruh petugas adalah sebagai berikut : yang pertama Perfomansi (18,30%), Tingkat Usaha (18,21%), Kebutuhan Waktu (18,05%), Kebutuhan Fisik (16,40%), Kebutuhan Mental (14,92%), dan Tingkat Frustasi (14,09).
4.2.4 Usulan Perbaikan Dari Hasil Perhitungan Beban Kerja
Usulan Perbaikan berdasarkan hsil perhitungan beban kerja terhadap masing-masing petugas, sebagai berikut:
Rata- rata beban kerja = Jumlah rata- rata WWL seluruh responden Jumlah Responden
Setelah mendapatkan hasil rata – rata beban kerja, kemudian hasil rata – rata tersebut di klasifikasikan berdasarkan skor Nasa – TLX.
Perhitungan rata – rata beban kerja :
Total Beban Kerja = 80 + 82 + 81.33 + 80.67 + 81.33 + 75.33 + 80.67 + 82.67 + 80.67 + 84 = 808.67
Rata – rata beban kerja petugas (kondisi actual 10 petugas) , yakni : 808.67/10 = 80.87 (Tingkat pekerjaan berat)
Rata – rata beban kerja petugas ( rekomendasi ditambah 1 orang) , yakni : 808.67/11 = 73.52 (Tingkat pekerjaan berat)
Rata – rata beban kerja petugas (rekomendasi ditambah 2 orang) , yakni : 808.67/10 = 67.38 (Tingkat pekerjaan ringan)
Berdasarkan hasil perhitungan saat penambahan 1 orang petugas belum cukup untuk menurunkan tingkat beban kerja karena masih Tinggi. Sehingga usul penambahan 2 orang petugas lebih di sarankan agar tingkat beban kerja menjadi sedang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan beban kerja mental yang sudah dilakukan melalui kuisioner NASA – TLX pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari seluruh petugas pembaca meter secara keseluruhan memiliki beban kerja yang sangat tinggi.
2. Data perbandingan elemen skor NASA – TLX dari masing- masing petugas dengan rincian persentase aspek yang paling dominan mempengaruhi beban kerja seluruh petugas adalah sebagai berikut : yang pertama Perfomansi (18,30%), Tingkat Usaha (18,21%), Kebutuhan Waktu (18,05%), Kebutuhan Fisik (16,40%), Kebutuhan Mental (14,92%), dan Tingkat Frustasi (14,09).
3. Berdasarkan perhitungan usulan perbaikan untuk menentukan jumlah petugas yang optimal dan menurunkan rata – rata skor beban kerja yang ada, maka dari itu perlu adanya penambahan petugas sebanyak 2 orang. Sehingga total jumlah petugas menjadi 12 orang dari jumlah sebelumnya hanya 10 orang.
5.2 Saran
Dari Perhitungan skor rata – rata beban kerja yang telah dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran dan masukkan kepada perusahaan untuk mengatasi tingginya beban kerja yang dialami petugas pembaca meter. Adapun rinciannya sebagai berikut :
1. Usulan penambahan petugas pembaca meter , karena dengan jumlah petugas pembaca meter saat ini tingkat beban kerja masih sangat tinggi yakni masuk kedalam kategori tingkat pekerjaan berat. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan ususlan penambahan 2 orang dari 10 orang yang ada, maka beban kerja menjadi sedang.
2. Perlu dilakukannya rotasi area kerja untuk mengurangi rasa bosan dan jenuh terhadap pekerjaan saat ini.
3. Lebih banyak memberikan pelatihan secara internal untuk terus memotivasi pekerja agar semangat dalam meningkatkan skill yang mereka miliki.
4. Menyediakan fasilitas olahraga yang memadai bagi karyawan seperti sarana tenis meja dan olahraga lainnya untuk mengurangi tingkat stress dan kejenuhan terhadap pekerjaan yang dihadapi.
Budiasa, I. K. (2021). Beban Kerja Dan Sumber Daya Manusia (N. K. Suryani, R. N.
Briliant, & E. Safitry, Eds.; Pertama). Penerbit Pena Persada.
https://www.researchgate.net/publication/353995816_BEBAN_KERJA_DAN_KI NERJA_SUMBER_DAYA_MANUSIA
Fajri, C., Rahman, T. Y., & Wahyudi. (2021). Membangun Kinerja Melalui Lingkungan Kondusif, Pemberian Motivasi Dan Proporsional Beban Kerja.
SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION: Economic, Accounting, Management and Business, 4(1), 211–220.
Wijayanto, A., Hubeis, M. H., Affandi, J. M., & Hermawan, A. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Kerja Karyawan Determinants for Employee’s Work Competencies. Manajemen IKM, 6(2), 81–87.
LAMPIRAN