• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Analisis Struktural

4. Latar/setting

Latar atau setting merupakan tempat terjadinya peristiwa. Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 46). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial.

a. Latar tempat, latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

commit to user

b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah ’kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. c. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan

dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 1994: 227-233).

5. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau peninat sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 5). Dalam pemikiran lain amanat dalam karya sastra adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca atau pendengar. (Hasan Alwi dan Tim, 2002:35). Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk antara lain menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Burhan Nurgiyantoro mengemukakan fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pendangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, yang diamanatkan ( Burhan Nurgiyantoro, 1994: 321).

B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis

Kenyataan dalam dua dasa warsa terakhir wanita menjadi hal yang menarik, yang dipicu oleh munculnya gerakan feminis di Barat yang disebut dengan istilah kaum feminisme. Feminisme gelombang pertama berkembang pada

commit to user

abad 18 dan 19, dan Feminisme gelombang kedua berkembang sekitar tahun 1960 di Eropa dan di Amerika Serikat, bukan merupakan suatu gerakan yang homogen, tetapi terbagi kedalam tiga golongan besar yaitu feminisme radikal, feminisme liberal, dan feminisme sosialis. Peranan wanita udah banyak perubahan karena adanya gerakan kaum feminisme yang tidak mau dipandang sebagai makhluk yang lemah. Sejarah kelahiran feminisme yaitu pada era pencerahan dieropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley montagu dam Marques De Condorcet. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.

Inti gerakan tersebut adalah penolakan terhadap semua hal yang mereka sebut sebagai dominasi laki-laki. Yang paling extrim dari gerakan mereka adalah pandangan mereka terhadap seks. Menurut mereka hubungan seksual yang terjadi antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai bentuk dan perwujudan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Hal terpenting dari kenyataan tersebut adalah bahwa relasi antara dua kekuatan (dalam hal ini relasi antara pria dan wanita) adalah tidak seimbang, hal itu muncul disemua sektor tidak terkecuali muncul dalam karya sastra.

Peran wanita telah mengalami proses yang panjang . dari keberadaan dalam ruang domestik seperti mancak, manak, dan masak telah beralaih dengan adanya imansipasi wanita. Pergerakan ini dipelopori oleh R. A. Kartini. Emansipasi wanita merupakan ajakan agar wanita dapat ikut berperan dalam pembangunan. Pergerakan kaum wanita semakin berkembang hingga sampai pada

commit to user

kesetaraan wanita yang menuntut adanya kesetaran dalam bidang pendidikan. Pada waktu itu keberadaan wanita dalam bidang pendidikan hanya pada taraf baca dan tilis. Selanjutnya seorang wanita sudah siap untuk dipinang atau dinikahi.

Gender menunjukan suatu gerakan ini menuntut adanya persamaan disegala bidang seperti: bidang pendidikan, sosial, politik, dan juga karya sastra. Gender dalam khasanah feminisme, menurut bordo pada umumnya diartikan sebagai pensifatan (pembelaan) atas laki-laki dan perempuan yang terkonstruksisecara sosio-kultur. Gender sering dilawankan dengan seks yang lebih bersifat biologis-natural, karena gender bersifat netral-kultural. Dalam perkembangannya, gender digunakan untuk menjelaskan laki-lakiitu maskulin dan perempuan feminim. Gender dapat dihubungkan dengan aspirasi, kepentingan, hak-kewajiban, peran, kekuasaan, bahkan moralitas dan rasinalisme. Sejauh gender masih melekat pada setiap apa yang dibuat dan dihasilkan manusia, dan jika manusia selalu berarti laki-laki dan perempuan, maka fakta jenis kelamin akan selalu menyebarkan kontruksi gender kesemua kehidupan ( Dalam hidayat, 2004:27).

Peneliti sastra feminis masih sering”berkelamin tunggal”, bisa terkurangi sedikit demi sedikit. Maksudnya, sering peneliti tertentu masih memandang perempuan dari wacana laki-laki. Jarang di antara peneliti gender yang mampu melihat perempuan dengan ”kacamata”perempuan. Akibatnya sering terjadi penelitian feminisme yang bias gender. Peneliti pun kadang-kadang masih bersikap”pilih kasih” terhadap karya sastra tertentu, sehingga hasilnya mengcewakan semua pihak.

commit to user

Jika ada penelitian kritis terhadap feminisme, ternyata lebih banyak memberikan sorotan yang memuja muja. Hal ini, memungkinkan untuk mengambil hati sastrawan perempuan , agar mereka tidak putus asa dalam berkarya. Dasar pemikiran dalam penelitian sastra berperspertif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam karya sastra. Peran dan kedudukan perempuan tersebut akan menjadi sentral pembahasan penelitian sastra, peneliti akan memperhatikan dominasi laka-laki atau gerakan perempuan.

Kajian yang berkaitan dengan wanita diperlukan semacam tori untuk menggalinya disamping teori-teori yang lain. Dalam dunia sastra muncul teori kritik sastra femenis. Kritik sastra feminis merupakan jenis pendekatan dari teori kritik sastra akademik yang berkembang di Indonesia kurang lebih pada kurun waktu 1950-1988. Perkembangannya berawal dari pandangan kaum wanita yang lebih dikenal dengan feminis yaitu gerakan wanita yang menuntut adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Hal ini membuat dampak disegala hal termasuk dalam karya sastra.

Beberapa sasaran tersebut akan tercapai dengan sukses apabila peneliti feminisme sastra memanfaatkan kajian kualitatif. Data-data yang diambil berupa data deskriptif kualitatif. Misalkan tentang deskriptif status dan peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Data-data ini harus dibahas secara proporsional, artinya tak dari sudut pandang laki-laki melihat perempuan, melainkan menggunakan sudut pandang perempuan.

commit to user

Sasaran penting dalam analisis feminisme sastra sedapat mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengungkapkan karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini agar jelas citra wanita yang merasa tertekan oleh tradisi. Dominasi budaya patriarkal harus terungkap secara jelas dalam analisis.

2. Mengungkapkan berbagai tekanan pada tokoh wanita dalam karya yang ditulis oleh pengarang pria.

3. Mengungkapkan ideologi pengarang wanita dan pria, begaimana mereka memandang diri sendiri dalam kehidupan nyata.

4. Mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatik kaum feminis. Apakah penulis wanita memiliki kekhasan dalam gaya atau ekspresi atau tidak.

5. Mengungkapkan aspek psikoanalisa feminis, yaitu mengapa wanita, baik tokoh maupun pengarang lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional, penuh kasih dan sebagainya (Suwardi Endraswara, 2004: 145-147).

Tujuan feminis adalah keseimbangan, interaksi gender. Dalam pengertian yang paling luas. Feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Nyoman Khuta Ratna, 2004: 184).

Konsep itulah yang mendasari kritik sastra feminis. Namun konsep-konsep tersebut haruslah dijadikan patokan untuk menganalisis perempuan dalam karya sastra. Mengingat sifat dan hakikat karya sastra sebagai masyarakat, realitas

commit to user

masyarakat, bersifat estetika, dan sistem komunikasi, tentu saja diperlukan sebuah alat untuk membedakannya. Kritik sastra feminis merupakan alat yang tepat untuk membedah dan merebut makna karya satra dan memberikan penilaian terhadap karya sastra feminis.

Perbedaan di dalam feminis perlu di sikapi oleh sebagian orang yang mempunyai pandangan terhadap wanita, dilihat dalam kenyataan ini banyak sekali kekerasan yang ditujukan oleh kaum laki-laki. Apabila sikap wanita ini tidak dilakukan atau tidak ada tampilannya untuk menghadang kekerasan yang dilakukan oleh para laki-laki wanita haruslah proaktif dalm mengambil sikap contohnya saja dalam kekeluarga, lingkungan sekitar dan dalam masyarakat pada umumnya, sehingga dapat mengambil nilai-nilai yang ada didalam masyarakat.

Wanita dapat membedakan antara sikap yang ditujukan kepada kaum pria terhadap, agar supaya yang ditujukan oleh pria haruslah berhati-hati tidak terburu-buru mengambil sikap atau pendapat kalau para pria menjadikan sesuatu. Wanita memiliki wewenang juga terhadap para pria, wanita juga bisa mengatur para pria, ini menunjukan bahwa seorang wanita tidaklah dengan pria. Wanita butuh ketrampilan dan keterampilan dan ketelitian dalam menanggapi masalah yang diterimanya. Sikap dan dorongan kenyakinan dalam hati wanita lebih utama atau lebih penting dari pada omongan orang lain. Mungkin wanita tidak yakin dengan kata hati nurani, tapi wanita mencobalah untuk yakin seyakinnya bahwa hatinya lebih dipercaya dari pada orang lain.

commit to user

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Sebuah penelitian diperlukan adanya metode yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran yang akan diteliti, adapun metode atau cara yang dipergunakan banyak meskipun cara-cara yang dilakukan mendapati kesulitan dalam mengumpulkan data yang ingin dicari meskipun cara yang dilakukan banyak hambatan dalam menentukan objeknya. peneliti dapat menyusun dengan baik dalam kinerja yang akan dilakukan untuk mempergunakan datang langsung ke objek maupun membaca buku-buku ataupun dalam karangan ilmiah skripsi itu bisa juga bisa dilakukan.

Metode pada dasarnya suatu cara untuk mendekati objek penelitian. Dalam metode ani akan dibicarakan tentang bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif ini akan diperoleh berbagai informasi kualitatif, penelitian kualitatif menekankan pada makna, lebih menfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya (Sutopo, 2002: 48). Penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka.hal ini disebabkan adanya penerapan kualitatif. Selain itu, semua semua yang

commit to user

dikumpulkan bermungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut ( Moleong, 2001:6).

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data Penelitian

Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data utama, dalam penelitian ini sumber data primernya berupa cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Swardi Endraswara yang dimuat dalam majalah Penyebar Semangat, yang terdiri dari 17 episode, yang terbit pada tahun 2002-2003. Adapun sumber data sekundernya adalah data pelengkap yang digunakan untuk memperjelas sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dari informan yaitu pengarang Suwardi Endraswara serta menggunakan data relevansi yaitu data relevan yang berupa buku-buku Gender agar bisa mengungkap cerita yang ada di cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”

2. Data penelitian

Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekuder. Data primer yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur, dan setting juga aspek sosial dalam masyarakat. Data sekunder adalah data-data yang diperolah dari buku-buku perpustakaan yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini yang termasuk buku-buku referensi tambahan, skripsi, majalah dan artikel-artikel

commit to user

dari majalah-majalah serta sumber lainnya yang dapat mendukung dalam penelitian ini. Biografi pengarang agar kesemuanya bisa lengkap untuk memperjelas data utama.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data yakni: 1. Teknik Analisis Stuktur

Teknik analisis struktur yaitu dengan menjabarkan unsur-unsur struktur yang terdapat dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Swardi EndraSwara berupa tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat. Keseluruhan unsur ini mempunyai kesatuan yang utuh dan saling kait mengkait antara satu dengan yang lain. Dengan teknik analisis tersebut akan di dapatkan data kategoris berupa data tentang tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat

2. Teknik Wawancara

Wanwancara adalah suatu proses dari percakapan atau suatu cara yang digunakan untuk tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap, beradapan muka dengan orang tersebut. Bercapan itu dilakukan oileh dua pihak yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan (Lexy. J. Maleong 2001 : 186)

commit to user

Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan pengarang yang bernama Swardi EndraSwara dengan tujuan untuk memperoleh daftar riwayat hidup pengarang dan latar belakang penciptaan cerbung Mburu Abune Kupu Kuning 3. Teknik Kepustakaan

Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik kepustakaan atau sumber pustaka yaitu berupa esei dan berupa buku-buku referensi yang relevan dengan topik penelitian

D.Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data ini menggunakan teknik pembahasan interprestasi, dengan analisis awalnya struktural, kemudian dilanjutkan dengan analisis kritik sastra feminis untuk menuntaskan pembahasan, dari pembahasan itulah kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Dalam menganalisis penelitian data ini, untuk bisa mendukung penelitian, digunakan teknik analisis interktif, yaitu interaksi tiga komponen utama yang dijelaskan sebagai berikut:setelah data yang berupa kata-kata,data yang dikumpulkan dengan teknik content analisis, maka langkkah selanjutnya adalah dilakukan proses seleksi data, proses seleksi data ini dengan reduksi data. Dalam reduksi data ini peneliti melakukan proses seleksi data dengan mengklasifikasi data yang diarahkan sesuai dengan tema dan masalah penelitian.

commit to user

Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat dilihat bagan di bawah ini:

(Millis dan Huberman, dalam H.B. Sutopo, 2002: 96)

PENGUMPULAN DATA REDUKSI DATA SAJIAN DATA PENARIKAN KESIMPULAN

commit to user

28

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pengarang

1. Riwayat Hidup Pengarang

Karya sastra lahir tentu saja tidak dapat lepas begitu saja dari keberadaan pengarang, penikmat dan pembaca. Tiga komponen yaitu karya sastra, pengarang dan masyarakat tidak dapat lepas dan saling terkait satu dengan yang lain. Sorotan yang utama adalah pengarang. Karya sastra tidak ada pengarang tidak akan lahir. Pengarang mempunyai kepribadian dan kehidupan sendiri. Biografi mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental dan intelektualnya,yang tentu menarik. Pemunculan suatu karya sastra dipengaruhi oleh faktor-faktoryang ada disekitar pengarang, pengalaman pengarang tentu menjadi kekayaan bagi terciptanya karya sastra.

Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”.merupakan buah karya Suwardi Endra swara. Ia dilahirkan di dusun prangkokan, Purwasari, Girimulya, Kulon Progo, tanggal 3 April 1964. ayahnya bernama Sumarji dan ibunya bernama Suminah.kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani.

Pendidikan formal Suwardi Endraswara dilalui dengan cepat. Pada tahun 1978 lulus di SD Negeri Tegalsari. Kulon progo, Yogyakarta. Setamat dari SD, kemudian melanjutkan ke SLTP BOPKRI Kebonarjo, Samigaluh, Kulonprogo lulus pada tahun 1981. Lalu melanjutkan di SPG BOPKRI jalan Jenderal

commit to user

Sudirman 57 Yogyakarta lulus tahun 1984. setamat dari SPG kemudian melanjutkan ke IKIP karangmalang, Yogyakarta, jurusan bahasa dan sastra jawa dan sekarang ini menjadi FBS UNY lulus tahun 1988. setamat dari IKIP kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S2 jurusan antropologi di UGM lulus tahun 1995. Dan kini sedang mempersiapkan S3 di UGM.

Kehidupan ia mempunyai beberapa prestasi yang dapat dibanggakan. Prestasi yang pernah ia capai adalah juara pertama dalam lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional pada tahun 1988. Ia juga pernah masuk dalam nominasi hadiah sastra yang dilakukan oleh Penyebar Semangat. Cerpennya pula pernah menyabet juara dua sastra Triwida pada tahun 1995 giliran novelnya yang menyabet juara dua juga dalam lomba penulisan novel Jawa yang disengarakan oleh Dewan Kesenian Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Yayasan Citra Pariwara Budaya. Dalam dunia yang dia geluti sekarang ini, yaitu dunia pendidikan ia memperoleh penghargaaan sebagaiDosen Teladan ditingkat fakultas pada institusi tempat ia bekerja yaitu di IKIP Yogyakarta yang sekarang berganti nama FBS UNY, prestasi ini ia raih pada tahun 1998.

2. Latar Belakang Sosial Budaya

Suwardi Endraswara pada tanggal 10 Juni 1991 di Bantul mengakkiri masa lajangnya ia menikah dengan sesama alumni IKIP Karangmalang Yogyakarta, yang bernama Sartini, Sartini merupakan putri dari Harjo Lamoksa dan Siti Khatijah. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak dua laki-laki dua

commit to user

perempuan.anak pertama bernama Helmi Pramasinta yang kedua Lutfi Laksita Pranandari,yang ketiga bernama Fakih Zaky Anindita, yang keempat bernama Hafis Avivah Nawang Sari. Dan sekarang Suwardi Endraswara bertempat tinggal di Ngrukem, Rt 18, Krandohan, Pendowoharjo, Sewon Bantul. Suwardi Endraswara juga aktif di masyarakat. Kedudukannya di masyarakat sangat diperlukan dan cukup dikenal dimasyarakat. Suwardi Endraswara juga pengurus masjid Al Maksum, di kampungnya, Tajeman dan juga menjabat sekretaris.

Pekerjaan Suwardi Endraswara tahun 1989 sampai 1991 dia pernah mengajar di SPG 17 III Bantul selama tiga tahun. Pada tahun yang sama dia paernah menjabat sebagai redaktur majalah Mekar Sari selama dua tahun. Juga pernah menjabat sebagai ketua penyunting majalah Pagagan. Kini sebagai sekretaris HISKI Komda DIY dan koordinator Pembinaan Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta, redaksi pelaksana majalah bahasa Jawa Sempulur. Profesi lainnya sebagai pranatacara manten gaya”nyasta”dan pengarang cerkak,cerbung, geguritan, novel, dongeng, dan esai berbahasa Indonesia dan Jawa. Sampai sekarang ini masih menjadi dosen di FPBS IKIP Karangmalang Yogyakarta sekarang dikenal sebagai FBS di UNY.

3. Proses Kreatif Suwardi Endraswara

Kreatifitasan Suwardi Endraswara dalam menciptakan suatu karya sastra, terlebih dulu menulis konsep secara garis besarnya dari awal hingga akhir cerita. Beliau tidak secara langsung menulis apa yang ada dalam pikirannya,

commit to user

dalam memandang sebuah kejadian dari suatu tema yang diangkatnya. Konsep yang dibuat tersebut sangat membantu dalam menuangkan ide-idenya hingga menghasilkan suatu karya sastra. Masalah-masalah rumah tangga, kriminal, cinta, dan bagaimana beratnya seseoarang memangku jabatan, merupakan masalah yang di pilihnya untuk ditampilkan dalam karya-karyanya. Menurutnya sekarang ini sesuai dengan kematangan jiwanya, Suwardi Endraswara lebih mengarahkan karyanya pada absurd (Karya yang memerlukan pemahaman lebih dalam). Dengan dibumbui budaya Jawa. Dan lebih penting lagi, beliau menciptakan karya sastra diarahkan menuju pembaharuan. Ide yang mendasari proses kreatifnya diambil dari realita sosial yang ada dan yang terjadi pada kehidupan masyarakat sekitarnya. Berangkat dari ide dasar tersebut, kemudian dikembangkan dan diolah sedemikian rupa hingga tercipta hasil karya sastra.

Hambatan yang dirasakan Suwardi Endraswara dalam menciptakan karya sastra yaitu masalah waktu. Hambatan tersebut sangat dirasakan sekali, karena kesibukan jabatan yang diembannya. Hambatan yang lain yaitu masalah keluarga.

Karya-karya Suwardi Endraswara memiliki ciri khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Ciri tersebut ada pada akhir cerita, beliau tidak langsung memberikan suatu penyelesaian akhir. Menurutnya dirinya tidak berkuasa untuk menghakimi terhadap problem sosial yang ada yang diangkatnya,pembaca sendirilah yang harus memberikan penilaian atas problem-problem tersebut.

commit to user

4. Hasil karya- karyanya Suwardi Endraswara yang pernah dihasilkan

Hasil karya Suwardi Endraswara tidak hanya dimuat dalam satu majalah saja, tetapi terdapat diberbagai majalah. Berikut di antaranya karya- karya yang dimuat dimajalah: Djaka Lodang, Penyebar Semangat, Mekar sari, Jaya Baya, Praba, dan Pagagan.

a. Jenis puisi

1) Jenis puisi yang dimuat di Djaka Lodang

a. ”Rasa Sejatining Rasa” ( Rasa dari rasa yang sesungguhnya,1991) b. ”Baladha Jaka Lodang” (Cerita Jaka Lodang, 1992)

c. ”Nasibe Kasim Kesimpar” (Nasibnya Kasim Kesimpar, 1992) d. ”Sanepane jagat” (Sempitnya Dunia, 1992)

e. ”Epos Manoreh” (Cerita Manoreh, 1994)

f. ”Baladha Seh Jambu Karang Rara Kamani” ( Cerita Seh Jambu Karang Rara Kamani 1994)

2) Dimuat pada Penyebar Semangat

a. ”The Tragedy Of Siti Rohana” (Tragedi Siti Rohana, 1992) b. ”Pujangga Tiban” (Pujangga yang muncul tiba-tiba, 1993) c. ”Teka-teki 4 : 4 = ?” (1994)

d. ”Syndrom; Apa Ana” (Sindrom, Apa ada, 1994)

e. ”Cengkir Gading ; Sisane Bajing” (Cengkir Gading sisanya Bajing 1994)

commit to user

g. ”Dilema ; Banyumu” (Masalah, Airmu1994) 3) Dimuat pada Jaya Baya

a. ”Slendang Biru” (Kain biru, 1992)

b. ”Geni ; Aku Kaya Ngene” (Api, Aku Seperti Ini, 1993) c. ”Mburu Kebo Ucul” (Mengejar kerbau lepas, 1993) d. ”Signal-signal Ketriwal” (Tanda-tanda was-was, 1993)

e. ”Pengarang Wiring Kuning” (Pengarang Wiring Kuning, 1993) f. ”Sketsa ; endhog Sapetarangan”(Gambaran, Telur Disarang, 1993) g. ”Dalan ; Abang - kuning – Ireng –Putih” (Jalan; Merah, Kuning,

Hitam, Putih, 1994) 4) Dimuat pada Pagagan

”The Baladha Of Prawan Liwung” (Cerita Perawan yang lupa, 1993)

b. Jenis cerita pendek

1) Dimuat pada Djaka Lodang

a. ”Kaca-Kaca bening” (Kaca-Kaca Bersih, 1992) b. ”Mripat” (Mata, 1992)

c. ”Jangka” (Jangka1993)

d. ”Jaran Kebrukan Empyak” (Kuda Kejatuhan Atap, 1993) e. ”Rok Iku” (Rok Itu, 1994)

f. ”Ngulu Salak Sepet” (Menelan Salak Pahit, 1994 2) Dimuat pada Mekar Sari

a. ”Ambyare Plunthen – Plunthen Tembur”(Hancurnya Pasukan-pasukan Tempur, 1992)

commit to user

b. ”Mlebu Kandang Macan” (Masuk Di Sarang Macan, 1992) c. ”Kucing Endhase Ireng” (Kucing Berkepala Hitam, 1993)

d. ”Ing Selane Tebu Ngrembang” (Dalam Waktu Luang Tebu Masa Panen, 1993)

3) Dimuat pada Penyebar Semangat a. ”Juru Paes”(Juru Rias, 1992) b. ”Kursi”(Kursi, 1993)

c. ”Sepet – Sepet Sawo Mentah” (Pahit-pahit Sawo Mentah, 1993) d. ”Bayi Soko Planet” (Bayi Dari Planet, 1994)

4) Dimuat pada Jaya Baya

a. ”Siung Macan Kumbang” (Taring Macan Kumbang, 1992) b. ”Manuk – Manuk Mabur” (Burung-Burung Terbang, 1994) 5) Dimuat pada Pagagan

a. ”Lutung Kasarung” (Lutung Kasarung, 1991) b. ”Jelarit – Jelarit Ireng” (Coret-coret Hitam, 1994)

c. Jenis Cerita Bersambung

1) Dimuat pada Joko Lodang

”Kembang Paes” (Bunga Hias, 1991) 2) Dimuat pada Penyerbar Semangat

a. ”Layung – Layung Jinggo” ( Surat-surat Jinggo 1995) b. ”Togog Dadi Ratu” (Togog Menjadi Ratu, 1996) c. ”Menara Kristal ”(Menara Kristal, 1996)

commit to user

e. ”Mburu Abure Kupu Kuning”(Mengejar Kupu kuning Terbang, 2003) 3) Dimuat pada Mekar Sari

Dokumen terkait