• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

2. Latihan Fisik

Latihan olahraga sekarang ini tidak hanya sekedar latihan, tetapi merupakan suatu proses yang canggih guna mencapai tujuan yaitu prestasi maksimal dan banyak faktor yang mempengaruhi dan memerlukan banyak pengetahuan dari pelatih untuk memodifikasi latihan yang bersifat modern.

“Latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip paedagogis. Proses ini yang direncanakan dan sistematis, meningkatkan kesiapan untuk tampil dari seorang olahragawan atau olahragawati” (Nossek, 1982:12).

Sedangkan latihan menurut Bompa (1990:3) adalah “latihan merupakan kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Ruang lingkup latihan harus menambah kapasitas kerja organisme dan cadangan keterampilannya melakukan hal yang sama dengan mengembangkan ciri-ciri kejiwaan yang kuat, akan mengakibatkan meningkatnya prestasi seseorang.

commit to user

Latihan merupakan suatu konsep yang lebih kompleks, tidak seperti yang diduga kebanyakan orang. Pengorganisasian dan perencanaan harus dilakukan oleh pelatih yang peranannya sangat luas, tidak hanya sebagai pendidik semata, melainkan tugasnya sangat kompleks, karena pelatih harus selalu mempertimbangkan banyak variabel seperti fisiologis, psikologis dan aspek sosial. Latihan diatas segala-galanya, adalah merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

“Latihan fisik merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologi terhadap intensitas, durasi dan frekwensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisilogis individu” (Lamb, 1984:2).

Faktor dasar latihan, yang meliputi persiapan fisik, teknik, taktik, kejiwaan dan persiapan teori akan selalu ada dalam setiap program olahraga. Faktor –faktor latihan adalah sebuah hakekat dari bagian setiap program yang tanpa memperhatikan faktor umur atlet, potensi individu dan tingkat persiapan atau dari latihan itu sendiri. “Bagaimanapun relatifnya penekanan di bagian pada setiap variasi yang berkenaan di atas, sebaiknya ciri-ciri khusus dipilih dari cabang olahraga atau nomor cabangnya” (Bompa, 1990:39).

Sejumlah kualitas fisik ditentukan dan dipengaruhi oleh kondisi fisik. Menurut Nossek (1982:19) yang termasuk dalam kualitas fisik yang bersifat dasar adalah” Kecepatan (speed), kekuatan (strength), ketahanan (endurance)

commit to user

dan tambahan pula kualitas-kualitas fisik yang lain memainkan peranan yang sungguh-sungguh penting dalam disiplin (cabang) olahraga yang berbeda- beda”.

Sebagai konsekuensi dari berbagai keterampilan olahraga analisa- analisa dapatlah dinyatakan bahwa dalam masing-masing disiplin cabang olahraga, beberapa kualitas fisik bertindak bersama-sama dan campuran yang baik dari kualitas latihan tersebut harus dilatih dan dikembangkan, dengan memberi tekanan yang besar pada unsur fisik yang penting untuk suatu cabang olahraga tertentu secara tepat.

Menurut M. Sajoto (1988:7) “pengembangan faktor-faktor lain yang mendukung dalam pelatihan, misalnya faktor fisik, teknik, taktik, mental dan kematangan juara”, hal ini berarti keberadaan fisik yang baik merupakan modal utama bagi atlet dalam meraih prestasi. Menurut M.Sajoto, mengatakan bahwa: “ kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisah-pisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya”.

Persiapan fisik harus dipertimbangkan sebagai suatu faktor yang utama dan terpenting sebagai unsur yang diperlukan dalam latihan guna mencapai prestasi yang tertinggi.

a. Tujuan Latihan Fisik

Untuk mencapai tujuan utama dalam latihan, yaitu memperbaiki prestasi tingkat terampil maupun unjuk kerja dari si atlet, yang merupakan tujuan umum dari latihan.

commit to user

Menurut Nossek (1982:15) sasaran dan tujuan “latihan jangka pendek diarahkan untuk perkembangan atau perbaikan prestasi yang dilatih sekarang (kekuatan, kecepatan, keterampilan-keterampilan, dan yang lain)”

Tujuan latihan adalah mencapai prestasi yang maksimal, secara rinci Harre (1982:10) mengemukakan bahwa :

1) Untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, power dan daya tahan fisik

2) Untuk meningkatkan teknik dan koordinasi gerakan yang sesuai dengan teknik dasar setiap cabang olahraga

3) Untuk meningkatkan taktik individu maupun kelompok 4) Untuk meningkatkan mental atlet

5) Untuk mengembangkan kepribadian atlet

Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik secara teratur, sistematik dan berkesinambungan, sehingga meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja atau aktivitas gerak. Tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti proses latihan kondisi fisik dengan sempurna

Tujuan umum dari latihan dikemukakan Bompa (1990:6-8) perlu kiranya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara

menyeluruh. Tujuan ini merupakan hal yang sangat penting, karena perkembangan fisik pada suatu tingkat yang tinggi merupakan dasar- dasar latihan. Sejauh perkembangan fisik menjadi pertimbangan, seseorang harus berusaha meningkatkan tingkat daya tahan umum,

commit to user

meningkatkan kekuatan umum, selanjutnya meningkatkan kecepatan, memperbaiki kelentukan umum yang dituntut untuk pelaksanaan gerak pada umumnya, memiliki tingkat koordinasi yang tinggi dan akhirnya mencapai perkembangan tubuh secara harmonis.

2) Untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus,

sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek olahraga. Pemenuhan tujuan ini akan diakibatkan oleh; pengembangan kekuatan absolute dan relative, massa otot dan elastisitasnya; pengembangan kekuatan khusus (power atau daya tahan otot) yang disesuaikan dengan tuntutan olahraganya; memperbaiki waktu gerakan dan reaksi, dan pengembangan selanjutnya tadi, harus merupakan kemampuan untuk melaksanakan semua gerakan, terutama yang dituntut dalam cabang olahraganya atau pertandingan tanpa menunjukkan kesan ketegangan yang mudah dan ringan.

3) Untuk memoles dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih melalui suatu upaya teknis, seseorang harus; mengembangkan kapasitas penampilan lebih lanjut dengan teknik yang tepat secara keseluruhan; kesempurnaan teknik yang dituntut yang didasarkan atas suatu penampilan yang rasional dan ekonomis, sekalipun begitu harus dapat dilakukan dengan kesempatan yang setinggi mungkin, dengan

amplitude yang tinggi dan menunjukkan kekuatannya; kesempurnaan

teknik yang khusus dalam situasi yang norma atau dalam keadaan yang tidak biasa (umpanya cuaca) memperbaiki teknik dalam cabang

commit to user

olahraga yang berkaitan; dan akhirnya mengamankan kemampuan semua gerakan dari semua latihan yang umum dan yang khusus secara tepat.

4) Memperbaiki dan menyempurnakan strategi yang penting yang dapat diperoleh dari belajar taktik lawan berikutnya memperluas semua taktik secara optimal maupun variasinya sesuai dengan kemampuan atlet; penyempurnaan strategi secara variasi yang sudah dipilih;

mengembangkan strategi menjadi suatu model berdasarkan

pertimbangan lawan berikutnya.

5) Menanamkan kualitas kemauan

Latihan yang mencukupi serta disiplin untuk tingkah laku; mengenalkan kualitas kemajuan umum dan khusus seperti ketekunan dan keinginan untuk menanggulangi kerasnya latihan; mendorong keinginan untuk menang dan sebagainya; menjamin persiapan psikologis yang cukup untuk pertandingan.

6) Menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal Pada beberapa cabang olahraga (olahraga tim, relays, mendayung dan sepeda dan lain-lain), persiapan yang cukup dari suatu tim merupakan salah satu tujuan yang utama bagi setiap pelatih. Pemenuhan semua itu mungkin dapat dijamin melalui pengembangan situasi yang harmonis diantara tingkatan anggota tim secara fisik, teknik dan persiapan strategi. Kriteria ini harus disusun untuk persiapan psikologis, penampilan suatu hubungan yang harmonis, bersahabat, memiliki

commit to user

tujuan bersama dan sejenisnya diantara anggota tim. Konsolidasi diantara tim dan perasaan merasa memiliki pada tim yang sama, akan dapat dipertinggi melalui latihan pertandingan-pertandingan dan memiliki kebersamaan dalam sosial. Seluruh tim harus didorong untuk bertindak sebagai suatu kesatuan dibanding dengan tindakan perseorangan yang membentuk tim tersebut. Akhirnya para bintang perseorangan yang membentuk tim tersebut. Akhirnya para bintang harus memainkan peranannya dalam tim selama tujuan pribadinya terganti oleh tujuan-tujuan tim. Terakhir, perencanaan serta peranan yang spesifik harus ditumbuhkan untuk setiap individu sesuai dengan kebutuhan tim.

7) Untuk mempertahan dalam keadaan kesehatan setiap atlet.

Realisasi tujuan ini menuntut; test kesehatan yang teratur tepat antara intensitas latihan dengan kapasitas usaha individual, latihan berat yang secara selang-seling dengan fase program yang diperhatikan dengan tepat, menelusuri penyakit atau cidera, dan harus menjamin perbaikan yang mencukupi. Salah satu yang tidak boleh dilupakan bahwa melalui latihan harus membuat orang menjadi lebih sehat dan tujuan yang lain dapat dipertimbangkan sebagai tujuan kedua.

8) Untuk mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya dan juga meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan gerakan mereka yang penting memperkuat otot, tendon dan ligamen khususnya selama fase-fase awal untuk atlet pemula,

commit to user

sehingga mereka dapat terbebaskan dari kemungkinan cidera dari jenis gerakan yang dilakukan, mengembangkan kekuatan dan elastisitas otot sampai tingkat-tingkat tertentu, sehingga sedikit banyak akan dapat menghindarkan diri kemungkinan cidera sewaktu melakukan gerakan- gerakan yang tidak terbiasa.

9) Untuk menambah pengetahuan setiap atlet dengan sejumlah

pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi. Terjadi hubungan atlet pelatih, atlet dengan lawannya dan juga kawan yang satu tim harus memiliki pemahaman yang dapat membantu mereka dalam mencapai tujuan yang telah mereka tentukan. teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi.

Pertama-tama seseorang harus mengembangkan dasar-dasar latihan secara fungsional, dan selanjutnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang khusus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga itu sendiri. Seseorang terlebih dahulu mengembangkan daya tahan umumnya, kemudian yang khusus atau anaerobiknya. Pendekatan yang serupa juga dapat dipakai untuk cabang olahraga yang menuntut teknik yang rumit yang memerlukan kemampuan kekuatan yang besar

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan yang sistematis dipraktekkan secara teratur, latihan tersebut berlangsung beberapa kali dalam satu minggu, tergantung pada standard

commit to user

seseorang olahragawan dan periode latihan. Lebih jauh lagi, latihan tersebut dilaksanakan menurut suatu sistem yang mengikuti prinsip-prinsip latihan yang bersifat dasar.

Prinsip-prinsip latihan adalah garis pedoman yang hendakmya dipergunakan dalam latihan yang teroganisir dengan baik. Prinsip-prinsip semacam itu menentukan corak dan isi latihan, sasaran dan metode- metode latihan, serta organisasi latihan.

Memperoleh kebutuhan untuk penyelesaian tujuan sangat penting dari latihan, yaitu untuk meningkatkan suatu tingkat keterampilan dan prestasi, prinsip ini adalah spesifik dan terutama berhubungan dengan proses latihan. Semua prinsip latihan adalah bagian dan semua konsep serta tidak dipandang sebagai unit yang terpisah walaupun untuk suatu maksud tertentu dan diambil dari banyak pengertian akan tetapi disajikan dan digambarkan secara terpisah. Penggunaan yang tepat dari prinsip latihan ini oleh pelatih akan menghasilkan organisasi yang baik, dan lebih banyak kegunaan yang dapat memuaskan, pengertian, metode, dan komponen dari latihan.

Menurut Nossek (1995:4) prinsip-prinsip dalam latihan adalah terdiri dari :

1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut

2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu latihan tersebut

3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus dengan kemajuan spesialisasi

commit to user

5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan

Menurut Suharno, H.P. (1993:7-13) prinsip-prinsip latihan adalah: 1) Latihan sepanjang tahun tanpa berseling (prinsipnya kontinyu dalam

latihan)

2) Kenaikan beban latihan secara teratur 3) Prinsip individual (perorangan atlet) 4) Prinsip interval

5) Prinsip stress (penekanan) 6) Prinsip spesialisasi

Menurut Sukadiyanto (2002:12-22) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman dalam satu kali tatap muka antara lain :

(a) prinsip kesiapan (readiness), (b) prinsip Individual, (c) Prinsip Adaptasi, (d) Prinsip Beban Lebih (Overload), (e) Prinsip progresif (peningkatan), (f) Prinsip Spesifikasi (kekhususan), (g) Prinsip variasi, (h) Prinsip pemanasan dan pendinginan, (i) prinsip latihan jangka panjang

(long term training), (j) prinsip berkebalikan (reversibility), (k) prinsip

tidak berlebihan (moderat), (l) prinsip sistematik

Agar dapat mencapai hasil yang diharapkan yang harus diperhatikan dalam prinsip-prinsip latihan sebagai barikut :

1) Prinsip aktif dan kesungguhan dalam mengikuti latihan

Kesungguhan dan aktif berpartisipasi dalam latihan akan menjadikan latihan secara maksimal bila pelatih secara periodik dan secara tetap mendiskusikan tujuan-tujuan atlet-atletnya dengan mereka. Partisipasi aktif tidak hanya terbatas pada pertemuan latihan saja, dan

commit to user

atlet harus mengetahui selama ia tidak latihan, atau kapan waktunya untuk tidak diawasi dan dicegah oleh pelatihnya. Prinsip aktif dan kesungguhan dalam mengikuti latihan ini sebelum aktivitas latihan diharapkan melakukan pemanasan yang cukup. Pemanasan merupakan berbagai macam aktivitas fisik yang mempersiapkan tubuh menerima beban latihan yang lebih besar intensitasnya. Sejalan dengan hal tersebut Sadoso Sumosardjono (1995:3) menyebutkan dengan “melakukan pemanasan yang cukup takarannya menjelang latihan, ternyata otot-otot kita akan berkontraksi lebih baik, aliran darah akan bertambah, pengangkutan atau pengiriman oksigen bertambah banyak”. Metabolisme pun menjadi lebih cepat. Dengan adanya kenyataan – kenyataan ini maka penampilan atlet akan bertambah baik. Tanpa melakukan pemanasan yang cukup, ternyata kebanyakan atlet mudah mengalami cedera, apalagi kalau kita melakukan latihan dengan intensitas yang maksimal.

Sesuatu kesungguhan sikap terhadap latihan harus juga digambarkan melalui akhir dari suatu pertandingan. Oleh karena itu setiap atlet harus mempunyai kompetisi untuk bertanding secara individu dan mengusahakan memenangkan pertandingan sehingga kesungguhan dalam latihan dapat tercapai.

2) Prinsip pengembangan yang menyeluruh

Pengembangan fisik yang luas serta mendasar , khsususnya pengembangan persiapan fisik umum, merupakan salah satu dasar

commit to user

tuntutan yang penting untuk mencapai tingkat spesialisasi yang tinggi dari persiapan fisik dan penguasaan tekniknya. Sejumlah pendekatan latihan harus diperhatikan sebagai prasyarat kearah spesialisasi dalam olahraga atau pertandingan.

Prinsip pengembangan menyeluruh ini berkaitan dengan semua organisme dan sistem manusia seperti yang diungkapkan Bompa (1990:37) “sejumlah perubahan yang terjadi pada seseorang setelah berlatih selalu saling bergantung satu sama lain”. Suatu bentuk latihan, tanpa harus dilihat sifat serta tuntutan motoriknya, selalu menuntut

input yang harmonis dari beberapa sistem, sepanjang masalah itu

berkaitan dengan kemampuan biomotorik yang bervariasi dan ciri-ciri psikologis. Konsekwensinya, pada saat pertama kali seorang atlet memasuki masa latihan, pelatih harus memiliki satu pendekatan yang diarahkan terhadap perkembangan fungsional tubuh secara tepat.

Prinsip ini harus digunakan umumnya dalam latihan anak-anak dan remaja. Pengembangan yang menyeluruh harus dibawa masuk ke dalam program latihan seseorang, yang disebut dengan latihan variasi yang tinggi serta bersenang-senang melalui bermain. Ini akan menurunkan perasaan kebosanan atau perasaan jenuh berlatih.

3) Prinsip Spesialisasi

Spesialisasi merupakan bagian pokok yang diminta untuk mencapai keberhasilannya dalam olahraga. Menurut Bompa (1990:40) spesialisasi yang dimaksudkan adalah “latihan yang khusus untuk satu

commit to user

cabang olahraga atau pertandingan mengarah kepada perubahan- perubahan morphologik dan fungsional dikaitkan dengan spesifikasi cabang olahraga yang bersangkutan”.

Sejak dari dimulainya waktu latihan para atlet pemula sampai kepada penguasaan dari atlet dewasa, jumlah total volume latihan, serta penjatahan dari latihan yang khusus secara progresif ditingkatkan dengan konstan.

4) Prinsip Individualisasi

Individualisasi dalam latihan pada salah satu cabang olahraga

khususnya sepakbola merupakan kebutuhan utama dari suatu bentuk usaha latihan yang masing-masing atlet memiliki perbedaan yang berdasarkan karakteristik dan kondisi atlet. Bompa & Haff (2009:38) mengemukakan bahwa “setiap atlet memiliki atribut fisiologis dan psikologis yang perlu dipertimbangkan ketika mengembangkan rencana latihan”. Kapasitas pelatihan individu dapat ditentukan oleh faktor-faktor :

a. Secara biologis dan kronologis umur.

b. Pengalaman atau umur di mana sudah tepat untuk berpartisipasi dalam setiap cabang olahraga.

c. Riwayat pelatihan.

d. Volume Status kesehatan dalam latihan.

commit to user

5) Prinsip variasi

Volume dan intensitas latihan harus terus menerus meningkat dan penanggulangan waktu latihan yang berurutan. Dalam peranannya untuk mencapai prestasi yang tinggi harus melebihi ambang rangsang untuk itulah pembuatan program latihan dalam jangka panjang diperlukan kegembiraan dalam berlatih agar tidak terjadi kebosanan

dalam mengikuti latihan Husein Argasasmita, dkk (2007:48)

mengemukakan bahwa “pemberian variasi dalam latihan merupakan cara yang baik untuk memberikan kesempatan bagi atlet untuk menikmati latihan dengan rasa senang dan gembira”. Variasi yang dapat diberikan oleh pelatih dalam latihan dapat berupa :

a. Tempat latihan yang berganti – ganti, misalnya di stadion, di ruang latihan beban, di alam bebas, di pantai, bukit, tempat rekreasi, dan sebagainya yang dapat memberikan suasana baru bagi atlet.

b. Metode latihan yang bervariasi. Untuk tujuan latihan yang sama pelatih dapat menggunakan metode berbeda, misalnya latihan kecepatan dapat diberikan dengan metode repetisi, namun dapat juga dengan metode permainan. Latihan kekuatan dapat diberikan dengan metode pembebanan (besi) dan dapat pula dengan medicine

ball, partnerwork, dan sebagainya.

c. Suasana latihan, yaitu dengan memberikan berbagai situasi lapangan yang berbeda dengan mendatangkan klub lain untuk

commit to user

berlatih bersama, atau berlatih dalam kondisi keramaian yang ada di lapangan, dan sebaliknya.

6) Prinsip Model Dalam Proses Latihan

Model merupakan sebuah tiruan, simulasi dari suatu kenyataan yang disusun dari elemen yang khusus dari sejumlah fenomena yang dapat diawasi dan diselidiki oleh seseorang. Ini juga merupakan sebuah isomouphus (sama dengan pertandingan) dari suatu bayangan, gambaran, yang diperoleh secara abstrak, suatu proses mental pembuatan generalisasi dari contoh yang nyata (Bompa, 1990:53).

Satu model dituntut mandiri, sehingga dapat membatasi beberapa variabilitas kepentingan sekunder, dan juga riliable, artinya sedikit memiliki persamaan dan konsisten dengan yang ada sebelumnya. Untuk mencapai tuntutan ini, sebuah model harus berkaitan dengan latihan yang identik dengan sifat-sifat pertandingan. Model seharusnya, terus dievaluasi dan dimodifikasi dalam menanggapi pengetahuan ilmiah baru, tingkat perkembangan atlet, dan penilaian kemajuan atlet.

7) Prinsip Penambahan beban latihan secara progresif

Kemajuan prestasi seseorang merupakan akibat langsung dari jumlah dan kualitas kerja yang dicapainya dalam latihan, mulai awal berlatih sampai mencapai prestasi beban kerja latihannya secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan psikologis setiap individu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan

commit to user

Bompa (1990:61) bahwa “dasar fisiologis prinsip ini, berpedoman kepada suatu bukti bahwa hasil dari latihan adalah efisiensi fungsional organisme, dan sekaligus kapasitas kerja secara bertahap meningkat dalam waktu yang cukup lama”.

Biasanya atlet mengalami tekanan yang cukup berat pada saat awal latihan dan akan mengalami berbagai kesulitan akibat dari beban latihan yang berat. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harsono (1988:103) yaitu “pada permulaan berlatih dengan beban yang lebih berat, pasti atlet akan mengalami kesulitan-kesulitan, oleh karena tubuh belum mampu menyesuaikan diri dengan beban yang lebih berat tersebut”. Akan tetapi apabila latihan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang, maka suatu ketika beban latihan (yang lebih berat) tersebut akan dapat diatasinya, malah kemudian akan terasa menjadi semakin ringan

Sasaran dan tujuan-tujuan tersebut berguna sebagai sasaran penyusunan latihan terhadap perbaikan-perbaikan olahraga. Sasaran- sasaran dan tujuan jangka panjang merupakan sifat dasar perspektif untuk satu tahun atau lebih secara terus-menerus. Sasaran dan tujuan biasanya dirumuskan menurut jenis cabang olahraga, seperti permainan atau olahraga pertandingan

c. Pengaruh Latihan

Program latihan yang sistematik dan terorganisir, maka akan ada beberapa perubahan yang disebabkan oleh latihan itu sendiri dan terjadi

commit to user

suatu modifikasi terhadap sistem neuromuskuler, cardiorespiratory

maupun biokimianya. Bagaimanapun juga telah terjadi perubahan psikologik sebagai akibat dari keadaan fisik yang bersangkutan. Perubahan fisiologik dan psikologik yang terjadi akibat dari latihan yang lama, atau mempertahankan tingkat yang telah dicapai atau perbaikan selanjutnya menuntut perangsangan yang intensif.

Pengaruh yang langsung dari sistem latihan dan program yang berkualitas, hendaknya berupa penampilan yang tinggi. Kualitas latihan tidak tergantung dari satu faktor saja yang tidak jarang kurang diperhatikan oleh setiap pelatih, dan bagaimanapun juga akan mempengaruhi penampilan atletnya. Oleh karena itu semua faktor yang mempengaruhi kualitas latihan, harus dipakai secara efektif (contoh dari informasi dari ilmu-ilmu yang mempengaruhinya) dan secara konsisten selalu diperbaiki, Seperti fasilitas dan kemampuan atlet yang terlibat di dalam latihan.

Adapun pengaruh latihan terhadap tubuh : 1) Perubahan dalam otot yang meliputi :

Dalam latihan akan terlihat pembesaran pada otot (hypertrofi). Karena pada otot itu ada dua macam otot, yaitu otot lambat (slow twich

fiber) dan otot cepat (fast twich fiber), maka dengan sindirinya juga

terjadi hipertrofi pada kedua macam otot tersebut. Hipertrofi itu tergantung dari macam latihannya. Pada atlet, untuk ketahanan, yang akan menjadi lebih besar adalah otot lambat, sedangkan pada pelari

commit to user

cepat pelempar peluru dan lain-lain yang akan membesar adalah otot cepat. Pembesaran otot ini disertai peningkatan jumlah pembuluh kapiler. Hal ini sesuai dengan Guyton (1983:190) bahwa dengan ”latihan akan terdapat peningkatan jumlah mitochondria dalam otot rangka dan meningkatkan aktivitas enzim untuk metabolisme energi baik secara aerobik maupun anaerobik”.

2) Perubahan Paru

- Terdapat kenaikan volume pernafasan permenit. Hal ini disebabkan

Dokumen terkait