• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan Fleksibilitas

Fleksibilitas sering mengacu kepada ruang gerak sendi atau sendi-sendi tubuh. Ruang gerak sendi dipengaruhi oleh otot-otot, tendo dan ligamen. Definisi fleksibilitas adalah “kemampuan dari sebuah persendian untuk melakukan gerak melalui luas gerak yang penuh” (Damien Davis, 1986: 39). Fleksibel atau tidaknya seseorang ditentukan oleh luas atau sempitnya ruang gerak sendi-sendinya dan elastis atau tidak otot-ototnya. Orang yang kaku atau tidak elastis, biasanya terbatas ruang gerak sendi-sendinya. Elastisitas otot (berarti juga fleksibilitas) akan berkurang kalau orang lama tidak latihan.

commit to user

Karakteristik fleksibilitas dapat dicermati dari segi: komponen pembentuk dan faktor yang mempengaruhinya, pengukuran, metode peningkatannya, serta jenis dan fungsinya dalam kegiatan olahraga. Clark dalam (Rushall & Pyke, 1990:275) mengusulkan “tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan fleksibilitas yaitu jenis latihan, pemanasan dan panjang atau lamanya waktu bertahan terhadap efek rangsangan fleksibilitas”. Menurut Damien Davis (1986:39), “faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas yaitu: tipe atau jenis persendian, elastisnya otot-otot, elastisnya ligamen dan capsule, bentuk tubuh, temperatur otot, jenis kelamin, umur, atau usia, tebal kulit, dan tulang”.

Jenis atau metode latihan untuk mengembangkan fleksibilitas dapat dilakukan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan-latihan memperluas ruang gerak persendian. Rushall at el (1990: 275-284) menjelaskan “Active Stretching (AS) ,Proprioeptive Neuromuscuar Facilitation Stretching (PNF) adalah metode yang sudah diterima dan dapat digunakan dalam olahraga”. Dua jenis peregangan tersebut dapat digunakan untuk memperoleh sejumlah manfaat.

Metode AS dan PNF disarankan hendaknya digunakan pertama kali dalam melakukan peregangan otot untuk melatih fleksibiltas.

Ketika dilakukan dengan benar, peregangan dapat memberikan lebih dari sekedar peningkatan fleksibilitas. Menurut M. Alter, manfaat dari peregangan meliputi:

a. Fitness fisik ditingkatkan

b. Kemampuan untuk belajar dan melakukan gerakan-gerakan terampil ditingkatkan

c. Meningkat relaksasi mental dan fisik

d. Pengembangan ditingkatkan kesadaran tubuh

e. Mengurangi risiko cedera pada sendi, otot, dan tendon f. Mengurangi nyeri otot

g. Mengurangi ketegangan otot

h. Meningkat kekenyalan karena stimulasi produksi bahan kimia yang melumasi jaringan ikat.

commit to user

Sayangnya, peregangan tidak selalu dilakukan dengan baik dan karenanya tidak semua memperoleh manfaat yang maksimal. Beberapa kesalahan yang paling umum dibuat ketika peregangan adalah:

a. Tidak tepat dalam pemanasan

b. Tidak seimbang antara latihan dengan pemanasan dan pendinginan c. Peregangan berlebihan

d. Melakukan latihan yang salah

e. Melakukan latihan di urutan yang salah (atau sub-optimal)

Jenis program peregangan umum digunakan diklasifikasikan dalam empat kategori umum: pasif, balistik, statis dan fasilitasi neuromuskuler proprioseptif (PNF). Teknik peregangan pasif dilakukan dengan kekuatan luar. Balistik peregangan cukup populer di tahun 1970-an, tetapi digunakan terutama oleh atlet karena risiko yang lebih besar dari cedera dan efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik peregangan lainnya. Dengan balistik dan peregangan pasif ada kebutuhan untuk mengontrol berbagai faktor untuk memastikan keselamatan, membatasi aplikasi dari teknik ini.

Saat ini, dua metode yang paling diterima meningkatkan fleksibilitas adalah teknik statis dan PNF. Sampai saat ini, teknik tidak telah ditunjukkan untuk menjadi lebih unggul untuk meningkatkan rentang gerak. Setiap metode beroperasi pada premis bahwa untuk meningkatkan fleksibilitas dan mencegah risiko cedera, otot yang membentang harus sesantai mungkin.

Statis, merupakan teknik fleksibilitas yang paling umum digunakan dan sangat aman dan efektif. Dengan teknik ini, sebuah kelompok otot atau otot secara bertahap membentang ke titik batasan, dan kemudian biasanya diadakan di posisi itu selama 15 sampai 30 detik. Menurut Taylor et al,1990: 4 mengemukakan bahwa peningkatan yang signifikan dalam fleksibilitas menggunakan empat set 15-20 detik per peregangan.

PNF peregangan teknik juga sangat efektif untuk meningkatkan fleksibilitas. Teknik-teknik PNF dikembangkan oleh Dr Herman Kabat di tahun

commit to user

1950 sebagai bagian dari pekerjaan terapeutik dengan pasien yang menderita kelumpuhan dan penyakit otot. Selama bertahun-tahun konsep PNF ini dan modifikasi, diperkenalkan, dan telah diterapkan oleh banyak pelatih pribadi dan instruktur kebugaran dengan siswa. Dengan instruksi yang tepat, teknik PNF juga telah terbukti aman dilaksanakan kepada siswa (Kravitz, 1980:187). Teknik PNF stretching adalah teknik hold relax dan contract relax yang dapat dimodifikasi dan digunakan baik secara individu atau dengan pasangan terampil.

Dengan adanya teknik latihan fleksibilitas terbaru yang memiliki keamanan dan hasil yang baik untuk meningkatkan fleksibilitas, maka peneliti menggunakan ketiga teknik tersebut yaitu active stretching, hold relax, dan contract relax sebagai berikut :

a. Active stretching

Menurut Appleton (1998:145), “Stretching aktif adalah salah satu di mana subyek menggerakkan ke suatu posisi dan kemudian menahan di sana tanpa bantuan selain menggunakan kekuatan otot agonis”. Aktif stretching yang meningkatkan fleksibilitas dan memperkuat otot-otot agonistik. Dosis pemberian stretching cukup dengan menahan selama 10 detik sampai 15 detik.

Selama bertahun-tahun, dalam melatih, menguatkan dan pengkondisian profesional menyarankan atlet untuk melakukan stretching sebelum aktivitas fisik untuk mencapai dua tujuan: pertama, untuk meningkatkan kinerja, dan kedua, untuk mengurangi risiko cedera.

Menurut Holt (1970:14), “Stretching telah meningkatkan kinerja karena beberapa alasan, termasuk memaksimalkan lingkup gerak sendi”. Sebagai contoh kurang fleksibilitas yang cukup di grup otot togok dan illiopsoas akan membuat tungkai tidak mampu mempertahankan panjang langkah yang optimal, sehingga mengurangi kecepatan.

Kurangnya fleksibilitas dapat mengakibatkan gerakan yang canggung atau tidak terkoordinasi. Menurut Shellock dan Prentice (1985:240), “Kinerja puncak di setiap acara olahraga membutuhkan

commit to user

seseorang untuk mempertahankan biomekanik tertentu untuk memaksimalkan kecepatan, efisiensi, atau kekuasaan”.

Dengan demikian, perubahan biomekanik terkait dengan gerakan tidak terkoordinasi mungkin seolah-olah memiliki efek pada kinerja.

Menurut Cuthbertson (1980:76), “Stretching juga telah menganjurkan sebagai sarana untuk mencegah cedera pada Unit musculotendinous (MTU). MTU terdiri dari kedua aktif elemen kontraktil (serat otot) dan elemen pasif (tendon)”. Sebagai bergerak bersama melalui rentang yang lebih besar gerak, atau sebagai kekuatan yang lebih besar diterapkan pada Unit otot-tendon, tendon lebih compliant dapat menyerap sejumlah besar energi, sehingga melindungi elemen kontraktil aktif dan mengurangi cedera pada serat otot.

Oleh karena itu, bahwa MTU lebih compliant akan mampu menahan gaya tarik yang lebih besar, yang pada gilirannya akan bermanfaat dalam hal pengurangan cedera. ini adalah didukung oleh fakta bahwa cedera ketegangan otot cenderung terjadi selama eksentrik fase kontraksi otot, ketika diterapkan pada MTU sangat besar, dan yang paling sering terlihat di insersio dan origo otot - otot yang melintasi dua sendi dan rentan terhadap tingkat yang lebih besar dari stretching.

Beberapa studi juga telah menunjukkan bahwa individu dengan fleksibilitas rendah lebih mungkin untuk mengalami cedera dalam bentuk strain otot. Meningkatkan kepatuhan dari MTU tampaknya akan menjadi cara untuk mengurangi insiden cedera. Dari berbagai metode stretching yang efektif meningkatkan jangkauan gerak, jenis yang paling umum adalah stretching. Menurut Holt (1970:612), “Stretching melibatkan perlahan bergerak bersama untuk titik akhir dari rentang gerak, biasanya didefinisikan sebagai titik sebelum timbulnya rasa sakit”. National Strength dan Cooling Asosiation (NSCA) merekomendasikan stretching harus ditahan selama 30 detik.

Menurut Perrier (2009:9), “Edisi terbaru dari Pedoman Resep Latihan dan Pengujian, dari Amerika College of Sports Medicine (ACSM),

commit to user

merekomendasikan stretching harus ditahan selama 15 sampai 30 detik, dan berpendapat bahwa tidak ada perbaikan lebih lanjut dalam fleksibilitas terlihat terakhir 30 detik”. Metode stretching statis adalah menguntungkan karena beberapa alasan:itu adalah sederhana untuk belajar, dapat dilakukan secara individual, dan efektif dalam meningkatkan lingkup gerak sendi.

Meskipun prevalensi stretching sebelum kegiatan, ada sedikit bukti yang mendukung bahwa stretching statis meningkatkan kinerja atletik, dan stretching mengurangi insiden cedera muskuloskeletal. Bahkan, banyak dari literatur terbaru menunjukkan bahwa stretching statis, yang dilakukan sebelum kegiatan atletik, mungkin benar-benar meningkatkan kinerja.

Dasar dari latihan fleksibilitas untuk Kebugaran adalah warming up dan cooling down. Untuk dasar fleksibilitas kebugaran, dilakukan program latihan stretching penuh seperti pada Gambar. Tahan masing-masing 10 sampai 30 detik dan ulangi setidaknya empat kali. Sesi latihan fleksibilitas yang harus dilakukan secara rutin:

Gambar 17

Active stretching pada togok (Harrel, 2006:76)

Sesi latihan active stretching yang akan digunakan adalah gerakan ke arah fleksi trunk. Langkah awal stretching aktif adalah dengan fleksi dengan posisi duduk dan tungkai lurus. Lalu membungkuk ke depan dari pinggang, jari tangan terentang semakin dekat dengan jari-jari kaki. Jika pada awal latihan belum mencapai jari-jari kaki, jangan khawatir karena

commit to user

stretching ini dapat meningkatkan panjang secara bertahap untuk membangun fleksibilitas tambahan. Tahan posisi sampai satu menit dan kemudian bangkit dengan kembali datar.

Menurut Colberg (2007:68), “Pengalaman menunjukkan bahwa elastisitas otot berkurang sesudah masa tak aktif yang panjang.

Sebaliknya, stretching otot yang teratur rupanya dapat meningkatkan elastisitas otot”. Dwijowinoto (1993:43) memaparkan bahwa “Tujuan latihan fleksibilitas adalah untuk memaksimalkan elastisitas otot”. Oleh karena itu agar elastisitas otot dapat diperoleh dengan hasil yang maksimal, maka latihan untuk meningkatkan fleksibilitas sangat diperlukan, sebab fleksibilitas seseorang dapat menurun apabila tidak dilatih.

b. Teknik PNF

Pengertian PNF menurut salah satu ahli, Alim (2000:4) adalah

“fasilitasi pada sistem neuromuskuler dengan merangsang propioseptif. PNF terdiri atas dasar konsep, bahwa kehidupan ini adalah sederetan reaksi atas sederetan rangsangan-rangsangan yang diterimanya”. Manusia dengan cara yang demikian akan dapat mencapai bermacam-macam kemampuan motorik. Bila ada gangguan terhadap mekanisme neuromuskuler tersebut berarti seseorang tidak dalam kondisi untuk siap bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang akan datang sehingga dia tidak mampu untuk bereaksi ke arah yang tepat seperti yang dia kehendaki. Metode ini berusaha memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi.

Arti facilitation adalah membuat lebih mudah/ kemudahan. Sehingga kita dapat memberikan tindakan dengan efisien dengan selalu memperhatikan ketepatan dan fungsi gerakan yang dilakukan pasien.

Propioceptive, dengan metode PNF akan semakin diperkuat dan diintensifkan rangsangan-rangsangan spesifik melalui reseptor sendi

commit to user

(propioseptif). Neuromuscular, juga meningkatkan respons dari sistem neuromuskuler. Lewat rangsangan-rangsangan tadi kita berusaha untuk mengkaktifkan kembali mekanisme latent dan cadangan-cadangannya dengan tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan ADL.

Tinjauan secara Fisiologis mengenai PNF stretching adalah proprioseptor. Proprioseptor adalah receptor yang mendeteksi perubahan di dalam alat itu sendiri. Menurut Perrier (2009:18), “Setiap perubahan dalam otot selalu dideteksi oleh proprioceptors untuk diinformasikan ke susunan syaraf pusat, dan dari susunan syaraf pusat dikeluarkan instruksi untuk menyesuaikan kondisi otot”. Dari kondisi ini timbul gerak tubuh baru untuk disesuaikan dengan seluruh rangkaian gerak tubuh secara sistemik. Peran dari proprioceptors adalah mengirimkan aliran informasi secara terus menerus (konstan) kepada susunan syaraf pusat.

Proprioceptors ini terletak pada otot, tendon, dan sambungan-sambungan termasuk di sekitar jaringan pelindung seperti kapsul, ligamen, serta selaput-selaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam.

Proprioceptors dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu : Muscle proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs, joint and skin proprioceptors, labyrinthine and neck proprioceptors. Menurut Perrier (2009:18), “Dari ketiga proprioceptors tersebut, maka yang berperan terhadap daya regang otot adalah muscle proprioceptors, yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs”.

Jadi setiap proses pergerakan tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendo organs.

Muscle Spindle. Muscle spindle terletak di dalam otot. Muscle spindle merupakan suatu receptor yang menerima rangsang dari regangan otot. Menurut Deforche (2003:434), “Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang kuat pada muscle spindle. Rangsangan yang kuat akan menyebabkan refleks muscle spindle yaitu mengirim impuls ke

commit to user

spinal cord menuju jaringan otot dengan cepat, menyebabkan kontraksi otot yang cepat dan kuat”. Muscle spindle sangat berperan dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik.

Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah : a) Mendeteksi perubahan panjang serabut otot.

b) Mendeteksi kecepatan perubahan panjang otot.

Sebetulnya muscle spindle bekerja sebagai suatu pembanding dari panjang kedua jenis serabut otot intrafusal dan ekstrafusal. Menurut Robbins (2009:14), ”Bila panjang serabut ekstrafusal jauh lebih besar daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut ekstrafusal lebih pendek daripada serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi (keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot)”. Jadi spindle tersebut dapat dirangsang atau dihambat.

Meregangkan suatu kelompok otot hendaknya jangan dilakukan secara tiba-tiba. Sebab apabila stretching otot dilakukan secara tiba-tiba akan merangsang muscle spindle dan ini menyebabkan refleks regang.

Refleks muscle spindle sering disebut refleks regang atau refleks myotatik.

Hal ini disebabkan karena stretching otot tersebut merangsang muscle spindle sehingga menyebabkan kontraksi otot yang bersangkutan.

Menurut Ferrando (1997:9), “Golgi Tendon Organs (GTO). GTO adalah stretching receptor yang terletak di dalam tendon otot tepat di luar perlekatannya pada serabut otot tersebut. Refleks GTO bias terjadi akibat tegangan otot yang berlebihan”. Sinyal-sinyal dari GTO merambat ke medula spinalis yang menyebabkan terjadinya hambatan respon (negative feed-back) terhadap kontraksi otot yang terjadi. Hal ini untuk mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan yang berlebihan.

Menurut Sady (1982:262), “Refleks GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya sobekan otot, namun dapat juga bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh kontraksi otot dalam

commit to user

pergerakan tubuh. Sedangkan peran golgi tendon organs dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik adalah mendeteksi ketegangan selama kontraksi otot atau stretching otot”. Namun antara golgi tendon organs dengan muscle spindle ada perbedaan fungsi. Muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi perubahan panjang serabut otot, sedangkan golgi tendon organs berfungsi mendeteksi ketegangan otot.

Sinyal dari golgi tendon organs dihantarkan ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi tendon organs menyebabkan rileksasi seluruh otot secara tiba-tiba. Menurut Kisner (2007:43), “Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu refleks seketika yang menghambat kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot atau lepasnya tendo dari perlekatannya ke tulang”.

PNF Stretching adalah teknik umum yang digunakan dalam lingkungan atletik dan klinis untuk meningkatkan baik ROM aktif dan pasif dengan maksud untuk mengoptimalkan kinerja motoris dan rehabilitasi.

Menurut Adler (2008:267), “PNF stretching adalah teknik yang paling efektif untuk stretching ketika tujuannya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas, khususnya di sehubungan dengan perubahan jangka pendek dalam ROM”.

1) Contract relax

Merupakan salah satu teknik stretching yang digunakan untuk meningkatkan penurunan rentang gerak pasif. Menurut Rothwell (1994:72), “Terapis atau pasien menggerakkan sendi atau segmen tubuh ke akhir rentang gerak, lebih diutamakan gerak aktif atau gerak melawan tahanan. Terapis meminta pasien untuk kontraksi sekuat mungkin dari otot membatasi atau pola (antagonis) dengan dosis selama 5-8 detik dan dapat diulang selama 8 kali setiap sesi latihan”. Perpanjangan kontraksi maksimal dapat akan memicu

commit to user

perubahan struktural di aktin-myosin kompleks. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan elastisitas jaringan otot.

Gerakan yang dilakukan untuk terapis dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua otot yang dimaksud telah berkontraksi.

Setelah waktu yang diperlukan, terapis menyampaikan bahwa pasien relaks, lalu terapis dan pasien relaks. Menurut Adler (2008:272),

“Kedua sendi atau bagian tubuh yang telah direposisi, baik aktif oleh pasien atau pasif oleh terapis, akan diperoleh lingkup gerak sendi (ROM) yang baru dan lebih luas. Teknik diulang sampai lingkup gerak sendi (ROM) maksimal”. Latihan aktif resisted dari grup otot agonis dan antagonis otot di lingkup gerak sendi (ROM) yang baru mengakhiri kegiatan latihan.

2) Hold Relax

Pengertian Hold Relax menurut Alim (2000:8), “Merupakan suatu teknik dimana kontraksi isometris mempengaruhi otot antagonis yang mengalami pemendekan, yang akan diikuti dengan hilang atau kurangnya ketegangan dari otot-otot tersebut”. Menurut Adler (2008:269), “Teknik ini merupakan teknik yang mengembalikan pola melawan antara grup otot antagonis dan pola kebalikan atau grup otot agonis”. Tujuan utama pelaksanaan teknik ini adalah untuk meningkatkan lingkup gerak sendi (ROM) pasif dan mengurangi nyeri.

Untuk meningkatkan lingkup gerak sendi (ROM), terapis atau pasien menggerakkan segmen sendi ke arah gerakan maksimal sendi, dalam hal ini diutamakan gerakan aktif. Pada akhir gerakan, terapis harus memastikan bahwa akhir batas gerakan tidak sampai melewati batas nyeri. Menurut Adler (2008:280), “Terapis memberikan instruksi untuk berkontraksi secara isometric pada pola grup otot antagonisdengan melawan tahanan terapis lalu menahannya hingga 5-8 detik. Kontraksi dan tahanan semakin ditingkatkan perlahan-lahan. Tidak ada gerakan yang ditimbulkan

commit to user

dari subyek maupun terapis”. Setelah menahan kontraksi sampai waktu yang telah ditentukan, terapis menginstruksikan subyek untuk relaks. Sendi yang dituju diberikan tambahan lingkup gerak sendi (ROM) secara aktif. Ulangi langkah tersebut hingga terjadi penambahan lingkup gerak sendi.

c. Program Latihan

Program latihan merupakan dasar dilakukannya suatu latihan untuk mengatasi kondisi tertentu. Program latihan meliputi berbagai komponen yaitu : 1) Intensity : merupakan ukuran kesungguhan dalam melakukan latihan yang

tepat pelaksanaannya. Apabila kita dapat menjalankan secara penuh sesuai dengan kemampuan ini berarti kita menjalankan intensity 100% (maksimal).

Tingkat intensity dapat dibedakan : 100 % atas lebih (110%) – super maximal 100% penuh – maxsimal

80% s/d 99% – sub maximal 60% s/d 79% - medium

59% s/d ke bawah – law (rendah)

2) Volume :jumlah beban yang dinyatakan dengan satuan jarak, waktu, berat, jumlah beban latihan.

3) Duration :lamanya waktu latihan seluruhnya (penuh) setelah dikurangi dengan waktu yang dipergunakan untuk istirahat.

4) Frequency :beberpa kali suatu latihan dilakukan setiap minggunya :dua kali, tiga kali atau enam kali. Cepat dan lambatnya suatu latihan dilakukan setiap set atau setiap elemen latihan juga merupakan frequency. Seringnya ulangan yang dilakukan setiap set atau elemen latihan disebut :density.

5) Ritme :merupakan irama dari latihan, misalnya :berat dan ringannya suatu latihan atau tinggi rendahnya latihan.

commit to user

Istilah adolescent atau remaja berasal dari kata latin adolescare (kata bendanya, adolescentia yaitu remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Bobak, 2004:43). Menurut Rumini dan Sundari (2004:52),

“Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa”. Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004:3).

Tingkatan usia adolescent menurut para ahli berbeda-beda. Menurut Hurlock (1999: 70) tingkatan usia remaja dibagi menjadi 2, yaitu adolescent awal usia 13-16 tahun dan remaja akhir usia 16-18 tahun. Tingkatan adolescent menurut Monks (1999) mengemukakan bahwa terdiri dari 3, yaitu adolescent awal usia 12-15 tahun, adolescent pertengahan usia 15-18 tahun, dan adolescent akhir usia 18-21 tahun. Menurut Sarwono (2001:41), “WHO menetapkan batas usia remaja dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-12 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun”. Namun beliau juga mengemukakan bahwa adolescent dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu adolescent awal usia 11-15 tahun, adolescent pertengahan usia 15-18 tahun, dan adolescent akhir usia 15-18-24 tahun.

Pedoman umum remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah. Dengan pembatasan usia adolescent yang berbeda-beda, peneliti memilih pembatasan adolescent akhir usia 18-24 tahun menurut

commit to user

Sarwono (2004:41). Alas an pemilihan usia tersebut adalah di batasan usia adolescent akhir adalah masa pematangan perkembangan secara maksimal dilihat secara fisiologis, namun fenomena yang terjadi adalah inactive pada kelompok adolescent ini menyebabkan perkembangan mereka mengalami hambatan sehingga dengan adanya pemberian latihan pada penelitian ini semoga dapat memperbaiki perkembangan yang mengalami gangguan.

a. Perkembangan Pada Remaja

Perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi berbagai aspek, di antaranya menurut Hurlock (1999:65), “Perkembangan fisik, perubahan emosional, perubahan sosial, perubahan moral dan perubahan kepribadian”.

1) Perkembangan fisik pada remaja

Masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat.

Menurut Al-Mighwar (2006:1), “Perkemban/gan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri seks primer dan ciri seks sekunder”.

Menurut Depkes RI (2002:4), “Ciri-ciri seksualitas primer pada remaja dibedakan atas jenis kelamin yaitu laki dan perempuan. Remaja laki-laki ditandai dengan telah berfungsinya organ reproduksi yakni dengan adanya mimpi basah yang umumnya terjadi pada usia 10-15 tahun”. Hal ini terjadi akibat organ testis telah mulai memproduksi sperma. Sperma yang telah dikeluarkan jika kantungnya telah penuh sementara pada remaja putri ditandai dengan adanya peristiwa menstruasi (menarche). Menstruasi pertama ini menandakan bahwa remaja putri sudah siap untuk hamil.

Menurut Depkes RI (2002:6), “Ciri-ciri seks sekunder pada remaja dibedakan atas jenis kelamin yaitu laki dan perempuan. Remaja

Menurut Depkes RI (2002:6), “Ciri-ciri seks sekunder pada remaja dibedakan atas jenis kelamin yaitu laki dan perempuan. Remaja

Dokumen terkait