• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. A. Kajian Teori"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB II

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Fisik

Pertumbuhan merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang manusia sejak di dalam kandungan, hingga pada masa remaja akhir. Pertumbuhan setiap individu manusia tidak sama baik pertumbuhan fisik atau psikis (mental).

Pertumbuhan fisik sangatlah mudah untuk diketahui, karena pertumbuhan ini dapat dilihat perkembangan atau perubahannya.

Pertumbuhan fisik pada laki-laki dan perempuan berbeda, tahap-tahap, masa pertumbuhan, ciri-ciri dan kecepatan pertumbuhannya berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan. Menurut Muhammad (2014:24), “Banyak hal yang mempengaruhi pertumbuhan fisik masing-masing individu baik laki-laki maupun perempuan”. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh makanan dan pola hidup masing-masing individu, makanan yang baik dan pola hidup yang baik dapat mempercepat pertumbuhan, dan sebaliknya dengan makanan yang kurang sehat dan pola hidup yang buruk dapat menghambat pertumbuhan.

Kondisi berasal dari kata “condition” (bahasa latin) yang berarti keadaan.

Sedangkan secara definitif kondisi menurut Luttgens, K and Hamilton, N.

(1997:143) adalah “Keadaan fisik dan psikis serta kesiapan seseorang terhadap tuntutan-tuntutan khusus suatu cabang olahraga”. Beberapa ahli mengemukakan batasan tentang pengertian kondisi fisik yang dapat dibedakan atas pengertian sempit dan luas. Dalam arti sempit menurut Syafruddin, (1992:35) “Kondisi merupakan keadaan yang meliputi faktor kekuatan, kecepatan, dan daya tahan.

Sedangkan dalam arti luas ketiga faktor di atas ditambah dengan faktor fleksibilitas (fleksibility) dan koordinasi”.

Unsur-unsur kebugaran jasmani atau kondisi fisik ada 10 komponen.

Komponen tersebut sebagian besar merupakan unsur-unsur kebugaran jasmani

(2)

commit to user

yang sangat dibutuhkan oleh seseorang agar mampu melakukan aktivitas secara efisien dan produktif, baik sewaktu bekerja, maupun berolahraga. Menurut Depdiknas (2003:4), “Unsur-unsur kebugaran jasmani yang dapat dikategorikan sebagai komponen kondisi fisik yaitu:

a. Daya Tahan (Endurance), dalam Unsur-unsur kebugaran jasmani dalam hal Daya Tahan dikenal dua macam daya tahan, diantaranya:

1) Daya tahan umum (general endurance) 2) Daya tahan otot (local endurance) b. Daya Ledak Otot (muscular Explosive power) c. Kekuatan Otot (Strength)

d. Kelenturan (Flexibility) e. Kecepatan (Speed) f. Kelincahan (Agility) g. Koordinasi (Coordination) h. Keseimbangan (Balance) i. Ketepatan (Accuracy) j. Reaksi (Reaction)

Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain, hasil kerjanya kian produktif jika kesegaran jasmaninya kian meningkat.

Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar ia dapat

melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif tanpa mengalami kelelahan

yang berarti. Menurut Cornelius (1980:77), “Kesegaran jasmani adalah

kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap,

pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-

hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan”. Menurut Hidayatullah

(3)

commit to user

(1995:12), “Kurangnya daya tahan, fleksibilitas persendian, kekuatan otot, dan kelincahan merupakan penyebab utama timbulnya cedera”. Hal ini disebabkan program latihan fisik yang dilakukan seseorang tidak sempurna sebelum dia terjun melaksanakan kegiatan fisik yang lebih berat.

2. Fleksibilitas

Hidayatullah (1995:21) mengemukakan bahwa “Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggunakan lebar ayunan gerakan-gerakan dalam persendian ke mampuan maksimum”. Dengan kelenturan yang baik akan mengurangi pengunaan tenaga yang berlebihan pada saat melakukan suartu gerakan. Menurut Nurhasan (2001:15) “Kelenturan gerakan yang dilakukan membuat gerakan menjadi luwes/tidak kaku”.

Fleksibilitas tubuh yang kurang baik maka cenderung kaku dalam hal gerakan dan sulit untuk menerapkan pola yang betul serta dapat membatasi jangkauan dari suatu gerakan, sehingga seseorang akan sulit mencapai prestasi.

Menurut Suharno (1986:20) “Fleksibilitas adalah suatu kemampuan dari seseorang dalam melaksanakan gerakan dengan amplitude yang luas atau kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan-gerakan jasmani atau usaha fleksibilitas tubuh atau persendian-persendian tertentu”.

Fleksibilitas juga didefinisikan sebagai ROM atau Range Of Motion mampu diraih oleh sendi. Menurut Luttgens and Hamilton (1997:146), “ROM pada sendi biasanya diukur dengan jumlah derajat dari posisi awal dari segmen untuk posisinya pada akhir ROM penuh dari pergerakan”. Cara yang paling umum ini dilakukan adalah dengan menggunakan goniometer.

Fleksibilitas yang baik diketahui membawa manfaat positif pada otot dan sendi. Ini membantu dengan pencegahan cedera, membantu untuk meminimalkan nyeri otot, dan meningkatkan efisiensi di semua aktifitas fisik. Meningkatkan fleksibilitas juga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian fungsional.

Menurut Harrel (2006:41), “Fleksibilitas yang baik dipengaruhi oleh elastisitas

otot dan memberikan jangkauan yang lebih luas pada gerak sendi”. Ini

memberikan kemudahan dalam gerakan tubuh dan aktivitas sehari-hari. Sebuah

(4)

commit to user

sederhana tugas sehari-hari seperti membungkuk dan mengikat sepatu dicapai baik dengan fleksibilitas. Sayangnya, fleksibilitas umumnya tidak fokus, orang hanya ingin memulai program kebugaran.

a. Fisiologi Fleksibilitas

Menurut Kisner (2007:13), “Otot dan tulang bekerja bersama-sama yang disebut sistem musculoskeletal”. Tulang memberikan postur dan dukungan struktural untuk tubuh dan otot-otot memberikan tubuh dengan kemampuan untuk bergerak (dengan kontraksi, dan dengan demikian menghasilkan suatu gerakan).

Sistem muskuloskeletal juga memberikan perlindungan bagi organ internal tubuh.

Dalam urutan untuk melaksanakan fungsinya, tulang harus bergabung bersama-sama dengan jaringan lainnya. Titik di mana tulang terhubung satu sama lain disebut sendi, dan hubungan ini diikat oleh ligamen. Ketchum (2013:4) berpendapat bahwa “Fleksibilitas yang berkaitan dengan sendi sangat sedikit diberikan perhatian atau bahkan diabaikan sama sekali”. Sementara manfaat latihan kardiovaskuler biasa dan kekuatan sangat terkenal, hanya sedikit orang yang menyadari yang fleksibilitas sendi juga penting bagi kesehatan untuk mencapai aktivitas yang optimal.

Pada umumnya kenaikan fleksibilitas dicapai dari gerakan balistik yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan. Dari beberapa survei yang telah dilaksanakan oleh penulis, latihan kelenturan (stretching) sebagian besar orang tidak dilakukan setiap harinya. Jumlah seluruhnya waktu yang dihabiskan dalam rutinitas stretching hampir tidak pernah melebihi 5 menit dan sebagian lagi hampir tidak pernah melakukannya sama sekali. Dari survei oleh penulis terhadap 196 orang mahasiswa yang melaksanakan kegiatan kuliah dari pagi hingga sore, sehingga mengalami nyeri dan kaku pada persendiannya, memperlihatkan bahwa mereka cenderung hanya meregangkan kelompok otot tertentu tidak lebih dari 15 detik.

Selain itu, biasanya stretching hanya dilakukan terjadi pada awal sesi olahraga dan sama sekali tidak dilakukan saat memulai suatu aktivitas keseharian.

Bahkan dalam pelatihan olahraga, stretching hanya diberikan minor dalam

(5)

commit to user

program pelatihan secara keseluruhan. Bahkan seorang atlet hanya menghabiskan sedikit waktu untuk stretching. Hal ini karena stretching hanya dianggap bagian dari pemanasan (warming up).

Setelah latihan, sebagian besar orang yang terlalu lelah untuk melakukan stretching untuk kegiatan pendinginan (cooling down) atau tidak meluangkan waktu untuk melakukannya. Menurut Ferrando (1997:807), “Untuk menjadi efektif, stretching harus dilakukan baik saat warming up sebelum latihan rutin dan sebagai bagian dari cooling down setelah latihan”.

Untuk setiap orang, rutinitas stretching teratur dapat membawa banyak manfaat. Menurut Holt, (1970:31), “Studi penelitian tentang cedera telah menunjukkan bahwa orang-orang dengan fleksibilitas rendah memiliki potensi lebih besar mengalami cedera dibandingkan dengan orang yang memiliki fleksibilitas tinggi”. Menariknya, jenis peningkatan fleksibilitas yang diperlukan untuk mengurangi cedera tidak datang dari melakukan latihan stretching tepat sebelum aktivitas. Sebaliknya, peningkatan fleksibilitas yang diperlukan untuk mencegah terjadinya cedera datang dari melakukan pelatihan stretching secara teratur.

Penelitian tambahan menunjukkan bahwa pelaksanaan stretching secara intens selama minimal 10 menit per hari akan membawa perubahan besar yang bermanfaat dalam neuromuscular-tendon unit. Menurut Cornelius (1980:77),

“Peningkatan kekuatan dan daya tahan telah dilaporkan dapat meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas”. Untuk mendapatkan fleksibilitas yang baik harus mengutamakan tentang kedisiplinan. Hal ini tidak membutuhkan teknik khusus tertentu. Kunci utama untuk mendapatkan fleksibilitas adalah melakukan latihan stretching dalam frekuensi yang sering. Jika tidak rutin melakukan stretching, atau melakukannya hanya secara sporadis, keuntungan untuk mendapatkan fleksibilitas akan terbatas.

Menurut Func (2003:54), “Meningkatkan fleksibilitas, harus dilakukan

setidaknya sekali sehari, jika mungkin, beberapa kali per hari”. Singkatnya,

stretching dalam waktu singkat namun dilakukan berulang lebih produktif

daripada stretching yang dilakukan dalam waktu lama namun jarang. Stretching

(6)

commit to user

juga merupakan komitmen jangka panjang dan harus terus menerus dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan fleksibilitas.

Fleksibilitas bukanlah sesuatu yang secara otomatis datang dengan latihan kekuatan. Sebaliknya, latihan kekuatan tanpa kelenturan dapat menyebabkan penurunan dramatis dalam fleksibilitas. Dalam banyak kasus, kurangnya fleksibilitas akan mengakibatkan hilangnya fungsi "normal" sendi dalam tubuh, padahal fungsi gerak sendi sangat penting untuk aktivitas sehari-hari. Membuat peningkatan yang signifikan dalam fleksibilitas akan membawa peningkatan yang nyata dalam kinerja tubuh. ROM yang lebih besar akan memerlukan untuk waktu yang lebih lama dari gaya yang diterapkan, perbaikan teknik, peningkatan keuntungan biomekanik, dan pengurangan ketegangan sendi.

Menurut Alim (2000:4), “Stretching harus dilakukan sesering mungkin.

Kebanyakan resistensi terhadap ROM adalah hasil dari kontraksi otot untuk mencegah cedera, sehingga tahanan berlebih ini bisa diatasi dari sesi stretching yang dilakukan, hasilnya lebih efektif”. Stretching pemanasan ringan dan aktif harus dilakukan sebelum bekerja untuk mempersiapkan aktivitas sehari-hari.

Tetapi stretching yang dilanjutkan dengan latihan akan memiliki dampak yang signifikan lebih besar pada fleksibilitas. Setelah latihan, otot yang hangat dan lelah. Hal ini memungkinkan untuk ROM yang lebih besar, yang membantu memastikan bahwa otot-otot yang sebenarnya sedang diregangkan dalam keadaan santai daripada melawan serabut otot yang berkontraksi.

Karena stretching yang paling efektif adalah saat santai ROM dimaksimalkan, stretching di kemudian hari akan memiliki efek lebih besar pada fleksibilitas. Menurut Func et al, (2003:164), “Seperti dengan komponen lain untuk program kebugaran, waktu stretching harus bervariasi”. Rekomendasi tersebut adalah pedoman program stretching seharusnya tidak menjadi terlalu rutin. Dari waktu ke waktu, stretching dilakukan sebelum berolahraga dan / atau pagi hari.

Salah satu kunci untuk cepat mendapatkan fleksibilitas adalah belajar

bagaimana untuk relaks saat stretching. Otot antagonis harus relaks saat dilakukan

stretching. Jika tidak, serabut otot yang berkontraksi akan menyebabkan

(7)

commit to user

pengurangan yang signifikan dalam ROM, dan otot itu sendiri tidak sedang efektif untuk meregang. Menurut Ferrando et al (1997:82), “Metode utama untuk relaksasi otot stretching sementara hanya untuk berlatih melakukannya”. Berfokus pada santai dan menjaga pernapasan biasa saat meregangkan memiliki dampak yang dramatis pada efektivitas sesi stretching. Aktif berkontraksi dan relaksasi otot antagonis juga akan membantu memastikan bahwa otot-otot yang meregang maksimal.

Stretching dilakukan oleh otot, bukan jaringan ikat yang meregang.

Stretching yang mendorong sendi di luar fungsi normal tidak boleh dilakukan.

Bertujuan untuk menjadi cukup fleksibel sehingga mencapai titik penuh ROM selama gerakan. Menurut Colberg (2007:65), ”Stretching jaringan ikat atau stretching sendi dalam keadaan normal dapat menggoyahkan sendi dan menyebabkan cedera parah”. Fokus pada stretching jaringan otot untuk memaksimalkan ROM dalam gerakan fungsional.

b. Manfaat Flexibilitas

Manfaat dapat diperoleh dari pengembangan fleksibilitas menurut Kravitz dan Heyward (1991:15) adalah sebagai berikut:

1) Penurunan sakit dan nyeri

Spasme otot merata di seluruh sendi, menyebabkan tulang misalignment, postur, tubuh yang buruk, kelelahan yang tidak perlu, nyeri otot dan nyeri sendi. Stretching dapat meringankan masalah ini.

Peningkatan kemampuan untuk bergerak bebas dan mudah dan melakukan aktivitas.

2) Kemungkinan penurunan risiko cedera.

Kekakuan otot (spasme otot) juga merupakan faktor pencetus di

cedera berlebihan, karena otot yang elastis mentransfer berlebihan stress

bahkan jaringan ikat kurang lentur. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa pentingnya stretching dalam pencegahan cedera dapat bervariasi

tergantung pada jenis kegiatan untuk mengikuti.

(8)

commit to user

Efek program fleksibilitas jangka panjang dirancang untuk meringankan spasme otot dan ketidakseimbangan kontraksi otot.

Keterbatasan gerak diidentifikasi oleh penilaian fleksibilitas yang dapat diperbaiki dengan meningkatkan fleksibilitas dipulihkan untuk kegiatan sehari-hari. Banyak profesional rehabilitasi akan setuju bahwa pencegahan cedera terbaik ditingkatkan dengan termasuk dalam latihan latihan mingguan yang dirancang untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan sebagai bagian dari program kebugaran otot yang seimbang.

3) Pemulihan dari cedera.

Pelatih dan terapis fisik umumnya memanfaatkan stretching untuk cedera pada program rehabilitasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa stretching lembut dalam berbagai gerakan dalam batas rasa sakit gerak adalah penting dalam memperpendek masa rehabilitasi setelah cedera. Hal ini memungkinkan seseorang untuk lebih cepat kembali gerak normal dan kembali ke aktivitas.

4) Peningkatan kinerja atletik.

Dalam berbagai jenis olahraga, ROM yang tinggi dan kemampuan untuk menerapkan kekuatan dapat memberi keunggulan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa rutinitas kegiatan kekuatan dan stretching sebelumnya akan muncul untuk menurunkan kinerja selanjutnya. Oleh karena itu, beberapa pelatih menganggap mungkin menjadi yang terbaik untuk meminimalkan stretching sebelum acara kompetitif dan menunda stretching untuk membangun sesi latihan kekuatan yang diimbangi dengan latihan fleksibilitas sehingga diperoleh kombinasi antara kekuatan dan fleksibilitas.

5) Pembalikan penurunan fleksibilitas yang berkaitan dengan usia.

Kecenderung untuk kehilangan fleksibilitas saat usia semakin

bertambah, disebabkan oleh karena usia terkait perubahan jaringan ikat

dan otot, sebagian karena untuk mengurangi tingkat aktivitas. Program

stretching rutin dapat meningkatkan fleksibilitas pada berbagai tingkatan

usia.

(9)

commit to user 6) Peningkatan postur dan penampilan.

Postur yang baik adalah ketika tubuh kita tegak dengan shoulder, vertebrae, dan thorak tegak dan lurus. Dari waktu ke waktu, kita cenderung "melorot ke gravitasi" dan terbentuklah bentuk punggung yang tidak normal (kifosis vertebrae). Penampilan dengan shoulder protraksi, swan neck, dan kekenduran perut. Spasme otot pernafasan, ditambah dengan kelemahan otot punggung, dan vertebrae dapat berkontribusi untuk postural yang tidak baik. Seiring waktu, postur yang tidak baik cenderung memburuk dan menjadi sulit untuk mengoreksi diri sebagai peningkatan ketidakseimbangan otot. Stretching untuk memperbaiki otot dapat dipersingkat, bersama dengan memperkuat otot-otot yang lemah, dapat meningkatkan postur dan membantu untuk berdiri tegak secara alami.

7) Penurunan nyeri otot setelah latihan.

Penelitian menunjukkan bahwa nyeri otot akan menurun ketika onset 1-2 hari setelah latihan dapat menurun ketika dilakukan stretching pada otot-otot yang terkena. Stretching mengurangi ketegangan otot, memberikan efek relaksasi.

Fleksibilitas mengacu pada total rentang gerak dari sendi atau kelompok

sendi. Fleksibilitas, yang berbeda dari masing-masing orang dipengaruhi oleh

komponen dari sistem musculoskeletal serta jalur neuromuscular tertentu dari

tubuh. Karakteristik struktural sendi dan sifat mekanik dari jaringan ikat struktur

otot-tendon sebagian besar mempengaruhi tingkat gerakan di sekitar sendi yang

diberikan. Menurut Colberg (2007:44), “Kekhususan gerakan bahwa seseorang

melakukan dalam kegiatan rutin fisik dan metode stretching sering

mendefinisikan pengembangan dan peningkatan jangkauan gerak tubuh”. Tujuan

dari semua program stretching adalah untuk mengoptimalkan mobilitas sendi

tetap menjaga stabilitas sendi. Perhatian harus selalu difokuskan pada aplikasi

sistematis, yang aman dan efektif dari berbagai teknik gerak yang dimanfaatkan.

(10)

commit to user

Pemeriksaan penelitian dilaporkan dan bukti empiris mendukung manfaat stretching:

1) Peningkatan jangkauan fungsional gerak (Taylor, Dalton, Seaber, &

Garrett, 1990:43).

2) Pengurangan nyeri pinggang dan cedera (Bach, Hijau, & Jensen, 1985;

Farfan, 1973:6).

3) Pengurangan insiden dan keparahan cedera (Safran, Garrett, Seaber, Glisson, & Ribbeck, 1988:178).

4) Peningkatan postur dan simetris otot (Corbin & Noble, 1980:76).

5) Mengurangi dalam timbulnya kelelahan otot (DeVries & Adams 1972:63).

6) Pencegahan dan pengentasan nyeri otot setelah latihan (DeVries, 1961:73).

7) Peningkatan tingkat keterampilan tertentu dan efisiensi otot (Beaulieu, 1980:78).

8) Promosi relakASi mental (DeVries, Wiswell, Bulbulion, & Moritani, 1981:90).

9) Sebuah kesempatan untuk pertumbuhan rohani, meditasi dan evaluasi diri (Alter, 1988:67).

10) kenikmatan pribadi dan gratifikasi.

c. Perhatian dan Pertimbangan dalam Fleksibilitas

Pertemuan antara dua atau lebih tulang disebut sendi atau artikulasi.

Menurut Mader (2004:336), “Ada tiga jenis sendi: synarthrodial sendi memungkinkan tidak ada gerakan (seperti di tengkorak), amphiarthrodial sendi memungkinkan gerakan terbatas (seperti di tulang belakang), dan diarthrodial sendi memungkinkan gerakan yang cukup (seperti di lengan dan kaki)”.

Diathrodial sendi menjadi perhatian terbesar dalam pelatihan fleksibilitas.

Sendi jenis diarthrodial atau sinovial berfungsi untuk menahan tulang

dengan aman dan memungkinkan gerakan yang cukup besar. Menurut Kisner

(2007:284), “Ujung yang berdekatan dari tulang ditutupi dengan permukaan

menahan beban atau artikular dikenal sebagai tulang rawan artikular. Tulang

(11)

commit to user

rawan ini menyerap tekanan dan mencegah keausan langsung pada tulang”.

Karakteristik komposisi tulang rawan artikular adalah sesuatu antara padat dan cair.

Pengikat dari sendi disebut kapsul ligamentum terpasang kuat ke kedua tulang sendi. Menurut Davies (2007:79), “Kapsuler ligamen dilapisi dengan membran sinovial tipis yang mengeluarkan cairan sinovial ke dalam rongga sendi.

Cairan sinovial ini menyediakan makanan untuk tulang rawan artikular dan berfungsi sebagai pelumas pada sendi”. Hal ini menyebabkan berubahnya tegangan tekan ditempatkan pada sendi dari aktivitas fisik untuk stres hidrostatik yang membatasi potensi bahaya untuk sendi.

Selain ligamen kapsul, setiap sendi biasanya memiliki beberapa ligamen lainnya yang berfungsi untuk membantu ikatan tulang bersama-sama. Menurut Ketchum (2013:6), “Ligamen adalah pita fibrosa yang kuat yang terbuat dari jaringan yang sama ditemukan dalam kapsul sendi”. Selain membantu untuk mengikat tulang, ligamen berfungsi untuk mencegah dislokasi, dan membatasi beberapa rentang gerakan. Jika sembarangan dilakukan, stretching dapat menyebabkan cedera. Sehingga harus berhati-hati untuk tidak memberikan stretching yang berlebihan, terutama ketika otot spasme.

Stretching bukan merupakan aktivitas kompetitif, sehingga tidak disarankan mencoba untuk meniru orang lain yang lebih fleksibel. Jika ada daerah yang terjadi injury, stretching harus membentang dengan hati-hati dan tidak ke rasa sakit, jika tidak maka risiko terjadinya reinjury. Jika merasa sakit selama stretching, nyeri terutama sendi, maka hentikan stretching. Ada beberapa kekhawatiran berlebihan pada fleksibilitas, menurut Harrel (2006:33), “Jika tidak disertai dengan kekuatan otot, kemungkinan dapat terjadi overstretch pada ligamen dan tendon serta meningkatkan kelemahan sendi dan kerentanan terhadap cedera”. Untuk itu adalah bijaksana untuk memperkuat otot-otot sebelum meregangkan, sehingga, lebih optimal dalam manfaatnya dalam kebugaran.

d. Faktor yang Mempengaruhi Fleksibilitas

Beberapa faktor yang mempengaruhi fleksibilitas sendi. Ini termasuk sendi

struktur, jaringan lunak (sendi kapsul, otot, tendon), tidak aktif, suhu otot, usia,

(12)

commit to user

genetik, jenis kelamin, obesitas, cedera, dan faktor saraf. Menurut Ellis (2006:18),

“Kapsul sendi adalah jaringan ikat yang mengelilingi sendi dan memberikan stabilitas sambil mengontrol mobilitas”. Struktur bersama rentang gerak sendi bervariasi dari satu sendi ke lain tergantung pada struktur sendi, kapsul sendi, dan jaringan ikat dari struktur otot-tendon sekitar sendi. Jika sendi struktur sendiri ditentukan rentang gerak, stretching tidak akan efektif, karena hal ini tidak setuju untuk mengubah. Namun, stretching tidak mempengaruhi kisaran gerak jaringan lunak sekitar sendi.

1) Jaringan lunak

Otot dan selubung fibrosa pada jaringan ikat, ligamen, tendon, dan kulit di sekitar sendi juga mempengaruhi jangkauan gerak. Menurut Harrel (2006:74),

“Diperkirakan bahwa sekitar 47 persen dari total stabilitator untuk stretching adalah disumbangkan oleh ligamen dan struktur sendi, sekitar 41 persen dari jaringan ikat, 10 persen dari tendon, dan 2 persen dari kulit”. Otot mengandung elastin, serabut elastis, dan kolagen, jaringan ikat fibrosa. Seperti karet gelang, ketika meregang, otot sementara memanjang, kemudian kembali ke panjang istirahat mereka. Saat stretching diulang dari waktu ke waktu meningkatkan kemampuan dari otot untuk memperpanjang dengan resistensi yang lebih kecil.

2) Inactivity

Secara fisik individu yang aktif cenderung lebih fleksibel dari individu pasif. Mungkin yang paling umum penyebab fleksibilitas rendah adalah gaya hidup. Menurut Hobskin (2005:85), “Dengan tidak digunakannya tubuh, maka tubuh akan menyesuaikan dengan rentang gerak yang terbatas”. Otot dan jaringan ikat menjadi kurang lentur, memperpendek dan melemahkan, meninggalkan seseorang lebih rentan terhadap cedera.

3) Suhu otot

Menurut Holt (1970:16), “Stretching lebih mudah dan lebih nyaman jika otot telah menghangat dengan aktivitas otot-otot besar seperti berjalan atau senam ringan”. Ketika otot dingin, mereka kaku dan sulit untuk menerima stretching.

Ketika suhu otot meningkat, jaringan ikat menjadi lebih lembut, dan ketahanan

(13)

commit to user

terhadap stretching sebanyak 20 persen. Panas dengan stretching melonggarkan serabut kolagen dan memungkinkan peningkatan elongasi.

Stretching tidak hanya menimbulkan pemanasan otot. Inilah alasannya, meningkatnya suhu otot deep dengan pemanasan yang memadai mungkin lebih penting dalam mengurangi risiko cedera dalam latihan yang mengikuti daripada stretching sendiri. Juga, stretching selama pendinginan memungkinkan kolagen otot untuk restabilize menuju meningkat panjang baru, membuat perubahan yang lebih permanen dan lebih tahan lama.

4) Usia

Saat kita beranjak tua, kita cenderung kehilangan fleksibilitas, terkait sebagian untuk mengurangi tingkat aktivitas karena usia dan sebagian karena perubahan jaringan ikat akibat penuaan. Sebuah program stretching dapat menangkal penurunan fleksibilitas. Menurut Brilin (2010:23), “Penelitian telah menunjukkan bahwa rentang gerak dapat ditingkatkan pada usia berapa pun, bahkan di tahun 80-an dan 90-an”.

5) Genetika

Beberapa orang dapat tampak lebih fleksibel secara alami daripada lain. Menurut Deitrick (1948:11), “Hal tersebut terjadi karena perbedaan dalam struktur sendi dan elastisitas jaringan ikat yang diwariskan dari genetika keluarga”. Bagi beberapa orang yang tidak memiliki genetik fleksibilitas tinggi, dan meskipun tidak mungkin dapat mengubah genetika, kita dapat meningkatkan fleksibilitas dalam jangkauan ditentukan secara latihan gerak.

6) Jenis kelamin

Wanita cenderung lebih fleksibel daripada laki-laki di seluruh rentang hidup. Menurut Deitrick (1948:11), “Hal ini karena variasi spesifik gender dalam struktur sendi dan jaringan lunak”.

7) Obesitas

Kelebihan lemak tubuh di dalam dan sekitar sendi dan otot bisa memberikan blok mekanik untuk berbagai gerak. Menurut Deforche (2003:45)

“Kelebihan jaringan bertindak seperti baji, mencegah gerakan penuh karena

jaringan yang berdesakan. Hipertrofi otot yang berlebihan juga dapat menghambat

(14)

commit to user

berbagai sendi bergerak penuh”. Cedera, scar tissue, cedera otot, dan sendi dapat menghasilkan penurunan lingkup gerak, diawali karena rasa sakit dan menjaganya agar tidak berlarut-larut. Kelenturan dapat hilang dari waktu ke waktu karena penurunan gerak yang diakibatkan oleh recovery cedera, menyebabkan otot-otot dan jaringan ikat menjadi spasme dan lemah. Fleksibilitas juga terganggu oleh jaringan parut, yang menimbulkan keketatan, melemahkan, dan mengurangi elastisitas dari jaringan asli.

8) Faktor saraf

Ketika otot meregang, otot merangsang muscle spindle dan reseptor stretching yang berada dalam sel-sel otot,. Menurut Cuthbertson (1929:40)

“Mereka merasakan jumlah dan kecepatan stretching, dan jika otot kewalahan atau meregang terlalu cepat, mereka mengaktifkan refleks stretching untuk mencegah cedera”. Penyebab berkontraksinya stretching refleks otot adalah untuk mencegah stretching berlebihan pada sendi.

Organ Tendon Golgi (GTO), merupakan jenis lain dari reseptor terletak di dalam tendon otot. Tugasnya adalah mendeteksi jumlah ketegangan di otot.

Menurut Appleton (1998:290) “Ketika ketegangan yang berlebihan terjadi pada otot, GTO memicu respon stretching refleks terbalik, menyebabkan otot untuk bersantai untuk mencegah cedera. GTO merespon setelah muscle spindle, jika stretching berkelanjutan selama 5 detik atau lebih. Sinyal dikirim oleh GTO tertentu mengesampingkan sinyal oleh muscle spindle, dan menyebabkan otot untuk bersantai, menggarisbawahi efektivitas dari berkelanjutan stretching. Muscle spindle dan GTO memiliki efek yang berlawanan, namun keduanya memantau dan memelihara unit tendon dalam berbagai gerakan yang aman”.

Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi fleksibilitas. Jaringan ikat

terkait dengan setiap sendi berkontribusi fleksibilitas sendi. Dengan otot rileks,

dan mekanisme refleks terlibat sangat minimal. Menurut Krafitz dan Heyward

(1995:123), “Sebuah penelitian telah menemukan kontribusi relatif dari jaringan

lunak untuk kekakuan sendi menjadi sebagai berikut: kapsul sendi, termasuk

(15)

commit to user

ligamen (47%), otot dan selubung fasianya (41 %), tendon (10%), dan kulit

(2%)”.

(16)

commit to user

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi fleksibilitas adalah:

1) Jenis sendi.

Hal ini sangat mapan bahwa fleksibilitas adalah spesifik untuk setiap sendi. Misalnya, penari yang terlatih menunjukkan fleksibilitas unggul dari pergelangan kaki dan kaki tetapi hanya fleksibilitas moderat dalam ekstremitas bagian atas mereka. Derajat berbagai gerakan di sendi juga dipengaruhi oleh struktur sendi dan jenis gerakan yang berperan bersama (yaitu, fleksi-ekstensi, rotasi, adduksi- abduksi, pronasi- supinasi, protraksi-retraksi dan circumduksi).

2) Sejarah Latihan.

Menurut (Beaulieu, 1980:32) “Partisipasi dalam olahraga teratur melibatkan berbagai gerak yang pada umumnya meningkatkan fleksibilitas”. Di sisi lain, gaya hidup sering menyebabkan fleksibilitas berkurang.

3) Suhu.

Menurut Butler (1981:60), “Peningkatan suhu tubuh melalui pemanasan atau partisipasi dalam aktivitas fisik akan meningkatkan jangkauan gerak”. Suhu tubuh yang turun berhubungan dengan penurunan fleksibilitas.

4) Komposisi tubuh.

Alter (1988:40) menyebutkan bahwa, “bukti menyebutkan dengan faktor termasuk panjang tangan dan kaki, rentang lengan, tinggi dan berat badan tidak signifikan mempengaruhi rentang gerak”.

Sehingga komposisi tubuh secara nyata mempengaruhi fleeksibilitas.

5) Latihan Resistance.

Wickstrom (1963:56) mengemukakan bahwa “Latihan resistensi

merupakan latihan yang dijalankan melalui berbagai gerak dapat

membantu untuk meningkatkan fleksibilitas seseorang”. Di samping

hanya meningkatkan fleksibilitas saja, kekuatan tubuh juga

mempengaruhi luas dari lingkup gerak sendi.

(17)

commit to user e. Jenis Fleksibilitas

Banyak orang tidak menyadari fakta bahwa ada perbedaan jenis dari fleksibilitas. Ini berbagai jenis fleksibilitas dikelompokkan sesuai dengan berbagai jenis kegiatan yang terlibat dalam pelatihan atletik. Yang yang melibatkan gerak disebut dinamis dan statis. Menurut Apleton (1998:131) mengemukakan bahwa perbedaan jenis dari fleksibilitas tersebut adalah:

1) Fleksibilitas dinamis (juga disebut fleksibilitas kinetik) adalah kemampuan untuk melakukan dynamic (atau kinetik) gerakan otot untuk membawa anggota badan melalui penuh rentang gerak pada sendi.

2) Fleksibilitas statis (juga disebut fleksibilitas aktif) adalah kemampuan untuk mengasumsikan dan mempertahankan posisi diperpanjang hanya menggunakan ketegangan dari agonis dan sinergis sedangkan antagonis yang sedang diregangkan. Misalnya, mengangkat kaki dan menjaga tinggi tanpa dukungan eksternal (selain dari otot otot kaki sendiri).

3) Fleksibilitas statis-pasif (juga disebut fleksibilitas pasif) adalah kemampuan untuk mengasumsikan posisi dan kemudian menahan mereka hanya menggunakan berat badan, dukungan anggota badan, atau peralatan lainnya (seperti kursi atau barre).”

f. Pengembangan Fleksibilitas

Latihan merupakan langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kebugaran.

Latihan fleksibilitas adalah bagian dari program kebugaran. Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan mempertahankan lingkup gerak sendi yang memadai untuk kemudahan gerakan di kegiatan sehari-hari. Menurut Kisner (2007:14) memaparkan bahwa “peningkatan fleksibilitas dapat ditentukan dari: frekuensi, intensitas, dan waktu (durasi) dari stretching. Tergantung juga pada sesi dan repetisi, sesi fleksibilitas bisa bertahan 10 sampai 30 menit”.

Prinsip Pengembangan fleksibilitas pada dasarnya program reguler

stretching dapat menghasilkan perubahan yang bermanfaat dalam otot dan

berbagai gerak sendi. Menurut Colberg (2007:65), “untuk mengembangkan

program stretching yang efektif, harus mempertimbangkan beberapa prinsip

(18)

commit to user

mempengaruhi pengembangan fleksibilitas, meliputi progressive overload, spesifisitas, reversibilitas, perbedaan individu, dan keseimbangan”.

1) Progressive Overload

Peningkatan dalam kisaran gerak sendi dapat terjadi ketika berkelanjutan stretching menghasilkan elastis dan plastic elongation.

Elongasi elastis merupakan pemanjangan sementara pada jaringan halus, terjadi ketika otot ditarik dan kembali ke panjang istirahat. Jaringan ikat dalam dan di sekitar otot memiliki kedua sifat elastis dan plastik.

Stretching lebih intens dapat menghasilkan elongasi plastik, yaitu pemanjangan semi permanen jaringan. Setelah stretching dihentikan, perpanjangan elastis dan elongasi plastik tetap. plastic elongation adalah tujuan dari program stretching. Hal ini terbaik diperoleh melalui stretching statis atau lambat, namun berkelanjutan.

Lama perpanjangan plastis elongation tergantung dan sebanding dengan jumlah gaya yang diterapkan. Jika jaringan ditarik ke titik stretching maksimal tapi tidak nyeri, jaringan secara bertahap akan rileks dan memanjang, dan membutuhkan lebih sedikit kekuatan untuk mempertahankan panjang baru. Sebuah stretching berkepanjangan diperlukan untuk mencapai elongasi plastis.

2) Spesifisitas

Fleksibilitas hanya khusus untuk satu sendi. Fleksibilitas satu tungkai tidak menjamin fleksibilitas dalam tungkai yang lain, dan fleksibilitas pada satu bahu tidak menjamin fleksibilitas punggung bawah.

3) Reversibilitas

Seperti komponen kebugaran lain, perubahan fleksibilitas adalah

reversibel. Jika seseorang berhenti stretching, dari waktu ke waktu,

rentang gerak akan menurun kembali ke kemampuan semula. Kemampuan

fleksibilitas dapat hilang dalam waktu kurang lebih 3-4 minggu tanpa

stretching. Di sisi lain, fleksibilitas dapat dipertahankan dengan stretching

sedikitnya 2-3 hari per minggu.

(19)

commit to user 4) Perbedaan Individual

Kemampuan orang bervariasi dalam mengembangkan fleksibilitas.

Variasi dalam proporsi kolagen dan elastin di jaringan otot, struktur sendi, panjang otot, dan tendon pada tulang dapat berkontribusi dalam menentukan perbedaan rentang gerak sendi serta sebagai kemampuan untuk meningkatkan jangkauan itu. Dalam genetik endowment, memiliki potensi untuk perbaikan. Sebuah program stretching teratur dapat membantu menyempurnakan dan mempertahankan fleksibilitas.

5) Keseimbangan

Kita sering memiliki otot yang lebih kuat di satu sisi tubuh (kanan- kiri atau depan-belakang). Harus diperhatikan perbedaan fleksibilitas yang bekerja pada masing-masing sisi untuk mempermudah memperbaikinya.

Memberikan lebih banyak waktu stretching di daerah yang mengalami kelemahan akan meringankan ketidakseimbangan.

3. Togok

Kegiatan togok yang kuat sangat penting untuk fungsi yang baik bagi tubuh manusia. Kontrol togok adalah basis yang mendukung gerakan ekstremitas.

Ketika togok tidak stabil, gerakan normal pada ekstremitas adalah mustahil.

Dengan togok dapat bergerak dan menstabilkan secara efektif, pasien dapat meningkatkan kontrol dari lengan dan kaki mereka.

a. Anatomi Struktur Togok

Menurut Zain (2010:7), ”Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh dan berfungsi menyangga cranium, gelang bahu, extremitas atas dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke extermitas bawah”. Di dalam rongganya terletak medula spinalis, radix nervus spinalis dan lapisan penutup meningen yang dilindungi oleh columna vertebralis.

Sistem tulang dari vertebra cervicalis dari segi bentuknya termasuk tulang

pendek, dimana panjang dan lebarnya hampir sama. Keseluruhan dari vertebra

akan berderet satu dengan yang lainnya membentuk suatu tiang yang disebut

Columna vertebra. Columna vertebra ini disebut juga tulang belakang yang terdiri

(20)

commit to user

dari 7 segmen cervical, 12 segmen thorakal, 5 segmen lumbal, 5 segmen sacral dan 1 segmen coccygeus. Struktur columna vertebralis ini sangat fleksibel karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebra, sendi-sendi dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis.

Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama. Menurut Cailliet (1981:181),

“Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak”. Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses terletak pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung. Sedikit ke arah atas dan bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis vertebrae dengan vertebrae yang lainnya.

Menurut Kuntono (2009:19), “Arah permukaan facet join

mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan

permukaan facet join. Pada daerah lumbal facet etak pada bidang

vertical sagital memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi ke arah

anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi

lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral,

obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi

kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga

memungkinkan gerakan ke lateral berputar”.

(21)

commit to user

Gambar 1. Arah pergerakan vertebrae

Gambar 2. Pergerakan facet pada fleksi dan hiperekstensi (Cailliet 1981:178)

(22)

commit to user

Gambar 3. Posisi kolumna vertebralis saat melakukan gerakan sederhana.

Sesuai dengan gambar di atas, menurut penuturan Kapandji (1974:9),

“A=pada saat beristirahat, B=pada saat kolumna teregang, C=pada saat kolumna terkompresi. D=saatekstensi, tulang vertebra di atas bergerak ke arah posterior, sehingga nucleus terdorong ke anterior. E= pada saat fleksi, tulang vertebrae di atas bergerak ke anterior, sehingga nucleus bergerak ke posterior. F= pada saat laterofleksi. G= pada saat terdapat tekanan oblique pada kolumna.

H= pada saat rotasi aksial”. Pada gerakan ini sering merobekkan annulus dan, diskus keluar ke posterior melalui robekan annulus”.

Bagian lain dari vertebrae, adalah “lamina” dan “pedikel” yang membentuk arkus tulang vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis.

Prosesus spinosus merupakan bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat melekatnya otot-otot punggung.

Menurut Kuntono (2009:21), “Diantara dua buah buah tulang vertebrae terdapat intervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan atau “shock absorbers” bila vertebra bergerak”.

Diskus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang mengandung mukopolisakarida.

Menurut Cailliet (1981:180), “Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan”.

Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi,

laterofleksi.

(23)

commit to user

Gambar 4. Ligamentum longitudinale posterior (Cailliet 1981:184)

Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis akan makin bertambah setiap individu melakukan gerakan membungkuk, gerakan yang berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus intervebralis, akan menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa nyeri dan tanpa gejala prodromal.

Menurut Cailliet (1981:184), “Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang vertebrae”. Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan..

Diskus intervebralis dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamentum posterior. Menurut Luttgens, K., & Hamilton, N (1997:88), “Ligamentum longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae, besar dan kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara vertebrae yang satu dengan yang lainnya”. Ligamentum longitudinal posterior berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga turut memebntuk permukaan anterior kanalis spinalis.

Ligamentum tersebut melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu setinggi L1, secara progresif mengecil, maka ketika mencapai L5–

sacrum ligamentum tersebut tinggal sebagian lebarnya, yang secara fungsional

(24)

commit to user

potensiil mengalami kerusakan. Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi cidera kinetik.

Medulla spinalis dilindungi oleh vertebrae. Radix saraf keluar melalui canalis spinalis, menyilang discus intervertebralis di atas foramen intervertebralis.

Gambar 5. Bangunan anatomis vertebrae (Mancini, 1985:90)

Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu ramus anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut mempersarafi “face t”. Semua ligamen, otot, tulang dan facet join adalah struktur tubuh yang sensitive terhadap rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris.

Gambar 6. Kiri:vertebrae dari samping menggambarkan sikap badan statis.

(Cailliet 1981:169).

(25)

commit to user

Kecuali ligament flavum, discus intervertebralis dan ligamentum interspinosum karena tidak dirawat oleh saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri.

Tulang belakang mempunyai tiga lengkungan fisiologis yaitu lordosis servikalis, kyphosis thorakalis dan lordosis lumbalis. Bila dilihat dari samping dalam posisi tegak ketiga lengkungan fisiologis ini disebut posture atau sikap (lihat gambar 6). Menurut Appleton (1998:78), “Posture yang baik adalah posture tidak memerlukan tenaga, tidak melelahkan, tidak menimbulkan nyeri, yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu tertentu dan secara estetis memberikan penampilan yang dapat diterima”. Disini terjadi keseimbangan antara kerja ligamen dan torus minimal otot.

Gambar 7. Sudut lumbosakral (Cailliet 1981:181)

A. sudut lumbosakral pada sikap tegak. B. Dengan bertambahnya sudut lumbosakral. Lordosis lumbalis bertambah. C. Lordosis berkurang dengan mengecilnya sudut lumbosakral

Secara keseluruhan posture dipengaruhi oleh keadaan anatomi, suku

bangsa, latar belakang kebudayaan, lingkungan pekerjaan, jenis kelamin, dan

(26)

commit to user

keadaan psikis seseorang. Menurut Davies (2007:112), “Sudut lumbosakral adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan ossakrum dengan garis horizontal. Normal besar sudut lumbosakral (sudut Ferguson) 30 derajat”. Rotasi pelvis ke atas memperkecil sudut lumbosakral sedangkan rotasi pelvis ke bawah memperbesar sudut lumbosakralis. Menurut Deitric (1948:16), “Gerakan ekstensi vertebrae dari vertebrae lumbalis hanya sedikit. Hiperekstensi dicegah oleh Ligamantum longitudinale anterior”. Sedangkan gerakan fleksi 60% - 75% terjadi pada antara L5 dan S1, 20 % - 25 % terjadi antara L4 dan L5 dan 5% - 10% terjadi antara L1 – L4 (terbanyak antara L2 – L4).

Gambar 8. Tempat dan besarnya fleksi pada vertebrae lumbalis (Cailliet, 1981:176)

Bila seseorang membungkuk untuk mencoba menyentuh lantai dengan jari

tangan tanpa fleksi lutut, selain fleksi dari lumbal harus dibantu dengan rotasi dari

pelvis dan sendi koksae. Menurut Cailliet (1981:177), “Perbandingan antara rotasi

pelvis dan fleksi lumbal disebut ritme lumbal-pelvis”. Secara singkat punggung

bawah merupakan suatu struktur yang kompleks dimana tulang vertebrae, discus

intervertebralis, ligamen dan otot akan akan bekerjasama membuat manusia tegak,

(27)

commit to user

memungkinkan terjadinya gerakan dan stabilitas. Vertebrae lumbalis berfungsi menahan tekanan gaya static dan gaya kinetik (dinamik) yang sangat besar maka dari itu cenderung terkena ruda paksa dan cedera.

Gambar 9. Ritma Lumbal-pelvis (Cailliet 1981:177) b. Anatomi Otot Penggerak Togok

1) Anatomi molekuler otot

Otot bervariasi dalam bentuk dan ukuran, dan bekerja dengan tujuan

berbeda-beda. Pada tingkat mikroskopis, semua otot rangka memiliki struktur

dasar yang sama. Pada tingkat tertinggi, seluruh otot terdiri dari banyak helai

jaringan yang disebut fasikula. Setiap untaian serabut otot terdiri dari kumpulan

fasciculi. Menurut Mader (2004:80), “Serabut otot yang pada gilirannya terdiri

dari puluhan ribu myofybrils seperti benang, yang dapat berkontraksi, relakASi,

dan memanjang”. Myofybril terdiri dari hingga jutaan sarkomer. Setiap sarkomer

susun dari protein kontraktil yaitu aktin dan myosin.

(28)

commit to user

Gambar 10. Anatomi otot rangka (Mader, 2004:171) 2) Mekanisme Kontraksi Otot

Kontraksi otot dipersarafi dan dirangsang oleh neuron motorik dan akson

di saraf. Menurut Ellis (2006:90), “Akson dari satu motor neuron memiliki

beberapa cabang dan dapat merangsang dari beberapa serabut otot dari otot

tertentu. Setiap cabang akson berakhir di terminal akson yang terletak dekat

dengan sarcolemma dari serabut otot”. Di antaranya, terdapat sebuah celah kecil,

yang disebut celah sinaptik, memisahkan akson dari sarcolemma. Seluruh wilayah

ini disebut neuromuskular junction. Terminal akson mengandung vesikel sinaptik

yang diisi dengan neurotransmitter asetilkolin (Ach).

(29)

commit to user

Gambar 11. Mekanisme kontraksi otot (Mader, 2004:170)

Ketika saraf impuls bergerak ke neuron motorik dan tiba di terminal akson,

vesikula sinaptik melepaskan neurotransmitter ke celah sinaptik. Menurut Mader

(2004:170), “Dengan cepat impuls berdifusi melintasi celah dan mengikat reseptor

di sarcolemma. Sekarang sarcolemma menghasilkan impuls yang tersebar di

sarcolemma dan turun ke tubulus ke retikulum sarkoplasma”. Pelepasan kalsium

dari retikulum sarkoplasma menyebabkan filamen dalam sarkomer untuk

meluncur melewati satu sama lain. Sarkomer kontraksi. Hasil dalam kontraksi

miofibril, yang pada gilirannya menghasilkan serabut otot, dan akhirnya otot

berkontraksi.

(30)

commit to user 3) Peran aktin dan Myosin

Menurut Mader (2004:170), “Benang tropomiosin melayang di sekitar filamen aktin dan troponin yang berada pada interval sepanjang untaian benang.

Ion kalsium (Ca2

+

) Yang telah dibebaskan dari retikulum sarkoplasma menggabungkan dengan troponin”. Setelah proses pengikatan terjadi, benang tropomiosin menggeser posisi mereka dan berikatan dengan myosin. Kepala globular ganda dari filamen myosin memiliki ATP yang mengikat situs.

Menurut Mader (2004:172), “Kepala berfungsi sebagai enzim ATPase, membelah ATP menjadi ADP dan P. Reaksi ini mengaktifkan kepala sehingga mengikat aktin. ADP dan P tetap berada di kepala myosin sampai kepala menyentuh aktin, membentuk lintas jembatan”. Sekarang, ADP dan P dilepaskan, dan membentuk jembatan silang untuk mengubah posisi mereka. Ini adalah kekuatan stroke yang menarik filamen tipis menuju tengah sarkomer.

Ketika molekul ATP lain mengikat kepala myosin, jembatan silang terurai dan kepala terlepas dari aktin. Menurut Faiz (2002:94), “Siklus dimulai lagi ketika filamen aktin bergerak lebih dekat ke pusat sarkomer setiap kali siklus ini berulang. Kontraksi berlanjut sampai impuls saraf berhenti dan ion kalsium dikembalikan ke situs penyimpanan mereka”. Membran dari retikulum sarkoplasma mengandung transportasi aktif protein yang memompa ion kalsium kembali ke retikulum sarkoplasma.

4) Energi untuk Kontraksi otot

ATP yang dihasilkan sebelumnya untuk latihan berat berlangsung

beberapa detik, dan kemudian otot memperoleh ATP baru dalam tiga berbeda

cara:breakdown fosfat kreatin, respirasi sel, dan fermentasi. Menurut Mader

(2004:174), “Breakdown fosfat kreatin dan fermentasi adalah anaerobik, yang

berarti bahwa mereka tidak memerlukan oksigen. Creatine Phosphate dipecah

menjadi senyawa energi tinggi dibangun ketika otot sedang beristirahat”. Kreatin

fosfat tidak dapat berpartisipasi langsung dalam kontraksi otot. Sebaliknya, hal itu

dapat menumbuhkan ATP oleh reaksi berikut:

(31)

commit to user

Gambar 12. Pembentukan ATP (Mader, 2004:174)

Reaksi ini terjadi di tengah-tengah filamen geser, karena itu adalah cara tercepat untuk membuat ATP untuk otot. Menurut Cantarella (1999:5), “Kreatin fosfat menyediakan energi yang cukup untuk hanya sekitar delapan detik dari aktivitas yang intens”. Kreatin fosfat dibangun kembali ketika otot sedang beristirahat dengan mentransfer gugus fosfat dari ATP ke keratin.

Respirasi seluler selesai pada mitokondria menyediakan sebagian besar ATP otot ini. Glikogen dan lemak yang disimpan dalam sel-sel otot. Oleh karena itu, sel otot dapat menggunakan glukosa dari glikogen dan lemak asam dari lemak sebagai bahan bakar untuk menghasilkan ATP jika oksigen tersedia:

Gambar 13. Pembentukan ATP dengan Oksigen (Mader, 2004:174)

Mioglobin, merupakan pembawa oksigen mirip dengan hemoglobin,

adalah disintesis dalam sel-sel otot, dan kehadirannya merupakan pemberi untuk

warna coklat kemerahan dari serat otot rangka. Mioglobin memiliki afinitas yang

lebih tinggi untuk oksigen daripada hemoglobin. Oleh karena itu, mioglobin dapat

menarik oksigen dari darah dan membuatnya tersedia untuk mitokondria otot yang

dibawa pada respirasi seluler. Menurut Mader (2004:174), “Kemampuan

mioglobin juga untuk menyimpan oksigen sementara mengurangi otot yang

langsung perlu untuk oksigen saat respirasi sel dimulai”. Produk akhirnya adalah

karbon dioksida dan air. Karbon dioksida meninggalkan tubuh dari paru-paru, dan

air melalui ruang ekstraseluler. Produk lain berupa panas, membuat seluruh tubuh

menjadi hangat.

(32)

commit to user

Fermentasi, seperti kerusakan fosfat kreatin, persediaan ATP tanpa mengkonsumsi oksigen. Selama fermentasi, glukosa dipecah ke laktat (asam laktat):

Gambar 14. Pembentukan asam laktat (Mader, 2004:175)

Menurut Mader (2004:175), “Akumulasi laktat dalam serat otot membuat sitoplasma lebih asam, dan akhirnya enzim ke fungsi baik. Jika fermentasi terus terjadi lebih dari dua atau tiga menit, akan terjadi spasme dan fatique”. Spasme terjadi karena kurangnya ATP yang dibutuhkan untuk memompa ion kalsium kembali ke retikulum sarkoplasma dan mematahkan hubungan antara aktin dan myosin filamen sehingga serat otot dapat bersantai.

Ketika otot menggunakan fermentasi untuk memasok kebutuhan energi, hal itu menimbulkan defisit oksigen. Menurut Appleton (1998:75), “Defisit oksigen jelas terjadi ketika orang terus bernapas berat setelah berolahraga”.

Jaringan otak tidak bisa bertahan hampir sepanjang waktu tanpa oksigen, yang dapat dilakukan oleh otot. Untuk mengganti defisit oksigen membutuhkan pengisian persediaan creatine fosfat dan membuang asam laktat.

Menurut Harold (2006:342), “Asam dapat diubah kembali menjadi asam

piruvat dan dimetabolisme sepenuhnya dalam mitokondria, atau dapat dikirim ke

hati untuk merekonstruksi glikogen”. Dibutuhkan sekitar dua hari untuk

menggantikan sumber glikogen pada diet tinggi karbohidrat. Orang yang terlatih

lebih mengandalkan respirasi selular daripada orang yang tidak terlatih. Pada

orang yang terlatih, jumlah mitokondria otot meningkat, dan fermentasi tidak

diperlukan untuk menghasilkan ATP. Menurut Cornelius (1998:17), “Mitokondria

mereka bisa mulai mengkonsumsi oksigen dengan cepat sehingga konsentrasi

ADP mulai naik selama kontraksi otot. Karena mitokondria bisa memecah asam

lemak, bukan glukosa, glukosa darah terhindar untuk aktivitas otak”. Otak, tidak

seperti organ lainnya, hanya dapat memanfaatkan glukosa untuk menghasilkan

(33)

commit to user

ATP.) Karena kurang laktat diproduksi pada orang yang terlatih, pH darah tetap stabil, dan defisit oksigen lebih kecil terjadi.

Gambar 15. Pembentukan kembali asam laktat (Mader, 2004:176) 5) Respon otot

Di dalam tubuh, otot dipersarafi untuk kontraksi. Setiap akson dalam saraf

merangsang sejumlah serat otot. Karena semua serat otot dalam unit motor

dirangsang sekaligus, baik kontraksi atau tidak. Variabel yang mempengaruhi

adalah jumlah otot serat dalam unit motor.

(34)

commit to user

Gambar 16. Pengaruh jumlah serat otot terhadap respon otot (Mader, 2004:178) Orang yang unggul dalam fungsi gerak tertentu dapat ditingkatkan dengan berolahraga. Saran utama adalah melaksanakan program latihan sesuai dengan usia. Latihan dan dosisnya disesuaikan untuk stimulasi saraf yang tidak bekerja dengan baik, sehingga serat otot secara bertahap akan berkontraksi dengan maksimal. Aktivitas otot yang kuat dalam waktu lama akan membuat otot bertambah besar karena jumlah miofibril dalam serat otot meningkat.

Menurut Colberg (2007:80), “Peningkatan ukuran otot, disebut hipertrofi, terjadi hanya jika kontrak otot untuk setidaknya 75% dari ketegangan maksimum”. Dari peningkatan kinerja otot ini akan meningkatkan kebugaran dari otot tersebut, salah satunya adalah fleksibilitas. Menurut Davies (2007:260),

“Serat memiliki daya tahan yang lebih tinggi, walaupun memiliki unit motor neuron dengan jumlah serat kecil”. Serat otot ini membantu dalam kegiatan aerobik seperti jarak jauh berlari, bersepeda, jogging, dan berenang. Karena mereka menghasilkan sebagian besar energi aerobik, mereka akan berkurang kinerjanya ketika pasokan bahan bakar mereka habis.

Menurut Kisner (2007: 164), “Serat kontraksi lambat memiliki banyak

mitokondria dan berwarna gelap karena mengandung mioglobin dan pigmen

(35)

commit to user

pernapasan ditemukan pada otot. Mereka juga dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler dan sehingga memberikan lebih banyak darah dan oksigen dari serat kontraksi cepat". Serat kontraksi lambat memiliki tegangan maksimum rendah, yang berkembang lambat, tapi serat otot ini yang sangat tahan terhadap kelelahan.

Karena serat kontraksi lambat memiliki cadangan besar glikogen dan lemak, sehingga mitokondria berlimpah dan dapat mempertahankan stabil, berkepanjangan produksi ATP ketika oksigen tersedia.

Kontraksi serat cepat cenderung anaerobik dan tampaknya dirancang untuk kekuatan karena unit motorik mereka mengandung banyak serat. Mereka memberikan ledakan energi dan paling bermanfaat dalam kegiatan olahraga.

Kontraksi cepat serat ringan di warna karena mereka memiliki mitokondria lebih sedikit, sedikit atau tidak ada mioglobin, dan pembuluh darah kurang dari serat kontraksi lambat lakukan. Menurut Cuthbertson (1928:15),”Serat kontraksi cepat dapat mengembangkan ketegangan maksimum lebih cepat dari kontraksi lambat serat bisa, dan ketegangan maksimum mereka lebih besar”. Namun, ketergantungan mereka pada daun energi anaerobik mereka rentan terhadap akumulasi asam laktat yang menyebabkan mereka kelelahan dengan cepat.

6) Otot Togok

Otot punggung dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Pada dasarnya setiap sendi yang bergerak memiliki otot yang masing-masing memiliki fungsi tertentu dalam menggerakkan sendi tersebut.

Menurut Kuntono (2009:17), “Otot yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah: M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M.

intertransversarii dan M. interspinalis. Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup: M. obliqus eksternus abdominis, M.

internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus abdominis, M. psoas mayor dan M. psoas minor. Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan minor, kelompok M. abdominis dan M. intertransversarii. Di samping itu juga berperan group otot togok yaitu M. semimembranosus, M.

semitendinosus, dan M. biceps femoris.

(36)

commit to user

Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan punggung dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri.

4. Latihan Fisik

Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Menurut Moeloek (1984:7), “Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-hari”. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain, hasil kerjanya kian produktif jika kesegaran jasmaninya kian meningkat. Orang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya sering terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat.

Kurangnya daya tahan, fleksibilitas persendian, kekuatan otot, dan kelincahan merupakan penyebab timbulnya cedera. Menurut Kisner (2007:86),

“Hal ini disebabkan program latihan kondisi fisik yang dilakukan seseorang tidak sempurna sebelum melaksanakan kegiatan fisik yang lebih berat”. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar ia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap, pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Menurut Ferrando (1997:4), “Program latihan kondisi fisik perlu direncanakan secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh”. Proses latihan kondisi fisik yang dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari meningkat beban latihannya, akan meningkatkan kebugaran jasmani. Hal ini akan menyebabkan seseorang kian kuat dan efisien dalam gerakannya. Menurut Kisner (2007:86),

“Para ahli olahraga berpendapat, bahwa seseorang yang mengikuti program

(37)

commit to user

latihan fleksibilitas secara intensif selama 4-8 minggu akan memiliki fleksibilitas yang jauh lebih baik”.

Latihan fisik memiliki macam-macam bentuk. Terdiri dari 10 bentuk latihan dasar, yaitu :

a. Daya Tahan (Endurance), dalam Unsur-unsur kebugaran jasmani dalam hal Daya Tahan dikenal dua macam daya tahan, diantaranya:

1) Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.

2) Daya tahan otot (local endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus- menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

b. Daya Ledak Otot (muscular Explosive power) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) = kekuatan (strenght) × kecepatan (velocity).

c. Kekuatan Otot (Strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.

d. Kecepatan (Speed)adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan dan lain-lain. Hal ini merupakan kecepatan gerak dan eksplosif.

e. Kelincahan (Agility) adalah kemampuan seseorang mengubah posisi

diarea tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang

berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti

kelincahannya cukup baik.

(38)

commit to user

f. Koordinasi (Coordination) adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.

g. Keseimbangan (Balance) adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir).

h. Ketepatan (Accuracy) adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu ASaran. ASaran dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.

i. Reaksi (Reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak lewat indera, syaraf atau feeling lainnya.

j. Kelenturan (Flexibility) adalah kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian, meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang berbentuk sendi), otot, tendo, ligamen dan kapsul sendi.

Fleksibilitas optimal memungkinkan sekelompok atau satu sendi untuk bergerak dengan efisien. Latihan fleksibilitas adalah komponen latihan yang penting dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi gerak tubuh. Berikut akan dibahas lebih lanjut tentang latihan fleksibilitas.

5. Latihan Fleksibilitas

Fleksibilitas sering mengacu kepada ruang gerak sendi atau sendi-sendi

tubuh. Ruang gerak sendi dipengaruhi oleh otot-otot, tendo dan ligamen. Definisi

fleksibilitas adalah “kemampuan dari sebuah persendian untuk melakukan gerak

melalui luas gerak yang penuh” (Damien Davis, 1986: 39). Fleksibel atau

tidaknya seseorang ditentukan oleh luas atau sempitnya ruang gerak sendi-

sendinya dan elastis atau tidak otot-ototnya. Orang yang kaku atau tidak elastis,

biasanya terbatas ruang gerak sendi-sendinya. Elastisitas otot (berarti juga

fleksibilitas) akan berkurang kalau orang lama tidak latihan.

(39)

commit to user

Karakteristik fleksibilitas dapat dicermati dari segi: komponen pembentuk dan faktor yang mempengaruhinya, pengukuran, metode peningkatannya, serta jenis dan fungsinya dalam kegiatan olahraga. Clark dalam (Rushall & Pyke, 1990:275) mengusulkan “tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan fleksibilitas yaitu jenis latihan, pemanasan dan panjang atau lamanya waktu bertahan terhadap efek rangsangan fleksibilitas”. Menurut Damien Davis (1986:39), “faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas yaitu: tipe atau jenis persendian, elastisnya otot-otot, elastisnya ligamen dan capsule, bentuk tubuh, temperatur otot, jenis kelamin, umur, atau usia, tebal kulit, dan tulang”.

Jenis atau metode latihan untuk mengembangkan fleksibilitas dapat dilakukan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan-latihan memperluas ruang gerak persendian. Rushall at el (1990: 275-284) menjelaskan “Active Stretching (AS) ,Proprioeptive Neuromuscuar Facilitation Stretching (PNF) adalah metode yang sudah diterima dan dapat digunakan dalam olahraga”. Dua jenis peregangan tersebut dapat digunakan untuk memperoleh sejumlah manfaat.

Metode AS dan PNF disarankan hendaknya digunakan pertama kali dalam melakukan peregangan otot untuk melatih fleksibiltas.

Ketika dilakukan dengan benar, peregangan dapat memberikan lebih dari sekedar peningkatan fleksibilitas. Menurut M. Alter, manfaat dari peregangan meliputi:

a. Fitness fisik ditingkatkan

b. Kemampuan untuk belajar dan melakukan gerakan-gerakan terampil ditingkatkan

c. Meningkat relaksasi mental dan fisik

d. Pengembangan ditingkatkan kesadaran tubuh

e. Mengurangi risiko cedera pada sendi, otot, dan tendon f. Mengurangi nyeri otot

g. Mengurangi ketegangan otot

h. Meningkat kekenyalan karena stimulasi produksi bahan kimia yang

melumasi jaringan ikat.

Gambar

Gambar 1. Arah pergerakan vertebrae
Gambar 3. Posisi kolumna vertebralis saat melakukan gerakan sederhana.
Gambar 4. Ligamentum longitudinale posterior (Cailliet 1981:184)
Gambar 5. Bangunan anatomis vertebrae (Mancini, 1985:90)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Umumnya mereka adalah anak – anak yang tidak mudah takut, berani dan memiliki motif – motif tertentu, biasanya motif yang paling utama yaitu agresifitas, akan tetapi pelaku bully

... Pelaksana kegiatan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilihan Umum Anggota DPR disaksikan oleh saksi saksi dari Partai Politik, dan diawasi oleh Pengawas

Latihan soal dan simulasi analisa rangkaian Pelipat tegangan, Gerbang Logika [BT+BM:(1+1)x3x(2x60”)]  Penyearah setengah gelombang  Penyearah gelombang penuh 

Sedangkan menurut istilah adalah suara enak yang keluar dari pangkal hidung(khaisyum) dan tersusun dalam dua huruf, yaitu nun dan mim(tanwin), secara mutlak (dalam keadaan hidup

5 Bakteri dominan sejumlah 3 isolat yang telah dipilih, dikultur pada media cair selama 2x24 jam dan dihitung nilai absorbansinya untuk selanjutnya dilakukan uji