• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas, teori-teori yang akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas, teori-teori yang akan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1. Tinjauan Pustaka

Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas, teori-teori yang akan dikemukakan harus sesuai dengan variabel penelitian yaitu teori panjang tungkai, kelentukan otot tungkai dan teori sepak mula dalam permainan sepak takraw.

2.1.1. Panjang Tungkai

Panjang tungkai adalah salah satu ukuran anthropometrik dari anggota gerak tubuh bagian bawah. Panjang tungkai ditandai dengan ukuran panjang dari tulang-tulang yang membentuk tungkai atas dan tungkai bawah. Tulang-tulang-tulang tersebut adalah meliputi : tulang paha (0s femur), tulang tempurung lutut (os patella), tulang kering (os tibia), tulang betis (os fibula), tulang-tulang pergelengan kaki (ossa tarsalia), tulang-tulang telapak kaki (ossa metatarsalia) dan tulang-tulang jari kaki (os phalangs).

Untuk mengetahui batas jarak panjang tungkai dilakukan pengukuran panjang tungkai dengan ketentuan seperti yang dikemukakan Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson (1986: 191) bahwa “leg length, measured from the end of the spinalis collumna to the floor. Also taken from greater trochanter to floor”. Diterjemahkan secara bebas bahwa ukuran panjang tungkai diukur dari akhir tonjolan yang mengarah keluar dari tulang paha bagian atas sampai ke lantai, juga dapat digunakan dari trochanter mayor sampai ke lantai

(2)

Seseorang yang memiliki tungkai yang panjang diidentikkan pasti memiliki badan yang tinggi. Tinggi badan yang dimiliki oleh seseorang biasa dihubungkan dengan kemampuan atau kekuatan fisik yang dimiliki. tinggi badan merupakan salah satu faktor penentu dalam keterampilan atau kemampuan gerak seseorang. Sebagaimana yang dikemukakan G. Rarick yang dikutip Andi Rizal (1989: 23) bahwa “aktivitas fisik ada hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan anak dan pemuda”.

Selanjutnya Y. Matsura (1976) dikutip oleh M. Anwar Pasau (1986: 7) mengatakan bahwa pertumbuhan fisik utamanya postur tubuh dapat digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:

a. Ukuran panjang tubuh (length wisw growth) meliputi tinggi badan, tinggi duduk, panjang tungkai, panjang lengan, panjang jari-jari dan lain-lainnya. b. Ukuran besar tubuh (broad wise growth) meliputi lingkaran dada, lingkaran

paha, lingkaran lengan, lingkaran leher, lingkaran pinggang dan lain-lain c. Berat badan (amounth growth).

Demikian pula pendapat dikemukakan oleh M. Anwar Pasau (1988: 81) bahwa orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan otot dan lain-lain, lebih baik daripada orang yang bertubuh kecil dan pendek.

Panjang tungkai merupakan faktor genetika, yang mana tidak dapat dilatih, akan tetapi dapat diciptakan melalui latihan. Prestasi seseorang tidak terlepas dari

(3)

panjang tungkai terlebih pada cabang olahraga yang mempunyai rintangan atau net. Menurut M. Anwar Pasau (1986: 74) bahwa:

“Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi prima dalam olahraga khususnya dalam aspek biologis, meliputi:

1) Potensi/kemampuan dasar tubuh (fundamental motor skill) 2) Fungsi organ-organ tubuh

3) Postur dan struktur tubuh

a. Ukuran tinggi dan panjang tubuh b. Ukuran besar, lebar dan berat tubuh

c. Somato-type (bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy) 4) Gizi (sebagai aspek penunjang biologis)”.

Selain itu Kevin O’Donnell dan Loren Seagrave (1995: 11) juga mengemukakan bahwa “karakteristik antropometrik seperti panjang tungkai dapat menjadi keuntungan berarti bagi seorang atlet”. Oleh karena itu panjang tungkai yang merupakan salah satu bagian yang memberikan kontribusi dalam aktivitas olahraga seperti sepak takraw.

2.1.2 Kelentukan (Fleksibilitas)

Kelentukan (fleksibilitas) biasa juga disebut kelenturan. Kelentukan biasa mengacu pada ruang gerak sendi serta elastisitasnya otot. Oleh sebab itu Harsono (1988 : 163) mendefinisikan “kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi kecuali ruang gerak sendi kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot tendon ligamen”. Dengan demikian orang

(4)

yang mempunyai ruang gerak sendi yang luas dan mempunyai otot-otot yang elastis adalah mempunyai kelentukan yang baik.

Menurut Abd. Adib Rani (1974: 450) bahwa “kelentukan adalah suatu kemampuan seseorang melakukan gerakan dengan amplitudo yang luas”. Sedangkan S. Wijowasito (1976: 16) mendefinisikan “kelentukan berarti mudah dibengkokkan atau mudah melentuk”.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dengan mudah melentukkan atau melentukkan sendi yang luas yang ditentukan dengan adanya elastisitas otot-otot tendon dan ligamen. Jadi lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya persendian.

Kelentukan merupakan salah satu unsur dari komponen kondisi fisik yang sangat penting dan diperlukan dalam semua cabang olahraga. Karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen persendian bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan gerak otot atau sekelompok otot berkontraksi dalam posisi memendek dan memanjang secara maksimal.

Kelentukan merupakan potensi dasar yang menunjang peningkatan prestasi seorang pemain. Karena kelentukan menunjang kualitas yang memungkinkan suatu segmen gerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan gerak. Kualitas itu memungkinkan otot-otot atau sekelompok otot untuk memanjang atau memendek dengan memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal.

(5)

Dengan elastisitas otot-otot dan luasnya persendian seseorang (fleksibilitas), kemungkinan seseorang untuk menguasai keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga akan lebih cepat karena kemungkinan geraknya akan lebih luas dan gerakan-gerakan yang sulit dapat dilakukannya, sehingga para pelatih dalam berbagai cabang olahraga tidak segan-segan dalam mengembangkan kecepatan motorik bagi atlit yang mempunyai kualitas kelentukan yang baik karena resiko cedera sangat sedikit.

Menurut Harsono (1988: 164) kelentukan dibagi dalam dua bagian yaitu:“ Fleksibilitas statis meliputi rentangan gerakan sederhana, seperti tunduk perlahan-lahan dan sentuh ubin. Fleksibilitas dinamis adalah kecepatan untuk menggunakan rentangan gerakan sendi dalam penampilan kegiatan fisik dengan tingkat kecepatan yang diperlukan dalam penampilan”.

Kelentukan (fleksibilitas) penting untuk semua cabang olahraga termasuk permainan sepak takraw. Menurut Harsono (1988: 63) bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat:

a. Mengurangi kemungkinan cedera pada otot dan sendi

b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan.

c. Membantu mengembangkan prestasi.

d. Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-gerakan

(6)

Faktor-faktor kelebihan dari kelentukan yang diperoleh seseorang adalah penting bagi seorang atlet karena hal ini menandakan bahwa seorang atlet yang memiliki kelentukan yang baik mempunyai peluang yang lebih besar untuk mencapai prestasi yang optimal, khususnya pada permainan sepak takraw dari pada atlet yang tidak memiliki kelentukan.

Dengan demikian orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang gerak luas dalam sendi-sendinya dan memiliki otot-otot yang elastis. Seorang yang otot-ototnya kaku, tidak elastis biasanya terbatas ruang gerak sendi-sendinya. Jadi bias saja seorang atlet memiliki kelentukan yang tinggi pada persendian yang lain, misalnya seorang yang memiliki hip flexor (kelentukan ke depan) yang baik karena ia mampu menyentuh ujung jari kakinya dengan tangan tanpa membengkokkan kedua lututnya.

Efektivitas penyesuaian seseorang dalam berbagai aktivitas banyak ditentukan oleh tingkat kelentukan tubuh. Kelentukan yang baik adalah masalah fisiologi dan mekanik. Gerakan efisien dalam berbagai keterampilan bermain memerlukan tingkat kelentukan yang tinggi. Atlet yang memiliki kelentukan yang tinggi menggunakan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan atlit yang memiliki kelentukan yang sedikit atau rendah.

Berdasarkan hal tersebut, maka setiap cabang olahraga mempunyai persamaan dan perbedaan mengenai pentingnya unsur kelentukan dalam penampilan yang optimal. Permainan sepak takraw memerlukan kelentukan otot tungkai terutama dalam melakukan sepak mula.

(7)

2.1.3 Sepak Mula (Servis)

a. Pengertian dan jenis-jenis sepak mula

Sepak mula adalah pukulan bola pertama sebagai tanda dimulainya suatu permainan atau sebagai tanda dilanjutkannya suatu permainan setelah terjadi kesalahan. Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992: 61) mengemukakan bahwa “sepak mula adalah sepakan yang dilakukan oleh tekong ke arah lapangan lawan sebagai cara memulai permainan”. Sedangkan Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2001: 5) bahwa “sepak mula adalah servis yang dilakukan oleh tekong”.

Sepak mula dalam pelaksanaannya menurut Ratinus Darwis dan Penghulu Bsa (1992: 61) dikenal beberapa jenis diantaranya adalah: a. Sepak mula gaya bebas, b. Sepak mula kencang dan tajam, c. Sepak mula tinggi, d. Sepak mula tipuan, e. Sepak mula sudut, f. sepak mula skrup

Sepak mula gaya bebas adalah suatu teknik gerakan sepak mula dengan arah gerak bola yang bebas tertuju ke lapangan lawan. Dalam sepak semula gaya ini belum ada penekakan pada sasaran tertentu di lapangan lawan yang penuh dengan kelemahan.

Sepak mula kencang dan tajam adalah sepak mula yang bertujuan melemahkan pertahanan lawan karena arah bola kencang dan tajam sehingga sukar diterima.

Sepak mula tinggi adalah sepak mula yang agak mudah dilakukan karena prinsipnya bola yang disepak melambung tinggi.

Sepak mula tipuan adalah sepak mula yang dilakukan dengan tujuan untuk menipu lawan dalam mengantisipasi datangnya bola.

(8)

Sepak mula sudut adalah sepakan yang diarahkan pada sudut-sudut lapangan dan merupakan daerah yang sukar dijangkau oleh lawan.

Sepak mula skrup adalah sepak mula yang digolongkan dalam teknik yang tinggi sehingga gerak bola yang berputar sukar untuk dikembalikan. Sepak mula ini hanya dapat dilakukan oleh pemain yang sudah mahir dalam melakukan sepak mula.

Diantara enam jenis servis yang dikemukakan tersebut di atas para pemain dan pelatih terfokus perhatiannya pada sepak mula atau servis yang kencang dan tajam, hal ini disebabkan karena sepak mula yang tajam bukan hanya sekedar sebagai tanda dimulainya suatu permainan atau sebagai tanda dilanjutkannya suatu permainan setelah terjadi kesalahan, akan tetapi sepak mula sudah dijadikan sebagai serangan pertama dan utama terhadap lawan yang diharapkan dapat mematahkan pertahanan lawan dan pada akhirnya regu tersebut bisa mendapatkan nilai.

b. Ketentuan pelaksanaan sepak mula

Sepak mula merupakan teknik khusus yang harus dilakukan dalam sepak takraw. Pelaksanaan sepak mula terikat pada ketentuan dan peraturan. Beberapa ketentuan dan teknik pelaksanaan adalah sebagai berikut:

1) Ketentuan

Seorang tekong harus mematuhi peraturan permaian , yaitu menempatkan diri dalam lingkaran pada waktu melakukan sepak mula. Tekong memberi tanda arah datangnya bola kepada pelambung ( apit ) dengan mengangkat tangan sesuai dengan tinggi bola yg di inginkan

(9)

2) Teknik pelaksanaan sepak mula

Adapun teknik pelaksanaan sepak mula dapat diuraikan sebagai berikut: a) Berdiri ditempat (lingkaran). Salah satu kaki berada di dalam lingkaran dan kaki

yang lain berada diluar lingkaran

b) Tangan menunjukkan jalannya bola yang akan dilambung oleh apit sesuai dengan permintaan tekong

c) Sebaiknya bola disepak ketika lebih kurang setinggi kepala

d) Setelah bola disepak, badan digerakkan mengikuti lanjutan gerakan kaki sepak untuk menjaga keseimbangan.

Gambar : Tekong melaksanakan sepak mula Sumber : Penulis

(10)

4

2

3

1

3) Analisis teknik pelaksanaan

Untuk memberikan gambaran tuntutan pelaksanaan sepak mula dalam permainan sepak takraw perlu dianalisis teknik tersebut ditinjau dari arah gerak bola dan kemungkinan gerak tungkai yang digunakan untuk menyepak.

d. Ditinjau dari arah gerak bola

Telah diuraikan sebelumnya tentang jenis-jenis sepak mula dan akan diberikan gambaran umum tentang arah gerak bola. Seorang tekong dapat mengarahkan bola ke lapangan lawan ke segala penjuru yang diinginkan. Apakah itu dibagian depan, belakang, kiri, kanan, atau bagian tengah lapangan lawan, sesuai dengan keinginan dan kelemahan lawan yang diketahuinya. Karena dengan mengarahkan bola ke lapangan lawan diharapkan lawan sulit mengembalikan bola dan dapat memberikan point (angka) secara langsung. Adapun arah gerak bola pada dasarnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut

Gambar 3.2: Lapangan Tes Servis Sepak Takraw Sumber : Nur Hasan (2001: 189)

(11)

2.1.4 Hubungan antara panjang tungkai dan kelentukan otot tungkai dengan ketepatan sepak mula/ servis

Permainan sepak takraw merupakan suatu cabang olahraga permainan yang lebih dominan menggunakan tungkai. Dalam permainan ini untuk menciptakan point atau angka dapat dilakukan dengan smahs. Namun usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan sepak mula.

Sepak mula dahulu dilakukan dengan maksud untuk memulai suatu permainan sepak takraw. Tetapi pada kenyataannya sekarang ini sepak mula dapat dijadikan sebagai upaya untuk menciptakan point atau angka bagi tim yang melakukan sepak mula. Sepak mula dapat dilakukan dengan tajam dan terarah jika ditunjang oleh panjang tungkai dan kelentukan otot tungkai.

Dengan tungkai yang panjang, seorang pemain dapat mengangkat kakinya lebih tinggi dari pada net (jaring) sehingga akan memudahkan bola jatuh ke lapangan lawan dengan keras dan tajam. Selain itu pula tungkai dapat diangkat lebih tinggi lagi jika didukung oleh kelentukan dari otot tungkai.

Dari kedua unsur yang berperan dalam pelaksanaan sepak mula diharapkan dapat menghasilkan sepak mula yang keras dan tajam serta sulit dijangkau oleh lawan dikarenakan bola ditempatkan atau diarahkan pada bagian sudut-sudut lapangan lawan.

Dengan demikian untuk menghasilkan sepak mula yang kencang dan tajam salah satu jalan adalah mencari atlet yang tungkainya panjang, karena dalam gerakan sepak mula panjang tungkai merupakan tuas atau pengungkit sehingga makin panjang

(12)

tungkai semakin memberikan peluang untuk mengangkat tungkai setinggi mungkin guna melakukan sepak mula yang kencang dan tajam

2.2 Kerangka Berpikir

Dalam kerangka berpikir akan dikemukakan beberapa hal yang didasarkan pada landasan teori yang berkaitan dengan variabel-variabel yang menjadi obyek penyelidikan. Selain itu kerangka berpikir juga merupakan dasar-dasar pemikiran bagi peneliti yang akan dikembangkan dalam penelitian.

Berdasarkan pada teori-teori, dibuatlah konsep kerangka berpikir sebagai dasar pemikiran yang akan dikembangkan dalam penelitian, dan selanjutnya akan diturunkan dalam bentuk praduga yang diharapkan dari hasil penelitian.

Adapun konsep kerangka berpikir yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Jika seorang pemain sepak takraw memiliki tungkai yang panjang diduga mempunyai keterampilan sepak mula yang baik dan terarah.

2. Jika seorang pemain sepak takraw memiliki tingkat kelentukan otot tungkai yang luas maka diduga mempunyai keterampilan sepak mula yang baik dan terarah. 3. Jika seorang pemain sepak takraw mempunyai tungkai yang panjang dan

kelentukan otot tungkai yang luas maka diduga mempunyai keterampilan sepak mula yang baik dan terarah.

2.3 Hipotesis

Suatu kebenaran yang bermaksud untuk menguji kebenaran, harus menggunakan penuntun untuk memperjelas arah dan tujuan yang hendak dicapai.

(13)

Penuntun itulah yang disebut hipotesis atau anggapan dasar. Anggapan dasar sekaligus sebagai jawaban sementara dari masalah yang diteliti. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1993: 62) bahwa “hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Sebagai jawaban sementara atas dugaan yang terdapat dalam kerangka berpikir perlu dikemukakan agar dapat dijadikan dasar untuk mencari jawaban. Jawaban sementara atau hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara panjang tungkai dengan ketepatan sepak mula dalam permainan sepak takraw.

2. Terdapat hubungan antara kelentukan otot tungkai dengan ketepatan sepak mula dalam permainan sepak takraw.

3. Terdapat hubungan antara panjang tungkai dan kelentukan otot tungkai dengan ketepatan sepak mula dalam permainan sepak takraw.

Sesuai dengan perumusan hipotesis diatas, maka hipotesis statistik yang akan diuji sebagai berikut:

1. H0 : ρ1 = 0 H1 : ρ1 0 2. H0 : ρ2 = 0 H1 : ρ2 0 3. H0 : ρ1.2 = 0

(14)

H1 : ρ1.2 0 Keterangan :

H0 = Hipotesis Nihil H1 = Hipotesis alternatif

ρ1 = Korelasi variabel X1 dengan Y ρ2 = Korelasi variabel X2 dengan Y

Gambar

Gambar : Tekong melaksanakan sepak mula Sumber : Penulis
Gambar 3.2: Lapangan Tes Servis Sepak Takraw Sumber      :  Nur Hasan (2001: 189)

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut

Dalam gambar Tuak yang digambar oleh Arkan terdapat objek: satu telor besar yang bentuknya tidak bulat, tiga telor yang besarnya sedang berada di tengah, lima telor yang kecil

Namun demikian ada parameter mutu yang tidak dapat dirubah, antara lain jenis tembakau, daerah penanaman, pembagian berdasarkan posisi daun pada batang, teknik budidaya yang

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi

Kualitas udara di seluruh AQMS / Sistem Monitoring Kualitas Udara di Provinsi Riau menunjukkan Kategori Baik (good), sedang (moderate), tidak sehat (unhealthy), sangat tidak

Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu pemeriksaan (editing), (coding), dan tabulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel frekuensi

Hasil yang ditunjukan pada sampel limbah cair mie ayam S2, penambahan biokoagulan biji kelor (Moringa oliefera) sebesar 1,25% terjadi perubahan kadar ammonia menjadi 80 mg/L.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar HbA1c pada sebagian besar responden yaitu 17 responden (77,3%) di Puskesmas Bahu menunjukkan kadar tidak terkontrol