• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan/Kasus/Tugas

Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D

1. Sebagai pengawas sekolah pada setiap awal tahun ajaran tugas utama yang harus dilakukan sebelum menyusun RPA /RPBK adalah:

A. Merumuskan tujuan pembelajaran

B. Menganalisis jenis kegiatan yang akan dilakukan C. Memetakan jenis kegiatan RPA

D. Menentukan jumlah guru yang akan dibina sesuai jenjang Kepala Sekolah/Pengawas Sekolah Guru yang disupervisi

... ...

2. Dalam menyusun rumusan tujuan supervisi akademik, seorang pengawas sekolah harus berpedoman pada …..

A. Tugas rutin dan tugas insidentil B. Program pengawasan tahunan C. Program pengawasan semester D. Indikator keberhasilan program

3. Mana kriteria pencapaian tujuan supervisi akademik yang paling tepat untuk mengukur pencapaian tujuan guru mengajar....

A. Guru mampu mengelola kelas, melaksanakan pembelajaran yang efektif, memelihara fasilitas belajar, menilai hasil belajar, berkolaborasi dengan guru, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

B. Guru mampu merencanakan, melaksanakan, menilai hasil pembelajaran, dan memanfaatkan hasil penilaian.

C. Guru memiliki kompetensi profesional dan akademik, melakukan program remedial dan pengayaan, mengembangkan interaksi pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian

D. Guru mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, bekerja sama dengan guru lain, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

4. Pengawas sekolah dalam merencanakan aktivitas supervisi akademik, terlebih dahulu mereviu catatan umpan balik hasil supervisi sebelumnya dalam pembelajaran. Hasil reviu menunjukkan bahwa terdapat beberapa guru yang dibina dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik hanya menggunakan instrumen penilaian yang tertulis pada buku pelajaran sehingga banyak peserta didik yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal, maka kriteria pencapaian tujuan supervisi akademik yang dirumuskan oleh pengawas sekolah adalah guru mampu….

A. meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga melampaui kriteria ketuntasan minimal

B. merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar

C. melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan

D. mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dasar

5. Pengawas sekolah dalam melaksanakan pengamatan proses belajar mengajar hingga diperoleh data yang diperlukan, dalam rangka pembinaan yang bertujuan mengatasi kesulitan guru di dalam kelas. Pelaksanaan supervisi yang paling tepat yang harus dilakukan pengawas sekolah adalah ….

A.

kunjungan kelas

B.

observasi kelas

C.

pertemuan individual

21

F. Rangkuman

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Esensi supervisi akademik sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, meskipun demikian supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran.

Langkah-langkah Menyusun RPA dan RPBK

1. Menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan program pengawasan tahun sebelumnya; 2. Menentukan kegiatan mana yang telah dilaksanakan dan seberapa jauh

ketercapaiannya;

3. Mengidentifikasi kegiatan mana yang belum dilaksanakan;

4. Temukan beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki bagi peningkatan kualitas; 5. Buatlah kesimpulan sebagai rekomendasi untuk menyusun program tahun

berikutnya;

6. Mendesain RPA/RPBK

G. Umpan Balik

Cocokkanlah jawaban Saudara dengan kunci jawaban kegiatan pembelajaran 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban Saudara yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap kegiatan pembelajaran 1.

Arti tingkat persentase penguasaan yang Saudara capai: 90 – 100 = sangat baik

80 – 89 = baik 70 – 79 = cukup 60 – 69 = kurang

 60 = sangat kurang

Apabila Saudara mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Saudara dapat meneruskan dengan modul berikutnya. Bagus! Tetapi apabila tingkat penguasaan Saudara masih di bawah 80%, Saudara harus mengulangi kegiatan pembelajaran 1, terutama bagian yang belum Saudara kuasai.

H. Refleksi dan Tindak Lanjut

No Tujuan Pembelajaran Tercapai Belum

Tercapai Keterangan 1 Menganalisis jenis-jenis kegiatan yang akan

dilakukan dalam penyusunan Rencana Pengawasan Akademik (RPA)/Rencana Pengawasan Bimbingan Konseling (RPBK)

Tingkat Penguasaan = Jumlah Jawaban Benar X Jumlah Soal

2 Menyusun rumusan tujuan supervisi akademik

3 Menganalisis kesesuaian antara komponen dan isi pada RPA/RPBK

4 Membandingkan konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan tiap mata pelajaran

5 Menerapkan/menggunakan konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran

6 Membandingkan konsep, prinsip, teori/ teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran

Tindak lanjut:

Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif

….

Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan

I. Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Latihan Soal Kegiatan Pembelajaran 1 1. B

2 A 3 D 4 A 5 D

23

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK

(WAKTU 12 JP)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah melaksanakan Kegiatan Pembelajaran 2, Saudara diharapkan mampu:

1. memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

2. memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

3. membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

4. membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi peserta didik melalui tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

5. membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

6. membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/ atau di lapangan) untuk tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

7. membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

B. Indikator Pencapaian Tujuan

1. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran berdasarkan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

2. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

3. Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

4. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium,dan/atau di lapangan) untuk tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

5. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran.

C. Uraian Materi

1. Pendekatan, Model dan Teknik Supervisi Akademik

a. Pendekatan Supervisi

Berdasarkan cara bagaimana pengawas sekolah bersama guru melakukan perbaikan dan siapa yang lebih dominan di antara keduanya, maka dibedakan tiga macam pendekatan, yaitu direktif, kolaboratif dan non-direktif.

1) Pendekatan Direktif: Tanggung jawab lebih banyak pada pengawas sekolah. 2) Pendekatan Kolaboratif: Tanggung Jawab terbagi relatif sama antara

supervisor dan guru

3) Pendekatan Non-Direktif: Tanggung jawab lebih banyak pada guru

Karakteristik dari tiga macam pendekatan supervisi akademik tersebut, tertuang dalam tabel 3 berikut (Glickman,1981)

Tabel 3. Pendekatan Supervisi Akademik Pendekatan Supervisi Tanggung jawab Supervisor (Pengawas Sekolah/Kepala Sekolah) Tanggung jawab yang disupervisi Metode Supervisi

Non Direktif Rendah Sedang Self Assesment

Kolaboratif Sedang Sedang Mutual Contrac

Direktif Tinggi Rendah Delineated

standars Ketepatan penggunaan pendekatan dalam melaksanakan supervisi akademik sangat tergantung pada kemampuan pengawas mengenal karakteristik perilaku guru. Beberapa perilaku yang menjadi karakteristik dalam pendekatan supervisi akademik, dapat dilihat seperti dalam Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Karakteristik Perilaku Pendekatan Supervisi Akademik

Prilaku Direktif Kolaboratif Non-Direktif

Clarifying (Mengklarifikasi) V V V

Presenting (Pemaparan) V V V

Directing (Mengarahkan) V - -

Demonstrating (Memperagakan) V - -

Setting the Standards (Menetapkan

Standar-standar) V -

- Reinforcing (Memberi Penguatan) V

Listening (Mendengarkan) - V V

Problem Solving (Pemecahan Masalah) - V V

25 Keterkaitan supervisi dengan karakteristik guru dilakukan dengan menggunakan variabel pengembangan, yaitu: tingkat kompetensi/berpikir abstrak dengan tingkat komitmen guru dalam melaksanakan tugas. Melalui penggunaan variabel pengembangan itu pengawas sekolah dapat mengadakan klasifikasi guru-guru yang ada. Pengukuran dapat dilaksanakan dengan menggunakan sebuah paradigma/model dengan menggambarkan persilangan dua garis, yaitu garis tingkat kompetensi/berpikir abstrak secara vertikal, yang bergerak dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan Dari garis komitmen yang secara horisontal bergerak dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Atas dasar itu maka dapat dikategorikan empat sisi (kuadran) dan empat prototipe guru:

(a) Kuadran I (Guru Professional)

Guru yang profesional memiliki tingkat kompetensi/abstraksi yang tinggi dan tingkat komitmen yang tinggi. Ia benar-benar profesional melalui peningkatan kemampuan yang terus menerus. Orang yang profesional selalu punya kemampuan untuk mengembangkan dirinya terus menerus.

Ia tidak hanya mampu mencetuskan ide-ide, aktivitas maupun sarana penunjang tetapi ia juga terlihat secara aktif dalam melaksanakan suatu rencana sampai selesai. Ia adalah seorang pemikir dan sekaligus pelaksana. (b) Kuadran II (Guru Analytical Observer)

Guru Analytical Observer memiliki tingkat kompetensi/abstaksi tinggi tetapi tingkat komitmen rendah. Ia pandai, sangat menyukai suka mengkritik, mempunyai kemampuan bicara yang tinggi, selalu mencetuskan ide-ide yang besar tentang apa yang bisa dikerjakan di kelas atau secara keseluruhan di sekolah. Ia bisa mengajukan ide atau rencana-rencana besar secara gamblang dan memikirkan langkah-langkah pelaksanaannya demi tercapainya program itu. Ide-idenya tak pernah/jarang terwujud.

Ia tahu apa yang harus ia kerjakan tetapi tidak bersedia mengorbankan waktu, energi dan perhatian khusus untuk melaksanakannya.

(c) Kuadran III (Guru Drop-Out)

Guru Drop-Out mempunyai tingkat kompetensi/abstraksi dan tingkat komitmen yang rendah. Ia termasuk guru yang kurang bermutu. Guru seperti ini memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu: hanya melakukan tugas rutin tanpa tanggung jawab, perhatiannya hanya sekedar untuk mempertahankan pekerjaannya, memiliki sedikit sekali inovasi untuk memikirkan perubahan apa yang perlu dibuat dan puas dengan melakukan tugas rutin yang dilakukan dari hari kehari.

(d) Kuadran IV (Guru Unfocused Worker)

Guru Unfocused Worker memiliki tingkat kompetensi/abstraksi yang rendah, tetapi tingkat komitmennya tinggi. Ia terlalu sibuk, sangat energetik, anthusias dan penuh kemauan. Ia berkeinginan untuk menjadi guru yang lebih baik dan membuat situasi kelas lebih menarik sesuai dengan keadaan peserta didiknya. Ia bekerja sangat keras dan biasanya meninggalkan sekolah penuh dengan pekerjaan yang akan dibuat di rumah. Sayangnya tujuan-tujuan yang baik tersebut terhalang oleh kurangnya kemampuan guru untuk menyelesaikan persoalan dan jarang sekali melaksanakan segala sesuatu secara realistis.

Kompetensi/ Abstraksi

Guru

Profesional

Guru

Unfocused

Worker

Guru Dorp

Out

Guru

Analytic

observer

Kategori guru sesuai dengan karakteristiknya ditunjukan pada gambar dibawah ini.

Kategori Guru

Komitmen Gambar 4. Karakteristik Guru

b. Model Supervisi

Berdasarkan bagaimana cara memahami atau memastikan masalah, darimana datanya diperoleh dan dengan cara apa memperbaikinya, maka dibedakan tiga model supervisi akademik, yaitu model saintifik, model artistik dan model klinik. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga model supervisi akademik tersebut. 1) Model Supervisi Saintifik

Menurut Sahertian (2008)model supervisi ilmiah adalah sebuah model supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk menjaring data atau informasi dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan angket.

Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) Dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan.

(b) Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu (c) Menggunakan instrumen pengumpulan data

(d) Dapat menjaring data yang obyektif. 2) Model Supervisi Artistik

Model supervisi artistik menuntut seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki sikap arif. Seperti diungkapkan oleh Jasmani dan Mustofa (2013; 31) model supervisi artistik mendasarkan diri pada bekerja untuk orang lain (working for the other), bekerja dengan orang lain (working with the other), dan bekerja melalui orang lain (working through the other). Oleh karena itu, pelaksanaan

27 (a) Memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada

berbicara.

(b) Memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup.

(c) Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda

(d) Menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas.

(e) Memerlukan suatu kemampuan berkomunikasi yang baik dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.

(f) Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan.

3) Model Supervisi Klinik

Menurut Acheson dan Gall (1987), supervisi klinik adalah sebuah model alternatif dari supervisi yang lebih interaktif, demokratis, dan berpusat pada kebutuhan guru. Supervisi klinik ini pada dasarnya merupakan pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar (Cogan, 1973).

Karakteristik supervisi klinik yaitu:

(a) Adanya kerjasama yang saling mempercayai dan menghargai, (b) Berbagi kepakaran atas dasar kemitraan, dan

(c) Suatu anggapan bahwa guru bukan penerima pasif, tetapi partner aktif yang berperan serta dalam keberhasilan supervisi.

Tahap-tahap Supervisi Klinik

Supervisi klinik terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap pertemuan awal (Pre-Observational Conference), tahap observasi pembelajaran (Observation) dan tahap pertemuan akhir/ balikan (post-observational Conference), lebih jelasnya, ketiga tahapan tersebut dapat dilihat seperti nampak pada gambar berikut.

c. Teknik Supervisi Akademik

Berdasarkan jenis kegiatannya teknik supervisi akademik dapat dibedapak atas 2 jenis yakni; teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok, baik di dalam ataupun di luar kelas.

Pelaksanaan kedua teknik supervisi tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5 berikut.

Gambar 6. Teknik Supervisi Akademik 1) Teknik Supervisi Individual

Teknik supervisi individual adalah supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Pengawas sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu.

Teknik-teknik supervisi individual di antaranya meliputi kunjungan kelas, kunjungan observasi, pertemuan individual, dan kunjungan antar-kelas. a) Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)

Pengawas sekolah datang ke kelas untuk mengobservasi guru mengajar. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya perlu diperbaiki.

Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri atas empat tahap, yaitu:

(1) tahap persiapan. Pada tahap ini, pengawas sekolah merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas, (2) tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, pengawas

sekolah mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung, (3) tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, pengawas sekolah bersama

guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, dan tahap tindak lanjut.

29 b) Kunjungan Observasi (Observation Visits)

Pada kegiatan supervisi dalam bentuk kunjungan kelas/observasi guru-guru ditugaskan untuk mengamati seorang guru-guru lain yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:

(1) Usaha-usaha dan aktivitas guru-peserta didik dalam proses pembelajaran,

(2) Cara menggunakan media pengajaran, (3) Variasi metode,

(4) Ketepatan penggunaan media dengan materi, (5) Ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan

(6) Reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar. c) Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pengawas sekolah dan guru.

Tujuannya adalah:

(1) Mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik, (2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan (3) Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan diri guru. Hal yang dilakukan pengawas sekolah dalam pertemuan individu: (1) Berusaha mengembangkan segi-segi positif guru,

(2) Memotivasi guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, (3) Memberikan pengarahan, dan

(4) Menyepakati berbagai solusi permasalahan dan menindak-lanjutinya. d) Kunjungan Antar Kelas

Kunjungan antar kelas adalah seorang guru berkunjung ke kelas yang lain (guru lainnya) di sekolah yang sama. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai berikut:

(1) Jadwal kunjungan harus direncanakan.

(2) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi. (3) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi. (4) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan.

(5) Pengawas sekolah hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.

(6) Lakukan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.

(7) Segera aplikasikan ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.

(8) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

2) Teknik Supervisi Kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.

Pelaksanaan teknik supervisi kelompok dapat dilakukan dengan cara pertemuan atau rapat, diskusi kelompok, dan mengadakan pelatihan-pelatihan/workshop atau kegiatan lain yang rerevan..

a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting): Seorang pengawas sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. Termasuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi. Rapat tersebut antara lain melibatkan Kelompok Kerja Guru (KKG), dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran/Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGMP/MGBK).

b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions): Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, pengawas sekolah memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat dan saran-saran yang diperlukan.

c) Mengadakan pelatihan (inservice-training): Teknik ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, misalnya pelatihan untuk guru mata pelajaran tertentu. Mengingat bahwa pelatihan pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas pengawas sekolah adalah mengelola dan membimbing implementasi program tindak lanjut (follow-up) dari hasil pelatihan.

2. Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan antara peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan. Pada pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 digunakan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran dan model-model pembelajaran seperti: problem -based learning, project-based learning dan inquiry/discovery learning.

a. Pendekatan Saintifik

1) Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah pendekatan berbasis proses keilmuan dilaksanakan dengan menggunakan modus pembelajaran langsung atau tidak langsung sebagai landasan dalam menerapkan berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan

31 Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect). Capaiannya Kompetensi Inti 1) dan Kompetensi Inti (KI-2).

2) Karakteristik Pendekatan Saintifik

a) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berlatih berfikir tingkat tinggi / higher order thinking skills (hots), berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

d) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

e) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

3) Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran. Urutan tersebut mencakup: a) mengamati (observing), b) menanya (questioning), c) mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), d) menalar/mengasosiasi (associating); dan e) mengomunikasikan (communicating).

b. Model-Model Pembelajaran

Pada implementasi Kurikulum 2013 dikenal 3 macam model pembelajaran utama, yaitu:

1) Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning/PBL)

PBL adalah lingkungan pembelajaran dimana permasalahan mendorong terjadinya pembelajaran. Ada beberapa cara mengimplementasikan PBL dalam pembelajaran, namun demikian hal yang terpenting adalah adanya masalah yang harus dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah.

Gambar dibawah ini menjelaskan lima tahapan dan perilaku guru dalam menggunakan PBL (Arend, 1997),

Gambar 7. Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning 2) Pembelajaran Berbasis Project (Project-Based Learning/PjBL)

Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan (proyek) yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan peserta didik mulai dari merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaan. PjBL menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, peserta didik terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner, dan melibatkan peserta didik sebagai pelaku mulai dari merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan Gambar dibawah ini menjelaskan tahapan pembelajaran yang menggunakan PjBL. Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan

STRATEGI PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING

Orientasi kepada Masalah Pengorganisasian Belajar Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membimbing Penyelidikan Individu dan Kelompok

33 Gambar 8. Tahapan Project Based Learning (PjBL)

3) Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran dimana peserta didik menemukan sendiri konsep ilmu yang dipelajari melalui kegiatan belajar yang bervariasi. Dalam mengaplikasikan model Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan dan mengarahkan peserta didik untuk belajar secara aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Gambar dibawah ini menjelaskan tahapan pembelajaran yang menggunakan Discovery Learning.

Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan STRATEGI PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

Penentuan Pertanyaan Mendasar Menyusun Perencanaan

Dokumen terkait