• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan Pliometrik

Dalam dokumen SUKONO A. 120809126 (Halaman 61-75)

BAB I. PENDAHULUAN

F. Manfaat Penelitian

3. Latihan Pliometrik

Kecepatan dan kekuatan merupakan komponen fitness integral yang diperlukan pada berbagai cabang olahraga. Kombinasi kecepatan dan kekuatan tersebu bekerja secara bersama-sama yang disebut dengan power. Pelatih dan atlet berusaha meningkatkan power agar dapat meningkatkan penampilannya. Metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan power atau daya ledak adalah latihan pliometrik. Latihan pliometrik merupakan salah satu metode yang sangat baik untuk meningkatkan eksplosive power (Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C., 1985:1). Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id olahraga, dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk meningkatkan power, baik siklik maupun asiklik.

Plyometrics berasal dari bahasa latin "plyo” dan "metrics" yang berarti "measurable increases " atau peningkatan yang terukur. Tipe kerja latihan pliometrik yaitu dengan adanya kontraksi-kontraksi otot yang dilakukan dengan cepat dan kuat. Menurut Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:2) bahwa, "pliometrik mengacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang terlibat". Latihan pliometrik mula-mula dirintis oleh atlet atletik Eropa bagian timur dan utara tahun 1920-an dan 1930-an, dengan menggunakan "Jump Training" sebagai bagian dari latihan mereka. Apakah mereka mengetahui pliometrik atau tidak, yang pasti kini 'jumps ", "rope jumps ", 'jump in place ", "standing jumps ", multiple jumps " dan "dept jumps adalah bentuk latihan pliometrik.

Latihan pliometrik merupakan metode latihan yang dikembangkan untuk mengembangkan eksplosif power. Maksud pliometrik adalah membangun tenaga yang luar biasa besar dalam waktu yang sangat pendek. Pliometrik merupakan satu cara terbaik jika tak ada jalan lain untuk meningkatkan power (Alex Meiliunas, 2010). Menurut Chu, D. A. (1992:1) bahwa, "pliometrik adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan". Perpaduan antara kecepatan dan kekuatan merupakan perwujudan daya ledak. Pliometrik merupakan metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan daya ledak (eksplosif power).

Sesuai dengan tipe kerja pliometrik, latihan ini dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan power. Menurut Chu, D. A. (1992:1) bahwa, "pliometrik adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan". Oleh karena itu pliometrik merupakan metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan daya ledak (eksplosif power). Tujuan latihan pliometrik yaitu meningkatkan kemampuan atlet untuk menjadi lebih bertenaga dan lebih cepat. Logikanya, kemampuan atlet yang lebih tinggi dimulai dengan menghasilkan tenaga maksimal dan kekuatan maksimal, selanjutnya dapat diubah menjadi sport-specific power (www.sport- fitness-advisor.com).

a. Dasar Fisologis Latihan Pliometrik

Tipe kerja latihan pliometrik yaitu cepat dan eksplosif. Gerakan-gerakan yang dilakukan bersifat reflek dan reaktif. Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:9) menyatakan bahwa, "dasar-dasar proses gerak sadar maupun tak sadar yang terlibat dalam pliometrik adalah apa yang disebut refleks peregangan (stretch reflex), juga di sebut refleks spindle atau refleks miotatik". Dasar dari kerja pliometrik adalah apa yang disebut Stretch Reflex. Pliometrik dapat membantu power dalam siklus peregangan dan pemendekan (kontraksi) dari otot atau kelompok otot (Alex Meiliunas, 2010)

Pyke F.S. Robert, A.D., Woodman, L.R., Telford, R.R. & Jarver, J. (1991:144) menyatakan bahwa, “Latihan dan drill pliometrik didasarkan pada prinsip-prinsip peregangan pendahuluan (pra-peregangan) otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan”. Pliometrik memberikan latihan yang memungkinkan otot meraih tenaga maksimal dalam waktu yang sangat pendek. Otot mendapat beban dengan melakukan gerakan eccentric dalam waktu yang panjang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan selanjutnya dengan segera melakukan gerakan concentric dalam waktu yang pendek (www.sport-fitness-advisor.com).

Gerakan pada latihan pliometrik adalah cepat dengan adanya peregangan yang dilakukan secara cepat pula. Ciri khas dari latihan pliometrik adalah adanya peregangan pendahuluan (pre-stretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat melakukan kerja. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan pliometrik merupakan latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam latihan pliometrik adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-tipe seperti ini merupakan tipe dari kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan pliometrik merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak (power).

b. Prinsip-Prinsip Latihan Pliometrik

Latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya latihan fisik secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga berlaku untuk latihan pliometrik. Latihan pliometrik juga mengikuti prinsip khusus. Prinsip-prinsip latihan yang diterapkan pada latihan pliometrik, antara lain, "(a) memberi regangan (stretch) pada otot, (b) beban lebih yang meningkatkan (progresive overload), (c) kekhususan latihan dan (d) pulih asal".

1) Memberi Regangan (Stretch) Pada Otot

Ciri khas latihan pliometrik adalah adanya regangan otot yang dilakukan dengan cepat sebelum berkontraksi melawan beban. Tujuan dari pemberian regangan yang cepat (segera) pada otot-otot sebelum melakukan kontraksi (gerak), secara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id fisiologis untuk, (1) memberi panjang awal yang optimum pada otot, (2) mendapatkan tenaga elastis dan (3) menimbulkan refleks regang.

Gerakan pliometrik didasarkan pada kontraksi refleks dari serabut-serabut otot dengan pembebanan yang cepat yang didahului dengan peregangan otot secara cepat pula. Dengan adanya regangan otot sebelum berkontraksi dapat memberikan stimulasi pada sistem neuromuskuler dan meningkatkan refleks peregangan dinamis pada otot. Pada semua gerakan latihan pliometrik meliputi 3 tahapan. Tahan pertama yaitu pre-stretch atau gerakan eksentrik otot. Disini energi elastic dibangkitkan dan disimpan. Tahap kedua yaitu waktu diantara akhir pre-stretch dan mulai gerakan konsentrik otot. Ini periode perubahan yang singkat dari peregangan menuju kontraksi yang disebut amortizationphase. Pada fase yang pendek ini, tenaga kontraksi berikutnya dapat dibangkitkan. Tahap ketiga dan tahap akhir kontraksi otot. Pada latihan gerakan atlet diharapkan lompatan dan lemparan yang penuh tenaga. Tahap ketiga ini biasa disebut stretch-shortening cycle. Pada kenyataannya pliometrik dapat juga disebut latihan stretch-shortening cycle (www.sport-fitness- advisor.com).

2) Beban Lebih Yang Meningkat (Progresive Overload)

Latihan, termasuk latihan pliometrik haruslah diberikan berdasarkan prinsip overload. Prinsip overload tersebut menjamin beban makin meningkat, yang diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Kemampuan atlet hanya akan meningkat jika beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelumnya. "Sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari biasanya" (Pate, R., Clenaghan, M.B. & Rotella, R., 1993:318).

Melalui latihan yang berulang-ulang yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu, serta adanya peningkatan beban secara progresif, maka adaptasi tubuh terhadap training bersifat kronis. Tubuh beradaptasi terhadap sesuatu yang dilatihkan perlahan-lahan, sesuai dengan peningkatan bebannya yang dilakukan secara bertahap. "Adaptasi tubuh terhadap training (latihan) bersifat menyeluruh yang menyangkut aspek anatomis, fisiologis, biokimia dan psikologis" (Bompa, T.O., 1990:77).

Setelah melakukan latihan beberapa kali, tubuh akan beradaptasi terhadap beban yang diatasinya. Jika beban latihan telah mencapai suatu kriteria tertentu, tubuh akan makin terbiasa dengan beban tersebut dan apabila beban itu tidak dinaikkan, maka kemampuannya tidak bertambah. Oleh karena itu beban latihan harus ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan perkembangan tubuh.

Peningkatan beban latihan dilakukan secara progresif. Yang dimaksud dengan peningkatan beban secara progresif adalah peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Soekarman (1987:60) menyatakan bahwa : "Dalam latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai maksimum. Dan jangan berlatih melebihi kemampuan". Dengan pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan fisik. Peningkatan beban latihan harus tepat disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan setahap demi setahap. Pelatih harus cermat dalam memperhitungkan penambahan beban yang akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diberikan. Harus diperhatikan bahwa perlu dihindari pemberian beban yang berlebihan. Pemberian beban yang berlebihan dapat berakibat buruk bagi olahragawan itu sendiri.

Pembebanan dalam latihan pliometrik memiliki ciri-ciri yang bersifat khusus. Menurut Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:17) bahwa, "program latigan pliometrik harus diberikan beban lebih dalam hal tahanan atau beban (resistif), kecepatan (temporal) dan jarak (spasial)". Peningkatan beban latihan pliometrik dapat dilihat dari beban yang digunakan, kecepatan gerak dan jarak tempuh.

3) Kekhususan Latihan

Prinsip kekhususan latihan dapat juga disebut prinsip spesialisasi. Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Prinsip dasar program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas. Dan kemudian, menyusun satu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi yang khusus. Dalam hal ini Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa, "latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan". Latihan pliometrik harus menerapkan prinsip kekhususan, yakni : (1) khusus terhadap kelompok otot yang dilatih atau kekhususan neuromuscular, (2) khusus terhadap sietem energi utama yang digunakan dan (3) khusus terhadap pola gerakan latihan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kekhususan tersebut yaitu menyangkut kelompok otot utama yang digunakan, sistem energi serta pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan nomor olahraga yang dikembangkan. Bentuk latihan-latihan yang dilakukan harus bersifat khas sesuai cabang olahraga tersebut. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.

Program latihan yang disusun untuk meningkatkan power otot tungkai, juga harus bepegang teguh pada prinsip kekhususan latihan ini. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot, kelompok otot yang dilatih dan sistem energi yang dikembangkan dalam latihan tersebut harus sesuai dengan karakteristik daya ledak otot tungkai. Jika latihan yang dirancang tersebut meperhatikan prinsip ini, maka latihantersebut akan lebih efektif, sehingga hasil yang dicapai akan lebih optimal.

4) Pulih Asal

Suatu yang juga sangat penting yang harus diperhatikan dalam melakukan latihan adalah pemulihan (pulih asal). Prinsip pemulihan sering juga disebut dengan recovery atau sering pula disebut prinsip interval. Dalam suatu latihan tubuh harus mendapat pulih asal yang cukup. Lama waktu pulih asal untuk latihan power, menurut Chu, D. A. (1992:14) yaitu, "menggunakan rasio antara kerja dan istirahat 1 : 5 sampai 1 : 10".

Dengan pulih asal (recovery) yang cukup, tubuh akan siap kembali untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya. Jika tidak ada waktu pemulihan yang cukup, atlet akan mengalami kelelahan yang berat dan akibatnya penampilannya akan menurun. Penggunaan prinsip interval ini cukup besar manfaatnya dalam proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pelaksanaan latihan. Manfaat prinsip interval ini antara lain untuk: (a) Menghindari terjadinya overtraining, (b) Memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan, dan (c) Pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan.

Cedera dalam latihan sering terjadi karena adanya pembebanan yang berat dan dilakukan secara terus-menerus. Dengan interval istirahat yang cukup akan dapat memberikan kesempatan pada tubuh untuk istirahat, sehingga dapat menghindari terjadinya cedera. Interval yang cukup juga dapat memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap beban latihan, sehingga dapat diperoleh superkompensasi yang baik. Oleh karena itu, prinsip pulih asal ini harus diterapkan dalam latihan.

c. Komponen Latihan Pliometrik

Latihan dapat efektif jika mengandung komponen-komponen latihan yang diperlukan secara memadai. Komponen-komponen latihan meliputi, volume, intensitas dan densitas. Bompa, T.O. (1990:77) menyatakan bahwa, efisiensi dari suatu kegiatan (latihan) merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume); load (beban), dan velocity (kecepatan) (intensitas); serta frekuensi penampilannya (density).

1) Volume

Volume latihan merupakan jumlah kerja yang dilakukan selama satu sesi latihan atau selama fase latihan (Bompa, T.O., 1990:77). Sebagai komponen latihan, volume merupakan prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi, taktik dan khususnya pada pencapaian fisik. Bompa, T.O. (1990:77)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjelaskan bahwa, volume latihan melibatkan beberapa bagian secara integral sebagai berikut: (1) Waktu atau jangka waktu yang dipakai dalam latihan, (2) Jarak atau jumlah tegangan yang dapat dilakukan/diangkat per satuan waktu, (3) Jumlah pengulangan bentuk atau elemen teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Volume latihan adalah jumlah kerja secara keseluruhan yang dinyatakan dengan satuan jarak, waktu, berat dan jumlah pengulangan bentuk latihan yang dilakukan selama satu sesi latihan atau selama fase latihan. Volume beban latihan untuk satu sesi program latihan pliometrik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Volume Latihan Peliometrik Per sesi

(www.sport-fitness-advisor.com)

Total volume latihan yang disarankan untuk pemula yaitu dengan lompatan (kontak landasan) 80 – 100 kali, untuk tingkat menengah 100 – 120 kali, untuk tingkat lanjut 120 – 140 kali. Total volume latihan ini diurikan ke dalam repetisi dan set. Penentuan jumlah repetisi dan set yang harus dilakukan dalam latihan, harus ditentukan dengan tepat. Penentuan set dan repetisi pada latihan pliometrik, menurut Bompa, T.O. (1994:44) yaitu dengan jumlah repetisi "3-25, sedangkan jumlah setnya yaitu 5-15". Adapun istirahat antar setnya yaitu "3-5 menit". Menurut Harre, D(1982:116), ”untuk meningkatkan daya ledak adalah dengan berat beban 30%-50% atau 60%-70%, ulangan 6-10 kali, set 4-6 kali, istirahat 2-5 menit, irama eksplosif”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pyke F.S. Robert, A.D., Woodman, L.R., Telford, R.R. & Jarver, J. (1991:256) menambahkan, ”berat beban untuk latihan peningkatan power adalah 30% dan 50% dari 1 repetisi maksimal, ulangan 15-20 kali dengan irama secepat mungkin”.

Pada penelitian ini yang diteliti merupkan mahasiswa yang masih dalam kategori tingkat menengah (intermediate) sehingga volume total pada satu sesi latihan 100 – 120 kali lompatan. Pada awalan latihan diberikan beban 100 lompatan kemudian ditingkatkan secara bertahap.

2) Intensitas

Intensitas latihan adalah dosis beban latihan yang harus dilakukan atlet dalam suatu program latihan tertentu. Intensitas latihan menentukan berat-ringannya latihan. Bompa, T.O. (1990:79) menyatakan bahwa, intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan rangsangan syaraf tergantung dari beban (load), kecepatan gerakannya, variasi interval atau istirahat di antara tiap ulangannya. Load (beban) dan kecepatan (velocity) dalam melakukan gerakan merupakan komponen penting intensitas latihan.

Pelaksanaan latihan pliometrik menurut Pyke F.S. Robert, A.D., Woodman, L.R., Telford, R.R. & Jarver, J. (1991:144) yaitu meliputi "Latihan memantul- mantul, lompatan dalam dan dapat juga latihan lempar pantul". Jadi pelaksanaan latihan ini adalah melompat-lompat dengan memantul, sehingga hampir tidak ada waktu istirahat antar lompatan yang dilakukan. Dengan demikian latihan pliometrik ini dilaksanakan dalam intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Bompa, T.O. (1994:42) yaitu bahwa latihan pliometrik dengan lompat-lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memantul itu dilakukan dengan "intensitas submaximal". Efektifitas latihan pliometrik bergantung pada usaha maksimal dan gerakan kecepatan tinggi pada tiap- tiap ulangannya (www.sport-fitness-advisor.com). Gerakan pada latihan pliometrik dilakukan dengan tenaga maksimal dan kecepatan tinggi, sehingga intensitas kerjanya cepat dan tinggi.

3) Recovery

Instirahat antar repetisi dan antar set penting untuk mendapatkan hasil latihan yang maksimal. Pada pelaksanaan latihan selain volume total (kuantitas) gerakan terpenuhi, kualitas gerakan juga mutlak harus dipenuhi. Kualitas gerakan dapat sempurna jika istirahat antar set dan antar repetisinya terpenuhi. Lama waktu pulih asal untuk latihan pliometrik, menurut Chu, D. A. (1992:14) yaitu, "menggunakan rasio antara kerja dan istirahat 1 : 5 sampai 1 : 10". Interval istirahat antar repetisi dan set harus cukup panjang untuk mendapatkan pemulihan yang mendekati lengkap (sempurna). Untuk 5-10 detik yang barangkali digunakan dinatara latihan depth jump, direkomendasikan dengan rasio kerja dan istirahat 1 : 10 (www.sport-fitness- advisor.com). Misalnya atlet melakukan latihan pliometrik dengan waktu kerja selama 12 detik, maka istirahat antar ulangannya yaitu 120 detik atau 2 menit.

4) Densitas

Densitas merupakan ukuran yang menunjukkan kepadatan suatu rangsang. Bompa, T.O. (1990:91) menyatakan bahwa densitas merupakan suatu frekuensi dimana atlet dihadapkan pada sejumlah rangsang per satuan waktu. Densitas berkaitan erat dengan frekuensi dan waktu latihan. Frekuensi adalah jumlah berapa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kali latihan dilakukan tiap minggunya. Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan untuk melatih hingga terjadi perubahan yang nyata. Karakteristik power adalah gerakan yang cepat dan eksplosif. Latihan untuk meningkatkan power dapat diklasifikasikan sebagai gerakan yang bersifat anaerobik. Untuk program latihan anaerobik, menurut Fox seperti dikutip Soekarman (1987:68), yaitu dengan latihan "selama 8-10 minggu".

Pelaksanaan latihan pliometrik dapat dilakukan frekuensi 2-3 kali per minggu. Disarankan istirahat diantara sesi latihan yaitu 48-72 jam (www.sport-fitness- advisor.com. Sebaiknya latihan dilakukan 3 kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, karena penelitian adalah latihan yang bersifat anaerobic, maka akan menggunakan waktu 8 minggu atau dua bulan, dengan frekuensi 3 kali perminggu. Dengan latihan yang dilakukan 3 kali seminggu secara teratur selama 8 minggu kemungkinan sudah menampakkan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan power otot tungkai yang signifikan.

e. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik

Ada beberapa macam bentuk latihan pliometrik yang dapat digunakan untuk melatih power, disesuaikan dengan tujuan latihan. Dalam penelitian ini latihan yang digunakan adalah untuk melatih power otot-otot tungkai.yang berhubungan dengan lompat jauh.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bentuk latihan pliometrik untuk otot-otot tungkai ada beberapa macam, diantaranya adalah latihan melompat tanpa menggunakan alat maupun dengan alat. Menurut Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:28), ada beberapa bentuk gerakan yang dikategorikan sebagai latihan pliometrik, diantaranya adalah : Bounding (lompat-melambung): double leg bound, alternate leg bound, double leg box bound, alternate leg box bound, incline bound dan lateral bound, Hopping (lompat- melompat): double leg speed hop, single leg speed hop, deadline hop, hurdle hopping, Jumping (loncat atau meloncat), Leaping (loncat berjingkat), Skipping (melangkah-meloncat) dan Ricochets. Jenis-jenis latihan pliometric lainnya meliputi: jumps-in-place, standing jumps, multiple jumps, box drills, depth jumps, bounding, dan medicine ball exercise (Alex Meiliunas, 2010).

Tiap jenis latihan pliometrik memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan daya ledak (power). Masing-masing jenis latihan pliometrik memiliki kelebihan dan kekurangan yang bersifat spesifik. Upaya peningkatan power, khususnya power otot tungkai dengan latihan pliometrik harus disesuaikan dengan tipe kerja fisik dan keterampilan olahraga yang dikembangkan.

Gerakan pliometrik yang dipilih dalam latihan ini adalah latihan bentuk bounding, dan latihan depth jump. Pemilihan kedua bentuk latihan ini didasarkan pada kegunaan dari kedua bentuk latihan ini adalah meningkatkan loncatan untuk mencapai ketinggian maksimum kearah vertikal dan kecepatan maksimum kearah horisontal. Kita semua tahu bahwa lompat jauh membutuhkan loncatan maksimum kearah vertikal dan kecepatan maksimum kearah horisontal untuk mencapai jarak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lompatan sejauh-jauhnya dengan ketinggian lompatan yang sesuai. Dalam penelitian ini latihan yang digunakan adalah double leg bound dan depth jump.

Dalam dokumen SUKONO A. 120809126 (Halaman 61-75)

Dokumen terkait