perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump
pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Megister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh :
SUKONO
NIM: A. 120809126PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK
DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH
(Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump
pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta)
Disusun Oleh :
SUKONO
NIM: A. 120809126Telah disetujui oleh Tim Pembimbing :
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda tangan
Pembimbing I Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. ...………
Pembimbing II Prof. Dr.. H. Muchsin Doewes, dr. AIFO. ..………
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Sukono
NIM : A. 120809126
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT
TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi
Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump pada Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta), adalah
betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya tersebut diberi tanda citasi
dan ditunjukkan pada daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2011
Pembuat Pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Karya ini dipersembahkan
Kepada :
Isteriku tercinta,
Anak-Anakku tersayang,
Saudara-saudaraku tersayang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penyelesaian tesis mengalami berbagai
kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka berbagai
kesulitan dan hambatan yang timbul tersebut dapat diatasi. Dalam kesempatan ini
diucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp. KJ (K). selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian pengarahan dan bantuannya
3. Prof. Dr. Sugiyanto selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. dan Prof. Dr. H. Muchsin Doewes, dr. AIFO.
sebagai Dosen Pembimbing tesis yang telah memberikan pengarahan, saran dan
masukan dalam menyusun tesis.
5. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta yang
telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
6. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta
atas kerelaan dan keikhlasannya menjadi sampel penelitian.
7. Teman-teman yang dengan suka rela telah membantu pelaksanaan penelitian.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan balasan-Nya kepada mereka dengan yang
lebih baik. Amin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Lompat Jauh ... 12
a. Komponen Teknik Lompat Jauh ... 13
b. Analisis Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 25
c. Komponen Fisik Pada Lompat Jauh ... 28
d. Sistem Energi Pada Latihan Lompat Jauh ... 29
e. Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh ... 31
2. Latihan ... 32
a. Pengaruh Latihan Fisik... 34
b. Prinsip-Prinsip Latihan ... 36
c. Prosedur Pelatihan ... 41
d. Jenis-Jenis Latihan Fisik ... 43
3. Latihan Pliometrik ... 45
a. Dasar Fisologis Latihan Pliometrik ... 47
b. Prinsip-Prinsip Latihan Pliometrik... 48
c. Komponen Latihan Pliometrik ... 53
e. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik ... 57
4. Latihan Pliometrik Double Leg Bound... 59
a. Pelaksanaan Latihan Double Leg Bound ... 59
b. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Double Leg Bound .... 61
5. Latihan Pliometrik Depth Jump ... 62
a. Pelaksanaan Latihan Depth Jump ... 62
b. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Depth Jump ... 63
6. Kekuatan Otot Tungkai ... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Peranan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan
Kemampuan Lompat Jauh ... 68
B. Penelitian Yang Relevan ... 70
C. Kerangka Berpikir ... 71
D. Perumusan Hipotesis ... 77
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 78
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 78
B. Metode dan Rancangan Penelitian ... 78
C. Variabel Penelitian ... 79
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 80
E. Populasi Dan Sampel. ... 81
F. Teknik Pengumpulan Data ... 83
G. Teknik Analisis Data ... 85
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 91
A. Deskripsi Data ... 91
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 95
C. Pengujian Hipotesis ... 96
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 100
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 106
A. Kesimpulan ... 106
B. Implikasi ... 106
C. Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Karakteristik Umum Sistem Energi ... 43
Tabel 2. Volume Latihan Peliometrik Per sesi ... 54
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Pliometrik Yang Dibandingkan 72 Tabel 4. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 79
Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas ... 84
Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas ... 84
Tabel 7. Analisis Variansi Dua Jalur ... 87
Tabel 8. Deskripsi Data Prestasi Lompat Jauh Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Pliometrik dan Kekuatan Otot Tungkai ... 91
Tabel 9. Nilai Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan) ... 93
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 96
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 97
Tabel 12. Ringkasan Nilai Rata-rata Prestasi Lompat Jauh Berdasarkan Berdasarkan Jenis Metode Latihan Pliometrik Dan Kekuatan Otot Tungkai ... 98
Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan Pliometrik (A1 dan A2) ... 98
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kekuatan Otot Tungkai (B1 dan B2) ... 98
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ... 99
Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians ... 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Halaman
Gambar 1. Pelaksanaan Awalan Lompat Jauh ... 16
Gambar 2. Gerakan Menolak Pada Lompat Jauh ... 19
Gambar 3. Lompat Jauh Gaya Jongkok Atau Sit Down In The Air ... 21
Gambar 4. Lompat Jauh Gaya Gantung atau Hang Style ... 22
Gambar 5. Lompat Jauh Gaya Berjalan di Udara atau Walking In The Air .. 23
Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 25
Gambar 7. Sudut Elevasi 45 Derajat ... 26
Gambar 8. Hasil Lompat Jauh ... 27
Gambar 9. Letak Titik Berat Bedan Pada Saat Menolak ... 27
Gambar 10. Latihan Pliometrik Double Leg Bound ... 60
Gambar 11. Latihan Pliometrik Depth Jump ... 63
Gambar 12. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi Lompat Jauh Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Pliometrik dan Kekuatan Otot Tungkai ... 92
Gambar 13. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Pada Tiap Kelompok Perlakuan ... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Halaman
Lampiran 1. Program Latihan Pliometrik Dengan Double Leg Bound... 112
Lampiran 2. Program Latihan Pliometrik Dengan Depth Jump ... 114
Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan Tes ... 116
Lampiran 4. Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai ... 118
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai Beserta Klasifikasinya ... 120
Lampiran 6. Data Tes Awal Lompat jauh ... 122
Lampiran 7. Data Tes Akhir Lompat jauh ... 123
Lampiran 8. Rekapitulasi Data Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai Beserta Klasifikasinya... 124
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Lompat Jauh Klasifikasi Kekuatan Otot Tungkai Beserta Pembagian Sampel Ke Sel-Sel ... 125
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Tes Awal Dan Tes Akhir Lompat Jauh Kelompok 1 (Kelompok Metode Latihan Pliometrik Double Leg Bound) ... 126
Lampiran 11. Rekapitulasi Data Tes Awal Dan Tes Akhir Lompat Jauh Kelompok 2 (Kelompok Metode Latihan Pliometrik Depth Jump) ... 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 14. Hasil Penghitungan Data Untuk Uji Homogenitas dan Analisis
Varians ... 138
Lampiran 15. Uji Normalitas Data Dengan Lilliefors ... 139
Lampiran 16. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlet ... 143
Lampiran 17. Analisis Varians... 144
Lampiran 18. Hasil Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls ... 145
Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian ... 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRESTASI LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta). Tesis: Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh latihan pliometrik double leg bound dan depth jump terhadap prestasi lompat jauh. (2) Perbedaan pengaruh kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah terhadap prestasi lompat jauh. (3) Ada tidaknya interaksi antara latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh.
Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Populasi penelitian adalah mahasiswa putra Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga JPOK FKIP UNS Surakarta tahun akademik 2010/2011, dengan jumlah 66 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling, besar sampel yang diambil yaitu sebanyak 40 mahasiswa. Sampel terdiri dari 20 mahasiswa merupakan siswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan 20 mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. Variabel yang diteliti yaitu variabel bebas terdiri dari dua faktor yaitu variabel manipulatif dan variabel atributif, serta satu (1) variabel terikat. Variabel manipulatif terdiri dari latihan pliometrik depth jump dan latihan pliometrik double leg bound. Variabel atributif terdiri dari kelompok sampel dengan kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu prestasi lompat jauh. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran. Pengambilan data prestasi lompat jauh dengan tes lompat jauh. Pengambilan data kekuatan otot tungkai dilakukan dengan leg dynamometer. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis varians dan uji rentang Newman Keuls, pada taraf signifikansi 5%.
Kesimpulan: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan pliometrik double leg bound dan pliometrik depth jump terhadap prestasi lompat jauh. Pengaruh metode latihan pliometrik depth jump lebih baik dari pada pliometrik double leg bound. (2) Ada perbedaan prestasi lompat jauh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan prestasi lompat jauh pada mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari pada yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. (3) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh, (a) Latihan pliometrik double leg bound lebih cocok bagi sedangkan mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi, (b) Latihan pliometrik depth jump lebih cocok bagi sedangkan mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TRAINING METHOD AND STRENGTH OF LEG MUSCLE TO THE ACHIEVEMENT OF LONG JUMP (Experiment Study Plyometric Training With Double Leg Bound and Depth Jump at Male Student Of Physial Education and Health Sebelas Maret University Of Surakarta). Thesis : The Major of Ilmu Keolahragaan, Post Graduate Sebelas Maret University Of Surakarta.
The aims of this research are to investige: (1) The Different of effect between plyometric training with double leg bound and depth jump to the achievement of long jump, (2) The different effect high-low level strength of leg muscle to the achievement of long jump, (3) Interaction effect between plyometric training method and strength of leg muscle to the achievement of long jump.
Research use experiment method with 2 x 2 factorial design. The research population is male student of Physial Education and Health Sebelas Maret University Of Surakarta Academic Years 2010/2011, there are 66 students. Sampling technique that used is purposive random sampling. Total sample which taken is around 40 students. The samples consist of 20 students who have high strength of leg muscle and 20 students who have low strength of leg muscle. The variable that researched is independent variable consist of two factor that are manipulative variable, attributive variable, and also one (1) dependent variable. Manipulative variable consist of plyometric training with double leg bound and depth jump. Attributive variable consist of groups of sample with high strength of leg muscle and low strength of leg muscle. Dependent variable of this research is achievement of long jump. Data collecting method with measurement test. The data collecting the achievement of long jump with long jump test. Data collecting of strength of leg muscle with leg dynamometer test. Data analysis technique in this research use analysis of varian test and span newman keuls at 5% level of significance.
Conclusions: (1) There was significant different between plyometric training method of double leg bound and depth jump to the achievement of long jump. Effect of depth jump is better than double leg bound. (2.) There was significant different between the student who has high strength of leg muscle and low strength of leg muscle to the achievement of long jump. Achievement of long jumps improved of students who have high strength of leg muscle better than students who have not. (3.) There was significant interaction effect between plyometric training method and strength of leg muscle to the achievement of long jump. (a.) Student who has high strength of leg muscle is compatible with double leg bound. (b) Student who has low strength of leg muscle is compatible with depth jump.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan dalam bidang jasmani dan rokhani. Untuk mencapai hasil
pembangunan yang baik perlu adanya peningkatan sumber daya manusia. Demikian
pula halnya dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga, perlu adanya pembinaan
yang diawali dari pembibitan. Sebab prestasi yang maksimal sangat dipengaruhi oleh
bibit yamg unggul. Pencarian bibit-bibit olahragawan yang tepat adalah di
sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Proses belajar mengajar, olahraga dipandang sebagai alat pendidikan yang
mempunyai peran penting terhadap pencapaian tujuan belajar mengajar secara
keseluruhan. Olahraga merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan disemua
jenjang pendidikan baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ataupun di
Perguruan Tinggi. Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang
per-kembangan dan pertumbuhan jasmani anak didik, merangsang perper-kembangan sikap,
mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan geraknya.
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (JPOK) FKIP UNS
sebagai calon pendidik atau guru olahraga maupun pelatih, harus mampu mengajar
dan melatih secara profesional, mampu menerapkan metode mengajar atau melatih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kemajuan zaman menuntut tenaga pendidik dan pelatih memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang baik. Hal ini perlu disadari oleh mahasiswa JPOK bahwa dalam
upaya mengatasi permasalahan yang muncul dan keragaman jenis kebutuhan serta
peningkatan aspirasi masyarakat khususnya berkaitan dengan prestasi olahraga.
Salah satu cabang olahraga tersebut diantaranya adalah cabang atletik.
Cabang olahraga atletik terdiri dari beberapa nomor. Nomor-nomor yang ada dalam
olahraga atletik meliputi jalan, lari, lompat dan lempar. Dari beberapa nomor tersebut
yang termasuk dalam nomor lompat salah satunya diantaranya adalah lompat jauh.
Untuk mendapatkan prestasi yang optimal dalam lompat jauh harus ditunjang
kernampuan fisik yang prima dan penguasaan teknik yang baik, karena tujuan utama
dalam melakukan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan
sejauh-jauhnya.
Kondisi fisik merupakan satu persyaratan yang sangat penting dan
diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet. Sajoto, M. (1995:8-10)
mengemukakan bahwa “Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari
komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan
maupun pemeliharaannya”. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik
maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, meskipun pengembangannya
dilakukan dengan skala prioritas sesuai dengan kebutuhan. Unsur kondisi fisik yang
diperlukan dalam setiap cabang olahraga berbeda-beda. Oleh karena itu kondisi fisik
seorang atlet perlu ditingkatkan melalui latihan yang dilakukan secara sistematis,
ajeg dan kontinyu sehingga dapat menunjang tercapainya prestasi yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id maksimal, memerlukan hampir semua unsur kondisi fisik. Unsur-unsur atau
komponen kondisi fisik tersebut meliputi : “kekuatan, daya tahan, daya ledak,
kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan
kecepatan reaksi”.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik seorang atlet, dapat
dilakukan dengan menerapkan beberapa metode atau bentuk latihan yang berbeda,
sebagai upaya untuk memberikan variasi latihan dan untuk menghindari kejenuhan
atlet. Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan seorang atlet. Seperti yang dikemukakan Nosseck, J.
(1982: 15) yang menyatakan bahwa “metode latihan merupakan prosedur dan
cara-cara pemilihan jenis-jenis latihan dan penataannya menurut kadar kesulitan,
kompleksitas dan beratnya beban”. Dengan metode latihan yang baik dan bervariasi,
seorang atlet diharapkan dapat mencapai prestasi yang optimal.
Lompat jauh adalah suatu gerakan melompat mengangkat kaki keatas dan ke
depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang
di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada
satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Lompat jauh merupakan
perpaduan antara lari dan lompatan atau tolakan. Ada 4 (empat) tahapan gerakan
yang harus dikuasai oleh seorang pelompat, yaitu awalan, tolakan, saat melayang di
udara dan pendaratan. Keempat unsur ini merupakan suatu kesatuan urutan rangkaian
gerak yang tidak terputus.
Awalan merupakan suatu gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mendapatkan kecepatan yang
setinggi-tingginya sebelum kaki mencapai balok tumpuan. Tujuan awalan sebelum melompat
adalah untuk meningkatkan percepatan mendatar secara maksimal tanpa
menimbulkan hambatan sewaktu menolak.
Tolakan dalam lompat jauh memegang peranan penting, sehingga untuk
dapat melakukan gerakan tersebut dibutuhkan tungkai yang kuat agar dapat
mencapai ketinggian lompatan yang optimal. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
merubah arah lari dengan mengangkat titik berat badan ke atas. Menurut Aip
Syarifuddin, (1992: 91) Gerakan tolakan harus dilakukan dengan tungkai yang kuat
agar tercapai tinggi lompatan yang cukup, tanpa kehilangan kecepatan maju.
Untuk mempertinggi lompatan yang cukup tanpa mengorbankan kecepatan,
maka sudut badan pada waktu menumpu tidak terlalu condong kedepan seperti pada
waktu lari cepat, tetapi juga tidak menengadah seperti saat menolak pada lompat
tinggi karena bisa menghambat jauhnya lompatan. Ada beberapa cara atau gaya pada
saat melayang di udara yang umum dilakukan, yaitu: a) Gaya Jongkok (sit down in
the air), b) Gaya Gantung atau (hang style), c) Gaya Berjalan di udara (walking in the air). Keterampilan melayang di udara ditentukan oleh kemampuan melentingkan tubuh dan menggunakan gaya sesaat di udara (Bernhard, G. 1993:95). Untuk dapat
melakukan gerakan melayang sesaat di udara dengan baik harus ditopang oleh daya
ledak otot tungkai yang tinggi. Sehingga dengan melakukan latihan yang terprogram
dengan baik, prestasi yang optimal tidak mustahil dicapai.
Dalam penelitian ini gaya yang dipakai adalah gaya jongkok, mengingat gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jongkok dalam lompat jauh dilakukan dengan menggunakan kedua kaki dengan
posisi menyerupai orang yang sedang jongkok untuk mendapatkan dorongan badan
dalam pencapaian gerakan horizontal.
Mendarat merupakan kelanjutan dari rangkaian gerak yang penting untuk
mendapatkan momentum yang diperoleh dari awalan dan tolakan. Selanjutnya
gerakan yang masih biasa dilakukan oleh seorang pelompat ialah menjulurkan
tungkai kedepan sejauh mungkin dan menundukkan kepala, gunanya untuk
membantu titik berat badan maju ke depan. Salah satu prinsip yang harus dipahami
dalam mendarat adalah untuk mencapai sejauh mungkin jarak lompatan. Seorang
pelompat harus meraih jarak dengan lutut setiap inci yang dapat diraihnya, tetapi
raihan jangan terlalu jauh, karena dapat mengakibatkan hilangnya kontrol pada saat
akhir pendaratan.
Pada umumnya pelompat pemula dalam melakukan lompat jauh hasilnya
kurang optimal, sebagian besar disebabkan karena kesalahan teknik dan faktor fisik
yang kurang memadai. Untuk dapat melakukan lompat jauh dengan baik, diperlukan
suatu teknik atau metode latihan yang tepat serta dukungan kondisi fisik yang prima.
Sajoto, M. (1995) mengemukakan bahwa "Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang
sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat
dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi".
Kondisi fisik merupakan prasyarat penting untuk peningkatan prestasi atletik
khususnya lompat jauh.
Selama ini dalam pelaksanaan mata kuliah atletik khususnya nomor lompat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id teknik secara umum. Keterbatasan waktu yang tersedia, dalam proses pembelajaran
juga menjadi permasalahan tersendiri yang menyebabkan prestasi lompat jauh yang
dicapai tidak maksimal. Sehingga diperlukan metode latihan yang bervariasi, yang
dapat meningkatkan kemampuan kondisi fisik mahasiswa secara spesifik khususnya
ditujukan pada power otot tungkai sebagai unsur fisik dominan yang diperlukan
untuk lompat jauh. Power merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang penting
untuk mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Power adalah hasil gabungan antara
dua kemampuan, yaitu kekuatan dan kecepatan. Upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut diatas, diantaranya adalah dengan memberikan latihan yang
dapat meningkatkan kecepatan dan kekuatan atlet secara bersama-sama. Metode
latihan yang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan tersebut diantaranya
adalah dengan latihan pliometrik.
Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:1), mengemukakan bahwa “Latihan
pliometrik merupakan salah satu metode latihan yang sangat baik untuk
meningkatkan eksplosif power”. Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi
yang sangat luas dalam berbagai kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan ini
sangat bermanfaat untuk meningkatkan power yang merupakan salah satu penentu
dari keberhasilan atlet dalam nomor lompat jauh. Sedangkan Chu, D. A. (1992: 1-3)
berpendapat bahwa latihan pliometrik adalah latihan yang memungkinkan otot untuk
mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kekuatan dan
kecepatan merupakan komponen dalam kondisi fisik, yang sangat diperlukan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Agar latihan pliometrik untuk melatih lompat jauh dapat memberikan hasil
seperti yang diharapkan, maka latihan harus direncanakan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang menjadi komponen-komponennya.
Aspek-aspek yang menjadi komponen-komponen dalam latihan pliometrik tidak jauh
berbeda dengan latihan kondisi fisik yang meliputi :” (1). Volume, (2). Intensitas
yang tinggi, (3). Frekuensi dan (4). Pulih asal”. (Chu, D. A. 1992:14). Latihan
pliometrik akan memberikan manfaat pada aspek yang dilatih jika dalam
pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan tepat dan memenuhi prinsip-prinsip
latihan yang telah disarankan. Dalam menyusun program latihan pliometrik harus
memperhatikan pedoman-pedoman khusus yang mempengaruhi terhadap
keberhasilan latihan.
Latihan pliometrik memiliki beberapa tipe diantaranya yaitu bounding dan depthh jump. Tiap tipe latihan pliometrik memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga dapat berpengaruh pada perbedaan efek terhadap tubuh yang berbeda.
Dalam penelitian ini jenis latihan yang akan dikembangkan adalah bentuk latihan
Double Leg Bound dan Depth Jump (Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C., 1985: 28, 45). Latihan tersebut, belum diketahui dengan pasti mana yang lebih efektif dan
memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan lompat
jauh sehingga dapat menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Untuk mengetahui
manakah bentuk latihan yang dapat memberikan pengaruh lebih baik dalam latihan,
perlu diteliti.
Latihan pliometrik yang diterapkan untuk mengembangkan power otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kemampuan pelompat sebelumnya. Unsur dasar pembentukan power adalah
kecepatan dan kekuatan. Kekuatan otot tungkai merupakan basis pembentukan
power otot tungkai. Unsur kekuatan otot tungkai yang telah dimiliki sebelumnya
dapat berpengaruh terhadap hasil latihan pliometrik. Dalam memberikan latihan
pliometrik kekuatan otot tungkai yang telah dimiliki pelompat harus diperhatikan dan
dikontrol. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka perlu dilakukan
penelitian mengenai Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Dan Kekuatan
Terhadap Prestasi lompat jauh Mahasiswa Putra Program Studi Penkepor JPOK
FKIP UNS Surakarta tahun akademik 2010/2011.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah muncul permasalahan-permasalahan mengenai
upaya meningkatkan prestasi olahraga, diantaranya adalah pemilihan jenis latihan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan suatu
latihan. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi lompat jauh.
2. Perlunya pembibitan dan pembinaan untuk meningkatkan prestasi olahraga di
masa mendatang.
3. Perlunya peningkatan kekuatan, kecepatan dan power otot tungkai yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Perlunya metode latihan yang baik untuk peningkatan prestasi olahraga
khususnya nomor lompat jauh.
5. Metode latihan pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump akan meningkatkan kekuatan otot-otot tungkai
6. Kekuatan dapat mempengaruhi baik tidaknya power yang dimiliki seorang atlet
7. Latihan pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump merupakan salah satu bentuk latihan yang dapat digunakan untuk peningkatkan power otot tungkai
yang menunjang lompat jauh.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini terbatas pada:
1. Metode latihan yang tepat untuk meningkatkan prestasi lompat jauh.
2. Tinggi rendahnya kekuatan otot tungkai dapat mempengaruhi prestasi lompat
jauh.
3. Penerapan latihan pliometrik dan kekuatan terhadap prestasi lompat jauh.
4. Pengaruh latihan pliometrik dan tinggi rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap
peningkatan kemampuan lompat jauh pada mahasiswa putra JPOK FKIP UNS
Surakarta.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Adakah perbedaan pengaruh latihan pliometrik double leg bound dan depth jump
terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa
putra JPOK FKIP UNS Surakarta?
2. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada
mahasiswa putra JPOK FKIP UNS Surakarta antara yang memiliki kekuatan otot
tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah?
3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai
terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa
putra JPOK FKIP UNS Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh latihan pliometrik double leg bound dan depth jump terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa
putra JPOK FKIP UNS Surakarta.
2. Perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa
putra JPOK FKIP UNS Surakarta antara yang memiliki kekuatan otot tungkai
tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah
3. Ada tidaknya interaksi antara latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai
terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1 Secara teoritik untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai
variabel-variabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan mahasiswa atau atlet
dalam meningkatkan prestasi lompat jauh melalui latihan plaiometrik.
2 Secara praktik dapat digunakan sebagai acuan, perlunya latihan bagi mahasiswa
atau atlet dalam rangka meningkatkan prestasi lompat jauh melalui latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kajian Teori
1. Lompat Jauh
Lompat jauh adalah salah satu nomor yang terdapat pada cabang olahraga
atletik. Lompat adalah istilah yang digunakan dalam cabang olahraga atletik yaitu
melakukan tolakan dengan satu kaki, baik untuk nomor lompat jauh, lompat jangkit,
lompat tinggi maupun lompat galah. Yusuf Adisasmita (1992:64) menyatakan bahwa
“lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Dalam
perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha melompat ke depan
dengan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak lompat
sejauh-jauhnya”. Sedangkan menurut Aip Syarifudin (1992:90) lompat jauh adalah
“suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas dan ke depan dalam upaya
membawa titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara) yang
dilakukan dengan cepat dan jelas melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk
mencapai jarak sejauh-jauhnya”. Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf & Adang Suherman
(2000:15) mengemukakan bahwa, “tujuan nomor lompat jauh adalah memindahkan
jarak horizontal titik berat badan pelompat sejauh mungkin”.
Lompat jauh merupakan perpaduan antara lari dan lompatan atau tolakan.
Untuk dapat mencapai prestasi lompat jauh yang maksimal harus memulai dengan
lari dengan kecepatan yang maksimal. Selanjutnya menolak dengan sekuat-kuatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terdapat keuntungan berupa dorongan ke depan pada saat badan terangkat ke atas.
Tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh mungkin.
Untuk dapat mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya sangat diperlukan
penguasaan teknik dan kondisi fisik yang baik.
a. Komponen Teknik Lompat Jauh
Teknik merupakan unsur yang sangat penting yang harus dikuasai agar dapat
berprestasi dalam olahraga, termasuk lompat jauh.Teknik dalam lompat jauh
merupakan suatu rangkaian gerakan yang efektif mulai dari awalan, tolakan,
melayang sampai mendarat. Penguasaan teknik yang baik dapat memberikan
keuntungan dan terjadinya efisiensi serta efektifitas gerakan.
Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang terdiri dari awalan,
tumpuan, melayang di udara dan pendaratan. Seperti yang dikemukakan oleh Yusuf
Adisasmita (1992:65) yang menyatakan bahwa "Lompat jauh terdiri dari unsur-unsur
awalan, menumpu, melayang dan mendarat. Keempat unsur ini merupakan suatu
kesatuan, urutan lompat jauh yang tidak terputus". Sedangkan Tamsir Riyadi
(1985:95) mengemukakan bahwa "Tinjauan teknis pada lompat jauh meliputi 4
masalah yaitu, cara awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara melakukan
pendaratan". Menurut Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf & Adang Suherman. (2000:16)
bahwa, “lompat jauh terdiri dari empat fase yaitu awalan (run up), tolakan kaki (take
off), melayang di udara (flight), dan pendaratan (landing)”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik dasar dalam lompat jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (take off), melayang di udara dan pendaratan (landing). Gerakan-gerakan tiap fase
lompat jauh merupakan suatu rangkaian yang harus dilakukan secara harmonis, tidak
terputus-putus atau secara berurutan di dalam pelaksanaannya. Unsur-unsur teknik
lompat jauh tersebut diuraikan sebagai berikut :
1) Awalan
Awalan berfungsi untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada waktu akan
melompat. Tujuan dari awalan yaitu untuk mendapatkan kecepatan yang maksimal
pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimum untuk
melakukan tolakan. Jarver, J. (2005:34) mengemukakan bahwa "Tujuan awalan
adalah untuk meningkatkan percepatan horisontal secara maksimum tanpa
menimbulkan hambatan sewaktu take off". Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan
untuk mendapatkan dorongan ke depan pada waktu melompat. Awalan lompat jauh
dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya. Soegito (1992:36) berpendapat bahwa
"kecepatan waktu mengambil awalan untuk lompat jauh harus sama dengan lari jarak
pendek".
Tujuan awalan sebelum melompat adalah untuk meningkatkan percepatan
mendatar secara maksimal tanpa menimbulkan hambatan sewaktu menolak.
Pelompat harus lari semakin cepat sehingga mencapai kecepatan penuh dapat dicapai
sesaat sebelum salah satu kaki menumpu. Kecepatan yang tinggi dalam melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id di udara. Kecepatan yang diperoleh disebut kecepatan horizontal yang sangat
berguna membantu daya ledak pada waktu melakukan tolakan ke depan atas.
Teknik awalan lompat jauh dilakukan dengan lari dimana frekuensi dan
panjang langkah harus konstan. Dengan tujuan agar kaki tumpu tepat menumpu pada
balok tumpuan tanpa mengurangi dan merubah langkah. Menurut Soegito (1992:36)
rangkaian cara dalam mengambil awalan sebagai berikut:
a. Berdirilah di belakang tanda titik awalan anda. Berkonsentrasi sejenak. b. Berlarilah dengan cepat dengan irama yang tetap menuju balok tumpuan. c. Setelah ± 4 langkah dari balok tumpuan, berkonsentrasilah pada tumpuan
tanpa mengurangi kecepatan.
d. Pada saat melakukan tumpuan, badan agak condong ke belakang.
Pada dasarnya pelompat jauh harus memperhatikan langkah awalan untuk
mendapatkan hasil tolakan yang baik. Pada langkah akhir setelah tumpuan (take off)
inilah, pelompat mendapatkan awalan yang baik. Untuk melatihnya, pelompat dapat
menggunakan tanda-tanda sebagai check mark. Melalui latihan ini, pelompat akan terbiasa dengan irama langkah dan kecepatan langkahnya sebelum melakukan
tumpuan (take off). Gambaran selengkapnya mengenai awalan dalam lompat jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Pelaksanaan Awalan Lompat Jauh
(Jonath, U., Haag, E., & Krempel, R., 1987:41)
Panjang awalan harus diperhitungkan dengan cermat. Jarak awalan tidak
perlu terlalu jauh akan tetapi sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi
sebelum salah satu kaki menolak. Panjang awalan yang digunakan yaitu harus
memungkinkan pelompat dapat memperoleh kecepatan maksimal pada saat
melakukan tolakan. Jonath, U., Haag, E., & Krempel, R. (1987:197) mengemukakan
bahwa, "pada pelompat yang baik dari kelas senior, ancang-ancang itu sejauh 30
sampai 45 meter. Pelompat yang lebih lemah dan lebih muda mengambil
ancang-ancang lebih pendek". Jarak atau panjangnya awalan adalah sedemikian rupa
sehingga dengan jarak tersebut dapat memungkinkan untuk mendapatkan kecepatan
yang maksimal. Panjangnya awalan dalam lompat jauh yaitu kira-kira 30-45 meter
dari balok tumpuan.
Pelompat harus berlari semakin cepat sehingga mencapai kecepatan penuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id langkah serta kecepatan lari dalam pengambilan awalan harus selalu sama dan ajeg.
Menjelang 3 atau 4 langkah sebelum balok tumpu, dengan tanpa mengurangi
kecepatan seorang pelompat harus dapat berkonsentrasi untuk dapat melakukan
tumpuan dengan kuat.
Ancang-ancang dimulai dari pelan-pelan kemudian dinaikkan hingga
bertambah cepat. Tingkat kecepatan tergantung dari masing-masing kemampuan
atlet. Kecepatan tertinggi dalam awalan lompat jauh harus sudah dicapai tiga atau
empat langkah sebelum balok tumpu. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum
bertumpu itu dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak di balok tumpuan.
Agar dapat selalu bertumpu pada kaki tumpu yang tepat sebaiknya dalam
melakukan awalan menggunakan checkmark. Cara membuat checkmark yaitu, berdiri membelakangi bak lompat, jadi menghadap ke jalur awalan kaki tumpu
diletakkan pada balok tumpuan, kemudian lari ke titik awalan.
Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan
kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau diperlebar,
untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpu. Kalau langkah itu
diperkecil atau diperlebar maka dapat mengurangi kecepatan dan momentum untuk
melompat. Untuk dapat melakukan tolakan dengan tepat tanpa hambatan pelompat
dituntut untuk melakukan latihan pengambilan awalan secara berulang-ulang.
2) Tumpuan
Tumpuan merupakan gerak lanjutan dari kecepatan lari yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tumpuan ke depan atas yang
besar. Tumpuan menggunakan tungkai yang kuat, pada waktu menumpu badan
sedikit condong kebelakang. Tujuan gerakan tumpuan ini adalah untuk merubah
gerakan lari menjadi suatu lompatan.
Teknik bertumpu pada balok tumpuan harus dilakukan dalam tempo yang
cepat dan tepat. Di mana tumit bertumpu lebih dahulu baru diteruskan ke seluruh
telapak kaki dengan pandangan tetap ke depan. Teknik gerakan melompat dilakukan
dengan mengayunkan kaki setinggi mungkin ke atas agar seluruh badan terangkat ke
atas. Cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat. Tumit bertumpu terlebih
dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki. Pandangan mats harus tetap ke depan
agak ke atas, bukannya menunduk melihat balok tumpuan.
Pelompat jauh yang baik harus mempunyai kepercayaan pada diri sendiri
bahwa pada saat akan berkonsentrasi pada gerakan berikut yang harus
dilakukannnya, yaitu gerakan melayang di udara. Seperti yang dikemukakan Aip
Syarifuddin (1992:91) bahwa, “Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan
dari gerakan horizontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Di mana
sebelumnya si pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan
sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas
melayang di udara”.
Ketepatan seorang pelompat jauh dalam melakukan tumpuan atau tolakan
adalah memegang peranan yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan
lompatan pada lompat jauh. Menurut Jarver, J. (2005:36-37) pelaksanaan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a) Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi gerakan bersudut diperoleh
dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off. b) Pusat dari gaya si pelompat, harus langsung jatuh di atas papan begitu kaki
yang akan take off menyentuhnya. Dan sekali lagi pada saat kaki terlepas dari board tadi.
c) Kaki yang akan take off diletakkan tepat di atas board dengan lutut sedikit ditekuk untuk mendapatkan kekuatan.
d) Gerakan ke depan dan ke atas dilakukan dengan sekuat tenaga, dibantu oleh lutut dari kaki yang memimpin, dan tangan yang berlawanan dengan kaki yang digunakan untuk take off. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lompat.
e) Paling baik kalau sudut take off berkisar di bawah 30 derajat, tergantung pada kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan horisontal dan gerakan membuat sudut tadi.
f) Lompatan yang lebih tinggi dapat diperoleh bila pelompat menurunkan panggulnya sejak dua langkah sebelum take off dan pada saat take off.
Pada saat bertolak, agar dapat mempertinggi lompatan yang cukup tanpa
mengorbankan kecepatan, maka sudut badan pada waktu menumpu tidak terlalu
condong ke depan seperti pada waktu lari cepat, tetapi juga tidak menengadah seperti
saat menolak pada lompat tinggi. Berat badan sedikit ke depan dengan gerakan tanpa
membantu menambah ketinggian dan pandangan ke depan. Pelaksanaan teknik
tumpuan lompat jauh dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Gerakan Menolak pada Lompat Jauh (IAAF, 2000:2)
3) Saat Melayang
Pada saat badan di udara diusahakan membuat gerakan sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah
terangkat tinggi ke atas. Pada saat melayang, pelompat harus berusaha untuk
mempertahankan diri supaya tidak cepat jatuh ke tanah. Sehingga pada saat
melayang sangatliah diperlukan keseimbangan tubuh yang baik.
Pada saat itu keseimbangan harus dijaga jangan sampai terjatuh, bahkan kalau
mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jarak
jangkauan lompatan. Salah satu upaya untuk mampu bertahan sesaat di udara,
tungkai yang ada di belakang diayun ke depan dengan maksimal. Jonath, U., Haag,
E., & Krempel, R. (1987:200) menyatakan bahwa, “Pada fase melayang bertujuan
untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan”.
Ada beberapa teknik atau gaya lompat jauh yang dapat digunakan. Pengertian
gaya dalam lompat jauh menurut Yusuf Adisasmita (1992:68) mengemukakan
bahwa, "Gerakan sikap tubuh di udara (waktu melayang) inilah biasa disebut gaya
lompatan dalam lompat jauh". Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan gaya adalah posisi badan pelompat pada waktu melayang.
Dalam tahap melayang di udara yang penting bukan cara melayangnya tetapi
tetap terpelihara keseimbangan badan dan mengusahakan tahanan udara sekecil
mungkin sehingga menambah lamanya lompatan. Soegito (1992:39) menyatakan
bahwa “Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan melompat dilakukan dan badan
sudah terangkat tinggi ke atas. Pada saat itu keseimbangan harus dijaga jangan
sampai jatuh, bahkan kalau mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berbagai variasi teknik gerakan di udara dapat dilakukan oleh atlet. Sikap di
udara merupakan bagian yang paling menarik dari lompat jauh dan membedakannya
dengan cabang olahraga lainnya. Berdasarkan gerakan saat di udara, gaya dalam
lompat jauh dibedakan menjadi 3, yaitu : a) Gaya jongkok (sit down in the air), b)
Gaya gantung (schnepper), dan c) Gaya berjalan di udara (walking in the air).
Perlu untuk diketahui bahwa gaya dan gerakan yang dilakukan di udara bukan untuk
menambah jauhnya lompatan, akan tetapi hanya untuk menjaga keseimbangan dan
mempertahankan pada saat pelompat malayang di udara selama mungkin.
Sikap melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok yaitu seperti duduk
atau berjongkok di udara. Pelaksanaan teknik lompat jauh gaya jongkok menurut Aip
Syarifudin (1992:93) yaitu: “Pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan), keadaan
sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut
ditekuk kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke
depan, kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua
tangan ke depan”. Gaya jongkok dalam lompat jauh salah satu gaya yang digunakan
atlet dalam mencapai lompatan yang jauh dengan menggunakan kedua kaki jongkok
untuk mendapat dorongan badan dalam pencapaian gerakan horizontal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gaya Schnepper (hanging in the air) merupakan lompat jauh dengan sikap
pada saat melayang seolah-olah menggantung di udara dengan sikap perut
membusur. Sikap gantung tersebut dipertahankan sampai kira-kira pertengahan
melayang, sementara itu lengan berayun ke belakang sehingga sikap ini menyerupai
busur. Pendaratan dimulai dengan mengayun kaki bagian atas bersama-sama ke
depan dengan membungkukkan badan ke depan dan membawa ke dua lengan ke
depan. Gaya gantung merupakan salah satu gaya dari lompat jauh, yang mana atlet
melakukan gerakan menggantung di udara untuk memberikan ancang-ancang dalam
melakukan dorongan terhadap tubuh ke arah horizontal.
Gambar 4. Lompat Jauh Gaya Gantung atau Hang Style (Carr, G. A., 1997:136)
Gaya berjalan jalan di udara merupakan gaya yang ketiga dalam lompat jauh
yang mana atlet dalam melakukan lompat jauh melakukan gerakan berjalan di udara
untuk mendapatkan daya dorong kearah horizontal. Tujuan dari ketiga gaya ini
adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin, selain itu untuk membawa
dan mempertahankan titik berat setinggi mungkin dan selama mungkin di udara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 5. Lompat Jauh Gaya Berjalan di Udara atau Walking In The Air (Carr, G. A., 1997:137)
Gaya lompat jauh yang diambil dalam penelitian ini adalah gaya jongkok.
Gaya jongkok dipilih karena dari segi gerakan, gaya ini paling mudah dipelajari atau
dilakukan oleh pelompat pemula. Gaya jongkok adalah salah satu gaya yang
digunakan seorang atlet untuk mencapai lompatan sejauh-jauhnya, di mana posisi
badan atlet saat melayang di udara membentuk sikap membungkuk, seolah-olah
seperti orang yang sedang duduk.
4) Mendarat
Pada waktu badan akan mendarat kedua tungkai harus diluruskan ke depan
dan rapat, kedua lengan diayunkan ke depan bersamaan dengan membungkukkan
badan ke depan. Pada saat jatuh di bak lompat, diusahakn jatuh pada kedua ujung
kaki dan sejajar. Perlu dijaga dalam pendaratan jangan jatuh pada bagian pantat
terlebih dahulu. Setelah mendarat dengan segera tubuh dibawa ke depan, agar tidak
jatuh ke belakang. Soegito (1992:41) mengemukakan mengenai hal-hal yang perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a) Pada saat badan akan jatuh di tanah lakukan gerakan pendaratan sebagai
berikut :
· Luruskan kedua kaki ke depan.
· Rapatkan kedua kaki.
· Bungkukkan badan ke depan.
· Ayunkan kedua tangan ke depan.
· Berat badan dibawa ke depan. b) Pada saat jatuh di tanah atau mendarat
· Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar
· Segera lipat kedua lutut
· Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arch
belakang.
Pada lompat jauh, mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien
merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap
badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien.
Pada waktu mulai menyentuh tanah, kaki mengeper dan lengan diayun ke depan.
Pada prinsipnya pelaksanaan pendaratan adalah untuk menjaga agar badan
tidak jatuh ke belakang. Segera setelah kaki mendarat, menekuk (melipat) lutut untuk
mengurangi tekanan. Badan segera dibawa ke depan supaya tidak jatuh ke belakang.
Perlu juga diperhatikan bahwa, sesaat sebelum mendarat kedua kaki harus dijulurkan
ke depan untuk menambah jangkauan jarak lompatan. Seorang pelompat harus
meraih jarak dengan lutut setiap inci yang dapat diraihnya, tetapi raihan jangan
terlalu jauh, karena dapat mengakibatkan hilangnya kontrol pada saat akhir
pendaratan. Pelaksanaan teknik pendaratan tersebut secara lebih jelas dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat Jauh Gaya Jongkok (Soedarminto, 1992:12)
b. Analisis Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya jongkok, mengingat
gaya ini mudah untuk dipelajari. Gaya yang digunakan oleh pelompat dapat
diketahui pada saat pelompat melakukan gerakan melayang di udara, termasuk
diantaranya adalah gaya jongkok. Keterampilan melayang diudara ditentukan oleh
kemampuan melentingkan tubuh dan menggunakan gaya sesaat di udara (Bernhard,
G. 1993:98). Selanjutnya dikatakan bahwa untuk dapat melakukan gerakan melayang
sesaat diudara dengan baik harus ditopang oleh daya ledak otot tungkai yang tinggi.
Soedarminto (1992:36) menyatakan bahwa “Sudut yang paling baik saat melayang
diudara mengusahakan sudut titik berat pada awal 45 derajat, karena sudut yang
terbaik untuk mencapai jarak lompatan terjauh pada gerak parabola adalah 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 7. Sudut Elevasi 45 Derajat (Soedarminto, 1992:36)
Pada lompat jauh, jarak lompatan ditentukan oleh saat kaki menolak/papan
tolak sampai kaki jatuh di bak pasir. Tetapi kaki tidak mengikuti lintasan parabola
atau proyektil. Yang membuat lintasan parabola adalah titik berat badannya saat
menolak sampai saat mendarat. Saat menolak ada jarak antara ujung kaki dan titik
berat badannya, yaitu R1. Saat mendarat juga ada jarak antara titik berat badan dan
tumpuan kaki mendarat, yaitu R4. Jarak lompatan ditentukan oleh jumlah R1 + R2
+R3 + R4.
R1 : Jarak R1 ditentukan oleh panjang tungkai dan sudut tolakan tungkai α. R1 = d1
sin α , d1 adalah jarak dari t.b.b ke perpotongan garis vertikal dengan arah
tolakan kaki.
R2 : Jarak dari parabola dari t.b.b. yang sama datarnya.
R3 : Jarak dari parabola yang menurun. R2 dan R2 cara menghitungnya sama
seperti soalan V.
R4 : Jarak R4 ditentukan oleh jarak d2 (jarak dari t.b.b. ke tumit yang mendarat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 8. Hasil Lompat Jauh (Soedarminto, 1992:37)
Selanjutnya letak titik berat badan atau center of grafity seorang pelompat jauh yang berada diatas titik sudut tolak, pelompat sulit untuk mencapai sudut
tolakan 45 derajat. Hasil penelitian di Australia seorang pelompat jauh hanya mampu
mencapai sudut elevasi lompatan hanya sebesar 25 derajat (Boosey, D., 1980). Hasil
penelitian di Amerika seorang pelompat jauh hanya mampu mencapai sudut elevasi
lompatan sebesar 40 derajat. Lebih jelasnya tentang letak titik berat badan dan
lintasan titik berat badan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada lompat jauh, parabola dari titik berat badan ditentukan kecepatan lari,
kekuatan tolakan dan sudut elevasi dari tolakan. Parabola ini tidak dapat diubah/
dipengaruhi oleh gerakan tambahan lengan atau kaki. Gerakan di udara hanya dapat
mengubah sikap badan. Perubahan dilakukan untuk kesetimbangan, aksi kontra, atau
recovery, atau untuk membuat sikap yang menguntungkan pada saat mendarat.
c. Komponen Fisik Pada Lompat Jauh
Komponen fisik merupakan syarat mutlak yang diperlukan untuk mencapai
prestasi pada cabang olahraga atletik, termasuk pada nomor lompat jauh. Kebutuhan
unsur kondisi fisik pada tiap cabang olahraga bersifat spesifik. Tiap nomor olahraga
memiliki kebutuhan fisik dominan yang berbeda, sesuai dengan karakteristik
olahraga tersebut. Berkenaan dengan unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk
lompat jauh, Jarver, J. (2005:32) mengemukakan bahwa, "Jauhnya lompatan
tergantung pada kecepatan lari, kekuatan dan percepatan pada saat take off
(memindahkan kecepatan horizontal ke gerakan bersudut)". Selain itu menurut
Jonath, U., Haag A., Krempel, R. (1987:197) bahwa "Sepertiga prestasi lompat jauh
tergantung pada tenaga loncat". Selanjutnya Tamsir Riyadi (1985:95)
mengemukakan bahwa, "unsur kondisi fisik yang harus dimiliki oleh pelompat jauh
antara lain daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi".
Tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan ke depan
(horizontal) yang sejauh mungkin. Hasil lompat jauh sangat tergantung pada
kecepatan ke depan (kecepatan horizontal) dan kecepatan vertikal (tolakan ke atas).
Kecepatan gerak ke depan ini sangat tergantung pada kecepatan lari yang dimiliki
oleh pelompat. Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kecepatan lari seorang pelompat akan memberikan kontribusi yang positif untuk
memperoleh kecepatan horizontal sehingga mencapai hasil lompatan yang
sejauh-jauhnya.
Power otot merupakan perpaduan antara kecepatan dan kekuatan yang
berfungsi bersama-sama pada saat melakukan kerja. Kecepatan dan kekuatan
merupakan komponen fisik integral yang dibanyak diperlukan pada berbagai cabang
olahraga. Pada lompat jauh, power otot tungkai sangat besar peranannya untuk
memperoleh prestasi yang maksimal. Bahkan dapat dikatakan bahwa power otot
tungkai merupakan kondisi fisik utama untuk lompat jauh. Dengan otot tungkai yang
kuat akan berpengaruh terhadap daya eksplosif otot tungkai dalam tolakan guna
mendapatkan dorongan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan mereka yang
memiliki otot tungkai yang lemah.
Gerak explosive power dapat dilihat pada seseorang pelompat jauh saat
menolakkan kaki tumpu sekuat mungkin pada balok tumpu dalam waktu yang
singkat untuk dapat mengangkat tubuh naik ke depan secara parabola serta dapat
memperoleh jangkauan lompatan yang lebih jauh. Semakin besar daya ledak otot
tungkai saat melakukan tumpuan atau tolakan, maka akan memperoleh tekanan atau
tolakan yang sama besarnya dan perlawanan arahnya, sehingga dapat memperoleh
jarak lompatan yang lebih jauh.
d. Sistem Energi Pada Latihan Lompat Jauh
Otot merupakan salah satu alat tubuh yang menggunakan ATP sebagai
sumber energi untuk kepeluan aktivitas fisik. ATP paling banyak tertimbun dalam sel
otot, akan tetapi ATP yang tertimbun dalam otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id cepat dan berat selama 8-10 detik, pada aktivitas yang berlangsung lebih lama dari
waktu tersebut perlu dibentuk ATP kembali.
Kemampuan daya ledak dalam lompat jauh didukung oleh kontraksi dari otot
cepat dan penyediaan energi melalui proses anaerobik. Kapasitas penyediaan energi
aerobik sangat menentukan dalam gerakan-gerakan yang kuat dan cepat. Penyediaan
energi secara anaerobik meliputi sistem ATP-PC (Phospagen System) dan sistem
Glikolisis Anerobik (Lactid acid System).
1) Sistem ATP-PC
Apabila otot berkontraksi berulang-ulang, maka ATP harus dibentuk kembali.
Fox, E.L. (1984:14), menyatakan bahwa untuk pembentukan ATP yang cepat adalah
melalui proses pemecahan PC (Phosphate Creatin), karena PC merupakan senyawa
yang mengandung fosfat yang tertimbun di dalam otot seperti halnya ATP, maka
sistem ini juga disebut sistem Fosfagen.
Reaksi terjadi pemecahan ATP dan PC berlangsung cepat dan terjadi didalam
sel. Pada saat ATP digunakan maka PC segera terurai dan membebaskan energi,
sehingga terjadi resintesa ATP, ATP dipecah pada saat kontraksi otot berlangsung,
kemudian dibentuk lagi melalui ADP-Pi yang disebabkan oleh adanya energi yang
berasal dari pemecahan simpanan PC. Penyediaan ATP pada sistem ini hanya dapat
dipakai selama 3-8 detik (Soekarman, 1987:84). Secara singkat pembentukan energi
melalui sistemn ATP-PC dapat dilihat sebagai berikut :
PC Pi+C+Energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keuntungan dari sistem ini adalah :
a) Tidak tergantung pada reaksi kimia yang lama
b) Tidak membutuhkan oksigen
c) ATP-PC tertimbun dalam mekanisme kontraktil otot
2) Sistem Glikolisis Anaerobik
Sistem ini sangat rumit bila dibandingkan dengan sistem ATP-PC. Proses
glikolosis anaerobik memerlukan 12 macam reaksi berurutan, sehingga pembentukan
energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat bila dibandingkan dengan sistem
ATP-PC. Apabila ATP habis atau tidak terpenuhi lagi dari sistem fosfagen, selanjutnya
ATP dapat dibentuk kembali melalui pemecahan glikogen tanpa oksigen. Proses
pembentukan ini disebut dengan sistem glikolisis anaerobik (asam laktat). Adapun
ciri glikolisis anaerobik menurut Fox, E.L. (1984:11) adalah : (1) Terbentuknya asam
laktat, (2) Tidak membutuhkan oksigen, (3) Hanya mengggunakan karbohidrat, (4)
Memberikan energi untuk resintesa beberapa molekul ATP.
Olahraga yang membutuhkan kecepatan, pertama akan menggunakan
ATP-PC dan kemudian sistem Glikolisis anaerobik. Olahraga yang lamanya 1-3 menit,
energi yang digunakan terutama dari proses glikolosis anaerobik, karena dapat
memberikan ATP dengan cepat dibandingkan dengan sistem aerobik (Fox, E.L.,
1984:16).
e. Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh
Kemampuan lompat jauh merupakan pencapaian pelompat dalam melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Indikator kemampuan lompat jauh adalah
capaian jarak yang dicapai dari balok tumpu hingga bekas pendaratan terdekat
dengan balok tumpuan. Kemampuan lompat jauh yang dimiliki pelompat dapat
ditingkatkan melalui latihan.
Peningkatan kemampuan lompat jauh dapat dicapai secara optimal jika latihan
yang dilakukan ditujukan pada komponen utama yang menentukan pencapaian
lompatan yang sejauh-jauhnya. Komponen utama dalam lompat jauh adalah
kemampuan fisik dan teknik. Pelatih dituntut dapat menyusun dan memberikan
program latihan untuk mengembangkan unsur fisik dan unsur teknik yang diperlukan
dalam lompat jauh secara terpadu.
Sesuai dengan prinsip kekhususan latihan, latihan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh harus pula bersifat khusus. Program latihan
yang disusun untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh harus sesuai dengan
karakteristik atau pola gerakan lompat jauh. Tanpa memperhatikan hal tersebut,
maka latihan yang dilakukan tidak akan efektif dan efisien. Bentuk dan metode
latihan yang digunakan juga harus bersifat khusus, yang dapat mengembangkan
unsur-unsur lompat jauh.
2. Latihan
Latihan adalah suatu proses yang harus dilalui seorang atlet untuk mencapai
prestasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga adalah melalui
latihan. Berkaitan dengan proses dan jangka waktu latihan, Nosseck, J. (1982:10)
menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses atau dengan kata lain periode
waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihan atau pekerjaan”. Latihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah
jumlah beban latihan serta intensitas latihannya (Tangkudung, J., 2006:45). Latihan
merupakan suatu aktifitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama,
ditingkatkan secara progresif dan individual, yang mengarah pada ciri-ciri fungsi
fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan
(Bompa, T.O., 1990:2). Latihan merupakan suatu proses yang sangat kompleks, yang
diorganisir dan direncanakan secara sistematis, secara bertahap serta dilaksanakan
secara berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga.
Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi olahraga meliputi
latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan latihan mental. Latihan fisik
merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara menyeluruh. Latihan fisik
pada prinsipnya adalah memberikan tekanan fisik pada tubuh secara teratur,
sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga meningkatkan kemampuan
melakukan kerja yang dituangkan dalam suatu program latihan yang akan
meningkatkan kemampuan fisik. Melalui latihan fisik, seseorang dapat meningkatkan
sebagian besar sistem fisiologis dan dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi
yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari dirinya. Latihan fisik merupakan
kegiatan fisik yang dilakukan secara sistematik, berulang-ulang dalam jangka waktu
yang panjang dengan peningkatan beban secara bertahap dan bersifat individual yang
bertujuan untuk membentuk kondisi fisiologis dan psikologis, sehingga dapat
melaksanakan tugas dengan baik.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode latihan fisik adalah suatu cara yang berbentuk aktivitas fisik yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id latihan (over load principle) secara periodik yang dilaksanakan berdasarkan pada
intensitas, pola dan metode tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi.
a. Pengaruh Latihan Fisik
Latihan yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu serta
menerapkan prinsip-prinsip latihan yang tepat akan menyebabkan terjadinya
perubahan terhadap tubuh yang mengarah pada peningkatan kemampuan tubuh untuk
melaksanakan kerja yang lebih berat. Menurut Foss, M.L. & Keteyian, S.J.
(1998:287) bahwa pengaruh atau efek latihan merupakan perubahan yang kronis
pada anatomi, morfologi, fisiologi, dan psikologi yang diakibatkan oleh kegiatan
latihan yang diulang-ulang. Adaptasi tubuh melalui training (latihan) bersifat menyeluruh yang menyangkut aspek anatomis, fisiologis, biokimia dan psikologis.
Menurut Bompa, T.O. (1990:77) bahwa efek latihan sebagai akibat adaptasi tubuh
terhadap beban latihan. Tubuh beradaptasi terhadap sesuatu yang dilatih
perlahan-lahan, sesuai dengan peningkatan beban yang dilakukan secara bertahap.
Latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang dapat
menyebabkan perubahan pada anatomi, morfologi, fisiologi dan neuromusculer.
Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dalam otot skelet sebagai akibat dari
latihan yang dilakukan berupa :
1) Konsentrasi karotin otot meningkat 39 %, PC 22%, ATP 18% dan Glikogen
66%.
2) Aktivitas enzim glikolitik meningkat
3) Aktivitas enzim pembentuk kembali ATP disebut dapat meningkat kecil dan
tidak dapat ditentukan.