• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK SINGLE-LEG TUCK JUMP DAN DOUBLE-LEG TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAKBOLA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK SINGLE-LEG TUCK JUMP DAN DOUBLE-LEG TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAKBOLA."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK SINGLE-LEG TUCK JUMP DAN DOUBLE-LEG TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN

OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAKBOLA Rusli

Program Studi Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Makassar Jln. Wijaya Kusuma Raya No.14, Kampus Banta-bantaeng Kode Pos 90222, Tlp. (0411) 872602.

Abstract: Pengaruh Latihan Pliometrik Single-Leg Tuck Jump Dan Double-Leg Tuck Jump Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai Pada Pemain Sepakbola. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen lapangan yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik single-leg tuck jump dan double-leg tuck jump Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai Pada Pemain Sepakbola Mahasiswa FIK UNM Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Populasi dan sampel adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Olahraga FIK UNM, secara random sampling diperoleh sampel sebanyak 20 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t pada taraf signifikan 95%. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1). Ada pengaruh yang signifikan latihan pliometrik single-leg tuck jump terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola mahasiswa FIK UNM Makassar, diperoleh nilai t hitung (to) = 8.434 ( P ≤

0.05). (2). Ada pengaruh yang signifikan latihan pliometrik double-leg tuck jump terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola mahasiswa FIK UNM Makassar, diperoleh nilai t hitung (to) = 7.920 (P ≤ 0.05). (3). Ada perbedaan

pengaruh yang signifikan latihan pliometrik single-leg tuck jump dan double-leg tuck jump terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola mahasiswa FIK UNM Makassar, diperoleh nilai t hitung (to) = 0.267 ( P ≥ 0.05), dan latihan pliometrik

single-leg tuck jump yang lebih baik daripada latihan pliometrik double-leg tuck jump.

Kata kunci: pliometrik, single-leg tuck jump, double-leg tuck jump, kekuatan otot

tungkai, sepakbola. Tujuan pembangunan nasional adalah membangun Indonesia seutuhnya dan pembangunan manusia Indonesia seluruhnya. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat terwujud jika pertumbuhan dan perkembangan fisik yang baik dari generasinya. Olahraga berperan untuk membentuk kesegaran jasmani dan rohani setiap anggota masyarakat. Oleh karena itu olahraga perlu semakin ditingkatkan dan dimasyarakatkan sebagaimana tujuan pembangunan bangsa. Di Indonesia olahraga mempunyai kedudukan yang sangat strategis dan dipandang sebagai bagian yang cukup penting dalam menyehatkan masyarakat maupun dalam pencapaian suatu prestasi. Salah satu cabang olahraga yang digemari dikalangan masyarakat Indonesia khususnya Sulawesi Selatan adalah cabang olahraga sepakbola, dimana daerah ini

dikenal sebagai penghasil pemain berbakat untuk cabang olahraga sepakbola, ini terbukti dengan banyaknya pemain Tim Nasional PSSI berasal dari Makassar. Perlu diketahui bahwa untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam cabang olahraga sepakbola, memerlukan dukungan kondisi fisik yang tinggi agar mampu melakukan gerak-gerak teknik yang tinggi untuk mencapai keberhasilan dalam suatu pertandingan atau kompetisi. maka berbagai unsur turut menentukan antara lain kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, waktu reaksi, serta daya ledak.

Unsur kekuatan merupakan unsur fisik yang sangat diperlukan, karena merupakan basic dari semua komponen fisik. Kekuatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang atlet, karena setiap penampilan dalam olahraga memerlukan kekuatan otot disamping unsur lain. Menurut Harsono (1988) kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap

(2)

1 2 (Zα + Zβ) ² . SD ² n = --- X ---

1 - f (Xc – Xt)²

suatu tekanan. Kerja otot dalam mengatasi suatu tahanan banyak dipengaruhi oleh kekuatan otot itu sendiri. Kekuatan dapat ditingkatkan dengan menambah beban yang bisa diatasi otot secara progresif sehingga otot tersebut menyesuaikan kekuatannya pada beban itu dengan cara menambah ukurannya yang diistilahkan dengan hipertropy (Agus Mahendra, 2000). Salah satu jenis latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan adalah dengan latihan pliometrik. Karena dalam latihan pliometrik, gerakan dilakukan dengan kecepatan gerak tertentu yang melibatkan refleks regang, dimana otot sudah berada dalam keadaan siap untuk berkontraksi lagi sebelum ia berada dalam keadaan relaks. Radcliffe dan Farentinos (1985) mengatakan bahwa metode untuk mengembangkan kekuatan, kecepatan dan power adalah dengan latihan pliometrik, selanjutnya latihan pliometrik dikembangkan penggunaannya untuk melatih berbagai tipe atlet untuk meningkatkan ketangkasan, kekuatan, kecepatan dan power (Zumerchik, 1997). Pliometrik adalah suatu bentuk latihan berbeban yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan dengan memadukan latihan kekuatan dan kecepatan menjadi satu kesatuan (Chu, 1992). Menurut Nicole (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa dengan latihan pliometrik mampu membuat otot lebih kuat pada extremitas bawah serta dapat mengurangi resiko cedera.

Bentuk latihan pliometrik berupa single-leg tuck jump, double-leg tuck jump, squat jump, box jump, depth jump, split jump, side jump, single leg stride jump, stride jump crossover, knee-tuck jump, adalah bentuk latihan pliometrik yang bertujuan meningkatkan atau mengembangkan kekuatan pada otot tungkai. Bentuk latihan pliometrik seperti single-leg tuck jump dan double-leg tuck jump membutuhkan reaksi-reaksi yang cepat yang melibatkan sistem saraf, kontraksi otot serta bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kekuatan otot tungkai dan latihan pliometrik single-leg tuck jump dan double-leg tuck jump termasuk latihan anaerobik dan berpengaruh terhadap refleks

regang serta berpengaruh pada peningkatan ATP-PC, asam laktat, synaptic transmission, metabolisme energi dan fast twitch. Berdasarkan permasalahan diatas tentang bentuk latihan pliometrik single-leg tuck jump dan double-leg tuck jump tersebut, dapat memberikan kontribusi pemikiran yang lebih jelas tentang sejauh mana pengaruhnya terhadap kekuatan otot tungkai. Maka peneliti mencoba membuktikan melalui penelitian tentang “Pengaruh Latihan Pliometrik single-leg tuck jump dan double-leg tuck jump Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai Pada Pemain Sepakbola”.

METODE

Jenis dan rancangan penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan “The pretest – posttest control group design” (Zainuddin, 2000). Tempat dan Waktu Penelitian: Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar dan waktu penelitian dilakukan selama 8 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu dan dilakukan mulai pukul 15.30 sampai 17.00 wita. Subyek Penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar yang berjumlah 80 orang. Mahasiswa yang dipilih adalah dengan kriteria : laki-laki, sehat dan tidak ada kontraindikasi untuk melakukan latihan fisik, serta bersedia menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini. Mahasiswa yang memenuhi kriteria tersebut, mempunyai kesempatan untuk menjadi anggota sample dalam penelitian.

Adapun besarnya sampel didasarkan pada perhitungan dengan menggunakan rumus Higgins & Klinbaum (1985:114) sebagai berikut :

Keterangan; n : Besar sampel, Xc : Rata-rata kelompok kontrol, Xt : Rata-Rata-rata kelompok eksperimen, SD : Standart deviasi (simpangan baku) yang memiliki

(3)

varian terbesar antara kelompok kontrol dan kelompok perlakukan, f :Kemungkinan proporsi yang gagal saat pengambilan data, Zα : Nilai tabel Z dari α (jika α=0,05 maka Zα=1,65), Zβ : Nilai tabel Z dari β ( jika β : 0,10 maka Zβ : 1,28).

Dari hasil perhitungan rumus tersebut diatas, maka diperoleh n terbesar 7 orang. Jadi jumlah sampelnya adalah 10 sampel untuk masing-masing kelompok. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik simple random sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel secara acak sederhana dengan menggunakan undian. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang diajukan atau dirumuskan. Untuk hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut; Ada pengaruh latihan Single-leg Tuck Jump terhadap kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Ada pengaruh latihan Double-leg Tuck Jump terhadap kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Ada perbedaan pengaruh antara latihan Single-Leg Tuck Jump dan Double-Leg Tuck Jump terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola.

Instrumen Penelitian. Adapun Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Leg Dynamometer, buatan Jerman dengan ketelitian 1 kg, Metronom bandul, buatan

Jerman, Timbangan badan yang dilengkapi dengan pengukuran tinggi badan, Pluit (sempritan) merk FOX, Pulpen, kertas dan formulir tes.Prosedur Penelitian; Adapun prosedur yang diikuti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sampel dikelompokkan secara acak menjadi 2 kelompok dengan teknik undian, yaitu kelompok K1 sebagai kelompok latihan pliometrik single-leg tuck jump, kelompok K2 sebagai kelompok latihan pliometrik double-leg tuck jump.

Latihan Pliometrik single-leg tuck jump dilakukan dengan cara membebani organ tubuh dengan berat badan sendiri (internal) yang mana frekuensi dan lama latihannya dapat menimbulkan suatu efek latihan. Latihan single-leg tuck jump merupakan latihan yang terbaik untuk menguatkan kaki, paha, dan pinggul, yang dimaksud dengan latihan pliometrik single-leg tuck jump adalah bentuk latihan pliometrik yang dilakukan dengan urutan gerakan yaitu: sikap awal berdiri dengan posisi satu kaki sebagai tumpuan kemudian ditekuk lalu meloncat keatas dan memeluk satu kaki di udara dengan cepat dan mendarat dengan satu kaki. Peningkatan jumlah ulangan bertambah secara progresif. Secara singkat program latihannya diatur sebagai berikut: jumlah Set 2-4 set, Repetisi 8-10 kali, istirahat 2 menit, frekuensi 3-5 kali seminggu, intensitas 60%-100%, dan lama latihan 6 Minggu.

Gambar 1. Bentuk Latihan pliometrik single-leg tuck jump. Sumber: James C. Radcliffe & Robert C. Farentinos (1985).

(4)

Latihan Pliometrik double-leg tuck jump dilakukan dengan cara membebani organ tubuh dengan berat badan sendiri (internal) yang mana frekuensi dan lama latihannya dapat menimbulkan suatu efek latihan. Latihan double-leg tuck jump merupakan latihan yang terbaik untuk menguatkan kaki, paha, dan pinggul, yang dimaksud dengan latihan pliometrik double-leg tuck jump adalah bentuk latihan pliometrik yang dilakukan dengan urutan

gerakan yaitu: sikap awal berdiri dengan kedua kaki sebagai tumpuan kemudian ditekuk lalu meloncat keatas dan memeluk kedua kaki di udara dengan cepat dan mendarat dengan kedua kaki. Peningkatan jumlah ulangan bertambah secara progresif. Secara singkat program latihannya diatur sebagai berikut: jumlah Set 2-4 set, Repetisi 8-10 kali, istirahat 2 menit, frekuensi 3-5 kali seminggu, intensitas 60%-100%, dan lama latihan 6 Minggu.

Gambar 2. Bentuk Latihan pliometrik double-leg tuck jump. Sumber: James C. Radcliffe & Robert C. Farentinos (1985). Pelaksanaan pre test yaitu

melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, kekuatan otot tungkai. Memberikan latihan kepada kelompok 1 dengan latihan pliometrik single-leg tuck jump, kelompok 2 dengan latihan pliometrik double-leg tuck jump. Setelah pelaksanaan latihan, dilakukan post test pada minggu ke delapan terhadap ketiga kelompok, yang prosedur pelaksanaanya sama dengan waktu pre test. Teknik Analisa Data. Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan dua macam teknik statistik yaitu Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data. Statistik inferensial dengan menggunakan uji-t pada taraf

signifikan 95%, dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Analisis data deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum data penelitian. Analisis deskriptif dilakukan untuk data Kekuatan otot tungkai sehingga lebih mudah di dalam menafsirkan hasil analisis data tersebut. Deskripsi data dimaksudkan untuk dapat menafsirkan dan memberi makna tentang data tersebut.

N Range Min Max Sum Mean SD Variance

Tes Awal (A1) 10 4.80 9.20 14.00 111.61 11.16 1.55 2.41 Tes Awal (B1) 10 4.18 9.22 13.40 112.19 11.21 1.49 2.22 Gambaran tentang data tes awal Kekuatan

otot tungkai dari kedua kelompok latihan, sebagai berikut: Tes awal Kekuatan otot tungkai kelompok latihan Single-leg Tuck

Jump, diperoleh nilai rata-rata 11.16 kg, standar deviasi 1.55 kg, nilai minimum 9.20 kg, nilai maksimum 14.00 kg, rentang 4.80 kg. Tes awal Kekuatan otot tungkai

(5)

kelompok latihan Double-leg Tuck Jump, diperoleh nilai rata-rata 11.21 kg, standar deviasi 1.49 kg, nilai minimum 9.22 kg, nilai maksimum 13.40 kg, rentang 4.18 kg. Uji Normalitas Data. Statistik parametrik dapat digunakan apabila data mengikuti sebaran normal. Dengan pengujian ternyata

data berdistribusi normal maka berarti analisis statistik parametrik telah terpenuhi. Untuk mengetahui data tes awal Kekuatan otot tungkai kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Variabel Absolut Positif Negatif KS-Z Prob. Ket.

Tes Awal (A1) 0.157 0.157 -0.148 0.498 0.965 Normal Tes Awal (B1) 0.174 0.174 -0.162 0.549 0.924 Normal Gambaran pengujian normalitas data

sebagai berikut; Data tes awal Kekuatan otot tungkai kelompok latihan Single-leg Tuck Jump diperoleh nilai KS-Z = 0.498 ( P > 0.05 ), maka hal ini menunjukkan data tes awal Kekuatan otot tungkai kelompok latihan Single-leg Tuck Jump berdistribusi normal. Data tes awal Kekuatan otot tungkai kelompok latihan Double-leg Tuck Jump diperoleh nilai KS-Z = 0.549 ( P > 0.05), maka hal ini menunjukkan data tes awal Kekuatan otot tungkai kelompok

latihan Double-leg Tuck Jump berdistribusi normal.

Pengujian Hipotesis. Pengujian hipotesis penelitian ini digunakan adalah Uji-T (T-Tes). Hipotesis I : Ada pengaruh latihan Single-leg Tuck Jump terhadap Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Hipotesis statistik yang akan di uji :H0 : μA1- μA2= 0, H1 :μA1- μA2 ≠ 0. Untuk mengetahui keeratan pengaruh latihan Single-leg Tuck Jump dianalisa dengan menggunakan program statistik SPSS.

Variabel N to df Sig

A1 – A2 10 8.434 9 0.000 Dari hasil analisis yang berdasarkan tabel

3, di atas terlihat bahwa hasil analisis data, diperoleh nilai t hitung (to) = 8.434 ( P ≤

0.05), berarti ada pengaruh latihan Single-leg Tuck Jump yang signifikan terhadap Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Hipotersis II. Ada pengaruh latihan Double-leg Tuck Jump terhadap

Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Hipotesis statistik yang akan di uji : H0 : μB1- μB2= 0, H1: μB1 - μB2 ≠ 0. Untuk mengetahui keeratan pengaruh latihan Double-leg Tuck Jump dianalisa dengan menggunakan program statistik SPSS.

Variabel N To df Sig

B1 – B2 10 7.920 9 0.000 Hasil analisis yang berdasarkan tabel 4, di

atas terlihat bahwa hasil analisis data, diperoleh nilai t hitung (to) = 7.920 (P ≤

0.05), berarti ada pengaruh latihan Double-leg Tuck Jump yang signifikan terhadap kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Hipotesis III. ada perbedaan pengaruh latihan Single-leg Tuck Jump dengan Double-leg Tuck Jump terhadap

Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Hipotesis statistik yang akan di uji : H0 : μA2 - μB2 = 0, H1 : μA2 - μB2 ≠ 0. Untuk mengetahui keeratan perbedaan pengaruh latihan Single-leg Tuck Jump dengan latihan Double-leg Tuck Jump dianalisa dengan menggunakan program statistik SPSS.

Variabel N Fo to Df

A2 – B2 20 0.075 0.267 18 Hasil analisis yang berdasarkan tabel 5, di

atas terlihat bahwa hasil analisis data, diperoleh nilai t hitung (to) = 0.267 ( P ≥

0.05), berarti ada perbedaan pengaruh latihan Single-leg Tuck Jump dan Double-leg Tuck Jump yang signifikan terhadap

Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola.

Pembahasan

Hasil analisis pengaruh latihan antara tes awal dan tes akhir dan hasil

(6)

pengaruh latihan tes akhir dengan tes akhir terhadap variabel terikat. Untuk pengujian hipotesis perlu dikaji lebih lanjut dengan memberikan interprestasi keterkaitan antara hasil analisis yang dicapai dengan teori-teori yang mendasari penelitian ini. Ada pengaruh latihan Single-leg Tuck Jump yang signifikan terhadap Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan dengan kerangka berpikir dan teori-teori yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung teori yang ada. Dengan memberikan latihan single-leg tuck jump, maka selama latihan terjadi kontraksi isotonik. Dimana akibat latihan, terbentuknya kontraksi melawan beban yang tetap dengan pemendekan kedua ujung otot. Kontraksi isotonik pada latihan Single-leg Tuck Jump terlihat bahwa otot-otot yang dominan terlibat adalah otot-otot-otot-otot pada paha. Dimana pada saat terjadi gerakan turun ke bawah jongkok atau membengkokkan tungkai dan pada saat melompat ke atas dengan meluruskan tungkai, maka jarak gerakan menunjukkan tarap pemendekan. Dalam keadaan ini otot digerakkan untuk jarak tertentu. Selain itu dengan melihat katrakteristik Double-leg Tuck Jump, maka akan menghasilkan Kekuatan otot tungkai yang tinggi, sehingga dapat menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dengan pengeluaran energi yang cukup besar. Dengan Kekuatan otot yang tinggi membuat metabolisme tubuh menjadi lancar, dan denyut jantung tiap kgnya sama dengan oksigen uptake, serta terjadi stady state. Sedangkan sistem energi yang digunakan untuk Kekuatan otot adalah sistem erobik yang terdiri dari aerobik glikolisis, siklus krebs dan sistem transportasi elektron sebagai pembuat ATP. Ada pengaruh latihan Double-leg Tuck Jump yang signifikan terhadap Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola.

Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan dengan kerangka berpikir dan teori-teori yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung teori yang ada. Dengan memberikan latihan Double-leg Tuck Jump, maka selama latihan terjadi kontraksi isotonik. Dimana akibat latihan, terbentuknya kontraksi

melawan beban yang tetap dengan pemendekan kedua ujung otot. Kontraksi isotonik pada latihan Double-leg Tuck Jump terlihat bahwa otot-otot yang dominan terlibat adalah otot-otot pada paha. Dimana pada saat terjadi gerakan naik ke atas terjadi pembengkokkan tungkai dan pada saat turun ke bawah dengan meluruskan tungkai, maka jarak gerakan menunjukkan tarap pemendekan. Dalam keadaan ini otot digerakkan untuk jarak tertentu. Selain itu dengan melihat katrakteristik single-leg tuck jump, maka akan menghasilkan Kekuatan otot tungkai yang tinggi, sehingga dapat menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dengan pengeluaran energi yang cukup besar. Dengan Kekuatan otot yang tinggi membuat metabolisme tubuh menjadi lancar, dan denyut jantung tiap kgnya sama dengan oksigen uptake, serta terjadi stady state. Sedangkan sistem energi yang digunakan untuk Kekuatan otot adalah sistem erobik yang terdiri dari aerobik glikolisis, siklus krebs dan sistem transportasi elektron sebagai pembuat ATP. Ada perbedaan pengaruh antara latihan Single-leg Tuck Jump dengan latihan Double-leg Tuck Jump yang signifikan terhadap Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola.

Kedua bentuk latihan tersebut dapat meningkatkan Kekuatan otot tungkai dengan bantuan badan sebagai beban dalam latihan, namun kedua bentuk latihan mempunyai perbedaan dalam pelaksanaan latihan. Perbedaan ke dua bentuk latihan tersebut tidak terlalu signifikan atau keeratannya tidak terlalu banyak, dimana kedua bentuk latihan membentuk otot-otot tungkai yang tidak banyak perbedaannya. Pada dasarnya bentuk latihan Single-leg Tuck Jump dan latihan Double-leg Tuck Jump, kedua-duanya mempunyai gerakan yang sama. Namun demikian tetap ada perbedaan dari kedua bentuk latihan tersebut dari faktor latihan. Kalau ditinjau dari faktor latihan, maka dapat disimpulkan bahwa latihan Single-leg Tuck Jump lebih baik dibandingkan latihan Double-leg Tuck Jump, dimana latihan Single-leg Tuck Jump pelaksanaannya lebih sulit atau sukar dan bebannya walaupun badan yang dipergunakan, namun akibat adanya proses

(7)

jongkok menyebabkan beban menjadi berat. sedangkan latihan Double-leg Tuck Jump pelaksanaannya tidak terlalu sulit dan beban walaupun badan sendiri, namun akibat proses berdiri lalu melompat ke atas tidak menyebabkan beban sukar untuk diangkat. Perbedaan dari pelaksanaan tidak didukung oleh data yang ada, dimana hasil analisis data tidak menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini mungkin dipengaruh oleh jumlah sampel yang sangat sedikit atau proses latihan dalam jangka yang sangat singkat. Untuk meningkatkan Kekuatan otot tungkai diperlukan latihan yang lama untuk beradaptasi dengan cabang olahraga.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil penelitian memberikan kesimpulan sebagai berikut: Ada pengaruh yang signifikan latihan Single-leg Tuck Jump terhadap Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Ada pengaruh yang signifikan latihan Double-leg Tuck Jump terhadap Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan Single-leg Tuck Jump dan latihan Double-leg Tuck Jump terhadap Kekuatan otot tungkai pada pemain sepakbola.

Saran

Dari penelitian ini, dapat disarankan sebagai berikut: Untuk meningkatkan Kekuatan otot tungkai, maka perlu diperhatikan bentuk latihan berupa latihan Single-leg Tuck Jump dan Double-leg Tuck Jump pada pemain sepakbola. Kepada pada pelatih dan guru olahraga agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mengajar atau melatih Kekuatan otot tungkai untuk mendukung prestasi kecabangan. Atau cabang olahraga yang sedang digeluti. DAFTAR RUJUKAN

Atnanto, Purnomo & Abdul Kadir. 1994. Memelihara Kesehatan dan Kesegaran Jasmani. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, hlm 40.

Chu, D. A. 1998. Jumping Into Plyometrics. Illionis : Leisure Press.

Diallo O, Dore E, Duche P, Praagh EV. 2001. Effect of Plyometric Training Followed by a reduce Training Programme on Physical Performance in Prepubescent Soccer Players. J Sport Med Phys Fitness, September 1, 2001 : 41 (3) : 342-8.

Fox E et al., 1993. The Physiological Basis for exercise and Sport. WM. C. Brown Communication, Ins., USA. pp. 16-25, 101 ,136-150, 285-289. Friedrick JA. 1969. Principles of

Conditioning and Training. Journal of Physical Education, New Jersey Prentice-Hall Inc. pp. 52-53, 165-167.

Frontera WR, Herring SA, Micheli LJ, Silver JK, 2007. Clinical Sports Medicine : Medical Management and Rehabilitation, First Publised. Sounders Elsevier.

Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching, C.V Tambak Kusuma hal: 218 Irianto Pekik Djoko, 2004. Pedoman

Praktis Berolahraga untuk Kebugaran, Kesehatan,Yogyakarta ; 14, 17

Jansen CR. Fihser and Gart A, 1979. Scientific Basis Athletic Conditioning. Lea and Febiger, Philadelphia. pp. 166, 193-195. Kent M. (1994). The Oxford Dictionary of

Sports Science and Medicine. Oxford: Oxford University Press. Nossek J. 1982. General Theory of

Training. Lagos National Intitute for Sports : Pan African Press Ltd. pp. 76.

Online Image 2012. Plyometrics, Available

from http : //www.brianmac.demon.co.uk/ply

mo.htm (diakses Februari 5 2012). Panduan. 2005. Penetapan Parameter Tes

Pada Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pelajar Dan Sekolah Khusus Olahragawan. Deputi

(8)

Peningkatan Pretasi dan Iptek Olahraga.

Powers SK, Howley ET, 2007. Exercise Physiology: Theory and Application to fitness and Perfomance, sixth Edition. USA: Mc. Graw Hill Company.

Radcliffe J. C. dan Farentinos R. C. 1985. Plyometrics Explosive Power Training 2nded. Champaign, Illionis

: Human Kinetics Published, Inc. Sage H. 1984. Motor Learning and Control

A Neuropsycological Approach. Wai C. Brown Publisher, IOWA.. Sugiharto. 2003. Adaptasi Fisiologis Tubuh

Terhadap Dosis Latihan Fisik. Makalah disajikan dalam pelatihan senam aerobic, Laboratorium Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Malang, pp 1, 4, 7.

, 1991 Energi dan Sistem Energi Predominan pada Olahraga. Jakarta, KONI, hal : 8-33.

Sports Coach, 2009. Energy Pathways. http://www.brianmac.co.uk/energy. gif, diaksses pada 8 Maret 2009. Strauss R.H, 1979. Sport Medicine And

Physiology. W.B. Sounders, pp 3-25

Wicrozek. 1975. International Olympic Committee Solidarity : Masalah-masalah Kedokteran Olahraga, Latihan Olahraga dan Coaching. Terjemahan oleh : Moh. Soebroto. Ditjen PLSPO, Dep. P dan K, Jakarta. pp. 39-41.

Wilmore J. H. Costill Dl. 1994. Physiology of Sport and Exercise. Human Kinetics USA. pp 16-40, 68-74, 80-83, 416.

Gambar

Gambar 1. Bentuk Latihan pliometrik single-leg tuck jump.
Gambar 2. Bentuk Latihan pliometrik double-leg tuck jump.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah pengaruh latihan pliometrik lateral barrier hops dan double leg hops terhadap peningkatan power otot tungkai

Scissor Jump Terhadap peningkatan Power Otot Tungkai dan Kemampuan Long Passing Pada Pemain Sepakbola Usia 15-16 Tahun Sekolah Sepakbola.. Harapan Jaya Pematang Siantar

Jadi, latihan Knee tuck jump tidak lebih besar pengaruhnya daripada latihan Double leg bound terhadap power otot tungkai atlet putri usia 15- 19 Tahun Club Embrio

plyometrics squat jump dan knee tuck jump terhadap ketepatan long pass sepakbola, (2) Perbedaan ketepatan long pass sepakbola antara mahasiswa yang memiliki

Dari hasi uji hipotesis III menggunakan Independent Samples T-Test menggunakan nilai post latihan single leg speed hop dan post latihan knee tuck jump yang dikarenakan

Kemampuan menendang jarak jauh pemain sekolah sepakbola Dikpora U-15 kurang maksimal. Permasalahan penelitian ini : 1) Apakah latihan pliometrik depth jump berpengaruh terhadap

Dari hasi uji hipotesis III menggunakan Independent Samples T-Test menggunakan nilai post latihan single leg speed hop dan post latihan knee tuck jump yang dikarenakan

Kata-kata kunci:Latihan pliometrik depth jump, latihan pliometrik jump to box dan power otot tungkai. Tujuan penelitian adalah untuk: 1) Mengetahui pengaruh latihan