BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.2 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
3.2.3 LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
Capaian kinerja BRSDMKP pada Learning and Growth Perspective berasal dari 4 sasaran strategis diantaranya:
SASARAN STRATEGIS 5 : Terwujudnya aparatur sipil negara BROL yang kompeten, profesional dan berkepribadian
Sasaran strategis tersedianya ASN BROL yang kompeten, profesional dan berkepribadian, terdiri 2 (dua) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut yaitu indeks kompetensi dan integrasi di BROL dan jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya.
IKU 8 : Indeks kompetensi dan integritas di BROL
Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan. Integritas adalah kecenderungan untuk sikap yang patuh pada aturan dan norma. Indeks kompetensi dan integritas ditetapkan untuk mewujudkan aparatur sipil negara yang kompeten, profesial dan berkepribadian. Aparatur sipil negara dituntut untuk memiliki
Tabel 14. Capaian Indeks Kompetensi dan Integrasi di BROL
IKU TahunanTarget Target TWIV RealisasiTahunan Realisasi TW IV
Indeks kompetensi dan integritas di
BROL 80% 80% 81,51% 102%
Formula penghitungan IKU ini merupakan agregasi dari 4 variabel dibawahnya yaitu:
1. Kompetensi hasil rekomendasi penilaian kompetensi/asesmen dari Asesor dengan jenis standar kompetensi yang dipersyaratkan sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 03A/KEPMEN-SJ/2014.
2. Persentase capaian output pegawai pada SKP dihitung dengan menggunakan variebel nilai SKP kinerja baik dan sangat baik per 31 Januari tahun berikutnya.
3. Persentase tingkat kehadiran pegawai diukur dengan jumlah kehadiran Aparatur Sipil Negara/PNS BRSDMKP per bulan selama satu tahun.
4. LHKASN dan LHKPN (prosentase pegawai yang melaporkan LHKASN dan LHKPN; LHKASN oleh seluruh pegawai, LHKPN oleh pejabat pengelola anggaran, dipilih salah satu).
Capaian IKU indeks kompetensi dan integritas BROL triwulan IV TA 2017 adalah 81,51%. Dalam hal target dan realisasi yang dicantumkan pada tabel 13 dan aplikasi Kinerjaku merupakan angka yang ditetapkan oleh Level 1 (adopsi langsung). Namun, BROL juga melakukan penghitungan mandiri terhadap IKU tersebut. Adapun realisasi IKU indeks kompetensi dan integritas di BROL pada triwulan IV adalah 85,58%. Nilai indeks kompetensi dan integritas BROL yang didapat merupakan kontribusi dari komponen:
1. Persentase kehadiran pegawai selama periode triwulan IV (Oktober - Desember) tahun 2017 yaitu 71,32%;
2. Persentase pegawai BROL yang telah melaporkan LHKASN/LHKPN ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu sebesar 94%, terdapat 4 pegawai dari 35 pegawai yang belum melakukan pelaporan LHKASN;
3. Nilai capaian kinerja pegawai dari SKP triwulan IV tahun 2017 sebesar 97%;
4. Persentase pegawai yang telah mengikuti assessment sebesar 80%, dimana terdapat 7 pegawai dari 35 pegawai yang belum melakukan assessment dikarenakan tugas belajar dan berhalangan hadir saat pelaksanaan tes.
IKU 9 : Jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya di BROL
Definisi dari IKU tersebut adalah SDM BROL baik PNS maupun tenaga kontrak yang menempuh pendidikan gelar (tugas belajar), non gelar (diklat fungsional tertentu) dan pelatihan (kursus teknis) dalam rangka untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi untuk menunjang tugas dan fungsinya. IKU ini menggunakan klasifikasi maximize dimana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. Adapun capaian IKU ini adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Capaian Jumlah SDM BROL yang Ditingkatkan Kompetensinya
IKU TahunanTarget Target TWIV RealisasiTahunan Realisasi TW IV
Jumlah ASN yang ditingkatkan
IKU ditetapkan untuk mengetahui jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi/instansi, serta merupakan IKU mandiri dari BROL dalam mengukur jumlah SDM yang dikembangan kompetensinya. Ditetapkannya IKU tersebut sebagai IKU mandiri didasarkan pada pertemuan yang diadakan oleh lingkup BRSDMKP pada bulan 2 – 4 Mei 2017. Pada pertemuan tersebut ditetapkan bahwa IKU mengenai jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya menjadi tanggung jawab Pusat Pendidikan dan Penyuluh Kelautan dan Perikanan, dan tidak diturunkan menjadi IKU satker. Namun, untuk mengukur sejauh mana ASN yang telah ditingkatkan kompetensinya, maka BROL memutuskan untuk menjadikan IKU tersebut sebagai IKU mandiri.
Jumlah SDM BROL yang dikembangkan kompetensinya pada Triwulan I tahun 2017 adalah sebanyak 3 orang mengikuti pelatihan Tailor Made Trainning Marine Spatial Planning di Belanda. Pada bulan Maret 1 orang peneliti mengikuti pelatihan Water Quality Assesment di Belanda.
Pada triwulan II terdapat 3 orang pegawai yang ditingkatkan kompetensinya. Di bulan April sebanyak 2 orang pegawai atas nama Agung Yunanto dan Amandangi Wahyuning Hastuti mengikuti Diklat Pengukuran Kinerja yang diadakan oleh Biro Perencanaan, Setjen KKP bertempat di Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi. Di bulan Mei 1 orang pegawai mengikuti Diklat Perencana di Yogyakarta.
Pada triwulan III di bulan Agustus terdapat 1 pegawai yang mengikuti kegiatan International Summer Course on Marine Science di Denpasar selama 21 hari.
Pada triwulan IV di bulan November diadakan kegiatan Pelatihan Pemahaman Manajemen dan Teknis ISO/IEC 17025:2005 diikuti oleh 11 orang pegawai BROL dan workshop Penanganan dan Pengelolaan Kebersihan yang diikuti oleh 6 orang tenaga kebersihan BROL. Total pegawai yang ditingkatkan kompetensinya di triwulan IV berjumlah 17 orang pegawai.
SASARAN STRATEGIS 6 : Tersedianya manajemen pengetahuan BROL yang handal dan mudah diakses
Sasaran strategis tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses terdiri dari 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut yaitu presentase penerapan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar.
IKU 10 : Presentase unit kerja BROL yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar
Sistem Manajemen Pengetahuan adalah suatu rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari, dimana menggunkan klasifikasi maximize dimana capaian yang
Tabel 16. Capaian Presentase Penerapan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar
IKU TahunanTarget Target TWIV RealisasiTahunan Realisasi TW III
Presentase unit kerja BROL yang menerapkan sistem manajemen
pengetahuan yang terstandar 65% 65% 70,80% 70,80%
Penghitungan presentase penerapan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar dihitung dengan membandingkan unit kerja level 4 yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan pengguna Bitrix24 dengan total unit kerja level 4 BROL secara keseluruhan. IKU ini telah dapat dicapai oleh BROL dikarenakan ketiga unit telah menggunakan aplikasi Bitrix24 dari tahun 2016. Dikarenakan IKU ini merupakan adopsi langsung dari level 1 sehingga capaian presentase penerapan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar di triwulan III adalah sebanyak 70,80% dengan target 65%. Namun berdasarkan perhitungan mandiri yang dilakukan, presentase unit kerja BROL yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar sebanyak 61%.
SASARAN STRATEGIS 7 : Terwujudnya pranata dan kelembagaan birokrasi BROL yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima
Sasaran strategis terwujudnya pranata dan kelembagaan birokrasi BROL yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima diwujudkan dari 4 (empat) indikator kinerja, yaitu
IKU 11 : Nilai kinerja reformasi birokrasi BROL
Reformasi Birokrasi merupakan suatu proses untuk merubah bentuk birokrasi yang lama dengan bentuk birokrasi yang baru sehingga aparatur negara mampu bekerja secara lebih professional, efektif, dan akuntabel dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Penilaian atas implementasi RB di KKP dilaksanakan melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) secara online oleh masing-masing unit yang telah di verifikasi oleh inspektorat jenderal. Upaya yang dilakukan terfokus pada:
a. Panel I PMPRB online b. Panel II PMPRB online c. Panel III PMPRB online
Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) dan dinamis merupakan tuntutan masyarakat dewasa ini. Hal ini sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat serta semakin mudahnya interaksi dengan masyarakat internasional sebagai bagian dari globalisasi. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik mensyaratkan kinerja birokrasi yang memiliki daya saing yang tinggi.
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah telah mencanangkan program Reformasi Birokrasi (RB) melalui Grand Design RB Nasional 2010 – 2025 (Perpres No. 81 Tahun 2010) dengan tujuan : “Untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara”.
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance) dilakukan melalui dalam 8 (delapan) Area Perubahan Reformasi Birokrasi, yaitu:
b. Tata Laksana; sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prisip-prinsip good governance;
c. Peraturan Perundang-undangan; regulasi yang tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif;
d. SDM Aparatur; SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, kapabel, professional, berkinerja tinggi, dan sejahtera;
e. Pengawasan; meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;
f. Akuntabilitas; meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi;
g. Pelayanan Publik; Pelayanan prima yang sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat h. Pola Pikir dan Budaya Kerja Aparatur; birokrasi dengan integritas dan kinerja
yang tinggi.
Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan dituntut untuk selalu melakukan inovasi, sehingga organisasi harus menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia kelautan dan perikanan sebagai aset utama, kreativitas design serta kapabilitas kunci, serta perubahan peran manajerial sebagai kebutuhan. Untuk meningkatkan kinerja birokrasi di lingkungan Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, perlu melanjutkan reformasi birokrasi yang telah berjalan pada tahap sebelumnya. Reformasi birokrasi merupakan suatu keharusan untuk mempertahankan hal-hal baik yang sudah dilaksanakan dan memberbaiki hal-hal yang masih dianggap belum baik. Perbaikan dan penyempurnaan ini diharapkan berimplikasi pada perbaikan kinerja birokrasi Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan yang bersih, akuntabel, efisien, efektif, dan memiliki pelayanan publik yang berkualitas.
Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan telah menyiapkan strategi dan program reformasi birokrasi yang akan dilaksanakan oleh seluruh pegawai di berbagai kebijakan dalam delapan area perubahan. Evaluasi terhadap pelaksanaan program reformasi birokrasi pada 8 area perubahan tersebut, berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 tahun 2014 tentang pedoman evaluasi reformasi birokrasi instansi pemerintah.
Adapun capaian atas indikator kinerja nilai kinerja reformasi birokrasi BROL dideskripsikan di bawah ini.
Tabel 17. Capaian Indeks Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BROL
IKU TahunanTarget Target TWIV RealisasiTahunan Realisasi TW IV
Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi
BROL A (80) 80 0 89,60
Profil PMPRB yang baik apabila komponen hasil lebih tinggi daripada komponen pengungkit. Komponen pengungkit adalah berbagai kriteria dan berbagai pendekatan yang
BROL secara berkala. Nilai kinerja reformasi Birokrasi BROL yang merupakan adopsi langsung dari IKU level I sudah dapat terlihat dari capaian triwulan III yaitu sebesar 89,60. Pada bulan September 2017, Tim Penilai RB Kemenpan RB melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. BRSDM memberikan kontribusi pada setiap area perubahan reformasi birokrasi di Kementerian Kelautan dan Perikanan khususnya terkait pelaksanaan pelatihan aparatur dan masyarakat kelautan dan perikanan. Evaluasi dilaksanakan dengan melihat dokumen pendukung atas pelaksanaan reformasi birokrasi pada lembar kerja evaluasi. Hasil evaluasi ini berupa nilai reformasi birokrasi KKP yang akan disampaikan pada awal tahun 2018. Pada proses penilaian ini, masih memungkinkan perbaikan atau melengkapi kekurangan dokumen sesuai dengan rekomendasi Kemenpan Rb agar dapat mempertahankan atau meningkatkan nilai reformasi birokrasi sebelumnya.
IKU 12 : Nilai Maturitas SPIP BROL
Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dalam mencapai tujuan pengendalian intern di lingkungan KKP. Pedoman tingkat maturitas SPIP ditetapkan melalui peraturan kepala BPKP nomor 4 tahun 2016 tentang pedoman penilaian dan strategi peningkatan maturitas SPIP. Tingkatan level maturitas SPIP adalah sebagai berikut :
Level MaturitasTingkat Interval Skor Keterangan
0 (dalam penataan)Belum ada 0 < skor < 1.0 Belum memiliki kebijakan dan prosedur 1 Rintisan 1.0 < Skor < 2.0
Ada praktik pengendalian intern – ada kebijakan dan prosedur tertulis. Namun masih bersifat ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik tanpa komunikasi dan pemantauan
2 Berkembang 2.0 < Skor < 3.0
Ada praktik pengendalian intern tapi tidak terdokumentasi dengan baik. Pelaksanaan tergantung pad individu dan belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi 3 Terdefinisi 3.0 < Skor < 4.0 Ada praktik pengendalian intern yang terdokumentasidengan baik. Evaluasi atas pengendalian intern dilakukan
tanpa dokumentasi yang memadai
4 Terkelola danTerukur 4.0 < Skor < 4.5 Ada Praktik pengendalian internal yang efektif. Evaluasiformal dan terdokumentasi 5 Optimum 4.5 < Skor < 5 Menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan.Terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan. Pemantauan
otomatis menggunakan aplikasi computer.
Cara perhitungan indikator kinerja level maturitas SPIP BRSDM dibedakan sebagai berikut: 1. Level 0 dan I (KKP dan Inspektorat Jenderal KKP)
Berdasarkan hasil evaluasi level maturitas SPIP KKP oleh BPKP tahun 2017. Dalam hal BPKP tidak melakukan evaluasi level maturitias SPIP, maka data capaian dapat diambil dari hasil pengukuran mandiri tim internal KKP (Inspektorat Jenderal KKP) dengan menggunakan pedoman dari BPKP.
2. Level II (Inspektorat I-V)
Berdasarkan hasil evaluasi level maturitas SPIP oleh BPKP pada Eselon I tahun 2017 dengan mengadopsi langsung dari hasil evaluasi oleh BPKP. Dalam hal BPKP tidak
melakukan evaluasi level maturitas SPIP pada tingkatan Eselon I, maka data
capaian dapat diambil dari hasil pengukuran mandiri tim internal KKP (Inspektorat Jenderal KKP) dengan menggunakan pedoman dari BPKP
Adapun capaian atas indikator kinerja level maturitas SPIP BRSDM dideskripsikan di bawah ini.
Tabel 18. Capaian Nilai Maturitas SPIP
IKU TahunanTarget Target TWIV RealisasiTahunan Realisasi TW IV
Nilai Maturitas SPIP 2 2 2,33 117
Sesuai tabel 18, penilaian indeks maturitas masih dilakukan oleh Tim Inspektorat Jenderal KKP. Berbagai dokumen telah diverifikasi oleh tim penilai untuk mendukung penilaian maturitas SPIP dengan membentuk Satuan Tugas dan Sekretariat Satuan Tugas SPIP dan melaksanakan SPIP di Lingkup BRSDMKP sesuai dengan Permen KP No.10 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan SPIP di Lingkungan KKP melalui pengendalian rutin, pengendalian berkala dan pengendalian dengan pendekatan manajemen resiko.
IKU 13 : Jumlah Inovasi Pelayanan Publik BROL
Inovasi pelayanan publik adalah terobosan jenis pelayanan yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (Permen PAN & RB No.30/2014).
Kriteria suatu inisiatif inovasi adalah memeberikan perbaikan pelayanan publik, memberikan manfat bagi masyarakat, dapat dan/atau sudah direplikasi (role model), berkelanjutan, dan inovasi sudah dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun.
Indikator kinerja jumlah inovasi pelayanan publik BRSDM didefinisikan sebagai berikut: 1) One Agency, One Innovation atau satu kementerian lembaga, satu inovasi adalah gerakan
yang mewajibkan kepada setiap Satuan Kerja lingkup kementerian dan lembaga untuk menciptakan minimal 1 (satu) inovasi pelayanan publik setiap tahun;
2) Inovasi Pelayanan Publik adalah terobosan jenis pelayanan baik yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan kata lain, inovasi pelayanan publik sendiri tidak mengharuskan suatu penemuan baru, tapi dapat merupakan suatu pendekatan baru yang bersifat kontekstual yang kemudian muncul gagasan inovasi, dapat juga berupa inovasi hasil dari perluasan maupun peningkatan kualitas pada inovasi yang ada. dan
3) Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik adalah kegiatan seleksi, penilaian, dan pemberian penghargaan yang diberikan kepada inovasi pelayanan publik yang dilakukan Menpan kepada kementerian/lembaga.
Tujuan penyelenggaraan kompetisi inovasi pelayanan publik bertujuan untuk: 1) Menjaring inovasi pelayanan publik seluruh kementerian dan lembaga. dan
2) Menetapkan inovasi pelayanan publik yang diberikan penghargaan dalam rangka pengembangan inovasi pelayanan publik.
Kegiatan inovasi pelayanan publik pada Kementerian Kelautan dan Perikanan baru tahun 2017 dilaksanakan dan akan efektif di tahun 2018.
Tabel 19. Jumlah Inovasi Pelayanan Publik BROL
IKU Tahunan Target TW VTarget RealisasiTahunan Realisasi TW IV
Jumlah Inovasi pelayanan Publik
BROL 1 1 1 1
Pelayanan yang diterapkan di BROL dengan kriteria SMART terdiri dari 10 jenis layanan yang terdiri dari Pengujian Kualitas Air, Peminjaman Peralatan Survey Kualitas Air, Permintaan Data Kelautan, Pengolahan Data Kelautan, Pelatihan Pengolahan Data, Kunjungan, PKL/Magang Mahasiswa, Penelitian Skripsi/Thesis, penginapan Mess dan Guest House serta peminjaman Buku Ilmiah.
Inovasi pelayanan publik lingkup riset kelautan diusulkan ke dalam bentuk 1 buah proposal kegiatan yang mendukung inovasi pelayanan publik. Pada bulan Desember 2017, BROL telah me-launching gedung pusat layanan publik. Peresmian Gedung Layanan Publik Terpadu bertolak dari beberapa isu terkait dengan perkembangan BROL sebagai WBK/WBBM dan Pusat Unggulan IPTEK (PUI) serta Aset Tak Berwujud (ATB) yang telah dihasilkan. Gedung ini akan berfungsi sebagai tempat untuk memberikan layanan satu pintu, showroom atau etalase produk dan jasa yang dihasilkan oleh BROL, serta ruang tunggu (lounge) para stakeholders yang berkepentingan dengan pihak BROL. Harapannya, melalui gedung ini produk BROL akan lebih mudah dikenal masyarakat dan dapat meningkatkan penjalinan kerjasama dengan mitra yang lebih luas, baik nasional maupun internasional. Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.
1) Perlu dukungan anggaran yang mencakup seluruh aktifitas dan kreatifitas kegiatan inovasi pelayanan pubik.
2) SDM sebagai pemberi layanan, perlu diberikan pembekalan berupa pendidikan dan latihan terkait pelayananan publik , serta
3) Sarana dan prasarana terkait kegiatan inovasi pelayanan publik minimal sesuai dengan standar nasional pemberi jasa pelayanan.
IKU 14 : Nilai AKIP BROL
Nilai AKIP merupakan penilaian atas akuntabilitas kinerja KKP. Akuntabilitas kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah diteapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Tujuan dari pengukuran nilai SAKIP ini adalah untuk mendapatkan nilai akuntabilitas kinerja instansi dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang
lebih berdaya guna, bersih dan bertanggung jawab serta mengukur kemampuan pemerintah dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.
Untuk mengetahui tingkat akuntabilitas instansi pemerintah terhadap kinerjanya, setiap tahun Inspektorat Jenderal KKP melakukan evaluasi atas akuntabilitas kinerja pada masing-masing unit eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan, sedangkan Kementerian PANRB melakukan evaluasi atas akuntabilitas kinerja pada tingkat kementerian Pusat/ daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri PANRB Nomor 12 Tahun 2015 tentang pedoman evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, terdapat beberapa predikat penilaian akuntabilitas kinerja dari yang paling rendah yaitu kategori "D" sampai dengan yang tertinggi yaitu kategori "AA", dengan penjelasan sebagai berikut:
Kategori Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
KATEGORI NILAI ANGKA AKUNTABILITAS INSTANSIKARAKTERISTIK
AA > 90 - 100 Sangat Memuaskan,
A > 80 - 90 Memuaskan, Memimpin perubahan, berkinerja tinggi, dansangat akuntabel BB > 70 - 80 Sangat Baik, Akuntabel, berkinerja baik, memiliki sistemmanajemen kinerja yang andal
B > 60 - 70 Baik, Akuntabilitas kinerjanya sudah baik, memiliki sistemyang dapat digunakan untuk manajemen kinerja, dan perlu sedikit perbaikan
CC > 50 - 60
Cukup (Memadai), Akuntabilitas kinerjanya cukup baik,
taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu banyak perbaikan tidak mendasar
C > 30 - 50 Kurang, Sistem dan tatanan kurang dapat diandalkan,memiliki sistem untuk menejemen kinerja tapi perlu banyak perbaikan minor dan perbaikan yang mendasar
D 0 - 30 Sangat Kurang, Sistem dan tatanan tidak dapat diandalkanuntuk penerapan manajemen kinerja, perlu banyak perbaikan, sebagaian perubahan yang sangat mendasar
Sumber: PERMEN PANRB 12, 2015
Komponen penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) meliputi perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi internal dan capaian kinerja. Instansi pemerintah yang dinilai akuntabel atau yang akuntablitas kinerjanya baik adalah instansi yang berdasarkan hasil evaluasi memperoleh predikat minimal "CC" atau "Cukup Baik", dengan setiap komponen dan sub-komponen penilaian diberikan alokasi nilai sebagai berikut:
KOMPONEN BOBOT SUB KOMPONEN
3) Implementasi pengukuran (7,5%) Pelaporan Kinerja 15% 1) Pemenuhan pelaporan (3%)2) Kualitas pelaporan (7,5%)
3) Pemanfaatan pelaporan (4,5%) Evaluasi Internal 10% 1) Pemenuhan evaluasi (2%)2) Kualitas evaluasi (5%)
3) Pemanfaatan hasil evaluasi (3%)
Capaian Kinerja 20% 1) Kinerja yang dilaporkan (outout) (5%)2) Kinerja yang dilaporkan (outcome) (10%) 3) Kinerja tahun berjalan (benchmark) (5%)
TOTAL 100%
Sumber: PERMEN PANRB 12, 2015
Tabel 20. Capaian Nilai AKIP BROL
IKU TahunanTarget Target TWIV RealisasiTahunan Realisasi TW IV
Nilai AKIP BPOL 86 86 87,36 87,36
Pemberian penilaian atas SAKIP BROL dilakukan dengan memberikan bobot indikator-indikator sebagai berikut:
a. Perencanaan kinerja bobot 35%; b. Pengukuran kinerha bobot 20%; c. Pelaporan kinerja bobot 15%; d. Evaluasi kinerja bobot 10%; e. Pencapaian kinerja bobot 20%.
Masing-masing indikator tersebut memiliki sub indikator dan hasil penilaian atas SAKIP. Pada bulan Agustus 2017 Sekretariat BRSDMKP telah melaksanakan bimbingan teknis SAKIP dengan melibatkan seluruh Satker lingkup BRSDMKP dan sudah diimplementasi melalui pengukuran mandiri Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada seluruh Satker lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelauatan dan Perikanan, dengan nilai 87,36 dari nilai maksimum 100 dengan predikat penilaiaan "A - Memuaskan”. Nilai AKIP ini melebihi dari target yang ditetapkan yaitu 86. Untuk nilai AKIP BROL berdasarkan penghitungan mandiri adalah sebesar 87,22.
SASARAN STRATEGIS 8 : Terkelolanya anggaran pembangunan BROL secara efisien dan akuntabel
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran tersebut terdiri dari 2 (dua) IKU yaitu :
IKU 15 : Nilai kinerja anggaran BROL
IKU ini didefinisikan sebagai proses menghasilkan suatu nilai capaian kinerja untuk setiap indikator yang dilakukan dengan membandingkan data realisasi dengan target yang telah direncanakan sebelumnya. IKU ini menggunakan klasifikasi maximize, dimana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. Formula yang digunakan untuk menghitung nilai kinerja anggaran berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik