Kepala SD Negeri 009 Balikpapan Barat Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Sebagai subjek penelitian adalah kelas VI E SDN 009 Balikpapan Barat Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang. Data diperoleh melalui observasi selama proses pembelajaran berlangsung, pemberian tugas pada siswa dan memberikan test hasil belajar. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Nilai rata-rata ulangan harian sebelumnya dijadikan sebagai nilai dasar yaitu dengan rata-rata 52,80, nilai tersebut belum memenuhi standar KKM yang di tetapkan oleh pihak sekolah yaitu 76. Setelah dilakukan tindakan maka terdapat kenaikan yang signifikan dari rata-rata nilai 52,80 pada siklus II naik menjadi 65,31 rata-rata nilai yang diperoleh oleh siswa. Sehingga pada siklus ke II terjadi peningkatan prestasi sebesar 12,51 % , demikian pula dari siklus II ke siklus III nilai rata-rata dari 65,31 mengalami peningkatan rata-ratanya menjadi 81,14. Dari siklus I ke siklus II aktivitas siswa dinilai cukup dan pada siklus ke III aktivitas siswa dinilai baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi dasar Mendiskripsikan nilai-nilai Juang dalam Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2016/2017 Siswa Kelas VI E SDN 009 Balikpapan Barat .”
Kata kunci : Peningkatan Prestasi Hasil Belajar
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 19, Oktober 2017) 140
PENDAHULUAN
Guru memiliki peranan sangat strategis dalam proses pembelajaran. Peran startegis guru dalam proses pembelajaran ini memiliki dampak pada kompetensi yang dicapai siswa (pengetahuan, sikap, keterampilan). Kompetensi siswa akan berkembang secara optimal tergantung bagaimana guru memposisikan diri dan menempatkan posisi siswa dalam pembelajaran. Selama ini dalam pembelajaran, siswa diposisikan sebagai obyek, sedangkan guru memposisikan diri sebagai subyek pembelajaran. Akibatnya guru lebih aktif dan dominan dalam proses pembelajaran. Seharusnya, guru dalam pembelajaran lebih memposisikan diri sebagai fasilitator, motivator, dan mediator sehingga siswa dapat mengembangkan kompetensinya.
Metode pembelajaran yang sering guru gunakan dalam pembelajaran adalah ceramah diselingi tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi. Penempatan posisi dan pemilihan metode dalam pembelajaran yang kurang tepat tersebut ternyata berpengaruh terhadap iklim kelas. Seringnya menggunakan metode ceramah yang diselingi tanya jawab, pemberian tugas, dan diskusi yang kurang terarah dalam pembelajaran mengakibatkan siswa kurang aktif. Kegiatan yang dilakukan siswa hanya mendengar dan kadang-kadang mencatat, itupun hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa. Sedangkan, siswa yang lain lebih banyak berbicara dengan teman duduk sebangku.
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagaian besar oleh siswa, sekalipun matapelajaran ini bersifat hafalan tetapi kenyataan ini bisa dilihat dari hasil ulangan harian dan ulangan kenaikan kelas hasilnya kurang memuaskan. Maka dari itu peneliti membuat cara peningkatan Prestasi Belajar melalui Penelitian Tindakan Kelas. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat modern berpengaruh pada bidang pendidikan sehingga prestasi siswa terkadang bisa naik dan turun karena banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar peserta didik.
Latar belakang dari penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya nilai hasil belajar siswa yang tidak mencapai 76 di Kelas VI E pada Kompetensi Dasar “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw “ Mendiskripsikan nilai-nilai Juang dalam Proses
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 19, Oktober 2017) 141 Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2016/2017 Siswa Kelas VI E SDN 009 Balikpapan Barat.”
SDN 009 Balikpapan Barat, maka penulis membuat cara pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw di kelas VI E semester 1 Tahun Pembelajaran 2016 / 2017 yang mengarah kepada keterlibatan semua anak atau aktivitas belajar seluruh siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang berada pada lingkungan SDN 009 Balikpapan Barat secara berkelompok.
Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di kelas VI E adalah 76 di SDN 009 Balikpapan Barat untuk nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Maka apabila nilai rata-rata di dalam kelas tersebut belum mencapai 76 berarti masih belum tuntas nilainya di kelas tersebut dan perlu diadakan remedial atau perbaikan ulang sehingga siswa memperoleh nilai yang standarnya sesuai dengan KKM yang telah di tentukan oleh pihak sekolah yang bersangkutan yaitu SDN 009 Balikpapan Barat, khususnya untuk kelas VI secara parallel.
Hasil nilai ulangan yang pertama sebagai acuan dan refleksi/pencerminan dan tindak lanjut untuk mengevaluasi dan menganalisa kekurangan yang dihadapi di dalam
kelas sebagai perbaikan untuk ulangan berikutnya atau siklus berikutnya, penelitian ini dilaksanakan dengan 3 siklus yaitu dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 yang dimulai dari penjajagan test awal sebagai masukan atau dasar nilai siklus 1 dan siklus 2 serta siklus 3 sebagai refleksi dan tindak lanjut untuk menentukan tahap berikutnya agar nilai anak dapat mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal /KKM yaitu 76 yang berlaku untuk seluruh kelas VI E secara paralel pada SDN 009 Balikpapan Barat. Meningkatkan kemampuan dan melatih siswa agar terampil dalam menggunakan alat-alat peraga Pendidikan Kewarganegaraan sederhana.
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pada prinsipnya hakekat pembelajaran Matematika telah dirumuskan dan ditafsirkan oleh para ahli berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Tetapi para ahli menafsirkan tentang hakekat Matematika secara umum sebagai berikut : Menurut Trianto ( 2007 : 42 ) Pembelajaran Kooperatif disusun untuk meningkatkan partisipasi
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 19, Oktober 2017) 142
siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam suatu kelompok. Menurut Ismail (2002) menyatakan bahwa pembelajaran koopereatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kolompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi dari kelompoknya.
Menurut Kunandar (2009:359) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dalam halini siswa kelompok atas akan menjadi tutor sebaya bagi siswa kelompok bawah, sehingga memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang memliki orientasi dan bahasa yang sama.
Amin (1980:15) berpendapat bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan secara kooperatif dapat menambah wawasan bagi para siswa untuk mendapatkan konsep-konsep secara konkrit nyata dalam pengamatannya secara langsung.
Muryono (1993) mengatakan konsep Pendidikan Kewarganegaraan dapat diperoleh secara konkrit melalui disukusi kelompok dalam memcahkan suatu masalah Matematika, sehingga hasil prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan baik. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut dapat di lakukan dengan mencoba merancang alat-alat Peraga sederhana baik yang di lakukan disekolah, di rumah dan di lakukan di lingkungan masyarakat secara luas sehingga dapat menambah pengetahuan untuk dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan para siswa di samping mendapat informasi dari guru kelas / mata pelajaran dan guru mitra, para siswa bisa memahami, mengamati mendiskusikan dan menyimpulkan serta melakukan percobaan secara langsung dengan membuat alat peraga sederhana rancangannya sendiri menurut kelompoknya yang dapat memudahkan mereka sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang dihadapi di dalam kelas maupun di luar kelas.
(BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 19, Oktober 2017) 143 Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asah, asih dan asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Pembelajaran kooperatif disusun untuk mencapai tujuan bersama, dan juga disusun untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepimimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok tersebut. Adapun unsur-unsur pembelajaran secara kooperatif menurut Kunandar(2009;359) adalah sebagai berikut : Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar sesama. Dengan membutuhkan antar sesama, maka mereka merasa saling ketergantungan satu sama lainnya.
Interaksi tatap muka; Interaksi tatap muka menurut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi dengan sesama siswa lainnya.
Akuntabilitas individual; Meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi;
METODE PENELITIAN