Learning Management System (LMS) meupakan suatu sistem untuk mengelola proses belajar mengajar. Dengan adanya LMS maka proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan efektif dan terawasi (Simatupang, 2005).
LMS dapat diimplementasikan dalam bentuk web. Dengan memanfaatkan web, pembelajaran dapat dilakukan tanpa harus melalui tatap muka
secara langsung. Pengajar (guru/dosen) dapat memberikan materi pengajaran tanpa harus hadir di kelas. Pelajar dapat belajar kapan saja di mana saja , selama tersedia koneksi internet. Dengan demikian waktu dan tempat bisa lebih fleksibel.
Model umum LMS terdiri dari lima buah service yang membentuk arsitektur, yaitu:
1. Learning Profile Service
Menyimpan profil atau data peserta E-Learning. 2. Course Administration Service
Berfungsi untuk mengelola beberapa materi belajar mengajar. 3. Testing Assesment Service
Sebagai basis data ujian dan mengelola tes yang akan dilaksanakan. Dalam layanan Testing Assesment Service dapat dilakukan masa berlaku tes.
4. Delivery Service
Layanan untuk mengirim materi belajar mengajar kepada peserta atau pengajar.
5. Content Management Service
Layanan untuk mengelola isi sebuah materi belajar.
2.6BTes
Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2001). Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya memberi tanda silang pada salah satu huruf di depan pilihan jawaban, mencoret jawaban yang salah, menerangkan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.
Menurut Arikunto (2001) sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
1. Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
2. Reliabilitas
Kata reliabilitas artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan terpercaya jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap apabila dilakukan tes berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
3. Objektivitas
Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahwa objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektivitas yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu: a. Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian memberi banyak kemungkinan kepada penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai. Untuk menghindari masuknya unsur
subjektivitas dari penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu.
b. Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain: kesan penilai terhadap siswaa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan, dan sebagainya. Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dalam penilaian, maka harus dilaksanakan dengan mengingat pedoman.
4. Praktikabilitas (Practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, dan mudah pengadministrasiannya.
5. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
Menurut Arikunto (2001) bentuk-bentuk tes dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Tes subjektif
Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti: uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
1. Kebaikan-kebaikannya: a) Mudah disiapkan dan disusun.
b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
2. Kelemahan-kelemahannnya:
a) Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai. b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan
pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
b. Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.
1. Kebaikan-kebaikannya:
a) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksanya.
b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi. c) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi. 2. Kelemahan-kelemahannya:
a) Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahannya yang lain.
b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mngukur mental yang tinggi.
c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d) “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
3.1BAnalisaBPermasalahan
Pelaksanaan training pada Contact Center Esia Surabaya dipimpin oleh dua orang trainer yang dilakukan dengan cara pemberian materi berupa product, promo dan fitur baru. Materi diberikan berupa lembaran-lembaran yang diperbanyak untuk diserahkan kepada masing-masing agent yang kemudian dijelaskan oleh trainer pada pelaksanaan training kemudian ditutup dengan proses tes.
Selama ini dalam pelaksanaan kegiatan training belum sepenuhnya menerapkan teknologi informasi sehingga banyak kendala yang dihadapi berkaitan dengan keakuratan, kecepatan dan ketepatan pemrosesan data. Kesalahan yang banyak terjadi antara lain adalah keakuratan dan ketepatan dalam pemilihan agent yang perlu di-training serta kecepatan proses data dalam penilaian pada tes.
3.2 ModelBPengembanganB
Secara umum desain arsitektur sistem yang akan dibangun dalam sistem informasi pembelajaran product knowledge untuk agent pada Contact Center Esia Surabaya dapat dilihat pada gambar 3.1.
`
` Agent
Username Agen t Password Agen t Data Jawaban Agen t
Data Agent Data Product Knowledge Data Promo Data Soal
Agent
Koordinato
Download Product Knowledge Nilai Tes
Data Nilai Agent
INPUT PROSES OUTPUT
Sistem Informasi Pembelajaran Product Knowledge
Koordinator
Gambar 3.1. Desain Arsitektur Sistem Informasi Pembelajaran Product Knowledge
Gambar 3.1 menunjukkan bagaimana sistem ini bekerja. Pada tahap pertama koordinator yang bertugas merangkap sebagai admin memasukkan inputan berupa data agent, materi training dan soal tes. Pada tahap kedua agent yang telah terpilih untuk mengikuti proses training dapat memperoleh materi training dan mengerjakan soal tes yang telah disediakan dan hasil jawaban dari tes tersebut disimpan dalam database.
Setelah melakukan proses pembelajaran dan tes, agent dapat langsung mengetahui hasil tes dan koordinator memperoleh data nilai seluruh agent yang melakukan training pada saat itu sehingga dapat mengevaluasi hasil training yang telah dilakukan, karena nilai tes agent merupakan penentuan dari hasil training yang dilakukan.
3.3BPerancanganBSistem
Sebelum membangun aplikasi, terlebih dahulu dilakukan perancangan sistem. Hal ini dilakukan supaya aplikasi yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan dan terstruktur, dalam perancangan sistem ini ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Adapun tahapan-tahapan dalam
perancangan sistem yang dilakukan adalah pembuatan Data Flow Diagram (DFD), Entity Relationship Diagram (ERD), dan Struktur Database.
3.3.1BDataBFlowBDiagramB(DFD) A.BContextBDiagram
Daftar Nilai Data Profile Admin
Data Profile T rainer Data Daftar Agent Test
Daftar Tes Data Soal
Materi
Hasil Tes
Data Trainer Data Profile Agent
Nilai Data Jawaban
Data Agent
Data Soal Tes Data Materi 0
Sistem Pembelajaran Produc t Knowledge Agent
Contac t Center Esia Surabaya
+
Agent
Admin
Koordinator
Gambar 3.2. Context Diagram Sistem Informasi Pembelajaran Product Knowledge
Dari gambar 3.2 dapat dijelaskan aliran data sistem informasi pembelajaran product knowledge untuk agent pada Contact Center Esia Surabaya yang dimulai dari admin memasukkan data master seperti data agent, data koordinator, data materi, data soal tes, data tips, data news dan data gallery. Setelah koordinator melakukan pemilihan data soal untuk para agent, maka agent dapat mengerjakan tes sesuai dengan materi pembelajaran dan hasilnya akan ditampilkan kepada koordinator.
B.BDFDBLevelB0
Data Agent Pembelajaran
Data Materi Pembelajaran Data Fitur Pembelajaran Data Promo Pembelajaran
Daftar Test Agent Tersimpan Daftar Test Agent
Hasil Koreksi Tersimpan Hasil Koreksi Jawaban Agent Tersimpan Hasil Jawaban Agent
Data Materi Tersimpan Data Materi Update
Data Soal Tersimpan Data Soal Update Data Fitur Tersimpan Data Update Fitur Data Promo Tersimpan Data Promo Update Data User Update
Data User Tersimpan Data Trainer Tersimpan
Data Trainer Update Data Agent Tersimpan
Data Agent Update
Daftar Tes Hasil Tes Data Profile Trainer Daftar Nilai
Data Profile Admin
Data Profile Agent Data Daftar Agent Test
Data Jawaban Materi Data Soal Nilai Data Trainer Data Agent Data Materi Data Soal Tes Admin Agent Koordinator 1 Maintenance Data + 2 Pembelajaran + 1 TbAgent 2 TbTrainer 3 TbUser 5 TbPromo 6 TbFitur 11 TbSoal 12 TbHasilJawaban 13 TbKoreksi 14 TbTest 15 TbMateri
Gambar 3.3. DFD Level 0 Sistem Informasi Pembelajaran Product Knowledge Pada gambar 3.3 menjelaskan aliran data sub proses Sistem Pembelajaran Product Knowledge pada Contact Center Esia Surabaya terdapat 2 proses yang terdiri dari:
1. Proses Maintenance Data
Proses ini berkaitan dengan maintenance data yang akan digunakan dalam sistem pembelajaran berbasis web seperti data agent, data koordinator, data materi, data soal tes, data tips, data news dan data gallery.
2. Proses Pembelajaran
Proses ini berkaitan dengan pemberian materi training berupa product, promo dan fitur baru Esia kemudian berkaitan dengan pemilihan agent yang akan melakukan tes sesuai dengan materi yang telah diajarkan yang dilakukan oleh koordinator. Agent yang melakukan pembelajaran akan menghasilkan jawaban
yang nantinya akan dikoreksi secara otomatis sehingga menghasikan nilai yang menentukan apakah agent yang telah melalui tahap pembelajaran telah menguasai materi yang diberikan.