B. Isi Lirik Lagu
3. Legitimasi Dominasi Lakilaki
Budaya patriarki selama ini merupakan sebuah budaya yang secara sistemik dan berlangsung terus menerus menjadi bagian dari sebagian masyarakat serta pranata sosialnya. Di mana secara sadar atau tidak sadar terkadang diwujudkan dalam perilaku kesehariannya. Dalam masyarakat patriarki, keberadaan nilainilai budayanya akan lebih cenderung menempatkan kaum laki laki sebagai “subyek” dan memiliki keutamaan otoritas dalam berbagai hal, sedangkan perempuan selalu ditempatkan sebagai second person dan diperlakukan hanya sebagai “obyek”.
Beberapa konsepsi penting berkaitan dengan marginalisasi dan subordinasi perempuan yang ada, diantaranya adalah pernyataan Simone de Beauvoir dalam buku The Second Sex: Fakta dan Mitos, yakni bahwa karena lakilaki memandang perempuan sangat berbeda secara mendasar dibandingkan dia milihat dirinya sendiri. Dalam hal ini, lakilaki adalah ‘sang Subjek’, ‘sang Absolut’, sedangkan perempuan adalah ‘Sosok yang Lain’ (The Other) (Kasiyan, 2008:60). Sedangkan Teori Kate Millet mengenai subordinasi, dalam buku Sexual Politics (1970), mengungkapkan bahwa perempuan adalah jenis kelamin yang tergantung di bawah dominasi patriarki (Kasiyan, 2008:61). Maka merupakan suatu kewajaran bagi masyarakat dengan adanya perilaku dominasi yang dilakukan kaum lakilaki dalam kehidupan sehariharinya, bahkan hal itu seolah menjadi suatu kewajiban yang harus dimiliki sebagai seorang lakilaki.
Kondisi realitas yang demikian, selanjutnya terrepresentasi pula dalam lirik lagu Karena Wanita (Ingin Dimengerti) yang cenderung menggambarkan
lakilaki dalam pandanganpandangan dan perilakuperilaku sebagai sosok yang dominan jika berhadapan dengan perempuan. Dominasi lakilaki tersebut terlihat dari bagaimana dia memberikan penekanan terhadap segala yang menyangkut tindakan yang dinilai pantas dalam memberikan perlakuan kepada perempuan, meskipun tindakan tersebut semata hanya didasarkan atas stereotip yang kerap dilekatkan pada kaum perempuan, sebagai contoh : karena wanita ingin dimengerti atas kelembutannya maka sebagai lakilaki harus bertutur lembut kepada mereka, dan karena wanita ingin dimengerti atas kemanjaannya maka sebagai lakilaki harus memanjakan mereka. Karena Wanita (Ingin Dimengerti) ... Akulah pengagum ragamu Tak ingin kumenyakitimu Lindungi dari sengat dunia yang mengancam Nodai…………sucinya lahirmu Reff: Karena wanita ingin dimengerti Lewat tutur lembut dan laku agung Karena wanita ingin dimengerti Manjakan dia..dengan kasih sayang Ingin kuajak engkau menari Bermandi hangat cahaya bulan Sebagai tanda kebahagiaan Bagi semesta cinta kita Bintang terang itulah dirimu Janganlah redup dan mati Aku dibelakangmu memeluk dan menjagamu Bait dua sampai dengan lima, lirik lagu Karena Wanita (Ingin Dimengerti) Sumber : Sampul Kaset Album Musik Romantic Rhapsody, ADA Band, PT. EMI Indonesia, Jakarta, 2006
Penggambaran ini sangat memposisikan perempuan sebagai inferior yang selalu digambarkan sebagai sosok yang lemah dan selalu membutuhkan perlindungan dari lakilaki. Sedangkan kaum lakilaki selalu digambarkan sebagai sosok yang superior, kuat, bertanggung jawab, aktif dan selalu mampu diandalkan menjadi pelindung kaum perempuan, hingga dia dapat mengetahui apa yang dapat dipahami pada diri perempuan.
Kondisi semacam ini memang kerap dinilai sebagai suatu yang remeh serta dianggap sebagai suatu kewajaran dalam masyarakat bahwa sebagai lakilaki memang sepatutnya berada di atas perempuan, karena sudah menjadi tugas mereka untuk menjaga dan melindungi kaum perempuan. Namun jika terjadi situasi yang sebaliknya, maka berbagai celaan akan datang menghampiri, baik kepada pihak perempuan maupun lakilaki, seperti : “lakilaki kalah sama perempuan”, masa “jadi lakilaki kok tidak bisa menjaga perempuan”. Hal ini tentunya menjadi sebuah hinaan bagi kaum lakilaki, bahkan perempuan yang sesungguhnya mampu menjaga dirinya sendiri sekalipun, harus sebisa mungkin mengalah untuk memberi kesempatan kepada lakilaki yang ada di sekitarnya supaya menolong mereka, dengan maksud agar tidak mempermalukan atau menyinggung perasaan kaum lakilaki tersebut.
Pengaruh yang disebabkan oleh situasi seperti ini mungkin tidak seketika dapat dirasakan akibatnya. Namun ternyata hal tersebut berdampak sangat dalam dan kuat sepanjang masa, karena telah merasuk ke dalam pikiran sebagian besar individuindividu yang menjadi anggota masyarakat. Dengan adanya penggambaranpenggambaran semacam ini dalam media massa, maka akan
semakin memberikan penekanan dan penguatan atas nilainilai budaya patriarki, yang mana memberikan legitimasi kepada kaum lakilaki untuk selalu mendominasi.
118 5.1. Kesimpulan
Dalam tataran denotasi, lirik lagu Karena Wanita (Ingin Dimengerti) memang terbukti menggambarkan penghormatan lakilaki terhadap kaum perempuan dengan menempatkan perempuan sebagai sesuatu yang berharga dalam bentuk kekaguman atas diri perempuan. Namun pada tataran konotasi, peneliti menemukan bahwa pada lirik lagu tersebut merepresentasika nilainilai budaya patriarki yang masih kerap melingkupi cara pandang masyarakat dalam memposisikan perempuan dan lakilaki.
Dalam lirik lagu, peneliti menangkap adanya pandangan lakilaki terhadap perempuan yang diterima sebagai kelaziman oleh khalayak karena memenuhi nilainilai budaya yang ada selama ini, dimana dari sudut pandang feminis lebih berorentasi pada ideologi patriarki. Kelaziman tersebut terlihat melalui bentuk penggambaran identitas perempuan, penempatan perempuan sebagai obyek tatapan serta adanya legitimasi atas dominasi lakilaki terhadap perempuan.
Kemunculan representasi nilainilai dalam lirik lagu Karena Wanita (Ingin Dimengerti), banyak dipengaruhi oleh mitosmitos yang telah lama tertanam dalam pemahaman sebagian besar masyarakat, seperti mitos kecantikan, mitos keperawanan, mitos feminitas yang kerap dilekatkan pada sosok perempuan, sedangkan mitos kepahlawanan, kesatria, mitos maskulinitas pada sosok lakilaki.
Dalam lirik lagu tersebut ditegaskan (secara langsung atau tidak langsung) perlunya perempuan berada di dalam atau menjaga relasi dengan lakilaki melalui halhal sesuai keinginan lakilaki. Dorongan untuk mandiri dan bebas juga disertai penegasan tembok yang memisahkan antara perempuan yang “baik” dan tidak, yang berterima secara sosial (cantik, setia dan suci).
Representasi nilainilai budaya patriarki dalam teks lirik lagu ini adalah erat kaitannya dengan sistem tanda atau bahasa yang digunakan untuk politik bujuk rayu. Dalam lirik lagu banyak yang berbasiskan pada nilainilai budaya patriarki, yang cenderung amat eksploitatif terhadap perempuan, karena penggunaan figur perempuan dalam lirik lagu, lebih bermakna sebagai obyek, dan bukannya sebagai subyek tanda. Bertolak dari sinilah, maka eksploitasi segala stereotip nilainilai feminitas, yang dilekatkan pada diri perempuan semakin dikukuhkan, yang cenderung bermakna subordinasi. Fenomena tersebut berbeda sekali maknanya dengan sistem tandanya berupa figur lakilaki, yang maknanya ternyata cenderung relatif lebih baik, positif, dan diuntungkan. Lakilaki seringkali mengejawantah dalam representasi sebagai ‘sang Subyek’, ‘sang Absolut’, sementara perempuan adalah sebagai obyek atau ‘Sosok yang Lain’. Dalam hal ini perempuan cenderung hanya dimaknai sebagai sosok second sex, yang keberadaannya diilustrasikan hanya dengan mengedepankan nilainilai stereotip feminitas perempuan, yakni seputar stereotip yang berkaitan dengan, pertama: daya tarik tubuh, keperawannnya dan kedua : sifatsifat psikologisya, seperti : keindahan, pesona, lembut, dilindungi, dijaga, diajak, setia, obyek tatapan, manja.
Konstruksi budaya yang ada dalam sistem masyarakat patriarkis, di mana salah satunya yang paling menonjol adalah adanya penghargaan atas perempuan yang lebih banyak terfokus pada sisi daya tarik organ tubuh dan daya tarik seksualitasnya belaka. Dalam fenomena masyarakat yang patriarkis seperti ini, maka akhirnya perempuan melalui proses kultural yang amat panjang, dipaksa untuk melakukan segala praktik pengeksploitasian, perekayasaan, atau ‘pendisiplinan tubuh’nya.
Hadirnya lingkungan sistem masyarakat patriarkis, dapat dipastikan bahwa yang dinamakan dengan posisi penguasa tentunya didominasi oleh lakilaki, yang dalam mengkonsktruksi serta menyebarluaskan ideologi atau pengetahuannya, baik secara sadar maupun tak sadar, tentunya pula cenderung berpihak kepada subyektivitasnya sendiri (lakilaki).
Perempuan masih ditilik sebagai objek lakilaki, yang hanya dinilai dari segi kecantikan fisiknya saja. Sementara itu, lakilaki di lirik lagu tersebut digambarkan sebagai figur yang dominan, dan aktif, yang memberikan proteksi terhadap perempuan. dalam pandangan umum masyarakat kondisi demikian dipandang wajar karena sesuai dengan nilainilai budaya yang ada.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya representasi nilai nilai budaya patriarki dalam lirik lagu Karena Wanita (Ingin Dimengerti), peneliti memiliki beberapa saran berkaitan dengan hal tersebut untuk menjadi bahan
pertimbangan bagi para penulis lagu, pembaca dan penikmat produk media massa pada umumnya.
Bagi penulis lirik lagu (terutama kaum lakilaki), peneliti mengharapkan adanya pertimbangan lebih luas dalam pemilihan kata ketika menyusun sebuah lirik lagu, terutama jika lirik tersebut berkaitan dengan kaum perempuan. Dengan adanya bentukbentuk kekaguman dan penghargaan yang hanya selalu terpusat pada stereotipe yang telah ada, hanya akan menambah semakin kuatnya hal tersebut dalam pemahaman maysrakat. Sehingga dapat dimaknai sebagai bentuk penaklukan terhadap perempuan ke dalam ideologi patriarki, dengan ini upaya penyetaraan hubungan lakilaki dan perempuan akan sulit terwujud.
Keberadaan nilainilai budaya dalam masyarakat memang berperan sebagai suatu pedoman yang memberi arah orientasi kepada kehidupan para anggota masyarakat dalam berperilaku, berinteraksi dan membentuk kepribadian. Akan tetapi, selayaknya setiap nilainilai yang hadir dapat memberikan keadilan bagi setiap anggotanya pula tanpa memberikan dampak yang merugikan salah satu pihak dan memberikan keistimewaan yang berlebihan kepada pihak lain. Oleh karena itu sebagai salah satu anggota masyarakat, peneliti mengharapkan kita lebih selektif dalam menentukan denga lebih bijak mana nilainilai budaya yang sebaiknya layak dipertahankan dan mana yang tidak.
Selanjutnya, dengan adanya penelitian ini diharapkan pula bagi khalayak pada umumnya agar menjadi lebih kritis dalam menerima terpaan media massa dengan apa adanya, meskipun produk media massa tersebut bersifat sebagai
hiburan, seperti lirik lagu. Sehingga kita tidak dengan mudah menganggap segala yang ditampilkan media sebagai sebuah kewajaran budaya.
123
Arivia, Gadis., Feminisme sebuah Kata Hati, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2006.
Bungin, Burhan., Imaji Media Massa: Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, Jendela, Yogyakarta, 2001. Budiman, Kris., Semiotika Visual, Buku Baik & Yayasan Seni Cemeti,
Yogyakarta, 2004.
Effendy, Onong Uchjana Prof. Drs., M.A, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007.
Eriyanto., Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, KJiS, Yogyakarta, 2001
Istiyani, Chatarina Pancer, Tubuh dan Bahasa: Aspekaspek Linguistis Pengungkapan Pandangan Masyarakat Lewolema terhadap Kesehatan, Galang Press (Anggota IKAPI), Yogyakarta, 2004.
Kasiyan, Manipulasi dan Dehumanisasi perempuan dalam iklan, Ombak, Yogyakarta, 2008.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Jakarta, 2005.
Koentjaraningrat, Prof. Dr., Pengantar Ilmu Antropologi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
Melliana S., Annastasia, Menjelajah Tubuh : Perempuan dan Mitos Kecantikan, LKiS, Yogyakarta, 2006.
Mulyana, Deddy, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. Mufidah, Ch., Paradigma Gender, Bayumedia Publishing, Malang, 2003 Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002. Moylan, William, Understanding and Crafting The Mix : The Art of Recording, Focal Press, Burlington, USA, 2007
Prabasmoro, Aquarini Priyatna, Kajian Budaya Feminis : Tubuh, Sastra, dan Budaya Pop, Jalasutra, Yogyakarta, 2006.
Rivers, William L., et., al., Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta, 2003.
Sudjiman, Panuti., Zoest, Aart Van., SerbaSerbi Semiotika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
Sulaeman, M. Munandar, M.S., Ilmu Budaya Dasar, Refika Aditama, Bandung, 2001.
Sobur, Drs. Alex, M.Si., Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framming, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Trifonas, Peter Pericles., Barthes dan Imperium Tanda, Jendela, Yogyakarta, 2003.
Wicks, Keith, Pustaka Pengetahuan Modern: Bintang dan Planet, PT Widyadara, Jakarta, 1979.
JURNAL
Wahyudianata, Megawati., Televisi dan Pergeseran Konsep Seks Normatif: Pengaruh Tayangan Pornomedia Televisi dan Agama Terhadap Sikap Seks Mahasiswa S1 Kota Surabaya, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, PETRA, Surabaya, 2007.
SKRIPSI
Vidyarini, Titi Nur., Representasi Kecantikan dalam Iklan Televisi (Studi Semiotik Iklan kosmetik The Face Shop), Fisip Unair, 2007. INTERNET Wanita dalam Berita http://www.trans7.co.id, 18 Januari 2008 Romantic Rhapsody: Musik Manis Nan Romantis http://www.detikhot.com, 30 September 2007 Album Ada Band ROMANTIC RHAPSODY http://www.djwirya.com, 30 September 2007 Donny Ada Band http://www.kapanlagi.com, 30 September 2007 Ada Band Tetap Romantis http://www.suarapembaruan.com, 30 September 2007 Alamak! Keperawanan Siswi SMU Indramayu akan Dicek, Bupati Indramayu Batal Tes Keperawanan Siswi SMU http://www.detiknews.com, 23 Juni 2010
Perlukah Tes Keperawanan untuk Masuk Sekolah? http://health.detik.com, 17 November 2010, 8:30 Daniel Chandler, Semiotic for Beginners http://www.aber.ac.uk, 24 Oktober 2009. Definisi Patriarki http://www.askoxford.com, 15 November 2009, 12:30 Virginity Certificate in African Tribe http://www.gaselnews.co.cc/?p=13, 9 November 2009, 12:30 Bintang http://id.wikipedia.org/wiki/bintang, 27 Agustus 2010, 20:52 TALK SHOW Music Talk Show dengan tema: Composing Song & Music, 03 September 2007, ITATS, Surabaya MAJALAH
Cita Cinta Edisi No. 21/X/14 – 18 Oktober 2009 SAMPUL KASET