• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

4.2. Leguminosa

Semua leguminosa perdu/pohon mempunyai perakaran yang dalam (akar tunggang) untuk mendapatkan air maupun nutrisi sehingga mempunyai kemampuan untuk berfungsi sebagai tanaman penghijauan, reklamasi daerah kritis.

Beberapa jenis leguminosa pohon ada yang digunakan sebagai pagar hidup, atau sebagai tanaman pelindung/penaung di perkebunan, juga sebagai tanaman untuk peternakan lebah.

Karena tidak semua daun leguminosa perdu/pohon disukai ternak (palatabel), sebagian ternak mungkin memerlukan waktu sebelum menyukai jenis-jenis leguminosa yang belum biasa diberikan sebelumnya. Untuk itu kepada ternak perlu dibiasakan untuk mengenalnya terlebih dahulu.

Hijauan leguminosa, baik herba maupun pohon, adalah hijauan yang mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput. Kandungan protein kasarnya juga tinggi, selain itu juga mengandung mineral yang dibutuhkan oleh ternak lebih banyak dibandingkan dengan rumput. Leguminosa pohon juga merupakan sumber vitamin A, oleh karenanya pemberian rumput yang dikombinasikan dengan leguminosa sangat disarankan karena disamping relatif murah dan mudah dibudidayakan, daun leguminosa dapat mengurangi kebutuhan akan konsentrat yang harganya relatif mahal.

Biasanya leguminosa ditanam dengan bijinya. Beberapa leguminosa pohon bisa juga ditanam dengan stek batangnya, seperti misalnya gamal. Di Indonesia leguminosa terdapat di lahan-lahan pertanian. Gamal dan lamtoro banyak ditanam sebagai pagar hidup, sementara leguminosa menjalar biasanya ditanam sebagai penutup tanah di perkebunan-perkebunan.

Jenis-jenis yang bisa dimakan manusia seperti hiris (Cajanus cajan) dan turi (Sesbania grandiflora) biasa terdapat di pekarangan atau di lahan pertanian. Sebagai pakan, leguminosa biasanya dipotong dan diberikan di kandang (cut and carry).

Sebagai tanaman konservasi tanah, leguminosa perdu biasa juga ditanam di bibir teras-teras, sedangkan leguminosa pohon seperti kaliandra ditanam di lereng-lereng dan tebing.

Seperti tanaman lainnya, tidak semua leguminosa bisa tumbuh dengan baik di semua kondisi iklim. Beberapa jenis tumbuh baik pada tanah masam sedangkan sebagian yang lain tidak bisa tumbuh. Komponen iklim dan kondisi tanah yang mempengaruhi tanaman pakan ternak antara lain musim,

Tanaman Pakan

terutama panjangnya musim kemarau, suhu, kesuburan tanah, kemasaman tanah dan aerasi.

Yang dimaksud dengan leguminosa herba di dalam buku ini adalah jenis-jenis leguminosa yang pertumbuhannya menjalar atau berupa perdu, seperti sentro, kalopo, arachis, stylo dan sebagainya. Leguminosa ini selain dapat digunakan sebagai pakan ternak biasanya juga digunakan sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan atau sebagai penguat bibir dan tampingan teras di lahan-lahan yang miring.

5. JENIS-JENIS TANAMAN PAKAN TOLERAN UNTUK LAHAN SUB-OPTIMAL

Lahan sub-optimal seperti lahan rawa, rawa lebak, lahan kering beriklim kering yang terdapat di Indonesia sangat luas, namun pemanfaatannya untuk pertanian belum optimal. Ketersediaan inovasi teknologi untuk pengembangan lahan sub-optimal juga masih terbatas.

Keberhasilan usaha peternakan, khususnya ruminansia sangat tergantung pada ketersediaan pakan hijauan, baik kuantitas, kualitas maupun kesinambungannya. Namun demikian upaya untuk mendapatkan hal tersebut adalah dengan menggunakan varitas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit serta terhadap kondisi iklim setempat.

Salah satu jenis leguminosa yang toleran pada lahan sub-optimal adalah Indigofera sp. Leguminosa ini toleran terhadap kondisi tanah kering, tanah kadar garam, asam, serta logam berat (Hassen et al., 2007).

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Rumput gamba

Gambar 3. Rumput gamba

Nama botanis : Andropogon gayanus Asal dan : Afrika tropis

penyebaran

Fungsi : Rumput penggembalaan dan rumput potongan. Morfologi : Tinggi tegak membentuk rumpun yang lebat;

Permukaan dan pangkal daun tertutup bulu halus; Perakaran dalam.

Habitat : Tinggi tempat 0 – 2.000 m dpl;

Curah hujan 600 – 2.500 mm per tahun; Tahan musim kering sampai 8 bulan; Tidak tahan genangan air;

Dapat beradaptasi pada berbagai kondisi tekstur tanah; pH tanah dari masam (pH 3,5) sampai tanah alkalis. Agronomi : Mudah ditanam dari anakan (pols);

Cepat tumbuh kembali setelah berakar;

Mudah dipotong dan memerlukan pemotongan yang teratur;

Dapat tumbuh baik tanpa pemupukan;

Dapat ditanam bersama dengan Stylosanthes

guianensis dan Centrosema sp.;

Pemotongan setiap 6 minggu; Produksi benih 100 – 450 kg/ha;

Produksi hijauan 20 ton/ha bahan kering.

Rumput bede

Gambar 4. Rumput bede

Nama botanis : Brachiaria decumbens

Nama lain : Jukut inggris (Sunda) signal grass, palisade grass, para

grass, buffalo grass, water grass, ruzi grass (Inggris).

Asal dan : Afrika Timur, sekarang sudah tersebar di Asia Tenggara penyebaran dan Pasifik.

Fungsi : Rumput penggembalaan dan rumput potongan. Morfologi : Tanaman berumur panjang;

Menjalar dengan stolon membentuk hamparan lebat setinggi 80 – 150 cm;

Daun berbulu warna hijau gelap;

Bunga tersusun dalam malai yang menyerupai bendera; Tahan penggembalaan berat.

Habitat : Tumbuh pada ketinggian 1.200 – 1.750 m dpl; Dapat tumbuh pada curah hujan 1500 mm/tahun; Toleran terhadap jenis tanah dengan kisaran cukup luas

mulai dari berstruktur ringan sampai berat dengan pH 6 – 7;

Tahan terhadap kekeringan selama 6 bulan, dan terhadap cuaca dingin, juga toleran terhadap pengembalaan;

Sangat rensponsif terhadap pemupukan nitrogen; Mampu tumbuh pada lereng terjal;

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Agronomi : Penanaman dengan biji atau pols;

Jarak tanam apabila ditanam dengan pols sebaiknya 30 x 30 cm atau disesuaikan dengan kondisi tanah. Kalau ditanam sebagai penguat teras jarak tanamnya bisa 20 cm. Apabila ditanam dengan biji, takarannya ± 2 kg/ha;

Pemanenan pertama umur 60 hari setelah tanam; Pada musim hujan interval panen 40 hari dan musim kemarau 50 – 60 hari;

Tinggi pemotongan 5 – 10 cm dari permukaan tanah; Kandungan protein 8 – 10% tergantung kultivar;

Produksi berat segar 80 – 150 ton/ha/tahun tergantung varitas;

Responsif terhadap pemupukan nitrogen;

Dengan produksi berat segar 100 sampai 150 ton/ha per tahun atau sekitar 12,5 – 18,75 ton satu kali pemotongan, berarti mencukupi kebutuhan untuk 9 – 13 ekor sapi dengan berat badan 300 kg.

Rumput bebe

Gambar 5. Rumput bebe

Nama botanis : Brachiaria brizantha

Nama lain : Rumput bebe (Indonesia), jukut inggris (Sunda), signal

grass, palisade grass (Inggris)

Asal dan : Afrika tropis penyebaran

Fungsi : Rumput potongan dan padang penggembalaan, baik untuk hay dan silase

Morfologi : Tanaman semak tinggi mencapai 120 cm;

Batangnya tegak dengan tangkai bunga bisa mencapai 180 cm;

Daunnya panjang dan tipis.

Habitat : Sangat cocok untuk daerah tropis lembab dengan musim kering kurang dari 6 bulan. Tinggi tempat 0 – 3000 m dpl. Tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah termasuk tanah berpasir dan tanah masam dengan pH 3,5 – 4. Berkembang baik sekali pada tanah yang subur. Pertumbuhannya kurang baik pada tanah yang drainasenya buruk;

B. brizantha merupakan rumput penggembalaan yang

tumbuh baik pada tanah kering. Namun ada kelemahannya, di Australia dilaporkan menyebabkan ternak yang memakannya peka terhadap sinar matahari.

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Agronomi : Penanaman dengan biji atau pols;

Jarak tanam apabila ditanam dengan pols sebaiknya 30 x 30 cm atau disesuaikan dengan kondisi tanah; Kalau ditanam sebagai penguat teras jarak tanamnya bisa 20 cm;

Apabila ditanam dengan biji, takarannya ± 2 kg/ha; Pemanenan pertama umur 60 hari setelah tanam. Pada musim hujan interval panen 40 hari dan musim kemarau 50 – 60 hari;

Tinggi pemotongan 5 – 10 cm dari permukaan tanah. Responsif terhadap pemupukan nitrogen;

Dengan produksi berat segar 100 sampai 150 ton/ha/ tahun atau sekitar 12,5 – 18,75 ton satu kali pemotongan, berarti mencukupi kebutuhan untuk 9 – 13 ekor sapi dengan berat badan 300 kg. Kombinasi yang baik dengan Arachis pintoi, Centrosema pubescens,

Desmodium ovalifolium dan Stylosanthes spp.

Perbanyakan : Dengan biji, dengan sobekan rumpun atau dengan stek batang. Perbanyakan dengan biji yang baru dipanen lambat pertumbuhannya karena mempunyai sifat dorman;

Sifat dorman ini dapat diatasi dengan perendaman dalam asam atau biji disimpan dulu selama 6 – 8 bulan. Produksi : Produksi benih 100 – 500 kg/ha;

Produksi bahan kering 20 ton/ha;

Produksi berat segar 80 – 150 ton/ha/tahun tergantung varitas;

Rumput beha

Gambar 6. Rumput beha

Nama botanis : Brachiaria humidicola Nama lain : Rumput beha (Indonesia) Asal dan : Afrika bagian Timur dan Selatan penyebaran

Fungsi : Rumput padang penggembalaan Morfologi : Menyebar dengan stolon dan rizoma;

Membentuk hamparan yang lebat dan sangat tahan penggembalaan berat.

Habitat : Tumbuh pada ketinggian 1.000 – 2.000 m dpl;

Curah hujan 1.300 mm/tahun. Toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah. Tahan terhadap genangan air. Toleran terhadap panas; kekeringan sampai 4 bulan dan dapat tumbuh kembali setelah terbakar. Responsif terhadap pemupukan N. Dapat beradaptasi pada semua jenis tanah dan pada pH tanah rendah (asam) sampai tinggi (basa).

Agronomi : Kombinasi yang baik dengan siratro dan sentro. Kombinasi terbaik adalah dengan Arachis pintoi

Perbanyakan : Dengan biji 2 - 5 kg/ha atau dengan sobekan rumpun Produksi : Benih 200 kg/ha biji. Hijauan 25 ton bahan kering/ha.

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Rumput gajah

Gambar 7. Rumput gajah

Nama botanis : Pennisetum purpureum

Nama lain : Kolonjono (Jawa), aspa (Sunda), elephant grass, napier

grass, uganda grass (Inggris)

Kultivar : P. purpureum cv Afrika (tinggi dan sangat produktif);

P. purpureum cv Hawai (lebih kecil daripada cv Afrika); P. purpureum cv Trinidad (tidak tahan penyakit);

P. purpureum cv Merkeri (tidak tinggi, daun dan batang

sangat kecil, tahan kering);

P. purpureum cv Mott (kerdil, cocok untuk

pengembalaan).

Asal dan : Berasal dari Nigeria dan tersebar luas di seluruh Penyebaran wilayah tropis;

Rumput ini masuk ke Indonesia dari Afrika pada akhir masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1926. Di Indonesia mula-mula disebarkan di daerah peternakan sapi perah; seperti di Jawa Barat; Jawa Tengah dan Jawa Timur; namun sekarang sudah tersebar juga di wilayah peternakan sapi potong.

Fungsi : Padang penggembalaan dan rumput potong.

Morfologi : Tumbuh tegak membentuk rumpun. Tinggi tanamannya bisa mencapai 1,8 sampai 4,5 m tergantung pada kultivarnya dengan diameter batang 3 cm;

(kultivar Mott) tetapi nilai gizinya cukup tinggi. Perakarannya kuat dan cukup dalam; rhizoma atau rimpang pendek; pada umur 4 – 5 tahun kumpulan batang di bagian bawah membentuk bonggol sehingga perlu diremajakan;

Batangnya berbuku dan keras bila sudah tua;

Daunnya keras dan berbulu, panjangnya bisa mencapai 90 cm dan lebarnya 8 – 35 cm;

Bunganya tersusun dalam tandan dengan panjang 30 cm, berwarna keemasan namun bijinya sulit didapat. Habitat : Dapat tumbuh baik di dataran rendah dan dataran tinggi

dan pada berbagai jenis tanah dengan curah hujan di atas 1.000 mm/tahun;

Rumput ini dilaporkan juga tahan terhadap naungan. Kurang tahan terhadap genangan air. Menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Responsif terhadap pemupukan.

Agronomi : Penanaman dengan pols dan stek; panjang stek 20 – 30 cm (mempunyai dua mata tunas);

Jarak tanaman 1 m x 1 m, dapat disesuaikan dengan kondisi tanah. Pemanenan pertama umur 60 – 80 hari setelah tanam. Pada musim hujan interval panen 30 – 40 hari dan musim kemarau 50 – 60 hari. Tinggi pemotongan 15 – 20 cm dari permukaan tanah. Kandungan protein rumput ini sekitar 7,6% (tergantung pada kultivar), sedangkan daya hasil mencapai 350 sampai 525 ton bobot segar per ha per tahun Hasil setiap panen (interval 45 hari) 8 – 12 ton bobot segar.

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Rumput benggala

Gambar 8. Rumput benggala

Nama botanis : Panicum maximum

Nama lain : Suket londo (Jawa). gunggung; rebha luh-buluhan (Madura); guinea grass (Inggris).

Kultivar : P. maximum cv Hamil (tidak tahan kering);

P. maximum cv Coloniao (agak tahan kering); P. maximum cv Comon (tidak tahan embun beku ); P. maximum cv Gatton (tahan dalam kondisi kering); P. maximum cv Makueni (tahan pengembalaan); P. maximum cv Trichoglune (tahan naungan); P. maximum cv Riversdale (tahan naungan); P. maximum cv Purple guinea (tahan kering). Asal dan : Berasal dari Afrika tropika dan sub-tropika; penyebaran sekarang tumbuh di semua daerah tropika;

Masuk ke Indonesia tahun 1865 sebagai tanaman makanan ternak dan dibudidayakan karena nilai gizi yang tinggi sebagai makanan ternak.

Fungsi : Rumput potongan

Morfologi : Tumbuh tegak membentuk rumpun;

Tingginya bisa mencapai 2 m, tergantung varietasnya. Akar serabut dengan rizoma pendek. Rumput ini

berakar dalam sehingga dapat bertahan agak lama pada musim kemarau; walaupun tidak betul-betul tahan kering. Daun halus; panjang 30 – 50 cm; lebar 1 – 2 cm,

sedikit berbulu. Bunga membentuk mayang; apabila berbiji; mudah rontok. Tahan naungan. Setelah terbakar cepat tumbuh kembali.

Habitat : Cocok untuk dataran rendah dan dataran tinggi (1700 m dpl) dengan curah hujan 600 – 1800 mm/tahun;

Pada ketinggian di atas 1400 m dpl tidak dapat berbunga. Masih bisa tumbuh pada tanah dengan solum tipis dan berbatu; tahan terhadap naungan dan kekeringan. Tumbuh baik pada pH tanah 5 – 8;

Cocok ditanam di lahan-lahan yang banyak pohonnya. Tumbuh baik pada daerah lembab tropis dengan curah hujan lebih dari 1000 mm/tahun;

Dapat beradaptasi pada berbagai tipe tanah tetapi tumbuh sangat baik pada tanah dengan kesuburan sedang dan tinggi dan drainasi baik.

Agronomi : Penanaman dengan biji dan pols; bisa juga dengan stek batang. Jarak tanam 60 x 60 m atau disesuaikan dengan kondisi tanah. Pemanenan pertama umur 90 hari setelah tanam;

Ininterval panen pada musim hujan 30 – 40 hari dan musim kemarau 50 – 60 hari. Tinggi pemotongan sebaiknya 5 – 10 cm dari permukaan tanah. Hijauan segar bisa mencapai 100 – 150 ton/ha/tahun;

Kandungan protein kasar 5,5 – 9,5% tergantung pada varietasnya. Dengan produksi berat segar 100 sampai 150 ton/ha/tahun (satu kali pemotongan interval 45 hari adalah 12,5 – 18,75 ton) berarti dapat mencukupi kebutuhan ternak sebanyak kurang lebih 9 –13 ekor sapi dengan berat badan 300 kg. Dapat ditanam bersama siratro dan sentro; serta glycine dan leguminosa lainnya.

Perbanyakan : Dengan biji 2,2 kg/ha, jika ditanam bersama tanaman lain dan 6,7 kg biji/ha untuk tanaman murni.

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Rumput setaria

Gambar 9. Rumput setaria

Nama botanis : Setaria sphacelata

Nama lain : Rumput lampung (Indonesia); broadleafed setaria golden timothy

spesies dan : S. anceps (tahan embun beku) kultivar lain;

S. nandi (tahan terhadap tanah masam genangan air);

S. kazungula, S. narok (keduanya mengandung asam

oksalat yang tinggi);

S. sphacelata (tahan terhadap genangan air). Asal dan : Berasal dari Afrika tropika dan subtropika; penyebaran sekarang menyebar ke Asia dan Australia. Fungsi : Rumput potongan.

Morfologi : Tumbuh tegak membentuk rumpun;

Rizoma pendek serta stolon dengan buku-buku yang rapat. Pangkal batang biasanya berwarna kemerahan. Banyak menghasilkan anakan. Daun lebar agak berbulu pada permukaan atas, tekstur daun halus dan sangat lunak. Bunga berbentuk tandan warna coklat keemasan. Tumbuh membentuk rumpun;

Tinggi tanaman dapat mencapai 1 m.

Habitat : Dapat tumbuh pada curah hujan tidak kurang dari 750 sampai 1000 mm/tahun. Toleran terhadap jenis tanah dengan kisaran yang cukup luas dari berpasir sampai liat. Baik tumbuh di dataran tinggi (0 – 2.000 m atau lebih). Agak tahan terhadap kekeringan apabila lapisan

olah tanahnya cukup dalam, tahan terhadap embun beku.

Agronomi : Penanaman dengan pols atau biji (dosis 2 – 5 kg/ha); Apabila ditanam dengan pols jarak tanamnya 40 x 40 cm atau disesuaikan dengan kondisi tanah. Sebagai penguat teras bisa ditanam dengan jarak 20 cm;

Panen pertama umur 45 – 60 hari setelah tanam. Interval panen pada musim hujan 40 hari dan pada musim kemarau 50 – 60 hari. Sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen. Tinggi pemotongan 5 – 10 cm dari permukaan tanah. Kandungan protein 6 – 7% tergantung kultivar;

Produksi berat segar 100 – 110 ton/ha/tahun tergantung varietas. Mengandung kadar asam oksalat yang cukup tinggi (7% dari bahan kering). Apabila diberikan terlalu banyak dapat menyebabkan kematian pada ternak; Dengan produksi berat segar 100 sampai 110

ton/ha/tahun (satu kali pemotongan interval 45 hari adalah 12,5 – 13,75 ton) berarti dapat mencukupi kebutuhan ternak sebanyak kurang lebih 9 – 11 ekor sapi dengan berat badan 300 kg.

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Sentro

Gambar 10. Sentro

Nama botanis : Centrosema pubescens

Nama lain : Sentro (Indonesia), Butterfly pea (Inggris)

Spesies dan : Ada beberapa spesies kacang sentro yang dikenal saat kultivar lain ini di Indonesia diantaranya Centrosema pubescens

dan C. Macrocarpom.

Di Jawa Centrosema plumieri dikenal sebagai kacang

ketopong. Merupakan hijauan pakan ternak dengan kualitas tinggi, mengandung protein yang tinggi.

Asal dan : Amerika Tengah dan Selatan;

penyebaran Sekarang sudah menyebar ke wilayah tropis di seluruh dunia.

Fungsi : Pupuk hijau dan penutup tanah selain campuran rumput di padang penggembalaan

Morfologi : Tumbuhan menjalar; memanjat dan melilit; Batang agak berbulu; tidak berkayu.

Ekologi : Dapat beradaptasi pada tanah yang tidak terlalu subur dan tanah masam. Juga bisa tumbuh pada tanah tergenang atau drainasenya jelek;

Responsif terhadap pemupukan P. Agronomi : Biasanya ditanam dengan biji;

Semakin rapat penanaman semakin cepat menutup tanah;

Cocok untuk daerah tropis basah dengan curah hujan 1.500 mm atau lebih. Kandungan protein kasar 16 – 19% dari bahan kering.

Di Australia pada musim panas kandungan PK bisa mencapai 23%;

Apabila ditanam secara monokultur daya hasilnya bisa sampai 12 t BK/ha/tahun; namun di dalam pertanaman campuran hanya 3 t BK/ha/tahun.

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Stilo

Gambar 11. Stilo

Nama botanis : Stylosanthes guianensis Nama lain : Brazilian lucerne

Spesies dan : Spesies dan kultivar yang dikenal di Indonesia antara kultivar lain lain Stylosanthes guianensis (cv Cook; cv Schofield; cv

Graham; cv Endeavour). S. hamata cv Verano; S.

humilis dan S. scabra.

Asal dan : Berasal dari Brazilia; Argentina dan Meksiko;

Penyebaran Sekarang sudah tersebar di daerah tropis; terutama di padang-padang rumput.

Fungsi : Selain sebagai tanaman untuk padang penggembalaan dan hijauan potongan dapat digunakan juga sebagai penutup tanah di perkebunan dan sebagai pupuk hijau. Morfologi : Berupa perdu pendek yang tumbuhnya agak tegak

sampai tegak;

Tingginya bisa mencapai 1,5 m; Akar tunggang sangat kuat;

Batang berwarna coklat; berambut, agak keras dan semakin lama semakin keras dan berkayu;

Percabangannya banyak;

Daun berbentuk elips (bulat telur) sampai lancip, panjang 4 – 5 cm, lebar 2 cm;

Bunga kecil-kecil berwarna kuning atau jingga. Bisa menghasilkan polong berbiji tunggal;

Habitat : Dapat beradaptasi pada berbagai kondisi iklim dan tanah; termasuk tanah kurang subur dan tanah masam. Sangat cocok untuk wilayah iklim lembab dan hangat dengan curah hujan 1500 mm/tahun; Namun ada juga jenis yang mampu tumbuh pada curah hujan di bawah 1500 mm/tahun.

Agronomi : Penanaman dengan biji yang ditebar pada musim hujan; biji yang baru mempunyai daya kecambah 5% tapi setelah skarifikasi dapat mencapai 90%;

Bisa juga disemaikan terlebih dahulu di persemaian. Takaran yang biasa digunakan adalah 2 – 3 kg biji per ha.

Inokulasi biji perlu dilakukan. Dapat ditanam dengan rumput lain khususnya rumput guinea dan rumput molases; tetapi sebaiknya jangan ditanam dengan rumput menjalar yang agresif seperti rumput pangola. Tanaman monokultur dapat menghasilkan bahan kering 10 ton/ha. Apabila ditanam dengan rumput, hasilnya 2 – 6 ton/ha dengan protein kasar 13,0 – 18,9%.

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Kalopo

Gambar 12. Kalopo

Nama botanis : Calopogonium mucunoides Nama lain : Kacang asu (Jawa)

Spesies dan : Selain C. mucunoides yang banyak ditanam kultivar lain di Indonesia adalah C. caeruleum

Asal dan : Berasal dari wilayah Amerika yang beriklim tropis; penyebaran Sekarang sudah menyebar ke wilayah tropis di seluruh

dunia. Masuk ke Indonesia sebagai tanaman penutup tanah dan pupuk hijau di perkebunan pada tahun 1922. Fungsi : Merupakan hijauan pakan ternak yang berfungsi juga

sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan.

Morfologi : Batang lunak, hijau, agak berbulu; panjangnya bisa sampai beberapa meter dan tumbuh menjalar atau memanjat;

Berdaun tiga helai pada tangkainya; berbentuk oval; agak meruncing di ujungnya; panjangnya sampai 10 cm; lebar 2 – 5 cm, berbulu di kedua permukaannya; Bunga berbentuk bunga kupu-kupu, berwarna

kebiru-biruan;

Polongnya panjang atau melengkung, sekitar 4 cm; berwarna hijau, setelah tua menjadi kecoklat-coklatan; tiap polong berisi 3 – 8 biji.

Habitat : Cocok untuk daerah tropis basah, dengan curah hujan 1.250 mm atau lebih dengan ketinggian sampai 2000 m dpl. Yang paling cocok pada ketinggian 300 – 1500 m

dpl. Dapat beradaptasi pada tanah masam (pH 4,5 – 5) Agak tidak tahan naungan.

Agronomi : Biasanya ditanam dengan biji 1 – 3 kg/ha, semakin rapat penanaman semakin cepat menutup tanah; Tanaman ini tumbuhnya sangat cepat dengan produksi

daun yang tinggi, bisa membentuk hamparan yang tebal (0,5 – 1,0 m) dalam waktu 4 – 5 bulan;

Umurnya tidak panjang, hanya 1 – 2 tahun;

Kandungan protein kasarnya hanya 2,6 – 3,8% dari bahan kering;

Walaupun demikian tetap ditanam di padang-padang rumput untuk menyuburkan tanah.

Jenis-jenis Tanaman Pakan Toleran untuk Lahan Sub-optimal

Kaliandra

Gambar 13. Kaliandra

Nama botani : Calliandra calothyrsus

Asal dan : Amerika Tengah iklim basah, kemungkinan besar dari

penyebaran Suriname; sekarang tersebar di daerah tropika lembab; termasuk Asia Tenggara diintroduksikan ke Jawa tahun

1936.

Fungsi : Selain daun dan batang mudanya sebagai hijauan pakan, batangnya digunakan sebagai kayu bakar dan dapat digunakan untuk pulp (bahan pembuat kertas); Tanaman ini bagus untuk pengendali erosi di

lahan-lahan miring dan pupuk hijau. Karena bisa menambat N dari udara, baik juga untuk memperbaiki kesuburan tanah;

Bunganya komposit terdiri dari beberapa bunga. Warna bunga merah jambu sampai merah tua.

Morfologi : Merupakan pohon kecil yang bercabang banyak; Tingginya bisa mencapai 10 m namun rata-rata 4 – 6 m; Diameter batang sampai 30 cm. Warna batang coklat

tua;

Daunnya sangat lebat. Sebagai pakan ternak telah ditanam sejak tahun 1925 dengan pemberian 2 kg/hari/ekor.

Tumbuh sangat cepat; dalam waktu 5 bulan bisa mencapai 2 m.

Ekologi : Tumbuh baik pada ketinggian 400 – 800 m dpl;

Bisa tumbuh pada wilayah dengan curah hujan 700 – 3000 mm/tahun dengan tidak lebih dari 7 bulan kering per tahun;

Di Pulau Jawa pertumbuhan yang baik dicapai pada curah hujan. 2000 – 4000 mm/tahun

Agronomi : Tumbuh pada berbagai tipe dan kesuburan tanah;

Dokumen terkait