• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, KAJIAN TERDAHULU

2.2 Landasan Teori

2.2.4 Leksikostatistik

Linguistik Historis Komparatif melandaskan metodenya pada kesamaan bentuk, tetapi kesamaan bentuk dalam perkembangan sejarah yang sama. Salah satu metode dalam Linguistik Historis Komparatif ialah leksikostatistik, yang berfungsi menentukan tingkat hubungan di antara dua bahasa dengan membandingkan kosakata dari bahasa dan menentukan tingkat kesamaan di antaranya.

Leksikostatistik adalah suatu teknik yang memungkinkan kita untuk menentukan tingkat hubungan di antara dua buah bahasa, dengan menggunakan cara yang paling mudah, yaitu dengan membandingkan kosa kata pada bahasa-bahasa tersebut yang kemudian dapat dilihat dan ditentukan tingkat kesamaan di antara kosa kata kedua bahasa (Crowley: 1992:168). Dengan demikian, sejauh mana hubungan kekerabatan satu bahasa dengan bahasa lainnya dapat diketahui.

Menurut Crowley (1987: 191—192), metode leksikostatistik beroperasi di bawah dua asumsi dasar. Asumsi pertama ialah bahwa beberapa bagian kosakata dari sebuah bahasa sukar berubah daripada bagian lainnya. Apa yang dimaksud dengan kosakata yang sukar berubah adalah kosakata dasar, yakni kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa, dan merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa ( lihat juga Keraf, 1991: 123). Kemudian, istilah ‘perubahan’ mengacu pada penggantian sebuah kata dengan sebuah kata nonkerabat karena bentuk asli berubah maknanya sehingga kemunculannya merujuk kepada sesuatu yang lain, atau karena sebuah kata dipinjam dari bahasa lain untuk mengekspresikan makna tertentu.

Asumsi kedua ialah bahwa perubahan kosakata dasar pada semua bahasa adalah sama. Asumsi ini telah diuji pada 13 bahasa, di antaranya bahasa yang memiliki naskah-naskah tertulis. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam tiap 1.000 tahun, kosakata dasar suatu bahasa bertahan antara 86,4—74,4 %, atau dengan angka rata-rata 80,5%. Tentu saja hal itu tidak dapat diartikan bahwa semua bahasa akan bertahan dengan persentase rata-rata tersebut, karena semua bahasa yang digunakan dalam eksperimen itu (kecuali dua bahasa) adalah bahasa-bahasa Indo-Eropa.

Bila asumsi kedua diterima, retensi rata-rata kosakata dasar suatu bahasa dalam tiap 1.000 tahun dapat dinyatakan dalam rumus: 80,5% x N. Simbol N adalah jumlah kosakata dasar yang ada pada awal kelipatan 1.000 tahun yang bersangkutan. Dari 200 kosakata dasar (N) suatu bahasa sesudah 1.000 tahun pertama akan tinggal 80,5% x 200 kata = 161 kata. Sesudah 1.000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x 161 kata = 139,6 kata atau dibulatkan menjadi 140 kata. Sesudah 1.000 tahun ketiga kosakata dasarnya tinggal 80,5 x 140 kata = 112,7 atau dibulatkan menjadi 113 kata, dan seterusnya.

“Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung prosentase perangkat kognat/kerabat (Mahsun,1995:115)”. Dalam penghitungan leksikostatistik, kata-kata yang memiliki kemiripan dari segi fonetis atau morfologi akan dianggap sebagai kata yang berkerabat atau dikenal dengan istilah kognat (cognate). Melalui kata-kata berkerabat inilah dilakukan penghitungan waktu pisah dari bahasa protonya atau usia bahasa.

Menurut Keraf,(1984: 121) Leksikostatistik itu suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Dari konsep di atas, Keraf kemudian menjabarkan metode kerja dalam leksikostatistik yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian kekerabatan bahasa.

Asumsi Dasar Leksikostatistik

Ada empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih (Keraf: 1984: 123) Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah :

1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya.

Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar adalah kosa kata dasar yang merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa sekaligus merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa. Kosa kata yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi jumlahnya, setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujian-pengujian untuk menerapkan metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dalam seleksi ini adalah dapat disusun sebuah daftar yang bersifat universal, artinya kosa kata yang dianggap harus ada pada semua bahasa sejak awal mula perkembangannya. Kosa kata dasar itu meliputi :

1. kata ganti;

2. kata bilangan;

3. kata-kata mengenai anggota badan (dan sifat atau aktivitasnya);

4. alam dan sekitarnya: udara, langit, air, gunung, dan sebagainya beserta sifat atau aktivitasnya;

5. alat-alat perlengkapan sehari-hari yang sudah ada sejak permulaan: tongkat, pisau, rumah, dan sebagainya.

Morris Swadesh mengusulkan sekitar 200 kosa kata dasar yang dianggapnya universal, artinya bisa terdapat pada semua bahasa di seluruh dunia.

2. Retensi (ketahanan ) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.

Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang ada dalam suatu bahasa, suatu persentase tertentu selalu akan bertahan dalam 1.000 tahun. Kalau asumsi ini diterima, maka dari sebuah bahasa yang memiliki 200 kosa kata, sesudah 1.000 tahun akan bertahan 80,5%, dan dari sisanya sesudah 1.000 tahun kemudian akan bertahan lagi dalam persentase yang sama.

3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama.

Setelah menguji beberapa bahasa dengan asumsi dasar ketiga ini, hasilnya akan menunjukan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa bertahan dengan angka-angka rata-rata 80,5%. Apabila kita ingin menghitung retensi ( ketahanan) kosa kata dasar kedua bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan rumus : 80.5% x N. N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal kelipatan 1000 tahun kedua bahasa. Sehingga, dari

80,5% x 200 = 161kata, sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x161 kata = 139,6 kata atau dibulatkan menjadi 140 kata. Selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata dasar yang tinggal adalah 80,5% x 140 kata = 112,7 kata atau dibulatkan menjadi 113 kata, dan seterusnya (seperti yang dijabarkan oleh Crowley di atas).

Dalam leksikostatistik, tataran yang berbeda dari subkelompok dinamai sebagai

berikut: Tabel 1

Penamaan Subkelompok Bahasa

Level subkelompok persentase kerabat pada kosakata inti Bahasa (language) 81—100% Keluarga (family) 36—81% Rumpun (stock) 12—36% Mikrofilum 4—12% Mesofilum 1—4% Makrofilum 0—1%

Dalam klasifikasi leksikostatistik, kesamaan pada tingkat 81-100% disebut bahasa, kesamaan pada tingkat 36—81% disebut keluarga, kesamaan pada tingkat 12-36% disebut rumpun, kesamaan pada tingkat 4-12% disebut mikrofilum, kesamaan pada tingkat 1-4% disebut mesofilum, dan kesamaan pada tingkat 0-1% disebut makrofilum. Namun, perlu dicatat bahwa ahli bahasa yang berbeda adakalanya menggunakan hitungan yang berbeda.

Perbandingan yang sistematis memerlukan metode yang tepat. Penelitian ini menggunakan metode perbandingan untuk menyusun perangkat ciri yang berkorespondensi dalam bahasa BN, BB, dan BM dengan menggunakan daftar

kosakata dasar dari ketiga bahasa itu, yang disusun oleh Morris Swadesh. Daftar kosakata itu membawa keuntungan dalam penelitian karena terdiri atas kata-kata nonkultural serta retensi kata dasarnya telah diuji dalam bahasa-bahasa yang memiliki naskah-naskah tertulis.

Keraf (1991: 127—130) mengatakan bahwa dalam membandingkan kata-kata untuk menetapkan kata-kata-kata-kata kerabat dan kata-kata-kata-kata nonkerabat terdapat asumsi bahwa fonem bahasa proto yang berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat akan berkembang secara konsisten dalam lingkungan linguistis bahasa kerabat masing-masing. Dalam perbandingan itu, fonem-fonem dalam posisi relatif sama dibandingkan satu sama lain. Bila terdapat hubungan genetis, pasangan fonem tersebut akan timbul kembali dalam banyak pasangan lain. Tiap pasangan yang sama yang timbul dalam hubungan itu merupakan pantulan suatu fonem atau alofon dalam bahasa protonya (lihat juga Crowley).

4. Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.

Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, kita dapat menghitung usia atau waktu pisah bahasa-bahasa yang diteliti kalau diketahui persentase kata kerabat kedua bahasa itu. Dan karena dalam tiap 1000 tahun kedua bahasa kerabat itu masing –masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam persentase yang sama, maka waktu pisah dalam kedua bahasa itu harus dibagi dua. Misalnya persentase kata kerabatnya adalah 80, 5%, maka waktu pisah kedua bahasa adalah 500 tahun yang lalu.

Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kerabat dengan prosentase kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut ini (Keraf:

1984: 125): Tabel 2

Perkiraan Waktu Pisah dan Usia Bahasa Jumlah kata

kerabat antara A— B

Persentase kata kerabat

Usia (waktu pisah) antara bahasa A— B sekian tahun yang lalu (sudah

dibagi 2) 200-162 162-132 132-106 106-86 86-70 70-56 dan seterusnya 100-81 81-66 66-53 53-43 43-35 35-28 0-500 500-1000 1000-1500 1500-2000 2000-2500 2500-3000

Jika jumlah kata berkerabat antara dua bahasa yang ditelaah antara 200-162, dengan persentase 100-81, maka waktu pisah diperkirakan 0-500 tahun yang lalu. Jika jumlah kata yang berkerabat antara 162-132 dengan persentase 81-66, maka waktu pisah kedua bahasa diperkirakan antara 500-1000 tahun yang lalu. Jika jumlah kata berkerabatnya 132-106, dengan persentase 66-53, maka waktu pisah kedua bahasa itu diperkirakan 1000-1500 tahun yang lalu, dan seterusnya. Setelah menghitung waktu pisah bahasa-bahasa yang dijadikan objek penelitian, selanjutnya dapat pula dilakukan penghitungan usia bahasa seperti yang

dijabarkan di atas dikaji dalam Linguistik Historis Komparatif dengan metode yang disebut glotokronologi.

Dokumen terkait