• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ri, Jakarta, Hlm 41.

8

Untung Sugiyono, Kebijakan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Tentang Penanggulangan Napza Dan Hiv Di Lembaga Pemasyarakatan Dan Rutan, 2004, Hlm 4

9

Torrow, Pelatihan Tc (Therapeutic Comunnity) Bagi Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Narkotika, Warta Pemasyarakatan, Edisi No.16-Th V-April 2004.Hlm. 14.

kasus narkotika tidak hanya menjalani pidana, namun juga perlu direhabilitasi, supaya sembuh dari ketergantungan narkotika.10

Kondisi pengamanan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika harus benar-benar diperhatikan dengan baik, karena keamanan merupakan salah satu kunci keberhasilan dari upaya penanggulangan peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan. Sistem pengamanan di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia sudah didasarkan pada ketentuan Standard Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Seperti pengamanan lingkungan pintu utama oleh Petugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) di lakukan sangat ketat dan terfokus pada penanganan gangguan keamanan dan ketertiban baik dari dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun dari luar.

Penegakan hukum pidana dikenal dengan sistem penegakan hukum atau criminal law enforcement sebagai bagian dari criminal policy atau kebijakan penanggulangan kejahatan. Dalam penanggulangan kejahatan dibutuhkan dua sarana yakni menggunakan penal atau sanksi pidana, dan menggunakan sarana non penal yaitu penegakan hukum tanpa menggunakan sanksi pidana (penal). Dengan melihat fakta dalam berbagai pemberitaan, masih banyak kita temukan bahwa ada banyak kasus peredaran narkotika yang terjadi di dalam Lembaga pemasyarakatan. Untuk itu sangat diperlukan alternatif maupun solusi dalam

upaya mencegah, menanggulangi sekaligus memberantas kejahatan

penyalahgunaan dan peredaran narkotika tersebut.

10

Soejoto, Disparitas Pemidanaan Kasus Narkotika Dan Psikotropika, Warta Pemasyarakatan, Edisi No. 16-Th V-April 2004,Hlm 7

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor Penyebab Terjadinya Peredaran Gelap Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung)”.

B.Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah faktor penyebab terjadinya peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika?

b. Bagaimanakah upaya penanggulangan secara non penal peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika?

c. Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat upaya penanggulangan secara non penal peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian bidang hukum pidana pada umumnya dan khususnya pada mata kuliah hukum penitensier dan sistem pemasyarakatan mengenai faktor penyebab terjadinya peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika, upaya penanggulangannya secara non penal dan faktor-faktor penghambat pelaksanaan upaya penanggulangan peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah hukum Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung.

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika.

b. Untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai upaya

penanggulangan secara non penal peredaran gelap narkotika di ruang lingkup Lembaga Pemasyarakatan Narkotika.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat upaya penanggulangan secara non penal peredaran gelap narkotika di dalam ruang lingkup Lembaga Pemasyarakatan Narkotika.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum pidana tentang hukum pemasyarakatan dan penitensier. b. Kegunaan Praktis

Untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan mengenai faktor penyebab terjadinya peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika.

D.Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.11

Setelah mengetahui faktor penyebab terjadinya kejahatan, maka perlu dilakukan upaya penanggulangannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu hukum pidana, terdapat suatu pemikiran bahwa untuk memperoleh hasil yang maksimal yang bersifat welfare dengan sarana penal, tidak setiap pelaku kejahatan akan memperoleh perlakuan yang sama antara penjahat yang satu dengan penjahat yang lain. Perbedaan perlakuan ini dilakukan mengingat sifat, karakter serta kausa kejahatan yang tidak selalu sama. Berkaitan dengan perbedaan tersebut, maka pada narapidana narkotika akan mengakibatkan adanya keterpaduan antara upaya penanggulangan kejahatan dengan sarana penal dan non penal.

Teori penanggulangan kejahatan menurut Barda Nawawi Arief dibagi dua, yaitu : a. Penanggulangan dengan sarana penal

b. Penanggulangan dengan sarana non penal. 12

Kegiatan penanggulangan kejahatan melalui sarana non penal pada dasarnya adalah semua bentuk aktivitas yang bermuara pada perlindungan masyarakat dari

11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 2010, Hlm.125

12

Barda Nawawi Arief, Kebijakan Penanggulangan Hukum Pidana Sarana Penal Dan Non Penal, Semarang, Pustaka Magister, 2010, Hlm. 23

kejahatan, yang tidak menggunakan sarana hukum pidana (penal). Selanjutnya dijelaskan pula bahwa sarana non penal lebih menitik beratkan pada sifat preventif (pencegahan, penangkalan, pengendalian) sebelum kejahatan terjadi, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab kejahatan.

Selanjutnya dalam salah satu tulisannya Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa: Usaha-usaha yang rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan (politik criminal) sudah barang tentu tidak hanya dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), tetapi dapat juga menggunakan sarana-sarana non penal, usaha-usaha non penal ini misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka mengembangkan tanggungjawab sosial masyarakat melalui pendidikan moral, agama dan sebagainya; kegiatan patroli dan pengawasan lainnya secara continue oleh polisi dan aparat penegak keamanan lainnya dan sebagainya. Usaha non penal ini dapat melalui bidang yang sangat luas sekali diseluruh sektor kebijakan sosial. Tujuan utama dari usaha non penal itu adalah memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempunyai pengaruh preventif terhadap kejahatan.13

Dalam uraian diatas dinyatakan bahwa terdapat beberapa masalah-masalah sosial atau kondisi-kondisi sosial yang dapat menyebabkan timbulnya kejahatan. Faktor penghambat penegakan hukum pidana menurut Soerjono Soekanto adalah:

a. Hukumnya sendiri;

b. Penegak hukum;

c. Sarana dan fasilitas; d. Masyarakat; dan e. Kebudayaan.14

13

Barda Nawawi Arief Dan Muladi, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Bandung, Alumni, 1992. Hlm.158-159

14

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Cet. Kelima, Jakarta, Raja Grafindo, 2004.Hlm.24

2. Konseptual

Kerangka Konseptual adalah gambaran tentang hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti yang berkaitan dengan istilah yang diteliti.15 Berdasarkan judul akan diuraikan berbagai istilah sebagai berikut : a. Faktor penyebab adalah hal (keadaan, peristiwa) yg ikut menyebabkan

(mempengaruhi) terjadinya sesuatu16

b. Peredaran Gelap Narkotika adalah beredarnya zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Narkotika (UU No.35 Tahun 2009 tentang narkotika Pasal 1 ayat (1)) secara illegal di tengah masyarakat atau lingkup sebuah lembaga.17

c. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika adalah Tempat untuk melaksanakan pemasyarakatan narapidana /anak Didik pengguna narkotika dan obat terlarang lainnya.18

d. Narkotika adalah obat atau zat yang dapat digunakan untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau sejenis obat atau zat yang dapat menimbulkan rangsangan, seperti: ganja, opium dan sebagainya.19

15 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum Cet.Ketiga, Op Cit, Hal.132 16

http://artikata.com/arti-326961-faktor penyebab.html di unduh pada 10 April 2015 jam 08:16 WIB.

17

Penjelasan Pasal 56 Angka 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika 18

Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : E.Kp.09.05-701a Tahun 2003 Tentang Tugas Pejabat Struktural Dan Petugas Operasional Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI 19

Moh Taufik Makaro Suharsi Dan Moh Zkky, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, Hlm:16

E.Sistematika Penulisan

Sistematika suatu penulisan skripsi bertujuan untuk memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai pembahasan skripsi yang dapat dilihat dari hubungan antar satu bagian dengan bagian lain dari seluruh isi tulisan sebuah skripsi dan untuk mengetahui serta untuk lebih memudahkan memahami materi yang ada dalam skripsi ini, maka penulis menyajikan sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman ke dalam pengertian-pengertian umum serta pokok bahasan. Dalam uraian bab ini lebih bersifat teoritis yang nantinya akan digunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori yang berlaku dengan kenyataannya yang berlaku dalam praktek.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian yang memuat tentang pendekatan masalah, data dan sumber data, penentuan populasi dan sampel, prosedur pengumpulan data dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan pembahasan dari hasil penelitian yang akan memberikan jawaban tentang upaya penanggulangan secara non penal peredaran gelap narkotika di Lembaga Pemasyarakatan narkotika, faktor-faktor penghambat upaya penanggulangan secara non penal peredaran gelap narkotika di lembaga pemasyarakatan, serta karakteristik responden.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan penutup dari penulisan skripsi yang berisikan secara singkat hasil pembahasan dari penelitian dan beberapa saran dari peneliti sehubungan dengan masalah yang dibahas, memuat lampiran-lampiran, serta saran-saran yang berhubungan dengan penulisan dan permasalahan yang dibahas bagi aparat penegak hukum yang terkait.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Lembaga Pemasyarakatan khusus narkotika merupakan lembaga khusus yang diperuntukkan bagi narapidana kasus narkotika, berdiri sendiri dengan pola pembinaan berbeda dengan Lembaga Pemasyarakatan umum yaitu menggunakan dua aspek penanganan dan pendekatan yakni, aspek perawatan dan aspek kesehatan dari narapidana.1

Secara ideal Lembaga Pemasyarakatan Narkotika mengandung makna berperan “memasyarakatkan kembali “ para narapidana yang telah melanggar aturan hukum dan norma-norma yang dianut masyarakat. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika melaksanakan pembinaan secara komprehensif, baik rehabilitasi terpadu, sosial maupun rehabilitasi medis.

Lembaga Pemasyarakatan atau yang dulunya disebut dengan penjara merupakan bangunan tempat isolasi yang secara filosofis ditujukan untuk menghilangkan kemerdekaan narapidana atau mengalami pencabutan kemerdekaan serta membina

1

Hari Sasangka, Narkotika Dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Bandung: Mandar Maju, 2003, Hal. 28

atau mendidik para narapidana agar menjadi baik selama di dalam Lembaga pemasyarakatan.2

Lembaga Pemasyarakatan narkotika merupakan tempat untuk menampung narapidana penyalahgunaan narkotika yakni tempat yang bersifat isolasi, yang membatasi gerak-gerik para narapidana dengan tembok yang kokoh dan tinggi serta pintu dan jendela yang terbuat dari trali besi, terkungkung dalam kamar yang gelap dan pengab. Selain itu, pengawasan dan penjagaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan narkotika oleh para petugas Lembaga Pemasyarakatan sangat ketat.

Masyarakat yang akan memasuki Lembaga Pemasyarakatan juga harus mendapat ijin resmi dari pejabat yang berwenang, misalnya dari pengadilan, serta sebelum memasuki gedung Lembaga Pemasyarakatan tersebut para pengunjung diperiksa dan diawasi atau mendapat pengawasan yang ketat dari petugas Lembaga Pemasyarakatan. Tidak sedikit dari pengunjung yang tidak diperbolehkan masuk untuk membesuk keluarganya atau hanya melihat-lihat di dalam Lembaga Pemasyarakatan narkotika, dengan alasan peraturan atau kebijakan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang dimasukkan ke dalam penjara atau Lembaga Pemasyarakatan tidak bisa secara bebas berkomunikasi dengan orang luar, karena telah diisolasikan dan tidak bisa keluar atau bebas dari Lembaga Pemasyarakatan tanpa seijin dari pimpinan Lembaga Pemasyarakatan atau telah selesai masa tahanannya.

2

Romli Atmasasmita. Tindak Pidana Narkotika Transnasional Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bhakti, 1997, Hal.72

Hal ini menunjukkan sistem birokrasi pemerintah di dalam Lembaga Pemasyarakatan narkotika menjadi sesuatu yang sakral. Dengan jalan demikian, diharapkan setelah menjalankan hukumannya ia akan menjadi insaf dan tidak mau lagi melakukan tindak pidana kejahatan.3

Lembaga Pemasyarakatan narkotika sebagai institusi tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan fisik dan organisatoris. Lembaga Pemasyarakatan narkotika tidak saja dibatasi oleh batas-batas fisik tapi juga batas-batas sosial. Batas fisik seperti pagar, tembok, jeruji, diberlakukan bagi terhukum agar tidak berinteraksi secara bebas layaknya masyarakat di luar Lembaga Pemasyarakatan.

Batas-batas fisik dan sosial mendasari timbulnya kesepakatan-kesepakatan tertentu diantara petugas dan narapidana untuk saling bekerja sama menafsirkan penggunaan dan pemanfaatan batas-batas tersebut sesuai kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Batas-batas ini mencerminkan struktur masyarakat di balik tembok Lembaga Pemasyarakatan tak jauh berbeda dengan struktur masyarakat di Luar Lembaga pemasyarakatan.4

2. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung adalah salah satu UPT Pemasyarakatan di bidang perawatan dan pelayanan tahanan, khusus tahanan narkotika yang berfungsi sebagai tempat pembinaan narapidana yang sudah dijatuhi vonis hukuman oleh hakim yang bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Lampung.

3

R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Rajawali Pers, , 2009, Hlm.188 4

A. Josias Simon R, Budaya Penjara : Pemahaman Dan Implementasi, Karya Putra Darwati, 2012, Hlm.4

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.04. PR. 07. 03 Tahun 2003 tentang Pembentukan Direktorat Bina Khusus Narkotika di Tingkat Pusat dan Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika di Tingkat Daerah, dan dioperasionalkan sejak tanggal 1 Juni 2005 oleh Kepala Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Lampung. Realisasi dan Keputusan Menteri tersebut di atas adalah dengan pendirian 14 Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika di seluruh Indonesia termasuk di Bandar Lampung melalui Keputusan Menteri Kehakiman dan hak Asasi Manusia M.04. PR. 07. 03 tanggal 16 April 2003.

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung didirikan di atas lahan seluas 22.500 m2 atas bantuan Pemerintah Daerah Propinsi Lampung. Lahan tersebut adalah keseluruhan dan area dalam dan area luar yang digunakan sebagai bangunan utama serta sarana dan prasarana dalam hal pembinaan terhadap narapidana seperti bangunan kantor, poliklinik, bengkel kerja, dapur, aula, masjid, gereja, blok hunian, straff cell, pagar keliling, pos jaga 4 lokasi, dan lain-lain. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung ini terletak di Jalan Raya Way Hui Sukarame Bandar Lampung. Kapasitas atau daya muat Lembaga Pemasyarakatan tersebut adalah sebanyak 168 orang. Berdasarkan data pada sampai tanggal 27 November 2014, jumlah narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung mencapai 731 orang. Hal

ini menunjukkan bahwa keadaan dan isi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung over kapasitas sebesar 335,11%.5

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung memiliki Visi “Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Membagun Manusia Mandiri)”, serta Misi “Melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan serta pengelolaan benda sitaan Negara dalam kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia”.

Tujuan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung, antara lain :

1. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, mandiri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab.

2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan dirumah tahanan Negara dan cabang rumah tahanan dalam rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. 3. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan/ para pihak yang

berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita untuk

5

Http://Smslap.Ditjenpas.Go.Id/Public/Grl/Current/Monthly/Kanwil/Db669ad0-6bd1-1bd1-Baad-313134333039/Year/2014/Month/12 Diakses Tanggal 16 Desember 2014, 12:52 WIB.

keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda-benda yang dinyatakan dirampas untuk Negara berdasarkan putusan pengadilan. 6

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung memiliki fungsi melaksanakan pembinaan narapidana/anak didik kasus narkotika, memberikan bimbingan, terapi dan rehabilitasi narapidana/anak didik kasus narkotika, melakukan bimbingan sosial kerohanian, melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib lembaga pemasyarakatan, serta melakukan urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga.

Pada prinsipnya fungsi keamanan di tiap UPT dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Keamanan juga ditujukan untuk mencegah terjadinya kekerasan antar tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan, kekerasan kepada petugas dan pengunjung, dan mencegah terjadinya bunuh diri. Keamanan juga menjadi pendukung utama pencegahan pengulangan tindak pidana, pelarian, pencegah terjadinya kerusuhan atau pembangkangan pada tata tertib, dan terhadap masuknya benda-benda yang tidak diperkenankan masuk kedalam hunian seperti narkotika. Pengamanan juga diberikan pada tahanan, narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang berpindah tempat atau keluar untuk menjalani proses pemeriksaan tertentu, seperti pemeriksaan di pengadilan, kesehatan, dan keperluan lainnya.

6

Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Nomor M.07. Pr. 07. 10 Tahun 2001 Tanggal 31 Desember 2001 Tentang Pembentukan Direktorat Bina Khusus Narkotika Di Tingkat Pusat Dan Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotikadi Tingkat Daerah

Setiap pelanggaran akan dikenai sanksi disiplin, salah satunya penempatan di ruang isolasi atau tutupan sunyi. Penjatuhan sanksi ini tidak lepas dari penegakan disiplin dan pengamanan. Namun demikian harus dikedepankan rasa keadilan dan tindakan yang tidak sewenang-wenang dalam penerapannya.

Sistem keamanan dibuat berdasarkan landasan pembentukan keamanan di Lembaga Pemasyarakatan pada Bab V Pasal 46 UU No. 12 Tahun 1995 yaitu, Kepala Lembaga Pemasyarakatan bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban di Lembaga Pemasyarakatan yang dipimpinnya. Keamanan merupakan syarat mutlak untuk terlaksananya program-program pembinaan. Oleh karena itulah suasana aman dan tertib perlu diciptakan. Sistem keamanan yang digunakan dalam Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung adalah Sistem Keamanan Individual, Sistem Keamanan Kelompok, Sistem Keamanan Campuran dan dilaksanakan sesuai dengan tingkat keadaan (situasi) mulai tahapan Maximal Security, Medium security dan minimum security.7

Untuk penciptaan kondisi keamanan yang kondusif di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung, maka pelaksanaan program keamanan di bagi menjadi empat regu keamanan yang keseluruhannya di jalankan oleh KPLP (Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan).8

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandar Lampung didukung kekuatan keamanan 4 regu dan masing-masing regu berjumlah 8 personil, serta 4 regu petugas P2U yang masing-masing regu berjumlah 2 personil. KPLP yang di

7

Erna Dewi, Op Cit. 8

Peraturan Direktorat Jenderal Bina Tuna Warga No. 3.3/17/1 Tanggal 27 Januari 1975 Tentang Peraturan Penjagaan Lembaga Pemasyarakatan( Pplp).

kepalai oleh Ka.KPLP memiliki 2(dua) unsur yaitu : Staf KPLP dan regu jaga. Secara umum KPLP bergerak dilapangan dan bertanggung jawab secara teknis terhadap keamanan dan ketertiban Lembaga pemasyarakatan, dari seluruh unsur yang ada di Lembaga pemasyarakatan. KPLP adalah unsur yang bersinggungan langsung dan secara terus menerus berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan melalui regu jaga. Sebagai unsur yang selalu berada paling dekat dengan narapidana maka penanganan pertama terhadap adanya tindakan pelanggaran kedisiplinan berada di unsur KPLP.9

Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban Lembaga pemasyarakatan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan mempunyai fungsi yaitu melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap Narapidana/ Anak Didik, melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban, melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran narapidana/anak didik, melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan, serta membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan.

Ada dua jenis sanksi yang dijatuhkan ke narapidana terkait pelanggaran disiplin, yaitu tindakan disiplin sesuai Permen No.6 tahun 2013 berupa pemindahan ke sel pengasingan selama 6 (enam) hari; dan hukuman disiplin. Adapun jenis-jenis tindakan narapidana yang dikategorikan sebagai pelanggaran adalah :

9

1. Penjatuhan hukuman disiplin tingkat ringan bagi narapidana dan tahanan yang melakukan pelanggaran :

a) Tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan;

b) Meninggalkan blok hunian tanpa izin kepada petugas blok; c) Tidak mengenakan pakaian seragam yang telah ditentukan; d) Tidak mengikuti apel pada waktu yang telah ditentukan; e) Mengenakan anting, kalung, cincin, dan ikat pinggang;

f) Melakukan perbuatan atau mengeluarkan perkataan yang tidak pantas dan melanggar norma kesopanan atau kesusilaan; dan

g) Melakukan tindakan yang berdasarkan pertimbangan siding tim pengamat pemasyarakatan termasuk dalam perbuatan yang dapat dikenakan hukuman disiplin tingkat ringan.

2. Narapidana dan tahanan yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang jika melakukan pelanggaran :

a) Memasuki steril area tanpa ijin petugas;

b) Membuat tato dan/atau peralatannya, tindik, atau sejenisnya;

c) Melakukan aktifitas yang dapat membahayakan keselamatan diri sendiri atau orang lain;

d) Melakukan perbuatan atau mengeluarkan perkataan yang tidak pantas yang melanggar norma keagamaan;

e) Melakukan aktifitas jual beli atau utang piutang;

f) Melakukan perbuatan yang termasuk dalam kategori yang mendapatkan

Dokumen terkait