• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

C. Saran

3. Bagi Lembaga Pendidikan/Instansi Terkait

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini, akan lebih baik

jika lembaga pendidikan/instansi terkait menyediakan sarana berupa

pengenalan atau pelatihan bagi mahasiswa mengenai budaya lain,

mengingat Negara Indonesia merupakan Negara yang majemuk dan

memiliki beragam budaya.

91 

DAFTAR PUSTAKA

Albarra, Abdun. 2011. Papua negeri impian. Diakses 20 Oktober 2012 dari http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/01/23/papua-negeri-

impian/

Aliansi Mahasiswa Papua Jogja. 2011. Diakses 17 Oktober 2012 dari http://ampjogja.blogspot.com/2011/11/ribuan-mahasiswa-papua-yang- berada-di.html

Ansiga, Maria., F. 2012. Hubungan Prestasi Belajar Dan Culture Shock Pada Mahasiswa Asal Papua. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Ariestanty, Windy., Andri, Maurin. 2007. Studying abroad: Belajar sambil

berpetualangan di negeri orang. Cetakan 1. Jakarta: Gagas Media

Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., Dasen, Pierre R. 1999.

Psikologi lintas budaya: Riset dan aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Utama

Bertens, K. 2005. Metode belajar untuk mahasiswa: Beberapa petunjuk bagi

mahasiswa baru. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Boveington, Tristram Frederick.2006/ 2007.Sebuah Survei Tentang Para Pelajar Papua yang Kuliah di Jawa Timur; Latar Belakang, Unsur-Unsur dan Cita- Citanya.Skripsi (Diterbitkan). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses 17 Oktober 2012 dari http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/tristramboveington.pdf.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Creswel, J. W. 2007. Qualitative Inquiry And Research Design Choosing Among

Five Traditions. California: SAGE Publications.

Djudju Sudjana, Prof. Ph. D, M. Ed. 2007. Dasar – Dasar Metode Penelitian

Sosial dan Pendidikan. UPI: SPS.

Fauzi, Akhmad. 2012. Bahasa Indonesia Menembus Pedalaman Papua. Diakses 3 Januari 2013 dari http://bermututigaputri.guru-indonesia.net

92 

 

Furnham, Adrian. 2004. Foreign Student: Education and Culture Shock. Diakses 2 Oktober 2012 dari

http://www.aaa.uni-

augsburg.de/ausland/downloads_vz/furnham_foreign_students.pdf

Guanipa, Carmen. 1998. Culture Shock and The Problem of Adjustment to New Cultural Environment. Diakses 2 Oktober 2010 dari http://edweb.sdsu.edu/people/cguanipa/cultshok.htm

Heine, Steven J. 2008. Cultural psychology.www. Norton & Company, Inc.

Irwin, Rachel. 2007. Culture shock: negotiating feelings in the field. Anthropology

Matters Journal.Vol. 9 (1). Diakses 4 Oktober 2012 dari

http://www.anthropologymatters.com/index.php?journal=anth_matters&pa ge=article&op=view&path[]=64&path[]=124

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Penerbit: Djambatan

Liliweri, Alo, Dr. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara

Lonner, Walter J., Malpass, Roy S. 1994. Psychologyand culture. USA: by Allyn & Bacon. A division of Simon & Schuster, Inc. 160 Gould Street. Needham Heights, MA 02194

Mulyana, Deddy., Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Komunikasi antarbudaya: Panduan

berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Munandar, Sulaeman. 1995. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT. Eresco.

Nana Sudjaman, Dr & Ibrahim. Dr, MA,. 2004. Penelitian dan Penilaian

Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Niam, Erni Khoirun. 2008. Koping Terhadap Stress Pada Mahasiswa Luar Jawa yang Mengalami “Culture Shock” di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Thesis (Diterbitkan). Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses 28 Septermber 2012 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/8948/.

Odera, P. 2003. Culture Shock in a Foreign Land: Rwandan Experience. Kigali

Institute of Education Journal Vol 1, No, 1.

 

Poedjiastutie, Dwi. Tanpa tahun. Culture Shock Experienced by Foreign Students Studying at Indonesian University.

Poerwandari, E. K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi UI.

Pujiriyani, Dwi Wulan., Rianty, Almira. 2010. Kiat-Kiat Mengantisipasi Culture

Shock. Yogyakarta: PSAP UGM bekerja sama dengan Ford Foundation

Safaria, T., dan Saputra, N. E., 2009, Manajemen Emosi ( Sebuah Panduan

Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda), Bumi

Aksara, Jakarta.

Samovar, Larry A., Porter, Richard E. McDaniel, Edwin R. 2007.Communication

between cultures 6th. USA: Thomson Wadsworth.

---, 2010.Komunikasi lintas budaya:Communication between

cultures. Ed. 7. Jakarta: Salemba Humanika

Santrock, John W. 2002. Life-span development: Perkembangan masa hidup 5 ed.

Jilid II. Jakarta: Erlangga

Smith, Peter B., Bond, Michael Harris. 1993. Social psychology across cultures:

analysis and perspectives. USA: Harvester Wheatsheaf

Sumadi Suryabrata, B.A, Drs, M.A, ED. S, Ph. D. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Raja Gravindo Persada.

Suryandari, Nikmah. Tanpa tahun.Culture Shock Communication Mahasiswa Perantauan Di Madura.Thesis. Madura: Universitas Trunojoyo Madura.

Susanti, Yulian. 2012. Dukungan Teman Sebaya Sebagai Mediator Hubungan Antara Culture Shock Dengan Prestasi Belajar.Thesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Diakses 28 November 2012. http://etd.ugm.ac.id

Thomson, Gary., Rosenthal, Doreen., Russell, Jean. 2006. Cultural Stress among International Students at An Australian University. Diakses 28 September 2012

http://www.aiec.idp.com/pdf/Thomson%20(Paper)%20Fri%201050%20M R5.pdf

94 

 

Yusuf, Yusmar. 1991. Psikologi Antarbudaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ward, Collen., Bochner, Stephen., Furnham, Adrian. 2001. The psychology of

culture shock 2nd ed. London: Routledge.

 

96 

 

LAMPIRAN

1

Protokol Wawancara

 

PROTOKOL WAWANCARA

Waktu wawancara (hari/tanggal/jam) : Durasi wawancara : Tempat wawancara : Nama interviewee (Inisial) : Tempat/tanggal lahir : Prodi/tahun angkatan : Daerah asal di Papua : Tinggal di Yogyakarta sejak : Tempat tinggal di Yogyakarta : Tinggal di Yogyakarta bersama :

No Panduan Pertanyaan bagi Subyek

1. TAHAPAN CULTURE SHOCK a. Tahap honeymoon

1. Tolong ceritakan apa yang memotivasi anda untuk melanjutkan pendidikan di kota Yogyakarta?

2. Bagaimana perasaan anda ketika awal sekali anda tiba di Yogyakarta? Kenapa?

3. Tolong deskripsikan bagaimana perasaan senang dan antusias anda ketika anda tinggal di lingkungan yang baru?

4. Apa saja yang anda pikirkan tentang Yogyakarta pada saat itu? Kenapa?

5. Apa saja yang anda lakukan pada saat itu? Kenapa? 6. Berapa lama perasaan dan pikiran itu anda rasakan?

b. Tahap crisis atau culture shock

1. Bagaimana perasaan anda ketika anda harus tinggal di Yogyakarta terpisah dengan keluarga di Papua?

2. Menurut anda hal apa saja yang anda rasakan berbeda ketika anda berada di Papua dan ketika anda berada di Yogyakarta?

98 

 

perbedaan-perbedaan terkait dengan bahasa, kebiasaan dan budaya yang ada di Yogyakarta?

4. Apa saja yang ada dalam pemikiran anda saat anda melihat beberapa hal yang berbeda dan belum pernah anda alami sebelumnya? Kenapa? 5. Apa saja yang anda rasakan pada saat itu? Kenapa?

6. Kapan perasaan tidak nyaman itu mulai muncul?

7. Apakah keadaan seperti ini kemudian memberikan dampak bagi aktivitas anda sehari-hari?

8. Tolong ceritakan apa saja dampak yang anda rasakan? 9. Berapa lama perasaan tidak nyaman ini anda alami?

c. Tahap recovery

1. Bagaimana cara anda mengatasi perasaan tidak nyaman tersebut? 2. Kapan anda merasa mulai bisa mengatasi perasaan-perasaan tidak

nyaman itu?

3. Apa saja yang anda pikirkan pada saat itu? Kenapa?

4. Lalu bagaimana perasaan anda ketika anda sudah mulai bisa mengatasi rasa ketidaknyamanan tersebut? Kenapa?

d. Tahap adjustment

1. Apakah saat ini anda merasakan perasaan anda sudah jauh lebih baik? Kenapa?

2. Apa saja perasaan yang anda rasakan sekarang? 3. Kenapa perasaan – perasaan itu bisa muncul?

4. Apakah saat ini anda sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta? Kenapa?

5. Apa yang anda pikirkan tentang Yogyakarta dan orang-orang di Yogyakarta?

6. Bagaimana kemampuan bahasa Jawa anda saat ini?

7. Apakah saat ini anda sudah memiliki rutinitas dan sudah dapat menjalani rutinitas anda dengan baik? Apa saja rutinitas anda pada saat ini?

8. Bagaimana relasi anda di lingkungan yang baru ini?

 

9. Apakah anda memiliki cukup banyak teman di lingkungan baru sekarang?

10.Sejak kapan anda merasakan hal ini?

2. GEJALA – GEJALA CULTURE SHOCK Checklist

a. Merasa sedih, sendirian dan terasingkan

b. Tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari kontak dengan orang lokal

c. Takut melakukan kontak fisik

d. Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama

e. Merasa tidak aman (rasa ketakutan yang berlebihan) takut ditipu, dirampok, takut terluka

f. Perubahan tempramen, depresi, merasa menderita dan lemah g. Mudah tersinggung, kesal dan marah

h. Sulit berkonsentrasi dan tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sederhana

i. Kehilangan identitas dan kurang percaya diri j. Merindukan keluarga dan rumah

k. Memiliki hasra makan, minum dan tidur yang berlebihan atau bahkan sangat kurang/sedikit (insomnia)

l. Bermasalah dengan kesehatan (flu, demam, diare, alergi) m.Mengembangkan obsesi seperti over-cleanliness (kebersihan

yang berlebihan) terkait dengan masalah makan, minum, piring ataupun tempat tidur.

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………

100 

 

LAMPIRAN

2

Transkip Verbatim

Wawancara dan Analisis

Data Subjek Penelitian

  Transkip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1 (AS)

BARIS VERBATIM KODING AWAL ANALISIS

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

Tolong ceritakan apa yang memotivasi Anda untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta?

Kalau aku sendiri si awalnya itu kan mama papa ku sempat datang ke jogja buat nerusin kuliahnya mereka, itu sekitar 3 bulanan disini. Terus mereka itu bilang kalau jogja itu bagus banget, terus ga macet kaya Jakarta, amanlah kalau untuk sekolah gitu. Aku tuh awalnya kan emang belum pernah ke jogja, liburan juga belum pernah ke jogja, paling ke Jakarta, Surabaya gitu, jadi belum ada gambaran. Jadi aku cuma ngikut kata mama si bagus. Pas pertama kali kesini si belum terlalu gimana ya karena jogja aku kiranya kan udah kota kayak di Jakarta, terus pokoknya padet gitu kan, tapi pas pertama sampai di bandara itu ngeliatnya kok kaya kota-kota biasa ya. Masih kecil, oh mungkin ini kota kecil, terus aku tuh merasa kayanya bagus karena kebeteluan aku juga dapat di Paingan sini kan, ga rame jadi ya nyaman aja buat belajar. Awalnya si belum tau kota Jogja itu kaya gimana. Pas udah sekarang, udah rasa kayanya enak juga ga banyak gangguan.

Kamu masih ingat ga waktu awal pertama kali kamu datang ke Yogyakarta itu perasaanmu tuh seperti apa?

Awalnya si aku ngerasa senang si, karena pertama tu bebas dari orang tua. Bukan bebas karena apa tapi secara kan aku baru pertama kali misah. Selama ini kan diawasi terus sama orang tua, 24 jam. Awal datang ke Jogja tu rasanya aduh

- Kesan pertama subyek mengenai kota Yogyakarta

102    27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.

seneng banget ya akhirnya bisa mandiri. Jadi gimana kehidupanku entar aku jadi kayak udah ga sabar nanti-nanti gimana si hidup sendiri.

Oh perasaannya kayak gitu ya, terus perasaan senangmu itu terkait sama lingkungan atau sama yang lain. ada ngga misalnya kaya “wah jogja ni kata orang banyak tempat wisatanya” gitu?

Iya si, karena kan dulu itu sempet diceritain teman-temanku kan udah banyak disini tu, anak SMA, kata mereka sering bilang kalau disini tu banyak bule. Jadi aku tu kayak seneng banget kan, soalnya aku itu kan juga seneng banget sama bule, seneng bahasa inggris. Jadi pengen ngeliat langsung bule itu kaya gimana si.

Emm iya ya, terus waktu pertama kali kamu sampai di Yogyakarta, yang kamu pikirkan pertama kali tentang Yogyakarta itu gimana?

Kalau yang aku pikirin si pasti kotanya itu besar, ramai, banyak mall-mallnya, banyak anak gaulnya, banyak tempat nongkrongnya, asik lah pokoknya. Itu yang aku pikirin tentang Jogja.

Oh iya ya, hehe. Terus yang kamu lakukan begitu sampe Jogja itu apa? Misalnya jalan-jalan atau mengunjungi tempat-tempat yang kamu pikir menarik gitu?

Kalau pertama kali datang ke sini itu aku sering diajakin teman-temanku pergi ke malioboro gitu. Disinikan yang paling

subyek merasa sangat senang Æ subyek antusias untuk menjalani hari - hari ke depan di Yogyakarta.

Subyek senang sekali ketika tahu di Yogyakarta banyak turis dari luar negeri ÆSubyek merasa sangat antusias ingin melihat turis.

Subyek berpikir kalau Yogyakarta merupakan kota besar yang ramai

Æ Yogyakarta mengasikkan baginya.

Saat – saat awal di Yogyakarta subyek banyak menghabiskan

perasaan senang ketika awal datang ke Yogyakarta Æ ini merupakan tahap

honeymoon.

Subyek merasa senang dan antusias ketika awal datang ke Yogyakarta, karena di Yogyakarta banyak turis Æ ini merupakan tahap

honeymoon.

Pemikiran subyek mengenai Yogyakarta pada saat awal subyek tinggal di

Yogyakarta Æ ini merupakan tahap

honeymoon.

Subyek banyak

menghabiskan waktu untuk

  55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82.

terkenal malioboro kan. Jadi aku pengen liat gimana sih malioboro. Terus pergi ke yang nyebrangin pohon apa si, pohon yang di alun-alun. Terus ngeliat apa ya, kayak keratin gitu, terus aku pergi ke bukit bintang. Pokoknya yang teman- teman ku bilang, kayak ini ni yang paling terkenal di Jogja, terus kita kesana. Ke pantai.

Oh iya, kamu cobain semuanya ya. Terus kira-kira perasaan senang yang kamu rasakan itu bertahan berapa lama?

Kalau itu si sekitar 2 bulanan ya, aku ngerasain benar-benar yang senang banget soalnya cuma jalan – jalan sama teman- teman. Kan waktu itu juga belum mulai kuliah, jadi masih bebas.

Emm iya ya, terus setelah 2 bulan itu apa yang kamu rasain? Mungkin kamu udah mulai ngerasain kangen sama orang tua atau rasa pengen pulang? Pernah ga ngerasain kaya gitu?

Iya sih, apalagi kan waktu pertama kali datang itu kan aku ga ditemenin sama mama, jadi benar-benar sendiri di sini. Sama kakak Ria juga waktu itu yang aku tinggal disitu, dia juga pergi KKN kan jadi aku sendiri di kos. Jadi bener-bener kaya yang ya ampun kangen sama mama, kangen suasana Papua, kangen teman-teman.

Iya ya, itu berarti bulan ketiga kamu tinggal di Yogyakarta ya?

waktunya untuk berjalan – jalan Æ subyek mengunjungi beberapa tempat – tempat wisata yang menarik baginya.

Subyek merasakan perasaan senang selama 2 bulan pertama ia tinggal di Yogyakarta Æ karena pada saat itu perkuliahan belum dimulai.

Setelah 2 bulan subyek baru merasakan sendiri Æ subyek mulai merasa kangen dengan mama nya, kangen dengan

kampun halamannya di Papua dan kangen teman – temannya

mengunjungi beberapa tempat yang menurutnya menarik di Yogyakarta Æ ini merupakan tahap

honeymoon.

Tahap honeymoon dialami subyek selama dua bulan pertama.

Pada bulan ketiga subyek mulai merasakan kesepian

Æ subyek ingin pulang dan rindu akan kampung halaman Æ subyek mulai memasuki tahap

104    83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110.

Iya, udah mulai ada rasa kangen karena sepi juga.

Udah mulai kerasa sepi ya?

(mengangguk)

Terus ada nggak situasi-situasi yang berbeda ketika kamu tinggal di Yogyakarta?

Ada. Ada si, itu kalau yang beda misalnya, kalau disana kan aku tuh punya banyak teman, terus di Papua itu kan terkenal banget kayak mereka tuh persaudaraannya tinggi banget kan. Jadi aku kayak apa-apa tu bisa ada teman, ngarepin bantuan teman. Kalau disini tuh pertama kali aku datang kan belum punya teman dan ketika aku pun juga punya teman yang kayak biasa itu juga tuh rasanya beda banget sama pertemanan yang di Papua gitu kan. Individualnya tinggi, beda sama Papua kalau teman itu udah kayak keluarga sendiri. Kalau disini kan kayak masih ada batasannya, masih ada, individualnya masih tinggi lah. Jadi kerasa banget kalau lagi kayak gitu.

Terus begitu kamu menghadapi situasi-situasi seperti itu kamu merasa ada perasaan tidak nyaman?

Iya si, gak nyaman juga kalau misalnya kita mau dekat sama mereka kita juga kayak agak – agak. Kadang mereka itu juga kayak liat, kita itu kan bukan dari Jawa, bukan dari kota yang besar. Kita dari Papua, jadi mereka kalau mau berteman juga agak pilih – pilih juga sih.

Oh iya ya. Itu terkait sama teman ya, kalau terkait dengan

Pada bulan ke 3 subyek merasakan kesepian.

Subyek mulai merasakan perbedaan – perbedaan situasi ketika di Papua dan Yogyakarta Æ perbedaannya terkait dengan pertemanan yang subyek alami.

Subyek mulai merasakan perasaan tidak nyaman Æ subyek merasa teman – teman di Yogyakarta memilih – milih dalam berteman

Pada bulan ketiga subyek mulai merasakan kesepian, ingin pulang dan rindu akan kampung halaman Æ subyek mulai memasuki tahap crisis/culture shock.

Subyek merasakan adanya perbedaan situasi yang dihadapi Æ subyek merasa kehilangan temannya ÆIni merupakan tahap

crisis/culture shock.

Subyek merasakan perasaan tidak nyaman Æ subyek merasa mulai terasingkan oleh teman – teman yang berasal dari Jawa ÆIni merupakan tahap

crisis/culture shock.

  111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138.

budaya, kamu merasa ketidaknyamanan?

Iya, kalau di Papua kan kita tu udah biasa bicara yang yaudah bicara aja pake bahasa Papua kan yang gak formal. Kalau misalnya datang disini kan, apalagi bahasa Jawa kan aku sama sekali ga ngerti. Orang-orang kebanyakan, teman – teman di kampus itu bicaranya pakai bahasa Jawa jadi aku kalau mau ngomong pakai bahasa Indonesia juga agak – agak gimana, agak susah buat cari kata – katanya, takutnya gak ngerti mereka.

Terus kalau misalnya ada temanmu yang ngomong dengan bahasa Jawa itu kamu gimana?

Ya kadang aku tanya aja “bahasa Indonesianya apa si?” kayak gitu. Kalau engga ya aku bilang “bicara pakai bahasa Indonesia dong kita kan ga ngerti”

Hehe iya si. Terus pernah ga si ngalamin kayak dosen ada yang menjelaskan itu ada yang pakai bahasa Jawa?

Pernah

Terus kamu gimana?

Ya aku paling nanya artiannya sama teman sebelahku “itu artinya apa?”

Itu sebenarnya ngadepin kayak gitu jadi kesulitan ga si buat kamu?

Iya karena kan kadang aku tu jadi ga ngerti apa yang mereka maksud, kita ga bisa nangkep kan mereka itu bicara apa kalau

Subyek merasa tidak nyaman terkait dengan bahasa yang digunakan ÆSubyek tidak mengerti bahasa Jawa Æ subyek juga subyek khawatir teman – temannya tidak mengerti ketika subyek berbicara.

Subyek bertanya pada temannya apabila ia tidak mengerti dengan bahasa Jawa.

Subyek merasa kesulitan untuk memahami perkataan teman dan

Bahasa merupakan salah satu kendala yang subyek alami Æ Perbedaan bahasa tersebut menimbulkan perasaan tidak nyaman Æ Ini merupakan tahap

crisis/culture shock.

Cara subyek mengatasi masalah terkait dengan bahasa.

Dikarenakan perbedaan bahasa tersebut, subyek

106    139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166.

pake bahasa kayak gitu kan dan belum tentu mereka juga ngerti bahasa kita. Jadi kadang komunikasinya jadi terhambat.

Hmm iya si. Lalu terkait dengan kebiasaan, ada ga yang beda antara di Yogyakarta dengan di Papua?

Ada. kebiasaan makan ya. Kalau disini kan kita makan tu yang misalnya pesan sesuai dengan yang, maksudnya ga yang banyak – banyak. Apa yang mau dimakan ya itu yang dipesan. Nggak kayak kalau di Papua kan yaudah yang namanya makanan pesan pesan aja, kalau mau makan ya makan aja, sebanyak-banyaknya. Apalagi kalau disini kalau kita, kayak aku kan terbiasa suka makan jadi kalau disini aku, apalagi kalau disini kan murah harganya makanan. Jadi aku beli aja semuanya gitu kan dan kadang tuh mereka kayak, kayaknya tuh kayak wah boros banget si, kayak buang – buang uang cuma buat beli makanan, mending buat beli apa. Tapi kalau buat kita yang dari Papua tuh hal biasa sih kalau makanan. Kalau disana kan mahal, jadi disini itu kayak gak apa – apa beli makan yang banyak, jadi sekali makan itu banyak.

Emm iya ya, tapi teman – teman nganggepnya gimana gitu ya.

Iya (mengangguk)

Sekarang terkait dengan budaya, ada ga si budaya – budaya yang di Yogyakarta bikin kamu kaget?

Misalnya?

dosennya ÆSubyek merasa komunikasinya terhambat

Subyek merasakan ada perbedaan terkait dengan kebiasaan makan di Papua dan di Yogyakarta

Subyek merasa beberapa

temannya menjudge subyek boros ketika kebiasaan makan di Papua diterapkan di Yogyakarta.

merasa komunikasinya menjadi terhambat Æ Ini merupakan tahap

crisis/culture shock.

Selain bahasa, kebiasaan makan pun dirasakan berbeda oleh subyek Æ Ini merupakan tahap

crisis/culture shock.

Beberapa temannya memandang negatif kebiasaan makan yang dimiliki oleh subyek ÆIni merupakan tahap

crisis/culture shock.

  167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194.

Emm kayak misalnya kalau di Yogyakarta ketemu orang itu harus menyapa, itu di Papua juga sama seperti itu atau berbeda?

Emmm kalau di Papua, kalau nyapa si ya memang harus nyapa ya, tapi mungkin kalau di Jawa sini nyapanya yang lebih, yang lebih sopan aja apalagi sama orang tua, lebih yang sopan. Kalau di Papua kalo nyapa ya paling panggil nama, langsung peluk atau yang apa itu kan udah biasa kan. Kalau disini kan harus lebih sopan, pake kata – kata yang, apalgi sama orang tua. Kayak gitunya sih, terus tingkah lakunya juga gak boleh yang sembarangan, di Papua kan asik – asik aja.

Dokumen terkait