• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembaga Pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Lembaga Pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqah

Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman allah yang terdapat pada

surat at-taubah ayat 60 dan 103.

☺ ☺

⌧ ⌧ ☺

Artinya : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (at-taubah : 60)

25

Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Rukun Islam: Zakat (Jakarta: Al-Kautsar Prima, 2008) h. 11

26

Artinya : “ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (At-taubah :103)

Dalam surat at-taubah ayat 60 tersebut dijelaskan bahwa

salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahik zakat)

adalah orang-orang yangbertugas mengurus urusan zakat (‘amilina

‘alaiha). Sedangkan dalam surat at-taubah ayat 103 dijelaskan

bahwa zakat itu diambilatau di jemput dari orang orang yang

berkewajiban untuk berjakat (muzakki) untuk kemudian diberikan

kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik) yang

mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas (amil).

Imam qurtubi 27 ketika menafsirkan ayat tersebut (at-taubah ayat

60) menyatakan bahwa amil itu adalah orang –orang yang

ditugaskan (di utus oleh imam atau pemerintah) untuk mengambil ,

menuliskan , menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya

dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak

menerimanya.

Karena itu, Rasullulah SAW pernah mengutus muaz bin

jabal pergi keyaman, disamping bertugas sebagai da’i (menjelaskan

27

Al-qurtubi, al-jami ‘ li ahkam al-quran, beirut lebanon, daar el kutub ilmiyyah 1413 H / 1993 M. Jilid VII-VIII, h.112-113.اﺎﻜ ا

لﺎ

:

ة د ﺎﻬ ﻰ ا ﻬ دا

:

لﻮ ر ﻰ أو ﷲا إ إ أ

ﻮ ﺎ ﺄ ه نﺎ ﷲا

ﻬ ض ﺮ ا ﷲا نا ﻬ ﺎ ﻚ ﺬ ا

ﻚ اﺬ ا ﻮ ﺎ أ ه ن ﺎ ﺔ و م ﻮ آ ﻰ تا ﻮ ﺣ

ﻬ ﺄ

نأ

ﷲا

أ ﺬ ﻮ هاا ﻮ أ ﻰ ﺔ ﺪ ض ﺮ ا

ﻬ ﺎ

)

ي ر ﺎ ا ا و ر

(

28

Artinya :” Ajarkanlah mereka (penduduk yaman) untuk mengakui bahwsannya tiada tuhan yang wajib di sembah selain allah . dan bahwasannya aku adalah utusan allah. Jika mereka telah mengikutinya, maka bertahu kepada mereka, bahwasannya allah swt mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika merekamengikutinya maka beritahu pula kepada mereka, bahwa allah SWT mewajibkan pada harta mereka sedekah (zakat) yang diambil “

Demikian pula yang dilakukan oleh para khulafaur rasyidin

sesudahnya, mereka selalu mempunyai tugas khusus menjadi amil

zakat, baik pengambilan maupun pendistribusiannya. Diambilnya

zakat dari muzakki (orang yang memiliki kewajiban berjakat)

melalui amil zakat untuk kemudian disalurkan kepada mustahik,

menunjukan kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat

amal karitatif (kedermawanan), tetapi juga ia suatu kewajiban yang

juga bersifat otoritatif.(ijbari)29

28

Shahih bukhari , (riyadh : daar el-salam, 2000), h. 111 hadits no.1417 29

Abdurrahman qadir, zakat dalam dimensi mahdah dan sosial, raja grafindo persada, jakarta, 1998), h.85

keuntungan , antara lain:

Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar

zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik

zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakatdari para

muzakki . ketiga, untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta

sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala

prioritas yang ada pada suatu tempat. Ke empat, utnuk

memperlihatkan syiar islam dalam semangatenyelenggaraan

pemerintahan yang islami.

Di indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan

undang–undang no.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat

dengan keputusan menteri agama (KMA) no. 581 tahun 1999

tentang pelaksanaan undang-undang no.38 tahun 1999 dan

keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat islam dan urusan

haji no.D/291 tahun 2000 tentang pedonman teknis pengelolaan

A. SEJARAH SINGKAT RUMAH ZAKAT INDONESIA

Pada Tahun 1998 , Abu Syauqi, salah satu tokoh da'i muda Bandung, bersama beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis Ta'lim Ummul Quro sepakat membentuk lembaga sosial yang konsern pada bantuan kemanusiaan. 2 Juli 1998, terbentuklah organisasi bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). Sekretariat bertempat di Jl. Turangga 33 sekaligus sebagai tempat kajian. Jamaah pengajian semakin berkembang. Dipergunakanlah Masjid Al Manaar Jl. Puter Bandung sebagai tempat kajian rutin.

Pada tahun 1999 Terjadi kerusuhan sosial dan konflik SARA pada pertengahan bulan Januari di Ambon dan Maluku Utara. Kasus tersebut mendorong DSUQ mulai memfokuskan kerja untuk rehabilitasi korban dan pengungsi konflik. Kantor sekretariat pindah ke Jl. Dederuk 30 Bandung. Mendekat ke forum pengajian di Masjid Al Manaar.

Pada tahun 2000 Berkaca pada pengalaman menangani korban konflik dan kerusuhan di Ambon dan Maluku Utara, ternyata masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas . Dirintislah program bea siswa pendidikan yatim dan dhuafa, layanan kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin kota, dll. Pemekaran mulai dilakukan dengan membuka kantor cabang Yogyakarta, Mei 2000 di Jl.

Veteran 9. Cabang Bandung dipindah ke sekretariat awal di Jl. Turangga 33 Bandung

Pada tahun 2001 Februari, Kantor cabang Jakarta resmi berdiri di Jl. Ekor Kuning Rawamangun, Jaktim

Pada tahun 2002 Identitas lembaga sebagai lembaga amil zakat semakin dikuatkan. Kantor Cabang Jakarta pindah ke Jl. Taruna 43 Pulogadung

Pada tahun 2003DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat

Indonesia DSUQ seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Bulan Mei, Rumah Zakat Indonesia DSUQ hadir di ibukota Jawa Timur, Surabaya.

Pada tahun 2004 Kantor cabang Tangerang berdiri. Ekspansi mulai melebar ke Sumatera dengan didirikannya kantor cabang Pekanbaru, Riau. Dimulainya pembangunan sistem Teknologi Informasi untuk peningkatan mutu pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online. Website www.rumahzakat.org dirilis, menggantikan alamat situs sebelumnya di www.rumahzakat.net. Menguatkan branding lembaga dengan nama Rumah Zakat Indonesia

Pada tahun 2005 Pertumbuhan cabang meningkat pesat. Kantor cabang Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam berdiri. Di Jawa, berdiri pula kantor cabang Semarang, ditambah jaringan kantor cabang pembantu di Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta Selatan, Cirebon, Solo. Cabang Pekanbaru

juga berekspansi dengan memiliki kantor cabang pembantu Duri dan Dumai. Sistem informasi lembaga mulai masuk ke jaringan on line. Mulai transaksi online, absensi on line, dan beberapa software keuangan.

Pada tahun 2006 Regenerasi puncak pimpinan diestafetkan dari Ustadz Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra. Babak sejarah baru ' Transformation From Traditional Corporate to Professional Corporate '

dimulai.

Sehingga pada tahun 2007 pengembangan progam semakin disempurnakan termasuk dengan mengganti istilah Departemen Empowering menjadi Direktorat Program. Implementasi program mulai difokuskan hingga mengerucut pada empat induk yaitu EduCare, HealthCare, YouthCare, dan EcoCare. Pengelolaan program dilakukan dengan konsep terintergrasi dan berkelanjutan berbasis komunitas.

ICD merupakan tempat yang difokuskan untuk penyaluran yang terintegrasi yakni pendidikan, kesehatan, pelatihan kepemudaan, dan pemberdayaan ekonomi secara terpadu berbasis komunitas. Dengan Mustahik Relation Officer sebagai SDM pendamping, ICD menjadi pusat penyaluran program sehingga lebih terukur, dan terkontrol. Di tahun ini pula Rumah Zakat Indonesia melebarkan layanan program pendidikan dengan menyelenggarakan Sekolah Dasar Juara yang bersifat gratis. Guru-guru terbaik dipilih untuk mendidik calon pemimpin bangsa di sana.

Pada tahun 2008, Rumah Zakat Indonesia berkeinginan kuat untuk memantapkan program-program pemberdayaan. Dukungan dan kepercayaan

masyarakat menguatkan lembaga untuk semakin fokus kepada sebuah rekayasa peradaban besar yang sejak awal telah diimpikan, yakni ”transformasi mustahik ke muzakki”. Wujud nyata usaha lembaga adalah dengan meluaskan jaringan pengembangan usaha kecil dan mikro di 18 kota.

Tidak hanya itu, Rumah Zakat Indonesia pun menyelenggarakan pelatihan-pelatihan motivasi dan ketrampilan dalam wadah Youth Development Center. Pelatihan motivasi ini memegang peranan penting karena karakter, pola pikir, dan sikap yang kontra produktif menyumbangkan andil besar dalam kelanggengan sebuah kemiskinan. Dan yang tidak kalah penting adalah pendampingan masyarakat dilakukan oleh 28 Mustahik Relation Officer (MRO) dengan didukung para relawan.

Dokumen terkait