• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanah Lempung adalah tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang. Di Amerika bagian barat, untuk

19

lempung yang keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang bersabun

atau seperti terbuat dari lilin disebut “gumbo”. Sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak (Terzaghi, 1987).

Tanah Lempung adalah tanah yang sebagian besar penyusunnya terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay mineral), dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Kohesif menunjukan kenyataan bahwa partikel-pertikel itu melekat satu sama lainnya sedangkan plastisitas merupakan sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan-retakan atau terpecah-pecah (Das, 1998).

Dalam terminologi ilmiah, lempung adalah mineral asli yang mempunyai sifat plastis saat basah, dengan ukuran butir yang sangat halus dan mempunyai komposisi berupa hydrous aluminium dan magnesium silikat dalam jumlah yang besar. Batas atas ukuran butir untuk lempung umumnya

adalah kurang dari 2 μm (1μm = 0,000001m), meskipun ada klasifikasi yang

struktur dasar dari mineral lempung.terdiri dari silika tetrahedron dan aluminium oktahedron. Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk struktur lembaran. Jenis-jenis mineral lempung tergantung dari komposisi susunan satuan struktur dasar atau tumpuan lembaran serta macam ikatan antara masing-masing lembaran.

Umumnya partikel-partikel lempung mempunyai muatan negatif pada permukaannya. Hal ini disebabkan oleh adanya substitusi isomorf dan oleh karena pecahnya keping partikel pada tepi-tepinya. Muatan negatif yang lebih besar dijumpai pada partikel-partikel yang mempunyai spesifik yang lebih besar. Jika ditinjau dari mineraloginya, lempung terdiri dari berbagai mineral penyusun, antara lain mineral lempung (kaolinite, montmorillonite dan illite

group) dan mineral-mineral lain yang mempunyai ukuran sesuai dengan

batasan yang ada (mika group, serpentinite group)(Das, 1998).

G. Agregat

Agregat merupakan material yang menempati 70-75% dari total volume beton/block beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas block beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis. Mengingat agregat lebih murah daripada semen maka akan ekonomis bila agregat dimasukkan sebanyak mungkin selama secara teknis memungkinkan, dan kandungan semennya minimum. Meskipun dulu agregat dianggap sebagai material pasif, berperan sebagai pengisi saja, kini disadari adanya kontribusi positif agregat pada sifat

21

beton, seperti stabilitas volume, ketahanan abrasi, dan ketahanan umum

(durability) diakui. Bahkan beberapa sifat fisik beton secara langsung

tergantung pada sifat agregat, sepertu kepadatan, panas jenis, dan modulus elastis (Nugraha, 2007).

Tabel 2.4 Pengaruh Sifat Agregat Pada Sifat Block Beton.

Sifat Agregat Pengaruh pada Sifat Beton

Bentuk, Tekstur, Gradasi.

Block beton cair. Kelecakan.

Pengikat dan Pengerasan. Sifat fisik, sifat kimia,

sifat mineral.

Block Beton keras. Kekuatan, kekerasan, ketahanan (durability).

Agregat atau granular material adalah material berbutir yang keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu, dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam dalam perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan.

Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring sebelum digunakan. Pemecah agregat dilakukan karena tiga alasan yaitu :

1. Untuk merubah tekstur permukaan partikel dari licin ke kasar. 2. Untuk merubah bentuk partikel dari bulat ke angular.

3. Untuk mengurangi serta meningkatkan distribusi dan rentang ukuran partikel.

4. Khusus untuk batuan krakal yang besar, tujuan pemecahan batuan krakal ini adalah mendapatkan ukuran batu yang dapat dipakai (Litbang, 2004).

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat dapat juga didefinisikan sebagai bahan yang digunakan sebagai pengisi yang dipakai bersama dengan bahan perekat, dan membentuk suatu massa yang keras, padat bersatu, yang disebut adukan beton/block beton. Di dalam beton, agregat halus dan kasar mengisi sebagian besar volume beton, yaitu antara 50% sampai 80%, sehingga sifat-sifat dan mutu agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan mutu beton.

Penggunaan agregat dalam pembuatan beton/block beton berfungsi untuk : 1. Menghemat penggunaan semen portland.

2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton. 3. Mengurangi susut perkerasan beton.

4. Mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang padat.

5. Mengontrol workability dalam adukan beton. Dengan gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang mudah dikerjakan atau memiliki

workability yang baik.

Semakin banyak bahan batuan (agregat) yang digunakan dalam pembuatan beton/block beton, maka akan semakin hemat dalam penggunaan semen

23

portland. Tetapi, dalam penggunaannya bahan batuan tersebut ada batasannya, sebab pasta semen diperlukan untuk pelekat butir-butir dalam pengisi rongga-rongga halus dalam adukan beton. Karena bahan batuan tidak susut, maka susut pengerasan hanya disebabkan oleh adanya pengerasan pasta semen.

Semakin banyak agregat, semakin berkurang susut pengerasan betonnya. Gradasi yang baik pada agregat dapat menghasilkan beton yang padat, sehingga volume rongga berkurang dan penggunaan semen portland berkurang pula. Susunan beton yang padat dapat menghasilkan beton dengan kekuatan besar (Samekto, 2001).

H. Pasir

Pasir merupakan agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam dari batuan induknya, dan terdapat dekat atau sering kali jauh dari asalnya karena terbawa oleh arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pasir yang terbawa oleh arus air umumnya berbentuk bulat dan bentuk ini dianggap baik sebagai agregat adukan. Dalam pemakaiannya untuk beton, agregat jenis ini memerlukan perhatian khusus, karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat dari agregat itu (Samekto,2001).

Pasir untuk paving block dapat berupa pasir alami hasil disintregasi alam dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Menurut SK-SNI-S-04-1989-F syarat untuk agregat halus, yaitu agregat halus

terdiri dari butir-butir tajam, keras, kekal dengan gradasi yang beraneka ragam. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat total agregat, bahan organik dan reaksi terhadap alkali harus negatif.

I. Air

Air merupakan bahan yang penting pada pembuatan beton/block beton. Air berfungsi untuk membuat terjadinya reaksi kimia dengan semen. Pada dasarnya air yang layak minum dapat dipakai untuk campuran beton. Apaabila terjadi keraguan akan kualitas air untuk campuran beton, sebaiknya dilakukan pengujian kualitas air atau diadakan trial mix untuk campuran dengan menggunakan air tersebut (Sebayang, 2005).

Persyaratan air sebagai bahan bangunan untuk campuran beton harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Air harus bersih.

2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda-benda merusak lainnya yang dapat dilihat secara visual.

3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/liter.

4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (zat asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter. Kandungan khlorida (Cl) tidak lebih dari p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m.

25

5. Bila dibandingkan dengan kuat tekan beton yang memakai air suling, maka penurunan kekuatan kuat tekan beton yang memakai air yang diperiksa tidak boleh lebih dari 10 %.

6. Air yang mutunya diragukan dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya.

Dokumen terkait