F. Sensitivitas Hasil Analisis AHP
4.1. Letak dan Luas
Belu merupakan salah satu kabupaten yang ada di propinsi Nusa Tenggara Timur yang wilayahnya terletak disebelah timur Propinsi tersebut. Posisinya sangat straregis karena berada pada persimpangan negara baru Timor Leste dengan bagian lain propinsi NTT serta pada titik silang antara Kabupaten Flores timur dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Adapun batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Ombai Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Timor
Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Timor Leste Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten TTU dan TTS.
Secara geografis Kabupaten Belu terletak pada koordinat 124o35o12o Bujur Timur dan 8o57o49oLintang Selatan. Luas wilayah administratif Kabupaten Belu adalah 2.445.57 km (244.557 ha) atau 5,16 % luas wilayah propinsi NTT terdiri dari 12 kecamatan, 12 kelurahan dan 154 Desa.
Kabupaten Belu dengan posisi yang sangat strategis karena berada pada persimpangan Negara baru Timor Leste ini setelah pengumuman jajak pendapat pada tanggal 4 september 1999, dengan hasil akhir berpisahnya propinsi termudah Timor Timur, membawa dampak yang luar biasa bagi Kabupaten Belu sebagai daerah yang berbatasan langsung. Dengan dideklarasikannya negara baru, Republic Democratic of Timor Leste pada tanggal 20 Mei 2002, membawa suasana baru dimana Kabupaten bukan berbatasan langsung dengan suatu Propinsi tetapi suatu Negara. Keadaan ini membawa implikasi tertentu dengan perubahan yang progresif dan dinamis.
Jumlah pengungsi hingga akhir tahun 2001 berjumlah 209.980 jiwa dan berada pada titik-titik lokasi penampungan yang tersebar di 12 kecamatan. Kondisi wilayah Kabupaten Belu adalah sebagai berikut:
1) Kondisi Fisik Wilaya, khususnya topografi. Secara topografi Kabupaten Belu merupakan daerah datar, berbukit hingga pegunungan. Berdasarkan topografinya berbagai klasifikasi ketinggian yang diperoleh dari luasan dalam prosentase terhadap luas wilayah Kabupaten Belu sebagai berikut: Ketinggian 0 – 230 mm seluas 98.349 Ha ( 40,12 % )
Ketinggian 500 – 750 mm seluas 30.710 Ha ( 12, 56 % ) Ketinggian 750 – 1000 mm seluas 17. 240 Ha ( 7, 03 % ) Ketinggian 1000 – 1.250 mm seluas 2300 Ha ( 0,94 % ) ( Pemerintah Kabupaten Belu 2003 )
2) Geologi. Kondisi geologi di wilayah Kabupaten Belu berdasarkan proses erosional terdiri dari berbagai kelompok batuan yaitu : kelompok metamorfik, sedimen dan batuan beku. Wilayah Kabupaten Belu didominasi oleh material sedimen. Struktur geologi yang umumnya dijumpai adalah sesar(foult), kekar( joints ) dan lipatan (fold) di Kecamatan Malaka Tengah Tasifeto Timur, serta Lamaknen. Dari aspek vegetasi umumnya dihuni oleh padang rumput terbuka dengan kisaran curah hujan rata-rata 1300mm-1400mm/tahun;
3) Jenis Tanah. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Belu pada umumnya terdiri dari tanah Alluvial, tanah Campuran Alluvial Litosol, tanah Litosol dan campuran tanah Mediteran, Renzinz, dan Litosol. Jenis tanah Aluvial dijumpai di dataran Besikamam sepanjang pantai selatan dan sedikit di utara dan pada umumnya jenis tanah ini sangat subur karena banyak mengandung unsur hara. Tanah campuran Aluvial dan Litosol dijumpai di dataran Oeroki dan Halilulik. Jenis tanah ini unsur haranya rendah mengakibatkan kurang subur. Tanah litosol tersebar merata di Kabupaten Belu, dengan sifatnya yang asam maka berdampak pada kandungan unsur haranya yang rendah-sedang. Campuran tanah Mediteran, Renzina dan Litosol tersebar diwilayah Kecamatan Malaka Tengah bersifat porous sehingga banyak dijumpai air tanah.
4.2. Hidrologi
1) Air Tanah. Air tanah yang ada di Kabupaten Belu terdiri dari air tanah bebas dan dan air tanah tertekan. Air tanah tertekan berada jauh di dalam tanah dengan lapisan yang kedap air dan pada setiap Kecamatan di Kabupaten Belu banyak kemungkinan di jumpai air tanah tertekan. Sedangkan air tanah bebas umumnya dijumpai di dataran rendah dekat pantai pada endapan alluvial dan dekat dengan permukaan air tanah; 2) Air Permukaan. Air permukaan yaitu air yang melalui permukaan tanah
seperti sungai dan mata air. Aliran sungai yang besar umumnya mengalir sepanjang tahun, sedangkan mata air berupa sumur yang kering pada
musim kemarau. Kedua air permukaan ini dipengaruhi oleh fluktuasi curah hujan.
Sungai-sungai besar yang berada di kawasan Kabupaten Belu meliputi; sungai Benenain, Sungai Talau, Sungai Baukama, serta sungai-sungai kecil. Sungai-sungai tersebut mengalir ke arah selatan dan utara Kabupaten Belu. Sungai yang kering di musim kemarau terjadi akibat fluktuasi curah hujan dan dikontrol oleh geologi dan morfologi wilayah.
4.3. Iklim
Iklim di Kabupaten Belu pada umumnya kering (semi arid) dengan musim hujan yang sangat pendek terjadi selama bulan Nopember-Maret dan musim kemarau antara bulan April – Oktober setiap tahun. Curah hujan di Kabupaten Belu rata-rata 644.58 mm/tahun yang berlangsung singkat yaitu selama bulan Nopember-Maret dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100-150 hari setahun dengan rata-rata suhu udara harian antara 24 – 34 C.
4.4. Vegetasi
Tipe vegetasi di Kabupaten Belu sangat beragam, mencakup hampir semua tipe Vegetasi yang terdapat di Pulau Timor. Tipe-tipe vegetasi yang penting adalah hutan pegunungan tropik (tropical montain forest), hutan musim tropik (tropical monsoon forest), belukar, hutan terpencar, sarana dan vegetasi budidaya. Berdasarkan vegetasi yang ada terdiri dari beberapa komunitas dangan jenis vegetasi yaitu :
1) Komunitas hutan pegunungan tropis di wilayah Kabupaten Belu terdapat di satuan kawasan pegunungan Lakaan yang membentang dari Utara hingga Selatan wilayah daratan tipe-tipe vegetasi hutan yang merupakan catchment area.
2) Komunitas Tumbuhan Hutan Pantai, Komunitas Hutan pantai yang ada di sekitar pesisir pantai utara dan pantaiselatan terdiri atas tumbuhan Bakau. 3) Komunitas Tumbuhan Pemukiman, Tumbuhan yang ditemui di daerah
pusat kota, terdiri dari bermacam-macam jenis tanaman budidaya yaitu: a) Tanaman pelindung seperti:Tanaman Hias misalnya; Bougenville,
Evrygreen,dan sebagainya.
b) Tanaman buah-buahan seperti mangga, jeruk,jambu-jambuan, asam kelapa dan sebagainya.
4.5. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya 4.5.1. Penduduk
Penduduk menjadi dasar untuk melakukan kegiatan perencanaan pembangunan, karena dengan memperhatikan kondisi penduduk akan dapat dilakukan perkiraan kebutuhan penduduk terhadap ketersediaan fasilitas penunjangnya. Kondisi penduduk Kabupaten Belu pada tahun 1990 sebanyak 216.060 jiwa dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 291.549 jiwa. Hal ini berarti bahwa selama 9 tahun terakhir ini penduduk Kabupaten Belu telah bertambah rata-rata 3.803 jiwa atau 1,76 % tiap tahunnya.
Sedangkan kepadatan penduduk per km2 terus meningkat yakni 88,3 km2 pada tahun 1990 menjadi 118,61 km2 pada tahun 2002. Dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Kota Atambua yakni sebesar 662.64 jiwa km2, sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Kakuluk Mesak yakni sebesar 43,60 jiwa/km2. Pada periode tahun 2001- 2002, rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Belu. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Belu perkecamatan Tahun 2001 dan 2002 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Belu Perkecamatan tahun 2001 dan tahun 2002
Penduduk (Orang) No Kecamatan 2001 2002 Laju Pertumbuhan ( % Tahun ) 1 Lamaknen 26853 18753 -0,042 2 TASTIM 27407 24018 -0,018 3 RAIHAT 10489 8673 0,188 4 TASBAR 30674 21528 -0,052 5 Kakaluk Mesak 10879 8733 0,128 6 Kota Atambua 49536 46233 0,097 7 Malaka Timur 43306 29784 -0,038 8 Kobalima 22295 15580 0,036 9 Malaka Tengah 37926 30732 -0,030 10 Sasitamean 30240 20127 -0,101 11 Malaka Barat 78104 54533 -0,072 12 Rinhat 18264 12855 0,068 TOTAL 385973 291549 0,163
Sumber BPS KABUPATEN Belu, SP 2000 DAN 2001
Jumlah penduduk menurut SP 2002 yaitu 291.549 jiwa dengan laju pertumbuhan 0,163 %. Dilihat dari persebaran penduduk di Kabupaten Belu menunjukkan adanya pertumbuhan penduduk pada 6 (enam) Kecamatan,
sedangkan untuk 7 (tujuh) Kecamatan terjadi penurunan jumlah penduduk (pertumbuhan penduduk di bawah 0 % ).
4.5.2. Budaya Masyarakat
Kabupaten Belu dalam susunan masyarakatnya terbagi atas 4 sub etnis besar yaitu: Tetun, Kemak ,Bunaq dan Dawan Manlea. Keempat sub etnis mendiami lokasi-lokasi dengan karakreristik tertentu dengan kekhasan penduduk mayoritas penganut agama kristen katolik. Masing-masing etnik tersebut mempunyai bahasa masing-masing sebagai berikut : Bahasa tetun, Bahasa Kemak, Bahasa Bunaq, dan Bahasa Dawan Manlea, dan mempunyai buidaya yang berbeda satu sama lain.
Masyarakat Belu dapat dengan mudah hidup rukun karena aspek-aspek kesamaan–kesamaan spesifik. Mata pencaharian utama adalah bertani dan beternak yang masih dikerjakan secara intensif tradisional (data pokok). Kondisi sosial masyarakat masih cukup bersahabat sebab dari arti kata Belu berarti Sahabat. Nama ini juga tercermin dari teguhnya kebersamaan dalan beraktivitas meskipun dengan heterogennya masyarakat di Kabupaten Belu.
Semangat kebersamaan terekspresi dari pola gotong royong dari masyarakat Belu yang masih dibudayakan pada semua sektor. Kekuatan hukum adat masih sangat dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga rencana apapun yang direncanakan lewat sesepuh adat tersebut lebih besar kemungkinan untuk berhasil (monografi Kabupaten Daerah TK II Belu sekretariat wilayah/ Daerah tingkat II Belu 1985).