• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

2. Letak geografis

Wilayah Pemerintah Kabupaten Semarang berbatas dengan beberapa kabupaten dan kota disekelilingnya, yaitu ;

a. Sebelah Utara : Kota Semarang

b. Sebelah Timur : Kabupaten Demak dan Grobogan c. Sebelah Selatan : Kab. Magelang dan Kab Boyolali d. Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

e. Ditengah Kabupaten Semarang ada empat kecamatan yang menjadi wilayah Kota Salatiga.

Kondisi daerah Kabupaten Semarang sangat beragam, yang terdiri dari sebagian dataran rendah, dataran tinggi, daerah perbukitan dan sebagian lagi berupa pegunungan dan hutan. Jarak ibu kota Kecamatan yang paling dekat dengan kantor Pengadilan Agama Ambarawa adalah 2 Km dan yang paling jauh 33 Km, yaitu Kecamatan Sumowono.

Pengadilan Agama yang dulunya dibawah payung Departemen Agama sekarang sudah berubah sesuai dengan Undang-Undang yang baru, Pengadilan Agama sekarang menjadi satu atap dengan Pengadilan Negeri yaitu di bawah payung Mahkamah Agung.

Kewenangan Pengadilan Agama dibagi menjadi dua yaitu : a. Wewenang Absolut

Pengertian wewenang absolut adalah suatu wewenang yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan antar badan-badan peradilan. Kewenangan absolut meliputi perkara-perkara yang menjadi tanggung jawab Pengadilan Agama Ambarawa, antara lain berupa perkara :

1) Anak dalam kandungan

a) Sah atau tidaknya kehamilan

b) Status anak dalam kandungan sebagai ahli waris c) Bagian warisan anak dalam kandungan

d) Kewajiban orang tua terhadap anak dalam kandungan 2) Kelahiran

a) Penentuan sah tidaknya anak b) Penentuan asal usul anak

c) Penentuan status anak / pengakuan anak 3) Pemeliharaan anak

a) Perwalian terhadap anak

c) Penunjukan / penggantian wali d) Pemecatan wali

e) Kewajiban orang tua / wali terhadap anak f) Pengangkatan anak, anak sipil, anak terlantar g) Sengketa hak pemeliharaan anak

h) Kewajiban orang tua angkat terhadap anak angkat i) Pembatalan pengangkatan anak

j) Penetapan bahwa ibu turut memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak

4) Perkawinan (akad nikah)

a) Sengketa pertunangan dan akibat hukumnya

b) Dispensasi nikah di bawah umur 19 bagi pria dan 16 tahun bagi wanita

c) Izin nikah dari orang tua bagi yang belum berumur 21 tahun d) Wali adhol

e) Pencegahan kawin f) Penolakan kawin

g) Izin beristri lebih dari seorang h) Penetapan sahnya perkawinan i) Pembatalan perkawinan

j) Penolakan izin perkawinan campuran oleh PPN k) Penetapan sah tidaknya rujuk

a) Mahar

b) Penghidupan istri (nafkah, kiswah, maskah,dan sebagainya) c) Gugatan atas kelalaian suami terhadap istri

d) Penetapan nusyus e) Perselisihan suami istri f) Gugatan atas kelalaian istri g) Muth’ah

h) Nafkah iddah

i) Sengketa tempat kediaman bersama suami istri 6) Harta benda dalam perkawinan

a) Penentuan status harta benda dalam perkawinan b) Perjanjian harta benda dalam perkawinan c) Pembagian harta benda dalam perkawinan

d) Sengketa pemeliharaan harta benda dalm perkawinan e) Sita marital atas harta perkawinan

f) Sengketa hibah g) Sengketa wakaf

h) Harta bawaan suami istri 7) Putusnya perkawinan

a) Penentuan putusnya perkawinan karena kematian b) Perceraian atas kehendak suami (cerai talak)

c) Perceraian atas kehendak istri (cerai gugat yang di dalamnya meliputi masalah tentang li’an, khuluk, fasakh, dan sebagainya)

d) Putusnya perkawinan karena sebab-sebab lain 8) Pemeliharaan orang tua

a) Kewajiban anak terhadap orang tua (pasal 46 UUP) b) Kewajiban anak angkat terhadap orang tua angkat c) Kematian

d) Penetapan kematian secara yuridis, misalnya karena mafqud (Ps. 96 ayat (2) KHI)

e) Penetapan sah/tidaknya wasiat 9) Kewarisan

a) Penentuan ahli waris

b) Penentuan mengenai harta peninggalan c) Penentuan bagian masing-masing ahli waris d) Pembagian harta peninggalan

e) Penentuan kewajiban ahli waris terhadap pewaris

f) Pengangkatan wali bagi ahli waris yang tidak cakap bertindak g) Baitul mal

h) Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Pasal 49 tentang Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang beragama Islam di bidang:

perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shodaqoh dan ekonomi syariah.

10) Ekonomi Syariah (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama)

b. Wewenang Relatif

Kewenangan relatif adalah kewenangan Pengadilan menyangkut tempat terjadinya suatu perkara. Kewenangan ini berdasarkan tempat atau kedudukannya. Pengadilan Agama berkedudukan di kota atau di ibu kota kabupaten, maka daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten

B.Beberapa Penetapan Pengadilan Agama Ambarawa terhadap Perkara Cerai Talak yang dalam Pelaksanaan Ikrar Talak Pihak Pemohon Tidak Hadir.

Dari hasil penelitian lapangan ditemukan kasus cerai talak yang oleh Pengadilan Agama Ambarawa dikabulkan permohonan izin untuk ikrar talak di depan persidangan, akan tetapi pemohon (suami) tidak melaksanakannya, karena tidak hadir didalam persidangan tersebut tanpa alasan yang jelas. Uraian kasusnya sebagai berikut :

1. Perkara dengan register Nomor: 0519/Pdt. G/2011/PA.Amb. Tanggal 13 Juli 2011 Pengadilan Agama Ambarawa.

Pengadilan Agama Ambarawa telah menerima dan memutus perkara perceraian cerai talak dalam perkara antara :

AL bin MU, umur 38 tahun, agama Islam, pekerjaan tukang kayu, pendidikan SD, bertempat tinggal di Dusun Bulu RT 006 /RW 006, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, sebagai PEMOHON

M E L A W A N

AS binti MAR, Umur 36 tahun, agama Islam, pekerjaan karyawati, pendidikan SD tamat, bertempat tinggal di Dusun Bulu RT 006 /RW 006, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, sebagai TERMOHON

a. Posisi Kasus

1)Bahwa antara pemohon dan termohon adalah suami istri yang sah menikah tanggal 09 Nopember 1995 dihadapan pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, sebagaimana tercatat dalam Kutipan Akta Nikah Nomor : 526/28/XI/1995

2)Bahwa setelah akad nikah tersebut pemohon dengan termohon hidup bersama di rumah orang tua termohon selama 1 tahun kemudian dirumah bersama. Selama pernikahan tersebut pemohon dan termohon telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami isteri (ba’daddukhul) dan telah dikaruniai seorang anak bernama ; ARF binti AL, lahir 24 Nopember 1996 diasuh termohon

3)Bahwa semula rumah tangga antara pemohon dan termohon pada awalnya dalam keadaan harmonis, namun sejak bulan mei tahun 2008 ketentreman rumah tangga antara pemohon dan termohon mulai tidak harmonis, yang disebabkan karena termohon tidak terima terhadap nafkah wajib yang diberikan pemohon walaupun pemohon telah memberikan seluruh penghasilan pemohon sebagai sebagai tukang kayu namun termohon selalu meminta lebih dari kemampuan pemohon, dan termohon telah mengakui dengan pemohon bahwa termohon telah menjalin cinta dengan laki-laki lain namun pemohon tidak tahu namannya asal orang grabag yakni antara ia dengan laki- laki tersebut sering keluar malam tanpa sepengetahuan pemohon 4)Bahwa, puncak keretakan hubungan antara pemohon dengan

termohon tersebut terjadi kurang lebih pada bulan Mei tahun 2009, yang akibatnya pemohon dan termohon pisah tempat tinggal, pemohon diusir termohon dan pulang kerumah orang tua pemohon sendiri dengan alamat sebagaimana tersebut diatas selama 2 (dua) tahun 2 (dua) bulan hingga sekarang, selama itu sudah tidak ada hubungan baik lahir maupun batin dan pemohon masih memberi uang untuk biaya sekolah sebesar Rp. 150.000,- setiap minggu

5)Bahwa, pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini

6)Bahwa atas hal-hal tersebut diatas pemohon mengajukan permohonan cerai talak terhadap termohon dengan alasan : salah satu pihak telah pergi meninggalkan pihak lain selama 2 tahun 2 bulan

Berdasarkan hal tersebut, pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama ambarawa segera memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi :

1. Mengabulkan permohonan pemohon

2. Menetapkan, memberi izin kepada pemohon (AL bin MU) untuk ikrar menjatuhkan talak terhadap termohon (AS bin MAR) di depan persidangan Pengadilan Agama Ambarawa

3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum kepada pemohon b. Pertimbangan Hukumnya

1) Menimbang, bahwa pemohon hadir sendiri sedangkan termohon hadir satu kali pada hari sidang tanggal 22 september 2011 pada saat jawaban, sehingga usaha mendamaikan melalui mediasi tidak dapat dilaksanakan

2) Menimbang, bahwa selanjutnya dibacakan surat permohonan pemohon yang isinya tetap dipertahankan

3) Menimbang, bahwa pada tanggal 22 september 2011 termohon memberikan jawaban secara lisan atas permohonan Pemohon sebagai berikut :

(a) Bahwa pada intinya termohon membantah semua yang dituduhkan oleh pemohon kepadanya

(b) Bahwa termohon rela diceraikan pemohon tetapi meminta uang nafkah anak setiap bulannya Rp. 300,000,-

4) Menimbang, bahwa atas jawaban termohon tersebut, Pemohon tetap berpendirian sebagaimana dalam jawaban pertama

5) Menimbang, bahwa kemudian termohon mengajukan bukti surat, saksi I dan saksi II

c. Tentang Hukumnya 1) Dalam Konpensi

(a) Mediasi tidak dapat dilaksanakan karena termohon tidak hadir (b) Pemohon mendalilkan bahwa kehidupan rumah tangganya tidak

mendapat kebahagiaan lahir batin dan terjadi pertengkaran terus menerus sulit untuk dirukunkan lagi

(c) Termohon membantah tuduhan sebagian yang lain

(d) Pemohon telah menguatkan dalil-dalil permohonannya dengan bukti surat maupun saksi

(e) Berdasarkan permohonan Pemohon telah terbukti dan telah memenuhi pasal 19 huruf (f) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, yang dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan terakhir dengan undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 oleh karenanya permohonan Pemohon patut dikabulkan

(f) Bahwa retaknya rumah tangga tidak semata-mata kesalahan Termohon dan tidak dalam keadaan nuzus, maka berdasarkan pasal 41 huruf (c) undang-undang nomor 1 tahun 1974, Hakim secara ex officio dapat mewajibkan kepada Pemohon sebagai bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri

(g) Berdasarkan pasal 149 dan 152 Kompilasi Hukum Islam, Pemohon sebagai bekas suami berkewajiban memberikan mut’ah dan nafkah iddah kepada termohon sebagai bekas isteri (h) Bahwa setelah majelis menimbang dengan melihat penghasilan

tiap hari dari pemohon serta melihat kepatutan biaya hidup dimana termohon bertempat tinggal, maka dipandang cukup adil majelis menentukan besarnya mut’ah sebesar Rp. 2000.000,- dan uang nafkah selama iddah sebesar Rp. 1.500.000,-

2) Dalam Rekonpensi

(a) Termohon mengajukan rekonpensi yang isinya berupa nafkah satu anak setiap bulan Rp. 300.000,-

(b) Menimbang, gugatan rekopensi dikabulkan oleh majelis d. Mengadili

1) Dalam Konpensi

(b) Menetapkan, memberi izin kepada pemohon (AL bin MU) untuk ikrar menjatuhkan talak terhadap termohon (AS bin MAR) di depan persidangan Pengadilan Agama ambarawa

(c) Menghukum pemohon untuk memberikan kepada termohon berupa uang nafkah mut’ah sebesar Rp. 2000.000,- dan uang nafkah selama iddah sebesar Rp. 1.500.000,-

2) Dalam Rekonpensi

(a) Mengabulkan gugatan rekonpensi termohon seluruhnya

(b) Menghukum tergugat rekonpensi dalam hal ini pemohon untuk memberikan nafkah satu anak setiap bulan Rp. 300.000,-

3) Dalam Konpensi Dan Rekonpensi

Membebankan biaya perkara ini kepada Pemohon sebesar Rp. 466.000,-

Setelah majelis Hakim mengabulkan permohonan pemohon untuk izin mengucapkan ikrar talak di depan persidangan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kemudian Pengadilan Agama Ambarawa menetapkan hari sidang ikrar talak. Pada kasus ini sidang ikrar talak dilaksanakan tanggal 10 Nopember 2011. Pada hari yang telah ditetapkan oleh Pengadilan Agama Ambarawa Pemohon dan Termohon setelah dipanggil secara patut dan sah tidak hadir sedangkan Termohon hadir dalam pelaksanaan sidang ikrar talak.

Berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Pengadilan Agama Ambarawa Nomor : 0519/Pdt. G/2011/PA.Amb tanggal 10 Nopember

2011 tentang perkara penetapan hari sidang ikrar talak perkara antara Al bin Mu dengan As bin Mar, ternyata dalam sidang tersebut pemohon tidak hadir. Oleh karena itu maka, Pengadilan Agama Ambarawa perlu menetapkan bahwa penetapan izin ikrar talak bagi pemohon tersebut tidak lagi mempunyai kekuatan untuk dijalankan.

Berdasarkan pasal 70 ayat 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, yang dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Pengadilan Agama Ambarawa menetapkan bahwa Putusan Nomor : 0519/Pdt.G/2011/PA.Amb tanggal 10 Nopember 2011 tersebut gugur kekuatan hukumnya dan membebankan biaya penetapan kepada Pemohon sebesar Rp. 150.000,-

Dari posisi kasus tersebut, diketahui disamping pemohon dan termohon telah berpisah selama 2 tahun lebih 2 bulan, maka Majelis Hakim memberikan amar putusan membebankan pemohon untuk membayar nafkah iddah dan mut’ah, meskipun nilai nominalnya tidak sesuai tuntutan tergugat.

Menurut Hakim Pengadilan Agama Ambarawa “pertimbangan Majelis Hakim sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap termohon (istri) yang akan dicerai oleh pemohon (suami), dalam hal ini meskipun menurut keyakinan Majelis Hakim, bahwa nominal yang dibebankan kepada pemohon terhadap termohon sudah relatif kecil, tapi ternyata

pemohon enggan untuk melaksanakan ikrar talak, guna menghindar tanggung jawab terhadap putusan yang telah dijatuhkan”.

Ketidakmauan pemohon melaksanakan ikrar talak tersebut merupakan bentuk pengingkaran dan pelecehan terhadap keputusan Pengadilan Agama, namun demikian tindakan pemohon yang tidak bersedia menjatuhkan talak terhadap termohon merupakan haknya dan tidak ada peraturan yang mengatur secara khusus, seakan-akan pengadilan hanya menyaksikan ikrar talak tersebut.

2. Perkara dengan register Nomor: 0706/Pdt.G/2010/PA.Amb. Tanggal 04 Oktober 2010 Pengadilan Agama Ambarawa.

TH bin SP, umur 29 tahun, agama Islam, pekerjaan buruh, pendidikan SMP, bertempat tinggal di RT 008 /RW 001, Desa Klepu, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, sebagai PEMOHON

M E L A W A N

MK binti NT, Umur 31 tahun, agama Islam, pekerjaan karyawati, pendidikan SD tamat, bertempat tinggal di Dusun Krajan RT 008 /RW 001, Desa Klepu, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, sebagai TERMOHON

a. Posisi Kasus

1) Bahwa antara pemohon dan termohon adalah suami istri yang sah menikah tanggal 27 Mei 2003 dihadapan pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, sebagaimana tercatat dalam Kutipan Akta Nikah Nomor : 131/13/V/2003

2) Bahwa setelah akad nikah tersebut pemohon dengan termohon hidup bersama dirumah orang tua termohon selama 5 tahun dan terakhir bertempat kediaman dirumah bersama selama 2 tahun. Selama pernikahan tersebut pemohon dan termohon telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami isteri (ba’daddukhul) dan telah dikaruniai seorang anak bernama ; IAV binti TH, umur 7 tahun diasuh Termohon

3) Bahwa semula rumah tangga antara pemohon dan termohon pada awalnya dalam keadaan harmonis, namun sejak bulan Desember tahun 2004 ketentreman rumah tangga antara pemohon dan Termohon mulai goyah, yang disebabkan karena termohon tidak terima terhadap nafkah wajib yang diberikan pemohon walaupun pemohon telah memberikan seluruh penghasilan pemohon sebagai sebagai karyawan bengkel namun termohon selalu meminta lebih dari kemampuan pemohon, dan termohon sering cemburu buta, menuduh pemohon ada hubungan dengan perempuan lain tanpa bukti dan atau tanpa alasan yang sah.

4) Bahwa, puncak keretakan hubungan antara pemohon dengan termohon tersebut terjadi kurang lebih pada bulan April tahun 2010, yang akibatnya pemohon dan termohon pisah tempat tinggal, pemohon kos di Gedanganak selama 5 bulan, selama itu sudah tidak ada hubungan baik lahir maupun batin dan atas perlakuan termohon

tersebut, pemohon sangat menderita lahir batin dan loh karena itu pemohon bermaksud untuk mengakhiri rumah tangga secara hukum. 5) Bahwa, pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul

akibat perkara ini

6) Bahwa atas hal-hal tersebut diatas pemohon mengajukan permohonan cerai talak terhadap termohon dengan alasan antara pemohon dan termohon terjadi perselisihin dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk rukun lagi.

Berdasarkan hal tersebut, pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Ambarawa segera memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi :

1. Mengabulkan permohonan pemohon

2. Menetapkan, memberi izin kepada pemohon (TH bin SP) untuk ikrar menjatuhkan talak terhadap termohon (MK bin NT) di depan persidangan Pengadilan Agama Ambarawa

3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum kepada pemohon b. Tentang Hukumnya

1) Berdasarkan permohonan pemohon telah terbukti dan telah memenuhi pasal 19 huruf (f) peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huru (f) Kompilasi Hukum Islam, oleh karenanya permohonan Pemohon patut dikabulkan

2) Bahwa termohon tidak hadir, sedang permohonan pemohon beralasan dan tidak melawan hak, sehingga telah memenuhi

ketentuan pasal 125 ayat 1 HIR, maka patut dikabulkan dengan verstek

c. Mengadili

1) Menyatakan bahwa termohon yang telah dipanggil secara patut dan sah untuk menghadap dipersidangan, tidak hadir.

2) Mengabulkan permohonan pemohon dengan verstek

3) Menetapkan, memberi izin kepada pemohon (TH bin SP) untuk ikrar menjatuhkan talak terhadap termohon (MK bin NT) di depan persidangan Pengadilan Agama Ambarawa

4) Membebankan biaya perkara ini kepada pemohon sebesar Rp. 391.000,-

Setelah majelis Hakim mengabulkan permohonan pemohon untuk izin mengucapkan ikrar talak di depan persidangan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kemudian Pengadilan Agama Ambarawa menetapkan hari sidang ikrar talak. Pada hari yang telah ditetapkan oleh Pengadilan Agama Ambarawa pemohon dan termohon setelah dipanggil secara patut dan sah tidak hadir dalam pelaksanaan sidang ikrar talak.

Berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Pengadilan Agama Ambarawa Nomor : 0706 /Pdt. G/2010/PA.Amb tanggal 04 Januari 2010 tentang perkara penetapan hari sidang ikrar talak perkara antara TH bin SP dengan MK bin NT, Oleh karenanya maka, Pengadilan Agama Ambarawa perlu menetapkan bahwa penetapan izin ikrar talak bagi pemohon tersebut tidak lagi mempunyai kekuatan untuk dijalankan.

Berdasarkan pasal 70 ayat 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, yang dirubah dan ditambah Dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Pengadilan Agama Ambarawa menetapkan bahwa Putusan Nomor : 0706 /Pdt. G/2010/PA.Amb tanggal 04 Januari 2010 tersebut gugur kekuatan hukumnya dan membebankan biaya penetapan kepada Pemohon sebesar Rp. 150.000,-

Hakim Pengadilan Agama Ambarawa berpendapat bahwa, “memang betul seorang suami (pemohon) yang mengajukan cerai talak dapat dikatakan telah berniat untuk menceraian istrinya (termohon), kadang-kadang niat itupun telah diucapkan kepada istrinya di luar persidangan, tetapi karena sahnya perceraian harus adanya putusan Pengadilan Agama, maka pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama untuk menceraikan istrinya”.

3. Perkara dengan register Nomor: 024/Pdt.G/1996/PA.Amb. Tanggal 15 Januari 1996 Pengadilan Agama Ambarawa.

MH bin MA, umur 26 tahun, agama Islam, pekerjaanTani, bertempat tinggal di RT 001 /RW 006, Desa Kenteng, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, sebagai PEMOHON

M E L A W A N

JUM binti BS, Umur 33 tahun, agama Islam, pekerjaan tani, bertempat tinggal di Dusun Ampelgading RT 004 /RW 006, Desa Klepu, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, sebagai TERMOHON

a. Posisi Kasus

1) Bahwa antara pemohon dan termohon adalah suami istri yang sah menikah tanggal 2 Februari 1982 dihadapan pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, sebagaimana tersebut dalam dalam dupilkat Kutipan Akta Nikah Nomor : 59/Pw.01/VII/1995 tanggal 20 juli 1995

2) Bahwa setelah akad nikah tersebut pemohon dengan termohon hidup bersama dirumah orang tua termohon selama 12 tahun dan sejak tahun 1982 sampai 1994 pemohon dan termohon telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami isteri (ba’daddukhul) dan telah dikaruniai dua orang anak bernama ; RM binti MH, umur 12 tahun dan ZA bin MH, umur 7 tahun

3) Bahwa semula rumah tangga antara pemohon dan termohon pada awalnya dalam keadaan harmonis, namun sejak tahun 1990 ketentreman rumah tangga antara pemohon dan termohon mulai goyah, serta terjadi pertengkaran-pertengkaran terus seorang istri. Atas sikap termohon tersebut maka pemohon merasa sudah tidak sanggup untuk mengaturnya, yang pemohon menilai tidak menghormati kedudukan PEMOHON sebagai suami, maka tanggal 28 September 1995 pemohon terpaksa menyerahkan termohon kepada orang tua termohon.

4) Bahwa setelah pisah selama 4 bulan antar pemohon dan termohon sudak tidak melaksanakan kewajibannya masing-masing layaknya

suami isteri, sehingga pemohon berkesimpulan sudah tidak ada harapan untuk mewujudkan rumah tangga yang bahagia, dan pemohon berpendapat bahwa sudah sepatutnya rumah tangga untuk diakhiri secara hukum, oleh karena itu tidak mungkin dipertahankan lagi. 5) Bahwa, berdasarkan fakta diatas, maka telah cukup alasan bagi

Pemohon untuk mengajukan permohonan cerai talak terhadap Termohon sebagaimana ketentuan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huru (f) Kompilasi Hukum Islam.

b. Tentang Pertimbangan Hukum

Pengadilan Agama Ambarawa setelah mendengar keterangan- keterangan pemohon dan para saksi, serta setelah membaca dan mempelajari semua surat bukti otentik yang berhubungan dengan permohonan pemohon tersebut.

1) Bahwa pokok permasalahannya adalah permohonan izin ikrar talak dari seorang muslim warga negara indonesia terhadap termohon yang berdomosili diwilayah hukum Pengadilan Agama ambarawa, karena sesuai dengan pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, yang dirubah dan ditambah Dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka Pengadilan Agama Ambarawa berwenang menerima dan mengadili perkara tersebut.

2) Bahwa selama berpisah pemohon tidak memenuhi kewajiban nafkah kepada termohon, meskipun termohon selaku istri masih menunujukkan itikad baiknya, namun pemohon tetap memberikan nafkah kepada kedua anaknya minimal setiap bulannya sebesar lima puluh ribu rupiah

3) Bahwa kelalaian pemohon tidak tidak memberikan nafkah kepada termohon adalah hutang yang harus dibayar.

4) Bahwa antara pemohon dan termohon dalam keadaan ba’dadukhul dan talak yang akan dijatuhkan pemohon adalah talak roj’i maka berdasarkan pasal 41 huruf (c) undang-undang nomor 1 tahun 1974 dan pasal 41 huruf (a,b dan d) kompilasi hukum islam, pemohon diwajibkan memberikan nafkah ‘iddah dan mut’ah kepada termohon serta biaya hadlonah untuk anak-anaknya

5) Menimbang berdasarkan pasal 89 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, maka pemohon berkewajiban untuk membayar semua biaya perkara yag timbul akibat dari permohonan ini.

Berdasarkan hal tersebut, Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Ambarawa segera memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi :

1) Mengabulkan permohonan pemohon

2) Menetapkan, memberi izin kepada pemohon (MH bin MA) untuk ikrar menjatuhkan talak terhadap termohon (JUM bin BS) di depan persidangan Pengadilan Agama Ambarawa

3) Menghukum pemohon untuk menanggung biaya kehidupan dua orang anak yang dibawah pemeliharaan termohon, biaya nafkah iddah, nafkah mut’ah dan nafkah terhutang yang belum terbayar pada termohon serta anaknya

4) Menetapkan biaya perkara menurut hukum kepada pemohon

Setelah majelis Hakim mengabulkan permohonan pemohon untuk izin mengucapkan ikrar talak di depan persidangan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kemudian Pengadilan Agama Ambarawa menetapkan hari sidang ikrar talak. Pada hari yang telah ditetapkan oleh

Dokumen terkait