• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

3. Leverage Operasi

Leverage operasi didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam

laba operasi ( EBIT ) sebagai akibat perubahan penjualan. Leverage operasi

didefinisikan sebagai rasio antara persentase perubahan laba bersih sebelum

bunga dan pajak (Weston dan Copeland, 1997 :8). Untuk menghitung

besarnya leverage operasi dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Leverage operasi =

penjualan

perubahan

EBIT

perubahan

.

.

0 0 0 0

atau

Leverage operasi = ( )

(

1 1

)

/ 1 1 / − − t t t t t t penjualan penjulan penjualan EBIT EBIT EBIT

Keterangan :

EBITt = EBIT tahun t

EBIT

t-1

= EBIT tahun

t-1

Jika perusahaan mempunyai leverage operasi yang tinggi, titik

impasnya terletak pada tingkat penjualan relatif tinggi, dan dampak perubahan

tingkat penjualan terhadap laba sangat diperbesar. Makin tinggi faktor

leverage, makin tinggi pula jumlah penjualan yang diperlukan untuk

mencapai titik impas dan makin besar pula dampak perubahan volume

penjualan terhadap laba. Leverage operasi ini memiliki pengaruh positif

terhadap struktur modal perusahaan, yang artinya jika leverage operasi

semakin meningkat maka struktur modal juga semakin baik.

4. Tingkat Pertumbuhan Laba

Tingkat pertumbuhan laba ini menunjukan besarnya pertumbuhan laba

bersih yang diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun. Untuk menghitung

besarnya pertumbuhan laba dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Pertumbuhan laba =

1 1 t t t laba laba laba

Keterangan :

Laba t = Laba tahun t

Laba t-1 = Laba tahun t-1

Semakin besar pertumbuhan laba yang diperoleh akan mampu

meningkatkan struktur modal perusahaan, sehingga apabila pertumbuhan laba

semakin meningkat maka akan mampu memperbaiki struktur modal pada

perusahaan. Dengan demikian pertumbuhan laba mempunyai pengaruh positif

terhadap struktur modal.

5. Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen

secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh keuntungan yang diperoleh dari

penjualan dan investasi. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba, yang ditunjukan oleh perbandingan antara laba bersih

sesudah pajak dengan penjualan.

Profitabilitas = ( )

penjualan

EAT

Bersih

Laba.

Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi perusahaan mempunyai

kesempatan yang besar untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan berupa

hutang, karena salah satu faktor yang diperhatikan oleh para kreditur adalah

kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba. Jika perusahaan

semakin meningkatkan profitabilitas, perusahaan cenderung menggunakan

banyak hutang karena mempunyai dana yang cukup melalui laba ditahan

(Sartono, 1996: 65) Dengan demikian tingkat profitabilitas ini memiliki

pengaruh yang positif terhadap struktur modal perusahaan.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan perumusan suatu preposisi atau kondisi maupun prinsip

yang dianggap benar untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat logis dengan cara

menguji kebenaran hipotesis tersebut. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan data-data yang ada. Dalam penulisan skripsi ini penulis membuat

hipotesis untuk diuji kebenaranya adalah:

1. Stabilitas penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal pada industri

farmasi di Bursa Efek Jakarta.

2. Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal pada industri

farmasidi Bursa Efek Jakarta.

3. Leverage operasi berpengaruh positif terhadap struktur modal pada industri

farmasidi Bursa Efek Jakarta.

4. Tingkat pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap struktur modal pada

industri farmasi di Bursa Efek Jakarta.

5. Tingkat profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal pada

industri farmasidi Bursa Efek Jakarta.

6. Stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi , tingkat pertumbuhan

dan tingkat profitabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap

struktur modal pada industri farmasidi Bursa Efek Jakarta.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu

suatu penelitian yang terinci mengenai obyek tertentu selama kurun waktu tertentu,

termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya, dengan cukup mendalam dan

menyeluruh (H. Umar,1998 : 29). Hasil penelitian ini hanya berlaku pada obyek

yang diselidiki.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian : Perusahaan industri farmasi yang telah terdaftar di Bursa Efek

Jakarta antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh data berkesinambungan.

Waktu Penelitian : Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan untuk tahun buku

2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah industri farmasi yang terdaftar di Bursa

Efek Jakarta antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Perusahaan industri

farmasi yang telah menerbitkan laporan keuangan untuk tahun buku 2000 sampai

dengan 2004.

D. Obyek Penelitian

Adapun obyek penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan tentang struktur modal, yang meliputi stabilitas penjualan,

leverage operasi, tingkat pertumbuhan laba, tingkat profitabilitas. Data yang dipakai

dalam penelitian ini adalah data sekunder dari industri farmasi yang telah terdaftar di

Bursa Efek Jakarta. Semua sumber data diperoleh di Bursa Efek Jakarta selama

periode 2000 sampai dengan tahun 2004 melalui Jakarta Stock Exchange Monthy dan

Indonesian Capital Market Directory.

E. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini variabel- variabel yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Struktur modal (capital structure)

Struktur modal (capital structure) adalah perimbangan atau perbandingan antara

jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Untuk mengetahui struktur

modal (capital structure) dapat hitung dengan rumus :

jang

gjangkapan

Hutan

2. Stabilitas Penjualan (sales stability)

Penjualan atau penghasilan yaitu aktiva yang diterima atas penyerahan barang

dan jasa kepada pihak pembeli. Penyebab berfluktuasinya penjualan dikarenakan

faktor internal maupun eksternal perusahaan. Tingkat penyimpangan penjualan dapat

diukur dengan deviasi standar.

( ) ( ) ( )

1

...

2 2 2 2 1

+

+

+

=

n

X

X

X

X

X

X

n x

σ

keterangan :

σ : Standar deviasi

X

i

: Penjualan ke-i.

X : Penjualan rata-rata

n : Jumlah sampel

3. Struktur Aktiva (asset structure)

Struktur aktiva dalam penelitian ini digunakan untuk perbandingan aktiva tetap

dan total aktiva yang ada dalam perusahaan (AT/TA). Perusahaan memiliki aktiva

yang besar khususnya pada perusahaan yang permintaan akan outputnya relatif stabil

maka perusahaan tersebut mudah mendapat pinjaman (hutang) untuk jangka panjang.

Untuk menghitung struktur aktiva digunakan rumus :

4. Leverage Operasi

Leverage operasi menunjukan presentase perubahan EBIT sebagai akibat

perubahan penjualan. Untuk menghitung besarnya leverage operasi dapat digunakan

rumus sebagai berikut :

Leverage operasi =

enjualan

perubahanp

BIT

perubahanE

0

0

0

0

atau

Leverage operasi =

1 1 1 1 / ) ( / ) ( − − t t t t t t penjualan penjualan Penjualan EBIT EBIT EBIT

5. Tingkat Pertumbuhan Laba

Rasio ini menunjukan besarnya pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan

dari tahun ke tahun. Untuk menghitung besarnya pertumbuhan laba dapat digunakan

rumus sebagai berikut :

Pertumbuhan Laba =

1 1 t t t laba laba laba

Keterangan :

Laba t = laba kotor (EBIT) tahun t

6. Profitabilitas

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba, yang ditunjukkan oleh perbandingan antara laba bersih sesudah pajak (EAT)

dengan penjualan. Adapun rumusnya sebagai berikut :

Profitabilitas =

Penjualan

EAT

LabaBersih( )

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis Regresi Linier Sederhana dipakai untuk menjawab pertanyaan

dalam rumusan masalah 1 sampai dengan 5. Adapun rumus regresi linier

sederhana adalah sebagai berikut ( Mustafa, 1995:110 ):

Y= a + bX

a. Rumusan Masalah 1

Analisis regresi ini dipakai untuk menjawab pertanyaan apakah

stabilitas penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Adapun

rumusnya adalah sebagai berikut :

b. Rumusan masalah 2

Analisis regresi ini dipakai untuk menjawab pertanyaan apakah

struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Adapun

rumusnya adalah sebagai berikut :

Y = a + bX

2

c. Rumusan Masalah 3

Analisis regresi ini dipakai untuk menjawab pertanyaan apakah

leverage operasi berpengaruh positif terhadap struktur modal. Adapun

rumusnya adalah sebagai berikut :

Y = a + bX

3

d. Rumusan Masalah 4

Analisis regresi ini dipakai untuk menjawab pertanyaan apakah

stabilitas penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Adapun

rumusnya adalah sebagai berikut :

Y = a + bX

4

e. Rumusan Masalah 5

Analisis regresi ini dipakai untuk menjawab pertanyaan apakah

profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Adapun rumusnya

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Struktur Modal

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X

1

= Stabilitas penjualan

X2 = Struktur aktiva

X

3

= Leverage operasi

X4 = Pertumbuhan laba

X5 = Profitabilitas

2. Analisis Regresi Berganda

Analisis Regresi berganda dipakai untuk menjawab pertanyaan

dalam rumusan masalah yang ke 6 yaitu apakah stabilitas penjualan,

struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan laba dan tingkat

profitabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap struktur

modal. Adapun persamaan regresi berganda adalah ( Mustafa, 1995 : 128)

Y= β

0

1

X

1

2

X

2

3

X

3

4

X

4

5

X

5

+U

Keterangan :

Y = Struktur Modal

X1 = Stabilitas penjualan

X2 = Struktur aktiva

X3 = Leverage operasi

X

4

= Pertumbuhan laba

X5 = Profitabilitas

0

β = Konstanta

=

5 , 4 , 3 , 2 , 1

β β β β

β Koefisien regresi

Ui = Random error

G.Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

digunakan uji t dan uji F.

a. Uji t ( pengujian Secara Individual)

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan 5 yaitu

apakah masing-masing variabel-variabel yaitu stabilitas penjualan,

struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan laba dan

profitabilitas secara individual mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel dependen ( struktur modal).

H0 : β

i

≤ 0

H

A

: β

i

> 0

Rumus untuk menghitung t hitung adalah (Mustafa, 1995 : 114).

t = β

1. Menentukan kriteria pengujian dengan satu sisi :

a. H

0

diterima bila t

hitung

≤t

tabel

atau sig > α

b. H

0

ditolak bila t

hitung

> t

tabel

atau sig < α

2. Menentukan tingkat signifikansi (α ) sebasar 5%, level of

confidence = 95 % , degree of freedom n-2.

b. Uji F ( Pengujian Secara Serempak)

Uji F dipergunakan untuk menguji apakah variabel-variabel

independen yaitu stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi,

tingkat pertumbuhan laba dan profitabilitas secara serempak mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (struktur

modal).

Ho :β

1,

β

2,

β

3,

β

4,

β

5

≤0

HA: β

1,

β

2,

β

3,

β

4,

β

5

〉0

Adapun rumusnya untuk menghitung F hitung adalah (Mustafa,1995 : 15)

:F hitung =

)

/(

)

1

(

)

1

/(

2 2

k

n

R

k

R

1. Menentukan kriteria pengujian satu sisi :

a. H

0

diterima bila F

hitung

F

tabel

b. H0 ditolak bila F hitung > F tabel

2. Menentukan tingkat signifikansi (α ) sebasar 5 %, level of confidence

95 % , degree of freedom = (k-1) ; (n-k)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Bursa Efek Jakarta

Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi Nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.

Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan, Bursa Saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.

Tidak sampai 1977, Bursa Saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan,

Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta. Pada tanggal 13 juli 1992, bursa saham diswastanisasi PT Bursa Saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan Saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

B. Langkah Go Publik

Perusahan yang beroperasi sebagai perusahaan publik, pada dasarnya harus siap dengan konsekuensi dan permasalahanya, yaitu memenuhi ketentuan yang berlaku dalam undang-undang serta aturan pelaksanaan yang mengikuti, seperti yang di wajibakan dalam keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990, perusahaan publik harus memenuhi beberapa kesanggupan, yaitu :

1. Keharusan untuk keterbukaan (fill disclosure)

Pasar modal yang sehat adalah transparansi atau keterbukaan. Sebagai perusahaan publik yang sahamnya telah dimilki oleh masyarakat harus menyadari keterbukaan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan (disclosure) dalam berbagai aspek sesuai dengan kebutuhan pemegang saham dan masyarakat serta peraturan yang berlaku.

Setelah perusahaan go publik dan mencatat efeknya di bursa maka emiten sebagai perusahaan publik wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun laporan lain kepada BAPEPAM dan Bursa Efek Jakarta. Laporan yang disampaikan oleh emiten kepada bursa khususnya laporan adanya kejadian penting, secepatnya akan dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman dilantai bursa maupun lantai informasi. Masyarakat pemodal dapat memperoleh langsung informasi tersebut ataupun melalui perusahaan pialang.

3. Perubahan hubungan dari informal ke formal

Sebelum go publik manajer tidak mempunyai kewajiban untuk menghasilkan laporan apapun, tetapi sesudah go publik manajer mempunyai komunikasi dengan pihak luar, misalnya BAPEPAM dan akuntan publik.

4. Kewajiban membayar dividen

Investor membeli saham karena mengharapkan adanya keuntungan, dalam hal ini dividen yang dibagi setiap periodenya. Oleh karena itu manajer harus bekerja keras untuk menyakinkan para investor yang selanjutnya berkewajiban membayar dividen secara teratur dan konstan atau naik.

5. Berusaha meningkatkan pertumbuhan perusahaan

Selain berkewajiban membayar dividen, perusahaan harus menunjukkan kemampuannya untuk bertahan dalam dunia persaingan, selanjutnya berusaha keras untuk memenangkan persaingan.

Langkah go publik dan go internasional menyebabkan transformasi besar-besaran struktur modal perusahaan-perusaaahaan Indonesia. Modal menjadi kuat sementara sumber hutang diversifikasi dengan baik. Hal ini akan berakibat baik bagi

perkembangan perusahaan selanjutnya yang kuat membuat perusahaan dapat menambah hutang tanpa khawatir rasio hutang akan memburuk

Dengan bangkitnya Bursa Efek Jakarta, terbuka kesempatan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk masalah struktur modal. Kalau dahulu hutang perusahaan lebih besar dari modalnya, maka menjual sahamnya di pasar modal sekarang banyak diantara perusahaan-perusahaan tersebut sudah memiliki modal yang lebih tinggi dari hutang.

C. Sejarah Singkat Perusahaan Industri Farmasi

1. PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk.

PT Squibb Indonesia berdiri 19 maret 1971 ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah bergerak dalam bidang farmasi dan produk kesehatan seperti :

a. Menggunakan resep : Capoten, Corgard, Capozide, Kenacort, Kenacomb, Mycostatin, Azatam, Velosef dan masih ada 36 jenis antibiotik lainnya.

b. Tanpa resep : Engran, Couterpain, Vi-grans, B-Complex

Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dan pabriknya berlokasi di Cilangkap, Bogor. Pada tanggal 6 November 1991, perusahaan telah mengakuisisi 100% kepemilikan PT Bristol-Myers Indonesia.

2. PT Dankos Laboratories Tbk.

PT Dankos Laboratories didirikan pada tahun 1882 perusahaan bergerak dibidang farmasi. Suksesnya perusahaan melakukan negoisasi sehingga mendapat pinjaman dari kreditur untuk merekturisasi perusahaan. Pemegang saham terbesar adalah PT Bintang Toedjoe. Pabriknya berada di Kawasan Industri Pulogadung.

3. PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.

PT Darya-Varia didirikan pada tahun 1976 perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, dan distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi, dan perawatan kesehatan. Pabrik dan kantor pusat berlokasi di Bogor dan Jakarta.

4. PT Indofarma (Persero) Tbk.

PT Indonesia farma Tbk disingkat Indofarma didirikan pada 2 Januari 1996 . Pada awalnya, perusahaan merupakan sebuah pabrik obat dengan nama Pabrik obat Manggarai pada 1918. Pada tahun 1950 pabrik ini diambil alih oleh pemerintah republik Indonesia dan dikelola oleh Departemen Kesehatan. Ruang lingkup kegiatan perusahaan sebagai berikut :

a. Memproduksi bahan baku dan bahan penolong farmasi termasuk bahan kimia dan agrokimia baik sendiri maupun atas dasar lisensi.

b. Memproduksi obat-obatan, produk makanan yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, baik yang bersifat umum termasuk untuk hewan, dan alat kesehatan. Baik pembuatan atas dasar sendiri maupun atas dasar lisensi.

c. Memproduksi pengemas maupun bahan pengemas, mesin dan peralatan sarana pendukung yang berkaitan dengan industri farmasi.

d. Pemasaran, perdagangan dan distribusi hasil produk baik didalam maupun diluar negara.

e. Jasa yang berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan maupun jasa pemeliharaan kesehatan.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Jln. Tambak No 2, dengan lokasi pabrik di Cibitung – Jawa Barat.

5. PT Kalbe Farma Tbk.

PT Kalbe Farma Tbk didirikan pada tanggal 10 September 1966. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi usaha dalam bidang industri dan distribusi produk farmasi bagi manusia dan hewan.

PT Kalbe Farma Tbk berlokasi di Jakarta kawasan Industri Delta Silikon, Jln. M. H. Thamrin Blok A 3-1, Lippo Cikarang-Bekasi.

6. PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

PT Kimia Farma (Persero) Tbk disahkan pada 11 Oktober 1971, yang sebelumnya adalah Perusahaan Negara Kimia Farma. Ruang lingkup kegiatannya antara lain mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia farmasi, dan biologi untuk pemeliharaan kesehatan.

PT Kimia Farma (Persero) Tbk saat ini berkedudukan di Jln. Veteran No 09, Jakarta. 7. PT Merck Tbk.

PT Merck Tbk didirikan pada 14 Oktober 1970. Alamat Jln. T.B. Simatupang No 08, Pasar Rebo – Jakarta perusahaan berstatus PMA dari Eropa. Perusahaan bergerak dibidang produk obat-obatan seperti sangobion, Neurobion yang dijual secara bebas pasar dalam negeri. Tahun 1987 telah banyak melakukan export, sekarang pemegang saham terbesar ada di tangan Merck Astra Holding AG.

8. PT Pyridam Farma Tbk.

PT Pyridam Farma Tbk didirikan pada 27 November 1976. Ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan meliputi industri obat - obatan, plastik, alat kesehatan dan industri kimia. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan pabriknya berlokasi di Desa Cibodas Puncak Jawa Barat.

9. PT Schering Plough Indonesia Tbk.

PT Schering Plough Indonesia Tbk didirikan pada 07 Maret 1972. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi pembuatan dan pengembangan produk farmasi untuk manusia dan hewan, produk kebersihan, kosmetik dan keperluan rumah tangga. Perusahaan ini lebih banyak memproduksi obat antibiotik.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di Pandaan, Jawa Timur.

10. PT Tempo Scan Pacific Tbk.

PT Tempo Scan Pacific Tbk didirikan pada 20 Mei 1970. Ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang usaha farmasi. Perusahaan berkedudukan di Jakarta Jln. H. Rasuna Said Kapling 11, sedangkan lokasi pabriknya dan kantor terletak di Jakarta dan Cikarang Jawa Barat.

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Variabel Penelitian dan Hasilnya

---

Dalam penelitian ini digunakan sampel 10 (sepuluh) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dari tahun 2000 - 2004 khususnya bidang

Farmasi. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (capital structure) maka dalam penelitian ini digunakan analisa regresi linier sederhana dan analisa regresi linier berganda. Variabel yang diduga mempengaruhi struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, pertumbuhan laba dan profitabilitas. Nama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dari tahun 2000-2004 sebagai berikut :

SQBB : PT. Bristol-Myers Squibb Tbk DAKS : PT. Dankos Laboratories Tbk DVLA : PT. Darya Varia laboratoria Tbk INAF : PT. Indofarma (Persero) Tbk KLBF : PT. Kalbe Farma Tbk KAEF : PT. Kimia Farma Tbk MERC : PT. Merck Tbk

PYFA : PT. Pyridam Farma Tbk

SCPI : PT. Schering Plough Indonesia Tbk TSPC : PT. Tempo Scan Pasific Tbk

1. Struktur Modal (Capital Structure)

Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dapat dihitung dengan rumus :

Struktur Modal = ri ModalSendi jang gJangkapan Hutan

Adapun besarnya struktur modal dari masing-masing sampel perusahaan selama periode 2000 - 2004 dapat dilihat pada tabel V.1 berikut ini :

Tabel V.1

Hasil perhitungan Struktur Modal pada Industri Farmasi Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000 – 2004

Kode Tahun Rata-rata

2000 2001 2002 2003 2004 SOBB -0,8096 0,0936 0,0958 0,1314 0,1182 -0,0741 DAKS 1,2263 1,1559 0,7486 0,5930 0,0440 0,7536 DVLA 0,2950 0,0597 0,0646 0,1198 0,1295 0,1337 INAF 0,0087 0,0000 0,0994 0,1519 0,1071 0,0734 KLBF 5,4062 4,6693 0,4619 0,3180 0,6191 2,2949 KAEF 0,0144 0,0679 0,0684 0,0545 0,0408 0,0492 MERC 0,0087 0,0000 0,0022 0,0044 0,0187 0,0068 PYFA 0,1968 0,0844 0,0377 0,0041 0,0053 0,0656 SCPI 0,0000 0,0000 0,0000 2,3271 2,5689 0,9792 TSPC 0,0283 0,0109 0,0081 0,0091 0,0129 0,0139

Sumber Data : Sumber data sekunder dari BEJ diolah.

Tabel V.1 memperlihatkan perhitungan rasio struktur modal dilihat dari rata-ratanya karena rata-rata mempertimbangkan semua nilai dan dapat menggambarkan mean populasi meski ada kelemahannya rata-rata mudah

terpengaruh oleh nilai ekstrim. Struktur modal pada perusahaan Kalbe Farma menunjukkan long term debt equity ratio lebih besar dibandingkan modal sendiri, sedang struktur modal pada perusahaan Bristol Meyer Squibb menunjukkan adanya upaya perusahaan untuk menekan jumlah penggunaan hutang jangka panjang dan modal sendiri karena mungkin perusahaan sedang mengalami kerugian atau sedang melakukan investasi. Struktur modal perusahaan haruslah memaksimumkan nilai perusahaan dengan memaksimumkan profit bagi kepentingan modal sendiri, dan keuntungan yang diperoleh haruslah lebih besar dari biaya modal yang dikeluarkan sebagai akibat penggunaan struktur modal tertentu. Tetapi kalau kita menambahkan adanya biaya kebangkrutan, maka akan ada suatu perbandingan antara hutang dan modal sendiri yang optimal, sehingga ada struktur modal yang optimal.

2. Stabilitas Penjualan (Sales Stability)

Dalam mengukur stabilitas penjualan masing-masing digunakan ukuran standar deviasi dari tingkat penjualan sampel perusahaam yang diteliti selama periode penelitian . 1 ... 2 2 1 − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = n X X X X X X n x σ Keterangan : : σ Standar deviasi Xi : Penjualan ke i X : Penjualan rata-rata n : Jumlah sampel

Besarnya penjualan dan stabilitas penjualan dari sampel perusahaan yang digunakan selama periode 2000 - 2004 dapat dilihat pada tabel V.2 berikut :

Tabel V.2

Hasil perhitungan Stabilitas Penjualan pada Industri Farmasi Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000 - 2004

(Dalam Juta Rupiah)

Kode Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 Stabilitas Penjualan SQBB 138.526 175.173 205.623 197.493 221.595 32.175,36 DAKS 531.845 763.624 1.065.422 1.191.273 1.361.627 333.614,97 DVLA 430.701 509.618 549.020 390.436 426.796 65.532,35 INAF 493.371 615.426 687.984 498.206 689.522 97.052,95 Vvvv0KLBF 1.561.839 2.046.499 2.561.802 2.889.209 3.413.097 720.192,10 KAEF 1.517.153 1.442.761 1.538.712 1.816.384 1.925.990 210.249,41 MERC 183.810 224.074 220.918 296.320 373.341 75.478,22 PYFA 20.945 29.227 24.629 27.256 33.969 4.890,45 SCPI 89.004 101.558 109.925 117.435 112.005 11.077,22 TSPC 1.451.646 1.785.230 1.959.435 2.124.162 2.371.553 347.477,34

Sumber data : Data sekunder dari BEJ yang diolah

Tabel V.2

memperlihatkan stabilitas penjualan perusahaan di industri farmasi. Semakin besar standar deviasi maka tingkat penyimpangan penjualan perusahaan semakin besar (semakin tidak stabil penjualan) ini akan mempengaruhi stabilitas keuntungan perusahaan. Perusahaan yang penjualannya tidak stabil ada pada perusahaan Kalbe Farma dapat dilihat standar deviasi yang besar, maka tidak stabilitasnya penjualan akan berpengaruh pada stabilitas keuntungan. Semakin kecil

standar deviasinya maka tingkat penyimpangan penjualan perusahaan semakin kecil hal ini akan semakin stabil keuntungannya. Perusahaan yang stabil penjualannya dilihat dari kecilnya standar deviasi pada perusahaan Pyridam maka tingkat keuntungan perusahaan juga akan stabil.

3. Struktur Aktiva (Asset Stucture)

Struktur aktiva dalam penelitian ini digunakan untuk perbandingan aktiva tetap dan total aktiva yang ada dalam perusahaan (AT/TA). Untuk menghitung struktur aktiva digunakan rumus :

Struktur Aktiva =

Dokumen terkait