• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISA DATA

5.4 LIFE STORY Identitas Responden I

1. Nama : Bassarudin Nasution

2. Umur : 42 tahun

3. Agama : Islam

4. Pekerjaan : Buruh bangunan 5. Suku Bangsa : Indonesia/mandailing 6. Jenis Kelamin : Laki-laki

7. Jumlah Anggota Keluarga : 7 orang

8. Jumlah Pendapatan : Rp.500.000/bulan 9. Pendidikan terakhir : SD

Bapak Bassarudin Nasution adalah warga Lingkungan II di Kelurahan Bantan. Bapak Bassarudin adalah salah atau warga miskin yang mendapatkan bantuan BLT dari pemerintah. Dia mendapatkan informasi mengenai Program BLT dari warga setempat yang sudah mengetahui sebelumnya baik dari TV ataupun dari petugas BLT.

Kehidupan ekonomi Pak Bassarudin memprihatinkan, walaupun demikin ia tetap berusaha dengan bekerja sebagai buruh bangunan. Anaknya berjumlah 7 orang diantaranya 2 orang anak perempuan dan 3 orang anak laki-laki,mereka tinggal di rumah kontrakan yang hanya memiliki satu kamar saja sehingga anak-anak mereka tidur di bagian luar kamar. Anak pertamanya bekerja sebagai buruh bangunan membantu bassarudin, anak keduanya bekerja sebagai cleaning servis di sebuah kantor dan tiga anaknya lagi masih sekolah. Istrinya bekerja sebagai tukang cuci di lingkungan tersebut.

Penghasilan Pak Bassarudin perbulan hanya Rp. 500.000,- ini sungguh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Adanya program BLT yang memberikan dana sejumlah Rp. 100.000,- /bulan tersebut sebenarnya tidak begitu berarti dalam membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Untuk membeli beras dalam sehari saja mereka harus mengeluarkan uang sejumlah Rp.21.000 belum lagi harga minyak tanah yang sangat mahal dan keperluan sekolah anaknya yang harus dipenuhi. Namun demikan mereka tetap mensyukurinya, karena bagi orang miskin seberapapun bantuan yang diberikan sangat berarti bagi mereka.

Pak Bassarudin mengatakan bahwa pada awalnya pelaksanaan program BLT sudah baik, namun pada tahun berikutnya ada hal-hal yang ia rasa ganjil salah satunya adalah pada tahun 2008 ada pemotongan uang BLT sebesar Rp.100.000 namun sampai sekarang tidak dijelaskan apa sebabnya. Kedua adalah tidak tepat waktu pemberian dana BLT, yang menyebabkan terjadinya kerusuhan di antara warga yang sudah datang ke Kantor Pos namun dana BLT tidak diberikan. Ketiga adalah bahwa masih ada warga yang tidak mampu tidak mendapatkan BLT dan yang mampu serta sudah meninggal dunia masih mendapatkan BLT. Ketiga hal ini adalah keluhan Pak Bassarudin tentang pelaksanaan Program BLT di Kelurahan Bantan.

Identitas Responden II

1. Nama : Nasriana

2. Umur : 42 tahun

3. Agama : Islam

4. Pekerjaan : Buruh bangunan 5. Suku Bangsa : Indonesia/Jawa 6. Jenis Kelamin : Perempuan 7. Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang

8. Jumlah Pendapatan : Rp.1.000.000/bulan 9. Pendidikan terakhir : SMA

Ibu Nasriana adalah salah satu warga lingkungan II di Kelurahan Bantan. Ia seorang janda dan mempunyai 3 orang anak. Anak pertamanya bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta dan dua orang anaknya lagi masih sekolah. Mereka tinggal di rumah yang telah diwariskan suaminya. Suaminya juga meninggalkan sebuah kios sembako yang sekarang dikelola oleh ibu Nasriana. Ibu Nasriana mendapatkan dana BLT sejak tahun2007.

Menurut Ibu Nasriana, program BLT yang dibuat pemerintah sudah baik. Alasannya dana BLT yang diberikan pemerintah membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dari segi pelakasanaan BLT di Kelurahan Bantan memang ada kekurangan antara lain adalah tidak tepat waktu sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan.

Menurut pengamatan dari masyarakat sekitar, sebenarnya ibu Nasriana tidak layak mendapatkan BLT karena ia tergolong orang-orang yang mapan dibandingkan masyarakat yang lain di sekitarnya. Apalagi masih ada masyarakat

oleh ibu Nasriana, “memang tanpa BLT saya masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi masih ada masyarakat miskin disini yang tidak mendapatkan BLT, tapi namanya rezeki yang tidak mungkin saya tolak”. Dari pengakuan ibu Nasriana membuktikan bahwa BLT membuat orang menjadi malas dan menjadikan moral pengemis bagi masyarakat, karena orang yang mampu pun mengaku dirinya tidak mampu asalkan mendapat uang.

BAB VI PENUTUP

Pada bab VI peneliti menyimpulkan hasil penelitian di lapangan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang dilakukan mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program BLT di Kelurahan Bantan Kecamatan Siantar Barat

1. Kesimpulan

1. Pelaksanaan BLT di Kelurahan Bantan tidak berjalan dengan baik. Adapun indikator-indikator dikatakan pelaksanaan BLT di Kelurahan Bantan tidak berjalan dengan baik dapat kita lihat pada distribusi responden tentang sosialisasi, penyaluran dana, tepat waktu, efesiensi dana BLT sejumlah Rp.300.000,-/3bulan, pengaduan masyarakat, tujuan dan manfaat BLT. Hanya satu pelaksanaan BLT di Kelurahan Bantan yang berjalan dengan baik yaitu tepat sasaran kepada masyarakat miskin. Data-data tersebut dapat kita lihat pada distribusi tabel-tabel tanggapan responden terhadap Program BLT.

2. Berdasarkan hasil analisa data pada Bab V bahwa BLT tidak mampu mencapai tujuan dan tidak bermanfaat bagi penerima BLT, hal ini dikarenakan BLT tidak efektif dapat memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraaan. Alasannya antara lain adalah BLT merupakan bantuan tanggap darurat di bidang ekonomi sosial, bantuan yang bersifat konsumtif dan tidak nyata dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat miskin. Saat ini yang diperlukan adalah motivasi, komitmen, modal kerja dan lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Sasaran utama peningkatan kesejahteraan adalah perubahan sikap mental masyarakat yang

malu mengakui dirinya miskin sehingga mereka lebih gigih dan berusaha untuk mempertahankan serta meningkatkan kesejahteraan sosial.

2. Saran

1. Bagi pemerintah agar menggunakan pendataan masyarakat yang akurat dan uptodate dalam merealisasikan pelaksanaan Program BLT. Melibatkan unsur pemerintahan serta pengurus setempat yang lebih tahu kondisi daerah masing-masing, hal ini karena pemerintah masih menggunakan data tahun 2005.

2. Untuk dapat merealisasikan data yang akurat dan uptodate diperlukan sebuah sistem yang ditopang oleh teknologi (peran SDM TI Indonesia), sarana dan prasarana yang memadai dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisa serta menyajikan data. Sudah saatnya pemerintah memperhatikan pembangunan SDM dan IT BPS, tanpa ini semua data yang tidak akurat dan uptodate akan menjadi masalah terus menerus.

3. Penulis menyarankan agar Program BLT sebaiknya dihentikan karena dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa BLT menciptakan mental pengemis kepada masyarakat karena pemerintah hanya membagi-bagikan uang sehingga masyarakat menjadi malas. Penulis menyarankan agar pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya, proyek padat karya melalui subsidi bagi petani, nelayan, pemberian bantuan produktiv seperti bibit tanaman dan hewan kepada masyarakat miskin dan yang terpenting adalah motivasi, komitmen, modal kerja dan lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

4. Bagi petugas BLT di Kelurahan Bantan agar tepat waktu dalam memberikan

Dokumen terkait