• Tidak ada hasil yang ditemukan

Likuiditas Bank

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 48-53)

1. Penyebab kegagalan dari intern bank a. Berhubung dengan kepentingan pribadi

2.6 Likuiditas Bank

100 X diberikan yang Kredit lancar tidak Kredit

Rasio ini menghitung tingkat kredit bermasalah bila dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada pihak ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan ke bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit yang diklasifikasikan dalam kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan kredit bermasalah itu sendiri dihitung secara kotor (gross) dengan tidak mengurangkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif.

2.6 Likuiditas Bank

Dalam menilai tingkat kesehatan bank banyak sekali aspek yang dapat dinilai salah satunya adalah likuiditas. Pada Industri perbankan, likuiditas dipandang dari dua sisi pada neraca bank. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang wajar. Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban pada nasabah setiap simpanan mereka yang ada di bank ditarik, pada sisi aktiva bank harus menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjikan. Jika kedua aspek atau salah satu aspek ini tidak dapat dipenuhi maka bank tersebut akan kehilangan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu likuiditas merupakan salah satu aspek terpenting dalam kegiatan operasional bank.

65

Menurut Taswan (2006:96) bank dapat dikatakan likuid jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memegang sejumlah alat likuid, cash asset, yang terdiri dari uang kas, rekening dari bank lain sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan 2. Memegang kurang dari alat-alat likuid sebagaimana disebutkan pada nomor 1

diatas akan tetapi bank tersebut memiliki surat-surat berharga berkualitas tinggi yang dapat segera ditukar atau dialihkan menjadi uang tanpa mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun pada waktu setelah jatuh tempo 3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui penciptaan

hutang, Misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money, penjualan surat-surat berharga dengan repurchase agreement

Untuk menentukan tingkat likuiditas bank diperlukan kemampuan manajemen dalam memprediksi kemungkinan likuiditas yang diperlukan tanpa mengesampingkan perhatiannya terhadap biaya yang timbul akibat pemeliharaan likuiditas bank tersebut. Ketidakpastian penarikan kredit dan penarikan simpanan oleh para deposan menuntut bank harus mengkaji komponen likuiditas yang direncanakan (planned component) dan komponen untuk berjaga-jaga (devensive or protective component). Pada kenyataanya komponen likuiditas yang direncanakan sering meleset dari yang terjadi sebenarnya. Oleh karena itu diperlukan ketajaman dalam manajemen likuiditas agar terhindar dari kekurangan likuiditas atau kelebihan likuiditas yang berlebihan.

2.6.1 Pengertian Likuiditas

Analisis likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut menbayar utang-utangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Pengertian likuiditas bank menurut Lukman Dendawijaya (2005:114) :

66

“Kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.”

Pengertian likuiditas menurut Burns dalam Hasibuan (2002:94) :

“Bank liquidity refers the ability of a bank to raise a certain amount of funds at a certain amount of time.”

Maksud dari pendapat di atas adalah likuiditas bank mengacu kepada kemampuan bank untuk menaikkan sejumlah dana tertentu dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian likuiditas menurut Bambang Djinarto (2005:14) :

“Kepemilikan sumber dana yang memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan kewajibannnya yang akan jatuh tempo.”

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan pengertian likuiditas merupakan kemampuan atau kepemilikan sumber dana yang memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

2.6.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas

Banyak sekali faktor-faktor yang berpengaruh pada likuiditas, pihak bank harus pintar-pintar menyaring mana pengaruh yang negatif dan positif terhadap likuiditas bank yang bersangkutan, agar jangan sampai mengancam kelangsungan usaha bank tersebut. Seperti pendapat Berger dan Bouwman (2007:5) yang menyatakan :

“Liquidity creation exposes banks to risk, the greater the liquidity created, the greater are the likelihood and severity of losses associated with having to dispose of illiquid asset meet customers liquidity demands.”

67

Pendapat diatas memiliki arti bahwa penciptaan likuiditas akan mendekatkan bank pada risiko, likuiditas optimal selalu berada di dalam ketidak pastian kapan akan terjadi. Kejadian kekurangan likuiditas kemungkinan akan menyebabkan perusahaan kehilangan para investor, maka memperbanyak nasabah kemungkinan akan membantu tercapainya likuiditas perusahaan yang optimal. Untuk mencapai likuiditas perusahaan yang optimal dibutuhkan perhatian pada faktor-faktor yang berpengaruh pada likuiditas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas menurut Hasibuan (2002:99) :

1. Situasi perbankan artinya jika banyak bank kurang sehat, seperti diskors dari kliring atau likuidasi maka rush pencairan tabungan semakin banyak, akibatnya likuiditas bank akan menurun

2. Situasi moneter artinya jika tingkat inflasi tinggi maka rush penarikan tabungan semakin banyak, akibatnya likuiditas bank akan menurun

3. Situasi perekonomian artinya apabila perekonomian sepi/lesu maka banyak kredit yang macet, akibatnya likuiditas bank akan menurun

4. Musim artinya jika menjelang musim dingin, hari raya, ataupun masuk sekolah maka penarikan tabungan akan meningkat, akibatnya likuiditas bank akan menurun

5. Stabilisasi keamanan artinya jika keamanan kurang stabil maka penarikan tabungan akan meningkat, akibatnya likuiditas bank akan menurun

Sebenarnya banyak hal yang dapat berpengaruh pada likuiditas, dan likuiditas itu sendiri dapat menyebabkan krisis perusahaan. Tentunya jika likuiditas perusahaan tersebut terlalu rendah atau terlalu tinggi. Maka dibutuhkan strategi yang baik untuk menjaga likuiditas agar tetap stabil. Salah satunya dengan memperhatikan hal-hal yang berpengaruh terhadap likuiditas.

68 2.6.3 Loan To Deposit Ratio (LDR)

Dalam menentukan tingkat likuiditas memang dapat melalui estimasi, namun suatu pengukuran perlu dilakukan secara lebih detail dan memperhatikan dimensi waktu. Pengukuran likuiditas sebenarnya bisa dilakukan dalam perspektif manajerial maupun perspektif otoritas moneter (Bank Indonesia). Adapun rasio pengukur likuiditas yang digunakan hanya satu, yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio).

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

Pengertian LDR menurut Lukman Denda Wijaya (2005:59) :

“Rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.”

Pengertian LDR menurut Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin (2003:43) :

“Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu indikator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. LDR dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara total loan dengan total deposit (Total Loan dibagi Total Deposit).“

Besarnya nilai Loan To Deposit Ratio menurut Lukman Dendawijaya (2005:147) dapat dihitung dengan rumus:

% 100 X ketiga pihak dana Total diberikan yang kredit Jumlah

69

Nilai kredit LDR dihitung sebagai berikut:

1. untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih nilai kredit = 0 2. untuk rasio LDR di bawah 110%, nilai kredit = 100

Selanjutnya, nilai kredit tersebut dikalikan dengan bobot CAMEL untuk LDR 5% sehingga doperoleh nilai CAMEL untuk komponen LDR.

LDR merupakan rasio yang menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang mungkin dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dana ini dapat berupa giro, tabungan, maupun deposito yang dimiliki deposan.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 48-53)

Dokumen terkait