• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia

Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertengahan tahun 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:1) secara kronologis, perkembangan industri perbankan Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Era sebelum Juni 1983

Pada era sebelum deregulasi Pakjun’83, industri perbankan nasional ditandai dengan campur tangan Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam pengaturan pagu kredit dan tingkat bunga terhadap bank-bank nasional serta penyediaan kredit likuiditas dalam jumlah yang melimpah sehingga bank-bank komersial hanya berfungsi sebagai penyalur kredit-kredit Bank Indonesia. Akibatnya, pola pengelolaan bank-bank komersial cenderung konvensional, kurang profesional, kurang memiliki kreatifitas dan tidak inovatif

2. Paket 1 juni 1983 (Pakjun 1983)

Deregulasi Pakjun 1983 berisikan tiga hal utama sebagai berikut

a. Menghapus pagu kredit sehingga bank-bank nasional dapat memberikan kredit secara lebih leluasa sesuai dengan kemampuannya dengan harapan bank dapat berkembang secara wajar

(2)

18

b. Bank diberi kebebasan menentukan sendiri suku bunga deposito, tabungan maupun suku bunga kredit dalam rangka meningkatkan mobilisasi dana dari dan kepada masyarakat

c. Mengurangi sebanyak mungkin atau meniadakan ketergantungan bank-bank kepada bank sentral (Bank Indonesia) dengan cara mengurangi atau meniadakan kredit likuiditas

3. Paket 27 oktober 1988 (PAKTO 1988)

Deregulasi ini berupaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap financial market sambil mendorong perbankan kearah kompetisi (persaingan) yang efisien dan sehat dengan kemudahan dalam mendirikan bank. Oleh karena itu, jumlah bank (baik kantor pusat maupun kantor-kantor cabangnya) semakin mengalami kenaikan dengan pesat serta menumbuhkan berbagai inovasi dalam keragaman produk perbankan.

4. 29 Mei 1993: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Dalam rangka menjaga agar bank-bank tersebut lebih melaksanakan fungsi prudential banking (prinsip kehati-hatian dalam menjalankan bisnis perbankan), Bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank nasional telah menetapkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan Surat Edaran BI No. 26/BPP/1993, tanggal 29 mei 1993, yang dikenal dengan metode CAMELS. Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut kemudian disempurnakan lagi melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR/1997, tanggal 30 april 1997

5. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1996

PP No. 68/1996 antara lain berisikan tiga unsur yang harus dipenuhi oleh industri perbankan nasional, yakni:

a. Peningkata rasio kecukupan modal (CAR) minimal 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR), menjadi 10% pada akhir tahun 1997 dan 12% pada tahun 2001

(3)

19

b. Peningkatan modal disetor menjadi Rp 50 miliar bagi bank umum non devisa dan Rp 150 miliar bagi bank devisa

c. Peningkatan giro wajib minimum (GWM) dari 3% menjadi 5% per April 1997

6. 10 November 1998: UU No. 10 Tahun 1998

Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan permasalahan yang semakin kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan ekonomi serta perbaikan sistem keuangan, khususnya perbankan. Sehat tidaknya perbankan nasional akan sangat berpengaruh terhadap iklim usaha nasional. Untuk itu, pemerintah memandang perlu melakukan penyempurnaan dan mengadakan perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dengan mengesahkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan

7. 13 Maret 1999: Program Rekapitalisasi Perbankan

Dengan disahkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, dimana salah satu unsur pokoknya adalah pembentukan badan khusus yang bertugas melakukan program penyehatan perbankan nasional, maka dengan keppres No. 27 dan No. 34 Tahun 1998 dibentuklah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), sebuah badan di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia yang didirikan dalam rangka program penyehatan dan rehabilitasi sektor perbankan Indonesia. Pada tanggal 13 Maret 1999, pemerintah melalui BPPN dan Bank Indonesia mengumumkan berbagai keputusan dalam rangka penyehatan perbankan nasional yakni:

a. 38 bank nasional ditutup/bank beku operasi (BBO) b. 7 bank nasional diambil alih bank take over (BTO)

(4)

20

d. 73 bank nasional tidak ikut dalam program rekapitalisasi

Hal-hal yang disampaikan diatas mengindikasikan bahwa bisnis perbankan memerlukan sikap yang hati-hati terutama dalam menghadapi perubahan. Produk bank sebagian besar sangat dipengaruhi oleh perubahan pasar. Perubahan nilai uang dan suku bunga adalah harus disikapi secara profesional. Bank perlu selalu menjaga kepercayaan masyarakat dengan cara memelihara likuiditas yang memadai, tanpa mengorbankan kepentingan memperoleh profit dan selalu mematuhi regulasi-regulasi yang bersentuhan dengan bidang perbankan. Untuk melakukan hal tersebut diperlukan kemampuan manajemen dalam mengelola bank secara profesional.

2.1.1 Pengertian Bank

Di era modern seperti saat ini kebutuhan masyarakat untuk berinvestasi maupun untuk sekedar memproteksi dananya, ataupun kepentingan lainnya semakin meningkat, dengan kondisi pasar tersebut maka saat ini semakin banyak bermunculan lembaga keuangan baik bank maupun non bank. Masing-masing perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat. Salah satu lembaga keuangan yang banyak dipercaya oleh masyarakat saat ini adalah bank.

Adapun pengertian Bank menurut Lukman Dendawijaya (2005:14) : “Suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.”

(5)

21

Sedangkan pengertian Bank menurut G.M Verryn stuart dalam Lukman Dendawijaya (2005:14) :

“Suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.”

Pengertian bank menurut Joseph Sinkey dalam Taswan (2006:4) :

“Department store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan.”

Pengertian bank menurut Dictionary of Banking And Financial Service by Jerry Resenberg dalam Taswan (2006:4) :

“Lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga.”

Pengertian bank menurut Kasmir (2003:11) :

“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.”

Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana, kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu:

(6)

22 a. Menghimpun dana

b. Menyalurkan dana

c. Memberikan jasa Bank lainnya

2.1.2 Jenis-jenis Bank

Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan memiliki beberapa jenis bank. Di dalam Undang-Undang-Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang nomor 14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan.

Adapun Jenis-jenis bank antara lain 1. Dilihat dari segi fungsinya

Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari:

a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai

h. dan Bank jenis lainnya

Kemudian menurut Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis Bank yaitu:

a. Bank Umum

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

(7)

23 b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR dengan modal awal yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan modal awal Bank umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing 2. Berdasarkan Kepemilikannya

Di samping dilihat dari fungsinya, jenis bank juga dapat dilihat dari segi kepemilikannya menurut Taswan (2006:5) :

a. Bank BUMN

Bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan pemerintah pusat. Contoh Bank BUMN : 1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI)

2) Bank Rakyat Indonesia (BRI) 3) Bank Tabungan Negara (BTN) 4) Bank Mandiri

b. Bank BUMD

Bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan pemerintah daerah. Contoh Bank BUMD: 1) BPD Sumatra Utara

2) BPD Sumatra Selatan 3) BPD DKI Jakarta 4) BPD Jawa Barat

(8)

24 5) BPD Jawa Tengah 6) BPD Jawa Timur 7) BPD Kalimantan Timur 8) BPD Sulawesi Selatan 9) BPD Bali

10) BPD Nusa Tenggara Barat 11) dan BPD lainnya.

c. Bank Swasta Nasional

Bank yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Contoh Bank Swasta Nasional :

1) Bank Bumi Putra 2) Bank Bukopin 3) Bank Central Asia 4) Bank Danamon

5) Bank Internasional Indonesia 6) Bank Lippo

7) Bank Muamalat 8) Bank Swasta lainnya

Dalam Bank swasta milik nasional termasuk pula Bank-Bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi.

d. Bank Swasta Campuran (nasional dan asing)

Bank yang dimiliki oleh swasta domestik dan swasta asing. Contoh Bank Swasta Campuran antara lain:

1) Bank Finconesia 2) Bank Merincorp 3) Bank PDFCI

4) Bank Sakura Swadarma 5) Ing Bank

(9)

25 6) Inter Pasifik Bank

7) Paribas BBD Indonesia 8) Sanwa Indonesia Bank 9) Sumitomo Niaga Bank 10) Mitsubishi Buana Bank 11) Bank Campuran lainnya

e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan)

Bank yang mayoritas kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing. Contoh Bank milik Asing:

1) ABN AMRO Bank 2) American Express Bank 3) Bank of America 4) Bangkok Bank 5) Bank of Tokyo 6) City Bank

7) Chase Manhattan Bank 8) Deutsche Bank

9) European Asian Bank 10) Hongkong Bank

11) Standard Chartered Bank 12) dan Bank Asing lainnya

3. Berdasarkan Penekanan Kegiatannya

Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya menurut Lukman Dendawijaya (2005:15) :

a. Bank Retail b. Bank Korporasi c. Bank Komersial d. Bank Pedesaan

(10)

26 e. Bank Pembangunan

f. Dan lain-lain

4. Berdasarkan Cara Penetuan Harga

Jenis bank berdasarkan penentuan harga menurut Kasmir ( 2003:30) ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan sebagai cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok yaitu:

a. Bank konvensional

Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah Bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula Bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda ( Barat ). Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu:

1) Menetapkan sebagai harga jual.

2) Untuk jasa-jasa Bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu,

b. Bank berdasarkan prinsip syariah

Penentuan harga Bank yang berdasarkan prinsip syariah terhadap produknya sangat berbeda dengan Bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain, baik dalam hal menyimpan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah dengan cara: 1) Pembiayaan yang berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah)

(11)

27

3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah) 4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (Ijarah) 5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (Ijarah wa iqtina) 5. Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa

Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa menurut Taswan (2006:5) : a. Bank Devisa

Bank yang memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan pihak luar negeri. Contoh Bank devisa antara lain:

1) Bank Mandiri 2) Bank BNI

3) Bank BCA b. Bank Non Devisa

Bank yang tidak memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan pihak luar negeri. Contoh Bank non devisa antara lain:

1) Bank BPD tertentu

6. Jenis Bank berdasarkan dominasi pangsa pasarnya

Jenis bank berdasarkan dominasi pangsa pasarnya menurut Taswan (2006:6) :

a. Retail Banking (eceran)

Bank yang dalam kegiatan usahanya mayoritas melayani perorangan, usaha kecil, dan koperasi. Contoh retail banking diantaranya:

1) BCA 2) BRI

(12)

28 b. Wholesale Banking (borongan/besar-besaran)

Bank yang mengandalkan nasabah besar atau nasabah korporasi dalam kegiatan usahanya. Contohnya adalah Bank BNI sebelum krisis 1997 mayoritas kredit diberikan kepada konglomerat

Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, dari segi menentukan harga, dan lainnya. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari aspek kepemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank syariah berdasarkan bagi hasil.

2.1.3 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary.

Menurut Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru (2006: 9) Fungsi bank antara lain :

a. Agent of Trust (Perantara kepercayaan)

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (Trust) baik dalam hal perhimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalah gunakan oleh bank.

b. Agent of Development (Perantara pengembangan)

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik

(13)

29 c. Agent Of Services (Penyedia jasa)

Di samping melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga menawarkan jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (Financial intermediary institution).

2.1.4 Kegiatan-Kegiatan Bank

Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari- hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Sama seperti halnya perusahaan lainnya, kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat kita katakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya. Para nasabah datang silih berganti baik sebagai pembeli jasa maupun penjual jasa yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan kegiatan utama suatu bank yaitu membeli uang dari masyarakat (menghimpun dana) kemudian menjual uang yang diperoleh dari penghimpunan dana dengan cara (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit atau pinjaman.

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:23) kegiatan bank umum diantaranya :

1. Perkreditan

Kegiatan ini merupakan kegiatan utama bank umum yaitu menyalurkan dana pada masyarakat yang mengalami kekurangan dana

2. Pemasaran

Kegiatan pemasaran suatu bank umum erat hubungannya dengan strategi dan kiat yang harus dilakukan oleh eksekutif bank. Strategi tersebut mencakup

(14)

30

seluruh aspek, seperti perencanaan, survei pasar, ramalan pasar, serta strategi pemasaran

3. Treasury

Kegiatan treasury (pendanaan) lebih diutamakan kepada pengelolaan dana oleh para eksekutif bank. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kinerja yang optimal dalam memperoleh dana serta memaksimalkan alokasi dana kepada aktiva produktif

4. Operations

Kegiatan operations adalah kegiatan unit-unit dalam bank yang bersifat membantu kegiatan-kegiatan unit utama bank lainnya

5. Pengelolaan sumber daya manusia

Pengelolaan sumber daya manusia dalam bank mencakup seluruh siklus di bidang sumber daya manusia

6. Audit (pengawasan)

Pengawasan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terkait dengan standar kesepakatan yang telah disepakati

Dalam melaksanakan kegiatannya setiap bank berbeda seperti antara kegiatan Bank Umum dengan kegiatan Bank Perkreditan. Artinya produk yang ditawarkan bank umum lebih lengkap, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan jenis produk dan jasanya. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan tertentu, sehingga kegiatannya menjual produk dan wilayah operasinya lebih sempit dibandingkan Bank umum.

2.1.5 Dana Bank

Seperti diketahui bahwa suksesnya sumber dana merupakan salah satu kunci keberhasilan manajemen suatu bank. Tanpa ada dana, bank tidak dapat memberikan pinjaman kepada nasabahnya. Sebaliknya tanpa ada pinjaman yang diberikan, pendapatan bank relatif kecil. Jadi keduanya antara dana dan pinjaman

(15)

31

saling berkaitan satu sama lain.sehingga sumber dana bank merupakan salah satu aspek yang vital dalam usaha pengelola bank, baik jangka pendek maupun dalam jangka panjang sesuai dengan corporate plan dari masing-masing Bank

Mengingat market share dari sumber dana banyak terdapat dimasyarakat umum, maka dalam upaya menghimpun dana, bank beralih operasionalnya ke Banking retail. Hal ini terlihat dari bermacam-macam cara pihak perbankan menarik masyarakat menyimpan dananya. Kebijakan perbankan dalam mengelola dananya harus selaras dengan penggunaan, hal ini disebabkan oleh dana yang berhasil dihimpun itu akan menimbulkan biaya atau yang biasa dinamakan biaya dana atau cost of money.

2.1.5.1 Pengertian Dana Bank

Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan hal yang penting dan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa artinya tidak dapat berfungsi sama sekali.

Pengertian dana bank menurut Lukman Dendawijaya (2005:47) : “Uang tunai yang dimiliki bank dan berasal dari modal bank itu sendiri maupun berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur.”

Sedangkan menurut Dahlan Siamat dalam Lukman Dendawijaya (2005:47) pengertian dana adalah :

“Uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.”

Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dana ialah uang tunai yang dimiliki bank dan berasal dari modal bank itu sendiri maupun berasal dari pihak lain yang ditipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan

(16)

32 2.1.5.2 Sumber- Sumber Dana Bank

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya bank membutuhkan dana yang besar, terkadang bank tidak bisa memenuhi kebutuhan modalnya dari dana milik sendiri, maka bank memerlukan dana dari pihal luar.

Adapun sumber dana menurut Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru (2006:96), pada dasarnya suatu Bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:

a. Dana sendiri

Meskipun untuk suatu usaha bank, proporsi dana sendiri ini relatif kecil apabila dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, namun dana sendiri ini tetap merupakan hal yang penting untuk kelangsungan usahanya. Begitu pentingnya proporsi dana sendiri ini dibuktikan dengan adanya ketentuan dari Bank Central yang mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri dibandingkan dengan Total Nilai Aktiva Tertimbang menurut resiko (ATMR). Proporsi ini lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal ( Capital Adequacy Ratio)

b. Dana dari Deposan

Pada dasarnya sumber dana dari masyarakat dapat berupa Giro (Demand Deposit), Tabungan (Saving Deposit), dan Deposito Berjangka (Time Deposit) yang berasal dari nasabah perorangan atau badan

c. Dana Pinjaman

Dana pinjaman yang diperoleh Bank dalam rangka menghimpun dana antara lain dapat berupa:

(17)

33 1) Call Money

Merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui inter bank call money market

2) Pinjaman Antar Bank

Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha suatu bank dapat juga diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari bank lain

3) Kredit Likuiditas Bank Indonesia

Kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama kepada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas

d. Sumber dana lain

Selain dapat berasal dari dana sendiri, dana dari deposan dan dana pinjaman, sumber penghimpunan dana dapat juga berasal dari sumber-sumber berlainan yang tidak dapat digolongkan dalam jenis dana di atas. Sumber dana yang lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber-sumber tersebut antara lain:

1) Setoran jaminan

Sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank

2) Dana Transfer

Pemindahan dana bisa berupa pemindah bukuan antar rekening, dari uang tunai kesuatu rekening atau dari suatu rekening atau kemudian ditarik tunai 3) Surat Berharga Pasar Uang

SBPU merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjual belikan dengan cara didiskonto oleh Bank Indonesia

4) Diskonto Bank Indonesia

Fasilitas diskonto adalah Penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto

(18)

34

Sumber-sumber dana bank menurut Syamsu Iskandar (2008:67) : 1. Modal Sendiri

Dana dari modal sendiri merupakan dana yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham yang ikut dalam usaha bank dikemudian hari dengan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba bersih setelah pajak. Macam modal sendiri diantaranya:

a. Modal inti (primary capital) b. Modal pelengkap

2. Dana dari pinjaman

Dana dari pinjaman adalah pinjaman yang diterima dari bank atau pihak lain dalam rupiah maupun dalam mata uang asing yang harus dibayar jika telah jatuh temponya

3. Sumber dana lainnya

Selain dari kedua sumber dana diatas, terdapat sumber dana lainnya, walaupun jangka waktu mengendapnya tidak lama namun dapat dimanfaatkan oleh bank dalam operasionalnya

Sedangkan menurut Sinungan di dalam Lukman Dendawijaya (2005:46) sumber dana bank berasal dari :

1. Dana pihak kesatu

Dana yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, baik para pemegang saham sendiri (yang pertama kalinya ikut mendirikan bank tersebut) maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika misalnya bank tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha terbuka)

(19)

35

2. Dana pihak kedua (dana pinjaman dari pihak luar)

Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar baik dari bank lainnya, lembaga keuangan bukan bank, maupun pinjaman dari bank sentral

3. Dana pihak ketiga (dana dari pihak masyarakat)

Dana-dana yang dihimpun bank dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu giro, deposito, dan tabungan

Sumber-sumber dana bank dapat dihimpun dari berbagai sumber antara lain: dana yang bersumber dari modal sendiri berupa setoran dari pemegang saham, laba bank yang belum dibagi, cadangan-cadangan lain. Dana lain yang berasal dari lembaga lain berupa Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), pinjaman antar bank (call money), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan pinjaman dari bank-bank luar negeri. Sedangkan dana dari masyarakat dapat berbentuk simpanan giro, simpanan deposito, dan tabungan.

2.1.5.3 Pengalokasian Dana Bank

Suatu bank perlu membuat strategi yang baik mengenai keputusan pengalokasian dana yang dimiliki, agar tidak sampai menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan. Maka untuk mengoptimalkan alokasi dana diperlukan perencanaan yang benar-benar baik demi meningkatkan kinerja perusahaan. Dari berbagai sumber dana yang berhasil dihimpun oleh bank, maka sudah sepantasnya pihak bank mempersiapkan strategi untuk penetapan dana-dana tersebut berdasarkan perencanaan alokasi dana bank.

Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi beban apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuan yang produktif. Dana yang telah dihimpun bukanlah dana yang semuanya murah tapi

(20)

36

sebagian besar adalah dana dari deposan yang menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga. Berdasarkan kebutuhan itu dan juga untuk memperoleh penerimaan bank dalam rangka menutup biaya-biaya lain serta mendapatkan keuntungan, maka bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk aktiva dengan berbagai macam pertimbangan, (Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru 2006:102).

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:54) cara penempatan (alokasi) dana oleh suatu bank umum dengan mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya terdiri atas dua pendekatan yang masih banyak dipergunakan oleh eksekutif bank, yaitu:

1. Pool of fund approach (pendekatan murni dana pinjaman)

Penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehannya

2. Assets Allocation Approach (pendekatan alokasi aset)

Penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat perolehan sumber dana tersebut

Adapun jenis-jenis pengalokasian dana diantaranya: 1. Primary reserve (cadangan primer)

Prioritas utama dalam alokasi dana adalah menempatkan dana untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia (sebagai pembina dan pengawas bank). Dana-dana akan dialokasikan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum atau disebut juga giro wajib minimum karena penempatannya berupa giro bank umum pada Bank Indonesia

2. Secondary reserve (cadangan sekunder)

Prioritas kedua didalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana ke dalam noncash liquid asset (aset likuid yang bukan kas) yang dapat

(21)

37

memberikan pendapatan kepada bank dan terdiri atas surat-surat berharga paling likuid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank

3. Loan portfolio (kredit)

Prioritas ketiga di dalam alokasi dana bank adalah penyaluran kredit (loan). Dasar pemikirannya adalah setelah bank mencukupi primary reserve serta kebutuhan secondary reservenya (yang merupakan suplemen bagi Primary reserve), bank baru akan dapat menentukan besarnya volume kredit yang akan diberikan

4. Portfolio investment (investasi portofolio)

Prioritas terakhir di dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada investasi portofolio. Alokasi dana ke dalam kategori ini adalah dana sisa setelah penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi kriteria atau target tertentu. Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka panjang atau surat-surat berharga yang berlikuiditas tinggi. Investasi pada surat berharga ini bertujuan untuk memberikan tambahan pendapatan dan likuiditas bank

5. Fixed assets (aktiva tetap)

Alokasi atau penanaman dana bank yang terakhir (meskipun tidak dikaitkan dengan menjaga likuiditas bank) adalah penanaman modal dalam bentuk aktiva tetap, seperti pembelian tanah, pembangunan cabang baru, dan lainnya yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan operasional bank

6. Alokasi dana menurut aktiva

Alokasi dana berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank ke dalam bentuk-bentuk aktiva, baik aktiva yang dapat memberikan hasil maupun aktiva yang tidak memberikan hasil. Dengan kata lain, terdapat perbedaan antara aktiva produktif dan aktiva tidak produktif

(22)

38

Pengalokasian dana bank harus mempunyai tujuan yang jelas, yaitu tercapainya tingkat profitabilitas yang tinggi, serta terjaganya likuiditas sehingga kepercayaan masyarakat semakin tinggi. Dengan mengetahui kedua tujuan tersebut, maka pengalokasian dana bank harus diarahkan sedemikian sehingga dapat memenuhi kepentingan nasabah terhadap pelayanan bank tanpa harus melupakan kepentingan bank itu sendiri.

2.2 Manajemen Keuangan

Dewasa ini manajer keuangan memegang peranan penting. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Penginvestasian dana merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, risiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan kombinasi sumber dana (hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan dividen merupakan penentu besar kecilnya beban dan risiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan.

2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mencari dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah, dan kedua hal tersebut harus dapat diupayakan oleh manajemen keuangan.

(23)

39

Pengertian manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) :

“Semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Sedangkan pengertian manajemen keuangan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuty (2004:3) adalah :

“Pengaturan keuangan di dalam suatu organisasi guna mencari sumber dana untuk membiayai kegiatan operasinya.”

Menurut Bambang Riyanto (2001:4) manajemen keuangan adalah : “Keseluruhan aktifitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah Keseluruhan aktifitas di dalam suatu organisasi yang bersangkutan dengan usaha pengaturan keuangan untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut untuk membiayai kegiatan operasinya secara efisien.

Prinsip manajemen perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun dalam menggunakan dana harus didasarkan pada efisiensi dan efektifitas. Agar diperoleh keuntungan yang maksimal.

2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Di dalam pengertian manajemen terkandung fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan, dan pengendalian. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu ada perencanaan dan pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana.

(24)

40

Menurut Sutrisno (2007:5) fungsi manajemen keuangan diantaranya: 1. Keputusan investasi

Masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang

2. Keputusan pendanaan

Bagaimana manajer keuangan mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya

3. Keputusan dividen

Keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham, pemecahan saham, serta penarikan kembali saham yang beredar dan semua keputusan tersebut dibuat untuk memakmurkan para pemegang saham

Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan kebijakan dividen akan tercermin pada sisi pasiva perusahaan. Apabila kita hanya memperhatikan dana yang tertanam dalam jangka waktu yang lama, maka perbandingan tersebut disebut sebagai struktur modal. Apabila diperhatikan baik dana jangka pendek maupun dana jangka panjang, perbandingannya disebut sebagai struktur finansial. Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen mempengaruhi kedua struktur tersebut.

2.3 Laporan Keuangan

Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

(25)

41

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan antara lain masyarakat, pemerintah, pemasok dan kreditur, pemilik, manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan.

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang penting disamping informasi lain seperti: informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan.

Pengertian laporan keuangan menurut Harahap (2005:4) :

“Hasil dari sistem/proses akuntasi, yang berisi daftar neraca, perhitungan laba rugi, laporan dan sumber penggunaan dana, dan juga laporan arus kas.”

Kemudian pengertian laporan keuangan menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2002:68) :

“Suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktifitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data/aktifitas tersebut.”

(26)

42

Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Martono S.U dan Agus Harjito (2005:51) :

“Ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”

Dari beberapa pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari transaksi financial dalam suatu badan usaha yang dirancang untuk pembuat keputusan baik dalam maupun luar perusahaan mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.

Laporan keuangan yang dibuat dengan baik dan benar dapat dijadikan sebagai dasar untuk menganalisis jalannya suatu perusahaan dilihat dari segi keuangannnya, apakah mengalami kemajuan-kemajuan atau sebaliknya. Kalaupun mengalami kemajuan, apakah keberhasilan itu sudah optimal atau belum.

2.3.2 Tujuan dan Kegunaan laporan Keuangan

Salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang telah disusun. Tujuan laporan keuangan menurut Bernstein dalam Harahap (2004:18):

1. Screening (penyaringan)

Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan

2. Understanding (pemahaman)

Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya 3. Forcasting (peramalan)

Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang

(27)

43 4. Diagnosis (melihat kemungkinan)

Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan

5. Evaluation (evaluasi)

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan

Di samping tujuan tersebut diatas, analisis laporan keuangan juga dapat digunakan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan. Dengan menganalisis laporan keuangan, maka informasi yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan serta menunjukkan bukti kebenaran penyusunan laporan keuangan.

2.3.3 Pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan

Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan, ia perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Disamping manajer keuangan (pihak intern perusahaan), beberapa pihak di luar juga perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan menurut Harahap (2004:120) diantaranya :

1. Pemegang saham

Para pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah, jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan per saham, jumlah laba

(28)

44

ditahan, dan juga perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, dan membandingkannya dengan perusahaan lain, lalu mengambil keputusan apakah akan mempertahankan sahamnya, menjual, atau menambah investasinya

2. Investor

Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan

3. Analisis pasar modal

Para analis ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk dibeli sahamnya, di jual atau dipertahankan

4. Manajer

Manajer selalu ingin mengetahui keadaan perusahaan yang dipimpinnya. Dan juga menggunakan informasi laporan keuangan untuk mengambil keputusan 5. Karyawan dan serikat pekerja

Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah mereka akan terus bekerja disitu atau pindah. Dan juga untuk mengetahui apakah penghasilan yang mereka terima adil atau tidak

6. Instansi pajak

Perusahaan selalu memiliki kewajiban dalam membayar pajak, dan semua kewajiban pajak ini akan tergambar di dalam laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, restitusi dan juga sebagai dasar penindakan

(29)

45 7. Pemberi dana (kreditur)

Kreditur juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman

8. Supplier (Pemasok)

Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi risiko yang dimiliki perusahaan

9. Pemerintah atau lembaga pengatur resmi

Bagi pemerintah, baik bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter dan pengembangan sektor-sektor industri tertentu. Mengingat kedudukannya yang sangat strategis tersebut tidaklah mengherankan apabila Bank Indonesia merasa perlu mengadakan pengawasan dan pembinaan yang intensif terhadap bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta. Bahkan jika perlu akan ikut campur tangan langsung apabila ada suatu bank mengalami berbagai kesulitan yang serius, dan sudah tentu hal ini pula cukup melegakan para penyimpan dana

10. Langganan atau lembaga konsumen

Langganan juga perlu mengetahui tentang harga equilibrium, dan terlindungi dari segala macam aspek yang dirasakan akan merugikan pihak konsumen 11. Lembaga swadaya masyarakat

LSM memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan melindungi pihak tertentu yang dilindunginya

12. Peneliti/akademisi/lembaga peringkat

Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan

(30)

46

menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesis atau penelitian yang dilakukan.

Masing-masing pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda antara pihak yang satu dengan pihak lainnya, bahkan tidak jarang perbedaan dalam hal ini yang menjadikan tantangan bagi manajer untuk dapat menghadapinya dan mengambil keputusan yang tepat bagi kepentingan semua pihak.

2.3.4 Jenis- jenis laporan keuangan

Jenis-jenis laporan keuangan beraneka ragam, ada laporan keuangan untuk kepentingan intern dan ada juga untuk kepentingan ekstern. Karena laporan keuangan untuk ekstern itu bersifat publik sehingga harus memiliki proteksi perlindungan masyarakat.

Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia dalam Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin (2003: 41) jenis-jenis laporan keuangan bank diantaranya 1. Neraca

Dalam penyajiannya, aktiva dan kewajiban dalam neraca bank tidak dikelompokkan menurut lancar atau tidak lancar, namun sedapat mungkin tetap disusun menurut tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Setiap aktiva produktif disajikan di neraca sebesar jumlah bruto dari tagihan atau penempatan bank dikurangi dengan penyisihan penghapusan yang dibentuk untuk menutupi kemungkinan kerugian yang timbul dari masing-masing aktiva produktif yang bersangkutan

2. Laporan Komitmen dan Kontijensi

Laporan ini wajib disajikan secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi komitmen dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban pada tanggal laporan. Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus

(31)

47

dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Kontijensi adalah tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang

3. Laporan Laba/Rugi

Perhitungan laba/rugi bank wajib disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Laporan laba/rugi bank disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Cara penyajian laporan laba/rugi bank antara lain wajib memuat secara rinci unsur pendapatan dan beban, unsur pendapatan dan beban harus dibedakan antara pendapatan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan non operasional.

4. Laporan Arus Kas

Laporan ini harus disusun berdasarkan kas selama periode laporan dan harus menunjukkan semua aspek penting dari kegiatan bank tanpa memandang apakah transaksi tersebut berpengaruh langsung pada kas

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Disamping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam standar akuntansi keuangan, bank juga wajib mengungkapkan dalam catatan tersendiri mengenai posisi devisa netto menurut jenis mata uang serta aktifitas-aktifitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan harta dan penyaluran kredit pengelolaan

2.3.5 Rasio Keuangan

Laporan keuangan bisa digunakan sebagai prediksi kejadian di masa datang menggunakan alat-alat tertentu. Rasio dalam laporan keuangan dapat diartikan sebagai suatu angka yang mengindikasikan hubungan antara beberapa

(32)

48

elemen yang ada dalam laporan keuangan. Hubungan ini dinotasikan dalam angka dan presentase matematika.

Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2004:297) :

“ Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”

Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti investor, kreditur, analisis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Penilaian kinerja keuangan dapat dilihat dengan cara menganalisis laporan keuangan. Menurut Bambang Riyanto (2001:329) analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan :

1. Perbandingan Internal (internal comparison), yaitu membandingkan rasio pada saat ini dan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama

2. Perbandingan Eksternal (eksternal comparison) dan sumber-sumber industri, yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat melihat secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberi penilaian.

2.3.5.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai, maka analisis keuangan juga beragam. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuty (2004:70) kelompok rasio keuangan dikembangkan menjadi 4 kelompok, yaitu :

(33)

49

1. Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya

2. Rasio aktifitas, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan

3. Financial leverage ratio, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang

4. Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri

Banyak sekali jenis rasio yang ada dan dirasa cocok untuk memahami perusahaan. Umumnya rasio yang dikenal popular adalah : rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas. Namun sebenarnya banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analis, misalnya rasio leverage, produktivitas, rasio pasar, rasio pertumbuhan, dan sebagainya.

2.4 Tingkat Kesehatan Bank

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di masa yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan oleh Bank Indonesia. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil kualiatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor CAMELS. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.

(34)

50 2.4.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Untuk melakukan penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas serta pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya.

Pengertian kesehatan bank menurut Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru (2006:51) :

“Kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik, dan dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.”

Sedangkan pengertian tingkat kesehatan bank menurut Taswan (2006:381) : “ Hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar, dan dijadikan penilaian kantitatif atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement.”

Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Maka dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kegiatan bank antara lain:

1. Menghimpun dana dari masyarakat , dari lembagai lain, dan dari modal sendiri 2. Mengelola dana yang diperoleh

3. Menyalurkan dana ke masyarakat 4. Memenuhi kewajiban yang ada

(35)

51 2.4.2 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Dalam industri perbankan, rasio-rasio ini dipilah kembali dan digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan bank atau lazim dikatakan sebagai rasio keuangan CAMEL. Dalam hal ini kinerja bank diukur dengan kriteria kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.

Mekanisme penilaian bank umum menurut Surat edaran No.6/ 23 / DPNP Jakarta, 31 mei 2004 di dalam Taswan (2006:382) :

1. Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September dan Desember

2. Apabila diperlukan bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh bank

3. Dalam rangka melaksanakan pengawasan bank, Bank Indonesia melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan

4. Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan berdasarkan hasil pemerikasaan, laporan berkala yang disampaikan bank, dan informasi lain yang diketahui secara umum seperti hasil penilaian oleh otoritas atau lembaga lain yang berwenang

5. Apabila terdapat perbedaan hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh bank maka yang berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia

6. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Bank Indonesia dapat meminta direksi, komisaris, dan pemegang saham untuk menyampaikan action plan yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib dilaksanakan oleh bank terhadap permasalahan signifikan dengan target waktu penyelesaian selama

(36)

52

periode tertentu dan apabila diperlukan Bank Indonesia dapat meminta bank untuk melakukan penyesuaian terhadap action plan

Sedangkan faktor-faktor penilaian bank diantaranya : 1. Aspek Permodalan

Pemerintah selalu menganjurkan kepada kalangan perbankan agar memperhatikan ketentuan pemerintah dalam hal permodalan terutama menyangkut CAR yang mengindikasikan kekuatan permodalan perbankan Indonesia. Perhitungan CAR ini sesuai dengan Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. Bank yang dianggap sehat adalah bank yang memiliki CAR diatas 8% dengan bobot perhitungan 25%

2. Kualitas Aktiva Produktif

Kualitas Aktiva Produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valas yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, yaitu: pemberian kredit, kepemilikan surat-surat berharga, dan penempatan dana kepada bank lain baik dalam negeri atau luar negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau penyertaan

Penilaian kualitas aktiva produktif dapat dilakukan dengan empat rasio yaitu:

a. Aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif

Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Aktiva produksi bermasalah tidak dihitung secara bersih (netto) karena tidak dikurangkan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif

b. NPL (Non Performing Loan)

Rasio ini menghitung tingkat kredit bermasalah bila dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada pihak ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan ke bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit yang diklasifikasikan dalam kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan

(37)

53

kredit bermasalah itu sendiri dihitung secara kotor (gross) dengan tidak mengurangkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif

c. Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif terhadap Total Aktiva Produktif Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk bila dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki. Sementara itu, cakupan komponen aktiva produktif yang dipakai sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

d. Pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Rasio ini digukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah diwajibkan untuk dibentuk sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

3. Aspek Manajemen

Kemampuan pihak manajemen dalam menjalankan bisnis perbankan menjadi salah satu kebutuhan yang sangat menonjol. Apalagi dalam kondisi krisis seperti ini, manajemen yang handal diharapkan akan dapat mencerahkan kembali sektor perbankan nasional yang sempat terpuruk. Aspek manajemen ini dinilai dengan cara mengkuantifikasikan pelaksanaan manajemen, meliputi beberapa komponen yaitu manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva produktif, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas

4. Penilaian Rentabilitas

Penilaian rentabilitas penting karena menyangkut kemampuan bank dalam memperoleh laba. Dengan laba yang kuat bank akan dapat berkembang dengan baik. Rasio yang digunakan dalam perhitungan rasio ini adalah :

(38)

54 a. ROA (Return On Assets)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir bila dibandingkan dengan rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Dengan kata lain, ROA ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba kotor

b. ROE (Return On Equity)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba setelah pajak dalam 12 bulan terakhir apabila dibandingkan dengan tingkat equity yang dimiliki bank. Dengan kata lain, ROE digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam penggunaan modal yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih.

c. NIM (Net Interest Margin)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui pendapatan bunga bersih dalam 12 bulan yang mampu diperoleh bank apabila dibandingkan dengan rata-rata aktiva produktif bank. Pendapatan bunga bersih ini diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan bunga

d. BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan antara biaya operasional yang ditanggung bank apabila dibandingkan dengan pendapatan operasional yang mampu dihasilkan. Rasio ini diharapkan kecil karena biaya yang terjadi diharapkan dapat tertutupi dengan pendapatan operasional yang dihasilkan pihak bank

5. Penilaian Likuiditas

Dalam perbankan, rasio yang digunakan hanya satu, yaitu: LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan rasio yang menggambarkan seberapa jauh

(39)

55

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang mungkin dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dana ini dapat berupa giro, tabungan maupun deposito yang dimiliki deposan

2.5 Kualitas Kredit

Saat ini perbankan diharuskan berkonsentrasi pada kualitas kredit seiring dengan pertumbuhan kredit sebesar 28,8% dan rasio simpanan atas pinjaman (LDR) 73,7% di tengah perekonomian dalam ketidakpastian. Perbankan sebaiknya tidak melakukan pengereman terhadap penyaluran kredit, bahkan diharapkan agar perbankan lebih meningkatkan kualitas kredit yang disalurkan. Pertumbuhan kredit saat ini juga masih terdapat ruang untuk ekspansi, karena LDR yang masih dikisaran 80% masih dianggap aman.

Penempatan dana pada kredit harus diperhatikan kualitasnya. Untuk memelihara kredit yang berkualitas perlu berpegang pada prinsip kehati-hatian bank dan melaksanakan analisis kredit yang tepat. Prinsip kehati-hatian yang harus ditaati adalah tidak melanggar Loan To Deposit Ratio, tidak melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau Legal Lending Limit (LLL), dan memenuhi ketentuan bahwa 20% portofolio kredit harus disalurkan ke UKM dan Koperasi. Sedangkan pelaksanaan manajemen perkreditan harus didukung perencanaan yang baik, analisis kredit yang tepat dan administrasi kredit yang benar, (Taswan 2006:182).

2.5.1 Kredit Bermasalah

Kredit akan berkualitas atau tidak sering dimulai saat analisis kredit. Kesalahan analisis kredit akan menyesatkan keputusan pemberian kredit. Keputusan kredit yang salah merupakan potensi terjadinya kualitas kredit yang rendah atau potensi terjadinya kredit bermasalah. Kesalahan analisis kredit

(40)

56

sebagai akibat lemahnya kemampuan analis kredit dalam melaksanakan tugasnya dan anggota komite perkreditan dalam mencermati usulan kredit calon debitur. Memang diakui bahwa penyebab kredit bermasalah bisa saja dari faktor nasabah debitur itu sendiri misalnya akibat kurangnya pengetahuan bisnis yang dibiayai bank, terjadinya missmanagement, konflik keluarga atau mungkin nasabah debitur memang sejak awal berniat menipu bank. Walaupun itu faktor nasabah, namun demikian analis kredit dan anggota komite kredit tetap dianggap gagal mendeteksi faktor tersebut bila terjadi kredit macet sehingga harus bertanggung jawab.

Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannnya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit.

Adapun kategori kolektibilitas kredit bermasalah menurut Lukman Dendawijaya (2005:82) :

1. Kredit lancar

Kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga

2. Kredit dengan perhatian khusus

Kredit yang mengalami penundaan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang belum melampaui 90 hari

3. Kredit kurang lancar

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan

4. Kredit diragukan

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama enam bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan

(41)

57 5. Kredit macet

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan

Dalam praktik perbankan sehari-hari, pengertian kredit bermasalah adalah kredit-kredit yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.

2.5.1.1 Penyebab Kredit Bermasalah

Dalam mengambil kebijaksanaan cara penyelesaian kredit macet atau debitur bermasalah perlu diteliti terlebih dahulu permasalahan yang ada pada setiap debitur yang mengakibatkan kreditnya menjadi macet dan kaitannya dengan pihak bank dan perekonomian pada umumnya. Tanda-tanda awal atau gejala kredit akan menjadi bermasalah sebenarnya sudah sejak dini akan dapat diketahui yaitu terlihat dari perilaku debitur, disamping itu gaya dan keputusan-keputusan manajemen serta kondisi laporan-laporan, baik sebagai petunjuk awal akan terjadinya perubahan kualitas kredit debitur.

Tanda-tanda tersebut tidak formal dan tidak baku, sehingga diperlukan kearifan untuk mentafsirkan dan mempertimbangkan gejala tersebut sebagai suatu petunjuk awal bahwa fasilitas kredit yang telah diberikan akan bergeser kearah yang memburuk. Para pejabat bank maupun pelaksana bagian kredit perlu senantiasa menyimak dan mempertimbangkan apa makna dibalik tanda dan gejala yang dimaksud.

Early warning signa/ gejala awal menurut Syamsu Iskandar (2008:180):

1. Watak (character)

a. Menghindari komunikasi, diwujudkan antara lain seperti sulit dihubungi, mengelak, dll

(42)

58

b. Berusaha meninggikan nilai dari asset atau jaminan

c. Penilaian yang kurang baik dari para pesaing atau para supplier 2. Keuangan

a. Keterlambatan pembayaran bunga atau kredit

b. Memohon tambahan fasilitas kredit (untuk membayar ke bank lain) c. Jaminan pokok yang semakin mengecil (Stock barang)

3. Lain-lain

a. Kesulitan dalam keluarga atau intern perusahaan b. Kesehatan yang memburuk

c. Terlalu banyak kegiatan yang ditangani

Sedangkan Penyebab kegagalan perkreditan menurut Syamsu Iskandar (2008:180) :

1. Penyebab kegagalan dari intern bank a. Berhubung dengan kepentingan pribadi

Adanya keterlibatan aparat bank dalam kegiatan usaha nasabahnya, karena aparat bank tersebut mempunyai kepentingan pribadi dan jabatan memberikan peluang untuk memungkinkannya terjadi. Dalam situasi seperti ini maka para pejabat bank tersebut sulit untuk memisahkan garis kepentingan pribadi dan kepentingan bank. Biasanya kepentingan pribadilah yang akan diutamakan

b. Kompromi terhadap prinsip-prinsip kredit

Pimpinan bank dengan berbagai alasan ada kalanya dapat menyetujui pemberian kredit yang mengandung risiko yang diketahui melanggar prinsip-prinsip kredit. Alasan mereka untuk berkompromi dapat disebabkan oleh keeratan hubungan dengan mereka yang berkuasa atau pihak-pihak yang sangat berpengaruh

(43)

59

c. Kebijaksanaan perkreditan yang kurang sehat

Ketiadaan perencanaan dan garis-garis petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan kredit yang sehat dan penetapan dasar-dasar realitas dalam pemberian suatu pinjaman. Termasuk dalam hal ini adalah kurangnya pengawasan dan pembinaan kepada debitur

d. Ketidak lengkapan informasi kredit

Ketiadaan informasi yang lengkap merupakan salah satu penyebab dari kegagalan dalam perkreditan. Informasi disini yaitu ketidaktahuan pihak bank bahwa nasabah merupakan suatu grup perusahaan yang sudah macet, sehingga terjadi penyalahgunaan dana dimana kredit yang diberikan dipergunakan untuk membiayai perusahaan lain yang merupakan grup debitur atau dapat juga debitur sudah mendapat kredit dari bank lain sehingga terjadi trouble financing

e. Kurangnya menguasai teknik perkreditan

Kurang menguasai atau tidak adanya kemampuan teknis dalam mengelola perkreditan oleh para petugas atau pejabat bank yang bersangkutan. Dengan perkataan lain karena kurangnya pengetahuan yang diperlukan sebagai pejabat atau petugas bagian kredit, sehingga menimbulkan kesalahan pengelolaan kredit tersebut

f. Pemberian kredit yang melampaui batas

Kredit yang besarnya melampaui batas kemampuan dari si peminjam untuk dilunasi atau sebaliknya under financing juga akan mengakibatkan kesulitan dalam pencapaian target usaha yang akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam pengembaliannya

g. Ketatnya persaingan

Kegiatan persaingan antar bank dalam memperebutkan nasabahnya, khususnya dalam pemberian kredit itu sendiri. Karena pelayanan yang lebih baik akan selalu bertolak belakang dengan kepentingan dan ketatnya

Referensi

Dokumen terkait

turang (satu marga), sebenarnya secara sadar diri manusia langsung menetapkan sistem penolakan. Jika khususnya anak mudanya tidak berusaha menentangnya maka

Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan perbedaan hasil belajar siswa, pemahaman siswa terhadap pelajaran, dan kreativitas siswa antara metode pembelajaran

Pendekatan latihan penyelesaian masalah dan membuat keputusan dalam permainan aplikasi mudah alih adalah satu pendekatan terbaik mengatasi isu-isu berkaitan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan: 1) Hubungan antara manajemen diri dan interaksi siswa-guru dengan disiplin belajar; 2) Hubungan antara manajemen diri dengan

Berdasarkan data hasil uji Total Plate Count (TPC) bakteri pada minuman teh poci tersebut, dapat diasumsikan bahwa ketujuh sampel tersebut tercemar mikroba dan

Keempat risk level tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor seperti jenis kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi sebuah link berbeda-beda, menggunakan mesin atau alat yang

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari manajemen keuangan adalah usaha-usaha untuk menyediakan uang, dimana dengan uang tersebut

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang