• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lima pilar STBM

BAB II. Tinjauan Pustaka

B. Program STBM

2. Lima pilar STBM

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan (Kemenkes RI, 2014).

a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu:

1) Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan

2) Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya ( Kemenkes RI, 2014).

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah (Kemenkes RI, 2014).

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari : 1) Bangunan atas jamban (dinding dan atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

2) Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

a) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.

b) Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

3) Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah dan pengurai kotoran atau tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran

16 atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu: a) Tangki septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi

sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang atau sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.

b) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung

limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segiempat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu dan sebagainya (Kemenkes RI, 2014).

b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

a) Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.

b) Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.

c) Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

d) Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang.

e) Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih atau kertas tisu atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.

2) Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:

a) Sebelum makan

b) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan

c) Sebelum menyusui

d) Sebelum memberi makan bayi atau balita e) Sesudah buang air besar arau kecil

f) Sesudah memegang hewan atau unggas

3) Kriteria Utama Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun a) Air bersih yang dapat dialirkan

b) Sabun

c) Penampungan atau saluran air limbah yang aman (Kemenkes RI,

18

c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)

PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga ( Kemenkes RI, 2014).

Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:

1) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

a) Pengolahan air baku

Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal: (1) Pengendapan dengan gravitasi alami

(2) Penyaringan dengan kain

(3) Pengendapan dengan bahan kimia atau tawas b) Pengolahan air untuk minum

Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air minum. Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui:

(1) Filtrasi (penyaringan), contoh: biosand filter, keramik filter dan sebagainya.

(2) Klorinasi, contoh: klorin cair, klorin tablet dan sebagainya. (3) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk

koagulan

c) Wadah Penyimpanan Air Minum

Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara: (1) Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi

dengan kran.

(2) Air minum sebaiknya disimpan diwadah pengolahannya. (3) Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang

bersih dan selalu tertutup.

(4) Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air langsung mengenai mulut/wadah kran. (5) Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang

bersih dan sulit terjangkau oleh binatang.

(6) Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir. d) Hal penting dalam PAMM-RT

(1) Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap.

(2) Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.

(3) Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap serta untuk mengolah makan siap santap.

(4) Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum.

20 (5) Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan

pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.

d. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga

Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.

Prinsip higiene sanitasi makanan: 1) Pemilihan bahan makanan

Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak atau berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.

2) Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu atau lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus

terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.

3) Pengolahan makanan

Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :

a) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi

persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya.

b) Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam atau basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak dan mudah dibersihkan.

c) Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan

prioritas Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

22

d) Penjamah makanan dan pengolah makanan berbadan sehat, tidak

menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat

4) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.

5) Pengangkutan makanan

Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik atau cara pengangkutan, lama pengangkutan dan petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.

6) Penyajian makanan

Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:

a) Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti

dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma),

mendengar (bunyi), menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan layak santap.

b) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.

c) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar atau prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembangbiaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

e. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera

24 menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan (Kemenkes RI, 2014).

Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:

1) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:

a) Mengurangi pemakaian kantong plastik.

b) Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga

secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu. c) Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi

ulang.

d) Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa

diperbaiki).

e) Membeli produk atau barang yang tahan lama.

2) Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk. Contoh:

a) Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan dan sebagainya.

b) Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.

c) Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja

berikutnya.

3) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh:

a) Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori. b) Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa

digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet dan sebagainya.

c) Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan:

1) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari

2) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah.

3) Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat

26 sampahyang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut. Tempat sampah harus tertutup rapat.

4) Pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan

pemindahan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

5) Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara

atau tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir (Kemenkes RI, 2014).

f. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah (Kemenkes RI, 2014).

Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:

1) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban

3) Tidak boleh menimbulkan bau

4) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan

5) Terhubung dengan saluran limbah umum, got atau sumur resapan. (Kemenkes RI, 2014).

3. Metode STBM

Dalam pelaksanaannya, STBM tidak menggunakan metode penyuluhan seperti yang biasa dilakukan oleh program kesehatan lainnya.

STBM menggunakan pemicuan yang menggunakan metode participatory

rural appraisal (PRA) dan berprinsip pada pendekatan CLTS (Kar, 2008). Dengan menggunakan metode PRA, masyarakat dapat menganalisa perilaku higiene dan profil sanitasinya masing-masing. Misalnya saja dalam pemicuan pilar satu (berhenti buang air besar sembarangan) masyarakat dapat menganalisa sampai pada luasnya buang air besar di tempat terbuka dan penyebaran kontaminasi dari kotoran ke mulut yang memperburuk keadaan setiap orang. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa perilaku higiene dan profil sanitasinya, ada beberapa instrumen yang biasanya diterapkan dalam pendekatan CLTS.

Instrumen tersebut antara lain jalan kaki transect, pemetaan tempat BABS, dan perhitungan jumlah kotoran manusia. Jalan kaki transect merupakan kegiatan berkeliling di wilayah desa bersama dengan anggota masyarakat untuk mengetahui jamban sehat yang telah dimiliki masyarakat dan tempat masyarakat melakukan kegiatan BAB. Keberadaan orang yang

28 berasal dari luar komunitas yang melihat tempat BABS (bahkan kotoran yang berceceran) akan menimbulkan perasaan malu dalam diri masyarakat. Kemudian pemetaan tempat BABS dilakukan dengan menggambarkan kondisi wilayah tempat tinggal oleh seluruh warga dalam satu komunitas dan digambarkan juga tempat-tempat terbuka yang biasanya digunakan sebagai tempat buang air besar. Dengan pemetaan tersebut, perhatian para warga akan tertuju pada jarak yang harus ditempuh untuk mencari tempat buang air, segi keamanan, dan alur kotoran yang telah mereka buang dapat mencapai badan air terdekat dan mengontaminasi badan air tersebut. Lalu yang terakhir, perhitungan jumlah kotoran manusia bertujuan untuk membantu fasilitator dalam mengilustrasikan besarnya masalah sanitasi yang dihadapi yang akan berpengaruh pada timbulnya penyakit.

Maka dengan pendekatan CLTS tersebut dapat timbul perasaan jijik dan malu di antara masyarakat. Dan secara kolektif mereka akan menyadari dampak buruk dari buang air besar di tempat terbuka sehingga dengan kesadaran ini mereka akan tergerak untuk memprakarsai tindakan lokal secara kolektif untuk memperbaiki keadaan sanitasi di dalam komunitasnya sendiri (Kar, 2008).

C. Definisi ODF 1. Pengertian ODF

Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit

berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas. Sedangkan Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) adalah Desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat, yaitu mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

2. Karakteristik Desa ODF (Open Defication Free) Satu komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika :

a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban.

b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.

c. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.

d. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju

jamban sehat.

e. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.

f. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.

g. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk

mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.

h. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam sekolah.

30

i. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai 3. Verifikasi ODF

Verifikasi ODF merupakan proses memastikan status ODF suatu komunitas masyarakat yang menyatakan bahwa secara kolektif mereka telah bebas dari perilaku buang air besar sembarangan. Adapun batasan bahwa suatu komunitas masyarakat telah dapat dikatakan ODF apabila:

a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan

membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).

b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.

c. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.

d. Ada mekanisme monitoring yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100 persen KK mempunyai jamban sehat.

e. Ada upaya atau strategi yang jelas dan tertulis untuk dapat mencapai Total Sanitasi.

31

A. Rencana Kegiatan

Kegiatan magang yang dilaksanakan selama 1 bulan

Tabel 3.1 Kegiatan Pelaksanaan Magang

No Kegiatan (minggu ke-)Januari 2017

1 2 3 4 5

1 Orientasi Tempat Kerja, meliputi: a. Mengetahui struktur organisasi,

tugas, dan fungsi serta wewenang Dinas Kesehatan Kota Semarang 2 Mengikuti dan ikut membantu kegiatan di

Dinas Kesehatan Kota Semarang 3 Mengetahui gambaran berjalanya

program STBM, target program yang dicapai, rencana program STBM pada tahun 2016 di Dinas Kesehatan Kota Semarang

4 Melakukan pengumpulan data primer maupun sekunder terkait program STBM a. Data primer yang diperoleh dengan

wawancara pada pelaksanaan kegiatan.

b. Data sekunder berupa data-data yang diperlukan untuk laporan kegiatan magang, meliputi: Profil Kesehatan RI 2016, Profi Kesehatan Kota Semarang tahun 2016, Data STBM Indonesia, data jumlah

keterjangkauan, target dan persentase capaian program tahun 2016.

5 Menyusun laporan magang serta

konsultasi dengan dosen pembimbing.

B. Lokasi Kegiatan

Lokasi : Dinas Kesehatan Kota Semarang Alamat : Jl. Pandanaran No. 79 Semarang 50241

32 Unit : Kesehatan Lingkungan

C.Waktu Kegiatan

33

A. Hasil

1. Analisis Situasi Umum Institusi Magang

Magang mahasiswa periode 2017 bertempat di Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Analisis situasi umum institusi magang yakni :

a. Dinas Kesehatan Kota Semarang

Dinas Kesehatan Kota Semarang memiliki kedudukan, visi, misi, tugas pokok dan fungsi, serta struktur organisasi sebagai berikut:

1) Kedudukan

a) Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah

b) Kepala Dinas Kesehatan diangkat dan diberhentikan oleh Walikota dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2) Visi

Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kota Semarang Yang terbaik se-Jawa Tengah Tahun 2021

3) Misi

a) Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan sumber daya manusia

34

b) Meningkatkan upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan

c) Mengembangkan kemitraan dan menggerakkan masyarakat untuk

hidup sehat

d) Mengebangkan keunggulan teknologi informasi

4) Tugas Pokok dan Fungsi

a) Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan dan pengendalian

dibidang kesehatan

b) Pembinaan umum dibidang kesehatan meliputi pendekatan

peningkatan (pomotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) dan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan Gubernur Jawa Tengah.

c) Pembinaan operasional, pengurusan tata usaha termasuk

pemberian rekomendasi dan perijinan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Walikota.

d) Pembinaan pengendalian teknis dibidang upaya pelayanan

kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan berdasarkan kebijaksanaan teknis ayang ditetapkan oleh menteri kesehatan. e) Penetapan angka kredit bagi petugas kesehatan.

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan bidang tugasnya.

5) Struktur Organisasi

Kepala Dinas Sekretaris

Ka Bidang Kesehatan Masyarakat Ka Bidang SDK

araKa Bidang P2P

Ka Bidang Pelayanan Kesehatan Ka Sub Bag Umum & Kepegawaian Ka Sub Bag Keuangan

Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Kepala Dinas : dr. Widoyono, MPH

Sekretaris : dr. Sarwoko, MMR

Ka Bidang Kesehatan Masyarakat : Ir. Purwati Susantini, M. Kes

Ka Bidang SDK : drg. Yuli Normawati

Ka Bidang P2P : dr. Mada Gautama, M. Kes

Ka Bidang Pelayanan Kesehatan : dr. Lilik Faridah

Ka Sub Bag Umum & Kepegawaian : Sutjiati Indah, SH,SE

Ka Sub Bag Keuangan : Kusmayadi, SE, M. Kes

: dr. Widoyono, MPH : dr. Sarwoko, MMR

: Ir. Purwati Susantini, M. Kes : drg. Yuli Normawati

: dr. Mada Gautama, M. Kes

: Sutjiati Indah, SH,SE : Kusmayadi, SE, M. Kes

36 Ka Sub Bag Perencanaan & Evaluasi : Sri Sumarni, SKM, M.Kes

Ka Seksi Kesehatan Ibu & Anak : Harmoko, S. Kep, M.H

Dokumen terkait