• Tidak ada hasil yang ditemukan

lima tahun yang lalu, dan hari ini pulang meninjau kembali, akan nampak perubahan dan kemajuan yang

Dalam dokumen PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) (Halaman 80-85)

terjadi selama ini.

Ketiga, masyarakat memiliki sifat dinamis . Karena keinginnan manusia selalu berkembang berkat hasratnya untuk maju, padahal pendapat seseorang tidak selalu sama dengan pendirian orang atau kelompok lain, seringkali bisa berlanjut menjadi pertentangan kepentingan (conflict of interest). Perbedaan kepentingan bisa menimbulkan masalah, problema yang harus dipecahakan. Kenyataan hidup memang menunjukan bahwa mansuia akan selalu menghadap masalah– masalah sepanjang hayatnya, karena “sumber” masalah

tersebut pada dasarnya terdapat pada dirinya sendiri karena itu salah satu tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ialah mendidik murid membiasakan diri menghadapi masalah, dan melatihnya mampu memecahkan masalah tersebut.

Masyarakat sebagai pusat kegiatan manusia (major areas human living) bersifat universal. Konsep pusat kegiatan hidup manusia ini semula berasal dari tokoh ilmu sosial bernama Herbert Spencer (1860), yang disebutkan sebagai kegiatan pokok dasar, manusia yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat maupun kelompok kecil maupun besar primitif, ataupun maju tinggal didaerah tropis ataupun wilayah iklim dingin, berkulit hitam ataupun putih. Menurut Spencer ada lima macam pusat kegiatan dasar manusia, yaitu:

a. Self preservation (pelestarian diri dan keturunan). b. Securing necessaries of life (mempertahankan

sumber-sumber kebutuhan hidup).

c. Rearing and disclipine of offspring (pendidikan anak-anak).

d. Maintenance of proper social and political realtions

(memelihara hubungan bak sosial politik dengan kelompok lain).

e. Miscellaneous activites which make up the leisure part of life, devoted to the gratification of the tastes and feelings (kegiatan lain untuk memanfaatkan waktu senggang seperti hiburan, rekreasi, olah raga, dan semacamnya).

Dalam perkembangan selanjutnya para ahli ilmu-ilmu sosial menambahkan berbagai jenis pusat kegiatan lain, seperti H.L. Caswell, yang mengemukakan tidak kurang dari 11 pusat kegiatan hidup manusia, atau yang kemudian dinamakan sosial functions yang meliputi:

a. Promotion and conservation of life, property, and natural resources;

b. Production of goods and services, and distrbution of retruns of production.

c. Consumtion of goods and services;

d. Comunication and tranportation of goods and people; e. Recreation;

f. Expression of aesthetic impuleses; g. Expression of religious impuleses; h. Eduaction ;

i. Extention of fredoom ;

j. Intregration of the individuals; k. Exploration.

Para penyusun kurikulum IPS sudah seharusnya memberikan pengarahan dan anjuran agar para guru memberi kesempatan murid–murid mengembangkan

kemapuan memecahkan masalah–masalah

kemasyarakatan dengan menggunakan pendekatan interdisiplin dan komprehenship.

2. Sumber Pribadi Anak.

Sering terjadi pada pendidikan usia anak-anak, guru menjalankan fungsi utama memberikan pengetahuan sebanyak–banyaknya kepada murid karena mereka berpendapat bahwa anak–anak pergi ke sekolah agar menjadi

“pandai”, dalam arti menguasai berbagai mata pelajaran. Pada sekolah seperti ini guru sangat mementingkan kemampuan kognitif, fikiran dan segi intelektual anak-anak.

Sesuai tuntutan perkembangan dunia pendidikan anak, konsep belajar yang sesungguhnya tidaklah demikian. Anak belajar disekolah bukan hanya untuk menjadi pandai secara intelektual, tetapi ingin mengalami perubahan disegala segi kemampuan : jasmaniah, intelektual, emosional, dan juga sosial. Karena itu keberhasilan belajar bukan hanya ditentukan oleh kemampuan otak atau penalaran semat-mata, melainkan pada pribadi anak secara keseluruhan jasmaniah dan rokhaniah.

Sekolah sesungguhnya didirikan untuk mendidik seluruh kepribadian anak, sudah seharusnya bila kepentingan mereka menjadi pusat perhatian sekolah. Pengelola sistem pendidikan, penyusun kurikulum, serta pelaksana proses belajar mengajar yang melupakan kepentingan dan kebutuhan anak didik, pada hakekatnya sudah mengingkari arti dan tujuan pendidikan itu sendiri.

Atas dasar pemikiran seperti diatas, para pendidik dan Ilmu Pengetahuan Sosial seharusnya mengenali dan memahami pribadi murid serta kepentingan-kepentingan anak didiknya karena justru mereka inilah yang merupakan subyek pendidikan, sehingga harus dijadikan fokus segala kegiatan pembelajaran.

Mengenai kebutuhan dan kepentingan anak didik para ahli psikologi belajar sudah mengemukakan macam dan berbagai cara membedakannya, seperti: kebutuhan jasmaniah dan rokhaniah, kebutuhan pribadi dan sosial, dan sebagaianya. Ada pendapat yang menarik perhatian, berasal dari National Association Of Secondery School Principles (perhimpunan kepala-kepala sekolah lanjutan) di Amerika Serikat, mereka menyebutkan 10 macam kebutuhan anak-anak muda yang harus diusahakan kebutuhannya lewat pendidikan yaitu hal-hal yang terkait:

a. Jabatan : hampir semua anak akan bekerja mencari nafkah karena itu perlu dibekali keterampilan yang sesuai;

b. Kesehatan: untuk mempertahankan hidupnya mereka memerlukan kesehatan, baik jasmaniah maupun rokhaniah;

c. Kewarganegaraan: mereka akan menjadi warga negara karena itu perlu memahami hak dan kewajiban yang timbul dari padanya; juga mereka akan menjadi anggota masyarakat antar bangsa, dan sesama umat manusia. d. Kekeluargaan: pada waktunya anak-anak harus hidup

berkeluarga, membina rumah tangganya sendiri, karena itu perlu dibekali persyaratan yang diperlukan, baik untuk pribadi maupun kemasyarakatan

e. Sikap ekonomis: hidup kita selalu menghadapi tantangan kebutuhan yang tak terbatas dan benda yang terbatas karena itu diperlukan keterampilan dan sikap hidup ekonomis, efesien dalam kegiatan memanfaatkan barang yang tersedia.

f. Berfikir ilmiah: ini diperlukan anak-anak untuk menghadapi dan mengatasi sesuatu masalah; menggunakan rasio lebih banyak berhasil dari pada perasaan emosional

g. Estetika: memilih dan mengembangkan rasa kesenian, menghargai keindahan dan menikmatinya, merupakan bagian hidup manusia umumnya.

h. Pemanfaatan waktu senggang: waktu terluang seharusnya digunakan untuk tujuan yang bermanfaat, baik pribadi maupun sosial

i. Etika: mengembangkan rasa hormat pada orang lain, tata susila, mengahayati dan mengamalkan nilai-nilai keagamaan, moral, dan lainnya sebagai saranan hidup bersama orang lain secara baik.

Mengingat hal-hal tersebut, maka pengetahuan dan kesediaan guru untuk mengenali dan memperhatikan kebutuhan serta kepentingan anak didik akan sangat menunjang keberhasilan proses pengajaran. Lebih-lebih dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang ditugasi

menyiapkan murid memiliki kemampuan hidup

bermasyarakat. Guru harus mempertimbangkan hal tersebut dan menyusun isi dan bahan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang akan disampaikan. Bahan pelajaran sedemikian pasti akan lebih menarik perhatian mereka, karena menyangkut kepentingan mereka sendiri sehingga pengajaran studi ini bisa berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Kompetensi Anak

Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui proses interaksi, perhatian terhadap minat, kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang. Menurut Ainsworth (1972), menjelaskan ada beberapa cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Melakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak;

b. Menunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak;

c. Memberikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan pengalaman dalam banyak hal;

d. Memberikan kesempatan dan mendorong anak untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri;

e. Mendorong anak agar mau mencoba mendapatkan keterampilan dalam berbagai tingkah laku;

f. Menentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan lingkunganya;

g. Mengagumi apa yang dilakukan anak;

h. Apabila berkomunikasi dengan anak, hendaknya dilakukan dengan keakraban dan ketulusan hati.

BAB V

Dalam dokumen PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) (Halaman 80-85)