• Tidak ada hasil yang ditemukan

Limbah dan Lingkungan Hidup

Dalam dokumen Pemanfaatan Limbah Kulit pisang Kepok Se (Halaman 35-43)

ANALISI DAN PEMBAHASAN

4.1. Limbah dan Lingkungan Hidup

Isu lingkungan hidup merupakan sebuah masalah yang menjadi sorotan utama selama sedekade belakangan ini. Meningkatnya jumlah limbah dan polutan secara signifikan menjadi masalah serius dalam penurunanan kualitas lingkungan hidup manusia yang akan berdampak secara langsung pada kehidupan manusia. Berdasarkan keputusan kepala BAPEDAL ( Badan Pengendalian Dampak Lingkungan ) tahun 1995, limbah didefinisikan setiap bahan sisa ( residu ) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun ( B4 ) karena sifat beracun ( toxicity ), mudah terbakar ( flammability ),reaktif ( reactivity ) dan korosif ( corrosivity ) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Contoh limbah B4 adalah logam berat seperti Aluminium ( Al ), Kromium ( Cr ), Kadmium ( Cd ), Tembaga ( Cu ), Besi ( Fe ), Timbal ( Pb ), Mangan ( Mn), Raksa ( Hg ), dan Seng ( Zn ) serta zat kimia seperti pestisida, polimer, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya.

Berdasarkan sumbernya, limbah B4 dapat diklasifikasikan menjadi: a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi

pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap;

b. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi;

c. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut;

d. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan / lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan

organik.

Berdasarkan sumbernya limbah dibedakan menjadi : Gambar 36. Chemical Sludge

Gambar 37. Excess Activated Sludge

a. Limbah alam, yaitu limbah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami;

b. Limbah manusia, yaitu limbah hasil pencernaan manusia; c. Limbah konsumsi, yaitu limbah yang digunakan oleh pengguna

barang, yaitu manusia.

Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi: a. Limbahorganik

Limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi, baik aerob maupun anaerob. Limbah organik mudah membusuk, seperti sisa makanan, sayuran, daun-daunan kering, potongan- potongan kayu, dan sebagainya. Limbah organik terdiri atas bahan- bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri.

Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.

Limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan- bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, limbah,

Gambar 39. Limbah Alam Gambar 40. Limbah Manusia

rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.

Limbah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa limbah organik sehingga lebih mudah ditangani. Limbah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari limbah organik dan sisanya anorganik.

Limbah organik dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

- limbah organik basah ( seperti kulit buah dan sisa sayuran );

- limbah organik kering ( memiliki kandungan air yang relatif sedikit, seperti kayu, dedaunan, ranting pohon, dan

lainnya ).

b. Limbah anorganik

Limbah yang tidak dapat diuraikan oleh proses biologi lagi. Limbah ini tidak dapat diuraikan oleh organisme detrivor atau dapat diuraikan tetapi dalam jangka waktu yang lama. Limbah ini tidak dapat membusuk, oleh karena itu dapat dijadikan limbah komersil atau limbah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.

Limbah anorganik yang dapat di daur ulang, antara lain adalah plastik, logam, dan kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan cara sanitary landfill, pembakaran ( incineration ), atau penghancuran ( pulverization ).

Limbah anorganik dapat dibedakan menjadi : Gambar 42. Limbah Organik Basah

- Recyclable, yaitu limbah yang dapat diolah dan digunakan lagi karena memiliki nilai secara ekonomi;

- Non-recyclable, yaitu limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah dan digunakan lagi.

Pada dasarnya setiap limbah dapat mengalami pengrusakkan akibat penyerangan mikroorganisme terhadap struktur dari limbah tersebut. Peristiwa ini dikenal sebgai peristiwa dekomposisi dengan mikroorganisme penyerang yang dinamakan dekomposer. Tiap limbah memiliki waktu penguraian yang berbeda diakibatkan oleh perbedaan struktur dari limbah tersebut, berikut merupakan tabel penguraian limbah jika ditimbun di dalam tanah :

Kategori bahan / material Lama terurai

Kertas 2 – 5 bulan

Kulit buah 6 bulan

Kardus / karton 5 bulan Filter rokok 10 – 12 tahun Kantung plastik 10 – 12 tahun Benda-benda berbahan kulit 25 – 40 tahun

Gambar 44. Limbah Anorganik Recycleable

Kain nilon 30 – 40 tahun Jaring ikan 30 – 40 tahun Aluminium 80 – 100 tahun

Baterai 100 tahun

Plastik 200 – 1000 tahun Botol kaca 1 juta tahun Styrofoam Tidak akan terurai

Berdasarkan data diatas plastik yang berbahan baku polimer pada umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu 10 - 12 tahun untuk kantung plastik dan waktu 200 – 1000 tahun untuk plastik-plastik yang terdapat di alat-alat rumah tangga, botol plastik, alat-alat elektronik dan lainnya. Lamanya waktu penguraian ini tidak sesuai dengan cepatnya waktu produksi plastik yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan plastik. Akibatnya limbah plastik ini menimbulkan berbagai dampak yang cukup serius terhadap lingkungan hidup.

Tabel 10 . Lama Degradasi Limbah

Ketua Umum "Indonesia Solid Waste Association" (InSWA), Sri Bebassari, di Jakarta, pada hari Selasa, 4 Februari 2014 , mengatakan bahwa berdasarkan statistik perlimbahan domestik di Indonesia, jumlah limbah plastik tersebut merupakan 14 persen dari total produksi limbah di Indonesia. Sementara, menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta saja sudah mencapai lebih dari 6.000 ton per hari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa limbah plastik. Berikut merupakan dampak-dampak yang disebabkan limbah plastik terhadap lingkungan :

No. Dampak

1 Tercemarnya kualitas tanah dan air tanah;

2 Racun-racun dari partikel plastik masuk ke dalam tanah dan akan membunuh hewan-hewan pengurai seperti cacing, dan lainnya;

4 Plastik tidak dapat terurai oleh proses pencernaan kimia dan akan menjadi masalah serius jika termakan oleh hewan-hewan di lingkungan sekitar; 5 Menganggu jalur masuknya air kedalam tanah;

6 Menurunkan kesuburan tanah karena plastik menghalangi sirkulasi udara dalam tanah;

7 Hewan-hewan dapat terjebak dalam tumpukan plastik dan mati;

8 Hewan-hewan laut dapat terjerat oleh sampah plastik dan mati karena mencernanya;

9 Ketika hewan mati akibat mencerna plastik, plastik tidak akan hancur dan dapat meracuni hewa lain disekitarnya;

10 Limbah plastik yang dibuang di selokan air atau sungai dapat menyumbat arus aliran air sehingga menyebabkan banjir.

Pada umumnya plastik dan produk-produk polimer lainnya merupakan hasil sampingan dalam proses penyulingan minyak bumi. Sebab minyak bumi memiliki banyak sekali kandungan senyawa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia, salah satunya adalah dalam proses pembuatan plastik dengan memanfaatkan proses polimerisasi ( perpanjangan rantai ).

Proses polimerisasi adalah proses pembentukan polimer. Polimer adalah molekul besar yang terdiri atas pengulangan satuan kecil (monomer).

Monomer adalah senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap ini terbuka membentuk ikatan dengan monomer lain sampai jumlah yang diinginkan ( polimer sintetik ).

Proses pembentukan polimer terdiri dari tiga tahap yaitu : a. Pembentukan radikal bebas ( inisiasi )

Tahap pembentukan pusat-pusat aktif; b. Perpanjangan monomer ( propagasi )

Tahap pembentukan rantai lewat adisi monomer secara kontinu; c. Pemotongan atau pemberhentian reaksi ( terminasi )

Tahap deaktivasi pusat aktif.

Selain dampak yang disebabkan oleh plastik sebagai produk polimer olahan minyak bumi, proses polimerisasi pembentukan plastik juga cenderung memiliki dampak yang lebih berbahaya juga sebab limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan minyak bumi menjadi plastik didominasi oleh limbah berupa gas, dimana gas-gas tersebut merupakan gas pemicu terjadinya hujan asam dan juga efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya global warming.

Permasalahan mengenai sampah organik khususnya kulit pisang kepok yang menjadi varietas unggulan produksi pertanian Indonesia juga memunculkan masalah serius. Tanaman pisang yang semua bagian tumbuhannya bermanfaat kecuali kulitnya menciptakan sebuah pencemaran secara besar-besaran lewat jumlah produksinya yang masif. Jumlah masif ini dikarenakan permintaan produksi pisang untuk kemudian diolah menjadi panganan-panganan seperti pisang goreng, keripik pisang, pisang molen dan sebagainya. Alhasil pencemaran udara, air dan darat oleh kulit pisang tidak dapat dihindari. Limbah kulit pisang yang dibiarkan akan menimbulkan bau tidak sedap akibat proses dekomposisi struktur kulit pisang akibat penyerangan bakteri. Selain menimbulkan aroma tidak sedap, limbah kulit pisang juga dapat menyebabkan masalah lain seperti wabah penyakit bagi hewan yang mencernanya dan menjadi inang bagi parasit-parasit baru yang menjadi sumber penyakit bagi manusia.

Dalam dokumen Pemanfaatan Limbah Kulit pisang Kepok Se (Halaman 35-43)

Dokumen terkait