• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Kulit pisang Kepok Se

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Kulit pisang Kepok Se"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Sekarang ini kecenderungan dan kebutuhan manusia akan pemakaian kantung plastik amatlah tinggi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan resiko pencemaran yang dapat disebabkan oleh plastik terhadap lingkungan, sebab diperlukannya waktu yang terbilang amat lama untuk menguraikan plastik-plastik itu sampai betul-betul hancur atau terdegradasi secara total. Dengan mempertimbangkan hal ini, maka diperlukan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti dari bahan dasar plastik yang digunakan secara luas di masyarakat.

Sehubungan dengan isu-isu yang marak saat ini, para ahli dan ilmuwan sedang mengusahakan secara intensif pemanfaatan dan artifikasi bahan-bahan organik yang mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan yang mengandung karbohidrat itu sendiri dapat diolah menjadi bioplastik. Bioplastik dapat dijadikan solusi dalam pemecahan masalah pencemaran lingkungan akibat limbah plastik. Misalnya saja kulit jagung, tongkol jagung, kulit pisang, dan bahan organik lainnya. Bioplastik dapat diolah dari bagian tanaman yang banyak mengandung senyawa selulosa dengan menggunakan bantuan dari senyawa-senyawa kimia yang diproses secara kimiawi dan fisikawi.

(2)

rumah tangga yang didominasi oleh limbah organik. Dan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali sesuai dengan prediksi yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa pada tahun 2025, Indonesia akan menghasilkan 130.000 ton setiap harinya.

Limbah organik merupakan limbah yang komponennya tersusun atas molekul-molekul organik, baik itu limbah yang berasal dari sayuran, buah-buahan dan produk pengolahan hasil alam lainnya. Kulit Pisang merupakan salah satu contoh limbah organik yang jumlahnya sangat banyak ditemui dalam TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ). Secara umum kulit pisang menyebabkan permasalahan pencemaran udara lewat bau busuk yang terjadi akibat proses pengrusakan oleh bakteri, namun tidak menutup kemungkinan terjadi masalah pencemaran dalam tingkat lebih lanjut lagi dan akan merusak keseimbangan lingkungan hidup manusia.

Pisang sendiri merupakan jenis buah-buahan yang terdapat pada daerah tropis dan diproduksi sangat banyak di Indonesia tiap tahunnya. Dari keseluruhan jumlah varietas buah pisang terdapat jenis-jenis buah pisang yang sering diolah dalam produk makanan seperti : gorengan, keripik, dan olahan lainnya, salah satunya adalah pisang kepok. Kulit dari buah pisang kepok biasanya hanya dibuang oleh masyarakat dan hal itu menjadi permasalahan pencemaran limbah organik di alam karena akan meningkatkan tingkat keasaman tanah dan akan menyebabkan pencemaran lingkungan lebih lanjut lagi.

Berdasarkan permasalahan inilah, penulis memutuskan untuk mengangkat topik “Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bio-plastik Pengganti Polimer” dalam karya tulis ini sehingga kulit pisang kepok yang pada mulanya hanya dianggap sebagai limbah yang tidak berguna di masyarakat dan tidak punya nilai jual dapat menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

(3)

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengenal berbagai jenis tanaman pisang? 2. Bagaimana teknik budidaya tanaman pisang?

3. Mengapa memilih kulit pisang kepok sebagai bahan baku pada pembuatan bioplastik ?

4. Bagaimana proses pembuatan bioplastik dari bahan baku kulit pisang kepok ?

5. Senyawa kimia apa sajakah yang tedapat pada kulit pisang kepok sehingga dapat diolah menjadi bioplastik?

6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari bioplastik yang terbuat dari kulit pisang kepok jika dibandingkan dengan plastik dari polimer biasa?

7. Bagaimana prospek dan market dari bioplastik sebagai plastik alternatif di masa depan ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah maka dapat ditentukan tujuan penulisan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman pisang; 2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman pisang;

3. Untuk mengetahui alasan dan manfaat memilih kulit pisak kepok sebagai bahan baku pembuatan bioplastik;

4. Untuk mempelajari cara dan proses pembuatan bioplastik;

5. Untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia pada kulit pisang kepok yang membuat kulit pisang kepok dapat diolah menjadi bioplastik; 6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari bioplastik yang

terbuat dari kulit pisang kepok jika dibandingkan dengan plastik dari polimer biasa?

(4)

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Tanaman Pisang

Pisang adalah tumbuhan yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tumbuhan pisang kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus membuat tumbuhan pisang sangat cocok dan tersebar luas di Indonesia. Kata pisang sendiri berasal dari bahasa arab yaitu maus. Carl Linnaeus kemudian memasukkan pisang kedalam keluarga Musaceae, sekaligus melakukan penghormatan kepada Antonius Musa, seorang doktor pribadi kaisar romawi, Octaviani Agustinus. Antonius Musa dianggap berjasa karena menganjurkan untuk makan buah pisang. Sebab itu, nama ilmiah pisang dalam sistem penamaan binomial nomenklatur adalah Musa paradisiaca. Kedudukan tanaman pisang dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut :

Tumbuhan

pisang merupakan

(5)

dimana perkembangan akar utama dihasilkan rambut akar yang berguna untuk mengoptimalkan penyerapan air dan mineral dari dalam tanah.

Batang pisang yang biasa kita lihat merupakan batang semu. Batang yang sesungguhnya adalah batang yang berada pada bagian dalam berbentuk bulat ( teres ). Pisang memiliki bunga majemuk. Setiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecokelatan. Seludang tersebut akan lepas dan jatuh jika bunga telah membuka. Bunga betina berkembang secara normal, sedangkan bunga jantan berada di ujung tanduk tidak berkembang dan tertutup oleh seludang. Bunga jantan inilah yang disebut jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipotong setelah pembuahan selesai. Setiap kelompok bungan, yang disebut sisir tersusun dalam tandan sehingga satu tandan pisang tersusun atas beberapa sisir yang dapat terdiri dari 6-22 buah pisang bergantung pada jenis tanaman pisangnya.

Buah pisang pada umumnya tanpa biji dan disebut triploid ( 3n ), kecuali pada pisang batu atau klutuk yang memiliki sifat diploid ( 2n ). Proses pembuahan tanpa biji disebut partenokarpi.

Buah pisang memang termasuk buah buni, bulat memanjang dan membengkok, tersusun seperti sisir dua baris dengan kulit berwarna hijau, kuning, coklat atau bahkan ungu. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri atas beberapa pisang. Buah pisang yang memiliki biji biasanya memiliki biji berkarakteristik hitam, kecil dan bulat. Buah pisang sendiri juga merupakan buah klimaterik yang artinya memiliki fase perkembangan, dengan

Gambar 1. Sistem Perakaran Pada Pisang Gambar 2. Batang Pisang Sesungguhnya

(6)

meningkatnya ukuran buah dan meningkatnya kadar karbohidrat yang terakumulasi dalam bentuk pati. Pertumbuhan terhenti saat buah telah benar-benar ranum dan fase pematangan buah terhambat. Selama fase pematangan, kekerasan buah menurun, pati berubah menjadi gula, warna kulit berubah dari hijau menjadi kuning dan kekelatan pada buah hilang, berkembang menjadi rasa dengan karakteristik yang khas. Buah pisang biasanya baru bisa dipanen 80-90 hari setelah keluarnya jantung pisang.

Pisang merupakan buah yang sangat bergizi dan merupakan sumber vitamin, mineral disamping karbohidrat. Pisang dapat dijadikan sebagai buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang.

Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagai pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dan sebagainya. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba dan kambing) pada saat musim kemarau karena tidak/kurang tersedianya rumput.

Buah pisang sangat prospektif sebagai bahan baku industri. Hal tersebut karena kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, serta berbagai produk dapat diolah dari buah pisang sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Salah satu alternatif dari pemanfaatan pisang yaitu dapat diolah menjadi pati. Sifat fisika dan kimia tepung pisang dari beberapa varietas dengan komposisi kimia rata-rata tepung pisang, yaitu kadar air 6,24% - 8,39% dan kadar karbohidrat 70,10% - 78,88%.

2.2. Jenis-Jenis Tanaman Pisang

(7)

Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, tingginya keanekaragaman ini memberikan peluang untuk memanfaatkan tanaman pisang untuk diolah sebagai pemenuhan kebutuhan manusia.

Berdasarkan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia tanaman pisang dibagi menjadi tiga macam, antara lain :

a) Pisang Serat ( Musatextilis )

Pisang serat merupakan varietas tanaman pisang yang batangnya dimanfaatkan secara khusus dalam proses pembuatan tekstil, tali tambang kapal, kertas dan juga campuran dalam pencetakan uang kertas. Batang pisang tersusun dari lapisan pelepah yang mengandung serat yang tinggi ( selulosa ). Pada umumnya pohon-pohon pisang serat memiliki ciri-ciri antara lain :

- Tinggi pohon dapat mencapai 7 meter;

- Daunnya berwarna hijau dan cenderung berbentuk lanset; - Ditemui di daerah dengan kelembapan relatif tinggi dengan

intensitas sinar matahari yang tinggi;

Pisang jenis ini dipanen ketika kuncup bunga telah terlihat.

b) Pisang Hias ( Heliconiasp dan Ravenala sp )

Pisang hias atau lebih dikenal dengan nama latin Heliconia dapat dibagi kembali menjadi dua jenis, yaitu :

(8)

- Pisang Kipas ( Ravenala Madagascariensis ); Memiliki bentuk tanaman menyerupai kipas.

- Pisang-Pisangan ( Heliconia sp);

Memiliki batang semu dengan ukuran diameter relatif kecil dan bunga yang indah. Sangat populer untuk dijadikan hiasan taman.

c) Pisang Buah ( Musaparadisiaca )

Pisang buah ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya. Pisang buah terdiri dari beberapa kelompok, yaitu :

- Kelompok pertama adalah pisang yang dapat dimakan secara langsung setelah matang atau biasa disebut juga ‘pisang meja’. Contoh : pisang mas, pisang ambon, pisang barangan dan pisang cavendish.

Gambar 9. Tanaman Ravenala madagascariensis

(9)

- Kelompok kedua adalah pisang yang diolah terlebih dahulu baru bisa dimakan.

Contoh : pisang tanduk, pisang nangka, pisang uli, pisang kapas dan pisang agung.

- Kelompok ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun diolah terlebih dahulu.

Contoh : pisang kepok dan pisang raja.

Gambar 12. Pisang Mas Gambar 13. Pisang Ambon

Gambar 15. Pisang Cavendish Gambar 14. Pisang Barangan

Gambar 17. Pisang Nangka Gambar 16. Pisang Tanduk

(10)

- Kelompok keempat adalah pisang yang dimakan sewaktu masih mentah.

Contoh : pisang batu atau pisang klutuk.

Namun secara garis besar pisang buah dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu :

- Kelompok pisang meja ( dessert banana ); - Kelompok pisang olahan ( cooking banana ).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Pisang

Tanaman pisang yang merupakan tanaman yang hanya tumbuh di area tropis pasti memiliki syarat tumbuh yang berhubungan dengan tanah sebagai media tumbuh, unsur hara atau mineral, cahaya matahari dan air. Faktor yang mempengaruhi syarat tumbuh tersebut adalah iklim yang tersusun atas unsur-unsur seperti curah hujan, suhu, kelembapan, lama penyinaran dan tekanan angin. Iklim dari satu tempat ke tempat lain tidaklah sama hal ini dipengaruhi oleh letak geografis suatu tempat. Alhasil tanaman pisang tidak dapat tumbuh di iklim diluar kondisi tropis dan sub-tropis. Berikut merupakan syarat tumbuh tanaman pisang :

a. Tanah

Tanaman pisang mempunyai sistem perakaran yang dangkal sehingga agar pertumbuhannya optimal dibutuhkan top soil yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik ( humus ). Pada tanah berat atau dengan kadar lempung tinggi, pemberian bahan organik seperti pupuk kandang sangat dibutuhkan dalam kuantitas yang besar agar dapat merubah struktur tanah menjadi lebih gembur.

(11)

Pada tanah yang lebih tingan pemberian pupuk kandang dimaksudkan agar mampu menahan air dan mineral.

Penambahan pupuk kandang akan memperbaiki struktur tanah dan menyuplai unsur N, P dan S serta meningkatkan kapasitas pertukuran kation pada tanah yang merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tanah dan memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan atau menyimpan air.

Struktur tanah yang gembur sangat baik bagi tanaman pisang karena memiliki keseimbangan yang baik untuk memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang sangat dibutuhkan tumbuhan untuk pernapasan akar dan air tanah sebagai medium untuk pelarut mineral. Tanaman pisang akan tumbuh sangat subur dengan tanah berkandungan organik sekitar 3% ( tinggi ) dan kelembapan tanah 60%-70% ( lembab ).

Tanaman pisang juga memerlukan mineral dalam jumlah besar untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Misalnya untuk memproduksi pisang 30 ton per hektar are per tahun, dibutuhkan pemupukan mineral sebesar :

Nitrogen ( N ) 50 kg/ha

Difosfor Pentaoksida ( P2O5 ) 15 kg/ha

Kalium Dioksida ( K2O ) 175 kg/ha

Kalsium Oksida ( CaO ) 10 kg/ha

Magnesium Oksida ( MgO ) 25 kg/ha

Sedangkan untuk mendapatkan 50 ton per hektare per tahun, diperlukan pemupukan mineral sebesar :

Nitrogen ( N ) 388 kg/ha

Fosfor ( P ) 52 kg/ha

(12)

Kalium ( K ) 1.438 kg/ha

Kalsium ( Ca ) 227 kg/ha

Magnesium ( Mg ) 125 kg/ha

Sulfur ( S ) 73 kg/ha

Klorin ( Cl ) 525 kg/ha

Natrium ( Na ) 10,6 kg/ha

Unsur lainnya ( mikro ) 26,94 kg/ha

Derajat keasaman atau pH tanah yang sangat sesuai untuk tanaman pisang berada pada kisaran 5,6-7,5, sedangkan pisang yang cukup sesuai berada pada 5,2-5,6 dan 7,5-8,0. Derajat keasaman sangat berpengaruh pada persediaan unsur hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara bila berada pada pH tanah netral ( 6-7 ) karena unsur hara akan mudah larut di dalam air. Pada tanah asam, unsur P tidak akan diserap oleh tumbuhan karena diikat oleh unsur Al ( Aluminium ). Sedangkan pada kondisi tanah alkali, unsur P tidak akan diserap oleh tanaman karena berikatan dengan unsur Ca ( Kalsium ).

b. Iklim

Tanaman pisang tumbuh baik di daerah tropis terutaman daerah diantara 30o LU-30o LS. Di daerah subtropis juga terdapat tanaman

pisang tetapi pertumbuhannya lebih lambat. Tipe iklim yang sesuai dengan tanaman pisang adalah iklim basah sampai kering dengan curah hujan merata sepanjang tahun atau jumlah bulan kering 0-4 bulan.

Suhu rata-rata tahunan yang baik untuk pertumbuhan tanaman pisang berkisar antara 18-35oC, tetapi yang ideal adalah 25-27oC.

Suhu diluar rentang 18-35oC akan menghambat pertumbuhan tanaman

pisang.

(13)

2.500mm. Kebutuhan air per minggu sekitar 25 mm atau setiap harinya 3-6,3 mm, tergantung pada suhu udara, kelembapan, penyinaran matahari dan angin. Kekurangan air pada tanaman pisang dapat menyebabkan buah pisang berwarna gelap ( sunburn ). Oleh karena itu pemberian air pada musim kemarau amat dianjurkan.

Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman pisang membutuhkan waktu 8-12 bulan untuk menghasilkan tandan ( buah ), sedangkan di daerah beriklim kering dan dingin membutuhkan 18 bulan. Angin kencang berpengaruh buruk pada tanaman pisang. Tanaman bisa roboh karena perakarannya dangkal dan tidak memiliki akar penunjang seperti pada tumbuhan-tumbuhan terna dikotil. Kedalaman akar pisang rata-rata dalah 75 cm dengan maksimalnya 90 cm. Kecepatan angin lebih dari 20 km / jam akan menyebabkan kerusakan pada pisang sedangkan angin diatas 80 km / jam akan merobohkan tanaman pisang secara total.

Tanaman pisang memang tahan terhadap kekeringan karena akarnya mengandung air. Namun pemberian air di musim kering akan membantu produktivitas tanaman pisang karena kebutuhan air meningkat pada masa vegetatif dan pembentukan buah.

Agar produktivitasnya optimal, pisang sebaiknya dibudidayakan di tempat dengan ketinggina 1.000 mdpl terutama pada ketinggian 400-600 m dpl. Tanaman pisang membutuhkan cahaya matahari yang banyak. Di tempat yang terlindung tanaman pisang akan terhambat pertumbuhannya.

2.4. Budidaya Tanaman Pisang

Untuk memenuhi kebutuhan pasar dan mendapatkan pisang unggulan yang populer dibutuhkan suatu sistem produksi yang baik agar diperoleh buah yang sesuai dengan permintaan konsumen. Oleh karena itu teknik budidaya tanaman pisang menjadi solusi untuk memenuhi itu semua. Berikut merupakan tahap-tahap dalam melakukan teknik budidaya pisang :

(14)

Iklim yang berubah karena pemanasan global menyebabkan sulitnya memprediksi pergantian seperti awal musim hujan atau kemarau. Sebab itu, untuk menentukan waktu tanam pisang dibutuhkan informasi iklim. Data dalamsatu periode, misalnya 5 tahun, sangat diperlukan untuk menganalisis curah hujan rata-rata bulanan dalam periode tersebut, dapat ditentukan pula tipe iklim di suatu wilayah yang menjadi tempat penanaman pisang. Dengan mengetahui awal bulan basah ( mulai musim hujan ) sampai tiga bulan berikutnya, dapat diperoleh waktu tanam pisang yang menjamin pertumbuhan benih pisang secara baik.

Data iklim bisa diperolah dari Kantor Metereologi setempat. Kantor Penyuluhan Pertanian juga dapat dikunjungi untuk berkonsultasi dengan Penyuluh Pertanian mengenai cara menganilisis data iklim yang diaplikasikan dalam budi daya tanaman pisang.

b. Penyediaan Lahan

Persiapan lahan meliputi gulma, rumput dan semak belukar. Selain itu, tanah juga digemburkan serta dibuat sengkedan dan saluran drainase. Pembuatan saluran pembuangan air dibutuhkan pada tanah datar sehingga air tidak tergenang saat musim hujan. Sementara itu, pembuatan sengkedan perlu dilakukan pada bagian tanah yang miring. Lebar sendkedan tergantung pada kemiringan lahan. Lambung sengkedan dapat ditahan dengan menanam tanaman legum, misalnya lamtoro. Selain sebagai penahan erosi, tanaman tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pemasok nitrogen dan pemecah energi angin.

(15)

Setelah lahan dibersihkan, lubang tanam disipakan dengan ukuran 50x50x50 cm atau 60x60x50 untuk tanah yang subur. Untuk tanah yang kurang subur, lubang tanam dapat dibuat dengan ukuran 80x80x50 cm. Dengan ukuran tersebut, dapat tersedia ruang pertumbuhan dan perkembangan akar pisang. Gunakan cangkul untuk membuat lubang tanam. Lapisan tanah atas dan tanah bawah dipisahkan di tempat yang berbeda. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 1-3 bulan sebelum penanaman agar mendapat penyinaran dan aerasi udara yang baik.

c. Penyediaan Bibit

Benih atau bibit pisang dapat diperoleh dengan beberapa cara, antara lain :

- Bibit dari anakan;

Cara inilah yang biasa dilakukan pada perkebunan pisang rakyat. Bibit diperoleh dengan memisahkan anakan dari rumpun pisang dengan menggunakan linggis. Anakan pisang yand diperoleh dapat berupa rebung dengan ukuran 24-40 cm. Anakan rebung belum berdaun dan bonggolnya masih lunak.Anakan juga bisa berupa anakan pedang dengan tinggi 40-100 cm. Anakan ini memiliki daun yang masih berbentuk seperti pedang dengan ujung yang runcing. Berikutnya adalah anakan dewasa dengan tinggi lebih dari 100 cm. Anakan ini telah memiliki daun sempurna.

(16)

- Bibit dari bonggol;

Bonggol yang digunakan untuk penyediaan bibit dapat diambil dari anakan pisang berdiameter 7-12 cm atau setinggi 40-150 cm. Cara menyediakan bibit bonggol adalah sebagai berikut :

o Anakan dipisahkan dari rumpun dewasa yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit menggunakan linggis ( kondisi bonggol harus utuh );

o Akar dan tanah yang menempel pada bonggol harus dibersihkan. Anakan dipotong 10 cm di atas leher bonggol. Titik tumbuh di pusat bonggol dikorek Gambar 23. Anakan Rebung Gambar 24. Anakan Pedang

(17)

dengan lebar dan dalam sekitar 3 cm dengan menggunakan pisau runcing dan bersih;

o Periksa kesehatan bonggol dengan memotong bagian bawah bonggol. Bila berwarna merah mengindikasikan terinfeksi penyakit, bila berwarna putih mengindikasikan sehat;

o Bonggol direndam dalam disinfektan selama 20 menit atau dalam larutan fungisida atau nematisida dengandosis 2 gr/L air agar jamur atau nematoda mati. Boleh juga direndam dalam air hangat dengan suhu 55oC;

o Munculnya tunas pada bonggol dapat dirangsang dengan terlebih dahulu disemai dalam bedengan, disusun secara sejajar dengan titik tumbuh mengarah keatas. Masing-masing bonggol diberi jarak 5 cm . Bonggol ditimbun campuran tanah, pasir dan pupuk kandang setebal 5 cm. Lakukan penyiraman untuk menjaga kelembapan bonggol bila tidak ada hujan;

o Setelah tunas tumbuh dan telah memiliki satu atau dua lembar daun, bonggol diangkat dari timbunan. Kemudian, bonggol dibelah secara membujur dari permukaan atas bonggol sampai dasar sebanyak tunas yang tumbuh. Bila ukuran potongan terlalu besar, dapat dikurangi dengan mengiris potongan bonggol di kiri dan kanan tunas;

o Tunas hasil semaian disemai dalam polibag ukuran 20x30 cm yang berisi media tanam berupa campuran tanah dan pupuk dengan rasio 1:1 lalu diletakkan dalam tempat yang teduh;

(18)

- Bibit dari perbanyakan kultur jaringan

Bibit pisang kultur jaringan merupakan bibit yang dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan ( sel meristematis ) pada media buatan dalam laboratorium ( in vitro ). Kultur jaringan merupakan tekhnik budidaya sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan tidak terkontaminasi mikroorganisme penyebab penyakit.

Dengan kultur jaringan, dapat diperoleh tanaman dalam jumlah banyak, dalam waktu relatif singkat, dan sifat fisiologi dan morfologi yang sama persis dengan tanaman induk. Keuntungan yang diperoleh adalah kesehatanbibit tanaman terjamin, kecepatan pertumbuhannya se ragam, lebih cepat berbuah, dan buah bisa masak serempak sehingga waktu panen bisa bersamaan. Ini akan memberikan hasil yang lebih efisien dalam penanganan. Tanaman pisang dari bibit kultur jaringan dapat dipanen sekitar 9 bulan dan panen kedua berkisar antara 5-6 bulan.

Satu-satunya kelemahan perbanyakan bibit secara kultur jaringan adalah membutuhkan keahlian khusus dan harus dilakukan di dalam laboratorium sehingga tidak semua orang bisa melakukannya. Sebab itu, bibit pisang kultur jaringan dapat dibeli dari penangkar benih yang memiliki

(19)

fasilitas pembibitan kultur jaringan. Bibit pisang kultur jaringan dapat dibeli di Kebun Benih Hortikultura Salaman, Magelang, Jawa Tengah. Secara garis besar, terdapat beberapa langkah dalam melakukan perbanyakan pisang dengan kultur jaringan.

- Langkah awal adalah pembuatan media yang mengandung garam-garam mineral dalam konsentrasi tinggi;

- Berikutnya adalah persiapan eksplan yang dipilih dari tunas yang sehat. Dicuci bersih, bagian ujung tunas dipotong, seludang dikupas, danbonggol diiris hinggake inti sampai diperoleh jaringan berbentuk kubus. Eksplan tersebut lalu direndam dalam larutan bakterisida dan fungisida;

- Setelah itu, langkah inokulasi. Eksplan ditanam dalam media dan disimpan dalam ruang inkubasi yang bersuhu konstan 22-28°C;

- Langkah selanjutnya adalah subkultur. Ini merupakan proses memindahkan eksplan ke dalam media barn. Setiap individu dapat dipecah menjadi 5-6 subkultur. Perlakuan subkultur dapat dilakukan sebanyak 5-6 generasi. Subkultur yang telah tumbuh akarnya dapat disebut sebagai bibit kecil atau plantlet;

- Kemudian, langkah multiplikasi, yaitu proses pemindahan eksplan pada media baru dengan membelah bonggol untuk memacu pertumbuhan tunas-tunas samping;

(20)

- Lalu, bibit dipindahkan ke polibag dan diletakkan di tempat terbuka;

- Setelah sekitar 5 minggu, bibit sudah siap ditanam di lahan.

(21)

d. Penanaman

Sebulan sebelum penanaman, tanah bekas galian bagian atas dikembalikan ke lubang tanam. Tanah tersebut dicampur pupuk kandang 8-10 kg untuk lubang tanam yang berukuran 60 x 60 x 50 cm dan 13-15 kg untuk lubang tanam yang berukuran 80 x 80 x 50 cm. Tanah yang sudah dicampur pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian disusul dengan tanah bagian bawah. Setelah itu, lubang tanam dibiarkan selama sebulan lalu ditanami bibit pisang.

Pada saat menanam bibit, lubang tanam yang sudah ditimbun digali lagi seukuran bibit yang hendak ditanam. Bibit yang hendak ditaman hendaknya direndam terlebih dahulu dengan agensia hayati Pseudomonas fluorescens. Bibit ditanam sampai sebatas sekitar 10 cm di atas pangkal batang. Setelah itu, lubang ditutup kembali dengan tanah galian tadi. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Tandan buah dan buah yang dihasilkan akan besar karena periode pembuahannya juga akan terjadi pada musim hujan.

e. Pemeliharaan Tanaman

(22)

Ketika tumbuh rumput atau gulma di sekitar tanaman pisang, perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan rumput langsung diikuti dengan penggemburan tanah menggunakan cangkul kecil. Penggemburan jangan terlalu dalam karena dapat merusak perakaran pisang. Lakukan pula pemangkasan daun dan pelepah pisang yang menguning dan mati. Daun tersebut dipotong-potong dan dijadikan sebagai mulsa atau penutup tanah. Pelepah daun yang menunjukkan gejala serangan penyakit dipotong dan dikumpulkan pada satu tempat lalu dibakar agar tidak menjadi sumber infeksi pada tanaman yang sehat.

f. Pemupukan

Pemupukan dibutuhkan agar tanaman pisang tumbuh optimal, produktif, dan untuk mempertahankan status hara tanah. Pupuk yang diberikan berupa pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos, yang diberikan sekitar 10 kg per rumpun. Pemupukan ini dilakukan 3 bulan setelah tanam dan diulang setiap 3 bulan. hara dari dalam tanah. Selain itu, tanaman menjadi tidak mudah roboh, lebih cepat berbunga, merangsang pertumbuhan, serta lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Kalium berfungsi untuk memperkuat batang tanaman, membantu proses fotosintesis, dan meningkatkan kualitas buah serta menambah ketahanan tanaman.

(23)

kembali dengan tanah, jerami, atau daun kering. Pupuk anorganik diberikan 4 kali setahun.

g. Penjarangan Anakan;

Pisang merupakan tanaman yang sangat mudah berkembang dengan menghasilkan anakan baru. Penjarangan anakan sangat diperlukan agar diperoleh tanaman p i s a n g y a n g s u b u r d e n g a n produktivitas tinggi. Penjarangan

dilakukan untuk menghindari berjejalnya batang dan untuk mengatur panen yang berurutan dalam setiap rumpun. Dari satu tanaman induk, disisakan 2-3 anakan atau dari satu batang yang tertua didampingi 2-3 anakan, dan satu tanaman cucu. Cara lain d a l a m m e n e n t u k a n j u m l a h tanaman dalam setiap rumpun adalah 2 batang pisang induk disisakan 2 anakannya sehingga terdapat 4 anakan.

h. Pemberian Penyangga;

Pisang yang mulai berbunga mempunyai jantung pisang yang kuat dan kompak, begitu pula dengan tandan yang menjadi tempat menempelnya sisir-sisir

buah. Pisang yang mulai berbuah akan menarik pohon induk karena bobot buah dan adanya daya tarik bumi. Sebab itu, perlu diberikan penyangga yang menjadi topangan buah pisang agar batang pisang tidak patah atau rubuh karena beban tandan yang berat. Penyangga dari bambu atau kayu dipasang searah dengan posisi tandan buah dan jangan mengenai buah pisang.

i. Pembrongsongan;

(24)

diikatkan pada pangkal tandan. Pembrongsongan dilaku-kan pada saat seludang pisang pertama belum membuka dan sebelum jantung pisang merunduk. Seludang atas jangan ikut masuk ke dalam plastik atau karung. Seludang yang terlepas dikeluarkan agar tidak membusuk pada tandan buah.

Pembrongsongan dapat menggunakan bahan dari kertas semen, plastik PE bening, plastik biru atau plastik khusus yang diberi insektisida. Ada dua waktu pembrongsongan. Pertama, saat seludang bunga pertama mekar. Sebelum dilakukan pembrongsongan, jantung pisang disemprot insektisida berbahan aktif dicloford atau chlorpyrifos serta diberi fungisida berbahan aktif benomyl. Penyemprotan pestisida dilakukan lagi setelah buah pisang muda terbentuk sempurna dan pemotongan jantung dengan membuka brongsong. Kedua, setelah penyemprotan pestisida, tandan buah dibrongsong lagi hingga buah dipanen. Caranya sama dengan saat pembrongsongan pertama.

Tandan pisang yang dibrongsong dapat melindungi buah dari cuaca dingin atau panas, debu, serangan hama, sinar matahari langsung, dan dapat mempercepat masa panen 5 hari. Pembrongsongan dapat mencegah timbulnya bintik hitam atau cokelat pada buah akibat serangan hama.

j. Pemotongan Jantung Pisang;

Jantung pisang sejatinya adalah bunga jantan. Rangkaian bunga pada pangkal jantung pisang adalah bunga betina dan akan berkembang menjadi buah. Rangkaian bunga pada bagian tengah adalah bunga sempurna yang juga akan berkembang menjadi buah. Sedangkan rangkaian bunga yang berada pada pucuk atau ujung jantung pisang adalah bunga jantan dan tidak berkembang menjadi buah.

(25)

terakhir yang normal. Pembuangan sisir buah yang tak sempurna dapat dilakukan karena dapat memperbesar buah di atas sisir buah yang tidak sempurna tersebut.

Pemotongan bunga jantan ( jantung ) setelah terbentuknya jumlah sisir yang dikehendaki dapat meningkatkan bobot tandan dan mengurangi penularan penyakit oleh serangga pengisap madu. Setelah pemotongan jantung, lakukan pemupukan buah secara susuan agar buah yang dihasilkan berisi penuh. Caranya: buat adonan urea (1 sendok makan) dicampur tanah ( 2 kepalan tangan orang dewasa ). Adonan tersebut ditambah sedikit air sehingga menjadi seperti adonan kue yang mudah dibentuk. Adonan ini dimasukkan dalam kantong plastik dan diikatkan pada bagian bawah tandan yang telah dipotong jantungnya. Untuk mendapatkan kualitas buah yang bagus, pada fase perkembangan buah, sebaiknya daun disisakan sekitar 4 helai saja.

2.5. Tanaman Pisang Kepok

Pisang kepok merupakan jenis pisang berkulit tebal dengan nilai komersial yang sangati tinggi sebagai pisang olahan. Pada umumnya terdapat dua buah jenis pisang kepok berdasarkan warna dagingnya yaitu : pisang kepok kuning dan pisang kepok putih.

Pisang kepok kuning pada umumnya lebih disukai oleh konsumen dikarenakan kulit buah dan dagingnya yang tebal dan daging buahnya yang akan berwarna kuning bila matang.

Deskripsi morfologi pisang kepok adalah sebagai berikut :

Tinggi 3 meter

Panjang tandan buah 30-60 cm

Jumlah sisir per tandan 9-17 sisir

Jumlah rata-rata buah per sisir 10-20 buah

(26)

Berat per tandan 14-22 kg

Bentuk buah Berpenampang segitiga,

segiempat ataupun bulat

Daging buah Bewarna putih kekuningan

atau kuning

Dalam 100 gram daging buah pisang kepok terdapat kandungan zat gizi, antara lain :

Pisang kepok pada umumnya memiliki jumlah sisir per tandan hingga 17 sisir dengan jumlah buah per sisir antara 13-18 buah dan jumlah buah per tandan anatara 150-250 buah. Cita rasa daging buah pisang ini manis dan merupakan pisang olahan varietas utama. Daya simpannya pada suhu kamar mencapai 15-21 hari. Produktivitas pisang ini mencapai 20-30 ton per hektarare.

Menurut Herbarium Medanense (2011), klasifikasi pisang kepok, adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Kandungan Gizi Dalam 100 gr Daging Pisang Kepok

(27)

Kulit pisang kepok sangat berbeda dengan dagingnya yang banyak dimanfaatkan. Kulit pisang kepok biasanya menjadi limbah yang tidak ada harga jualnya. Oleh karena itu penulis melihat peluang dalam pemanfaatan kulit pisang kepok untuk diolah sebagai bahan bioplastik karena mengandung zat Amilopektin. Dimana zat Amilopektin tersebut diurai bersama dengan molekul air pada kulit pisang terlebih dahulu melalui proses hidrolisis. Berikut merupakan komposisi zat yang terkandung pada kulit pisang :

Berdasarkan

jenis karbohidrat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bioplastik.

2.6. Pati ( Amilum )

Salah satu biomassa yang dapat digunakan dalam pembuatan plastik adalah pati, yang didapatkan dari tanaman penghasil pati seperti singkong. Pati ( amilum ) adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa dalam jangka panjang.

Pati dapat dihasilkan dari beberapa macam sumber, antara lain dari biji-bijian dan umbi-umbian. Pati yang berasal dari biji-biji-bijian dapat berasal dari serealia seperti jagung, gandum, beras, sorghum dan kacang-kacangan. Adapun dari umbi-umbian, pati dapat dihasilkan dari singkong, kentang, dan sebagainya. Selain itu, pati juga dapat dihasilkan dari batang tanaman, seperti pati sagu dan dari daging buah muda seperti pisang. Contohnya adalah akar Manihot esculenta (pati tapioka), batang Metroxylon sagu ( pati sagu ),

(28)

dan rizom umbi tumbuhan Bersitaminodia sp yang meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia ( pati umbi larut ). Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah Zea mays ( jagung ), Oryza sativa ( beras ), Solanum tuberosum ( kentang ), Triticum aesticum ( gandum ), Maranta arundinacea ( garut ), Ipomoea batatas ( ketela rambat ), Manihot utilissima ( ketela pohon ).

Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau yang mempunyai rumus molekul (C6H10O5)n, dan densitas sebesar 1.5 g/cm3. Dalam air dingin amilum

tidak akan larut tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan akan terjadi suatu larutan koloid yang kental, memberikan warna ungu pekat pada tes iodin dan dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hal ini disebabkan karena molekulnya berantai lurus atau bercabang tidak berpasangan sehingga membentuk jaringan yang mempersatukan granula pati. Sifat pati lainnya adalah butuh waktu yang lama dalam proses pemasakan dan sering terjadi proses retrogradasi dan sineresis pada pati alami. Retrogradasi adalah proses kristalisasi kembali dan pembentukan matriks pati yang telah mengalami gelatinisasi akibat pengaruh suhu.

Penyusun amilum yang utama adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa memberikan sifat keras ( pera ) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.

2.7. Polimer

Polimer disebut juga dengan makromolekul yang dibangun dari repetisi molekul-molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer ( polymer ) berasal dari dua kata, yaitu poli ( banyak ) dan meros ( bagian – bagian ).

Klasifikasi polimer salah satunya adalah berdasarkan ketahanan terhadap panas ( termal ). Klasifikasi polimer ini dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Polimer termoplastik

(29)

menjadi lunak dan ketika didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru.

Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer plastik. Jenis plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur molekul linear atau bercabang. Bentuk struktur termoplastik sebagai berikut :

Bentuk struktur bercabang termoplastik adalah sebagai berikut :

Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut :

No Sifat Polimer Termoplastik

1 Berat molekul kecil

2 Tidak tahan terhadap panas 3 Jika dipanaskan akan lunak 4 Jika didinginkan akan keras 5 Mudah untuk direnggangkan 6 Fleksibel

7 Titik leleh relatif rendah

8 Dapat dibentuk ulang ( daur ulang ) Gambar 32. Polimer Termoplastik Bercabang

(30)

9 Mudah larut dalam pelarut yang sesuai 10 Memiliki struktur molekul linear atau

bercabang

Contoh plastik termoplastik sebagai berikut :

- Polietilena (PE) :

Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan;

- Polivinilklorida (PVC) :

Pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan dan botol detergen;

- Polipropena (PP) :

Karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus tekstil, dan permadan;

- Polistirena :

Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.

b. Polimer termoseting

Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan

(31)

polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.

Polimer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.

Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut :

Sifat-sifat polimerseting antara lain :

No Sifat polimerseting

1 Keras dan kaku ( tidak fleksibel ); 2 Jika dipanaskan akan mengeras;

3 Tidak dapat dibentuk ulang ( sukar didaur ulang )

4 Tidak dapat larut dalam pelarut apapun 5 Jika dipanaskan akan meleleh

6 Tahan terhadap asam basa

7 Mempunyai ikatan silang antar rantai molukel

Gambar 34. Struktur Ikatan Silang Pada Termoseting

(32)

Contoh plastik termoseting :

- Bakelit :

Asbak, fitting lampu listrik, steker listrik, peralatan fotografi, radio, perekat polywood.

2.8. Bioplastik

Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuaca ( kelembaban dan radiasi sinar matahari ). Bioplastik terbuat dari sumber biomassa seperti minyak nabati, amilum jagung, klobot jagung, amilum ercis,atau mikrobiota.

Plastik pada umumnya berasal dari minyak bumi. Plastik ini lebih mengandalkan bahan bakar fosil yang langka dan menghasilkan efek gas rumah kaca. Beberapa, bioplastik dirancang untuk mudah terurai. Bioplastik yang dirancang untuk terurai dapat memecah baik dalam lingkungan anaerobik atau aerobik, tergantung pada bagaimana diproduksi. Ada berbagai bioplastik yang dibuat yang terdiri dari pati, selulosa, atau biopolimer lainnya. Beberapa aplikasi umum bioplastik adalah kemasan bahan, peralatan makan, kemasan makanan, dan isolasi. Berikut merupakan jenis-jenis bioplastik yang umum digunakan di masyarakat :

a. Bioplastik berbahan pati

(33)

karakteristik material dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus ( juga disebut "thermo-pati dari plastik" ). Plastik pati sederhana dapat dibuat di rumah.

Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Dalam penyususnan karya ilmiah ini, penulis melakukan penelitian dengan mengambil objek penelitian kulit pisang kepok sebagai bahan baku bioplastik.

3.2 Metode Penelitian

Untuk menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode / survei deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis data dan menginterprestasikannya.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh pada karya ilmiah ini diperoleh melalui teknik studi kepustakaan ( library research ), yaitu dengan mencari buku-buku lieteratur yang sesuai dengan masalah yang diangkat. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten di bidangnya masing-masing sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti. Dalam melakukan studi kepustakaan ini, penulis berusaha mengumpulkan data dengan cara sebagai berikut :

1. Mempelajari konsep dan teori dari berbagai sumber yang berhubungan dan mendukung masalah yang diteliti;

(34)

Setelah itu, penulis mengolah data-data yang diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyusunan data; yakni tahap pengumpulan seluruh data untuk menguji hipotesis penelitian;

2. Klasifikasi data; yakni tahap untuk menggolongkan, mengelompokkan, dan memilah data berdasarkan pada klasfiikasi tertentu yang telah dibuat dan ditentukan oleh penulis. Tujuan dari klasifikasi data ini adalah untuk memudahkan pengujian hipotesis; 3. Pengolahan data; yakni tahap yang dilakukan untuk menguji

hipotesis yang telah dirumuskan. Pengolahan data ini akan menggolongkan seluruh informasi yang telah didapatkan ke jenis data. jenis data ini digolongkan menjadi data kualitatif dan kuantitatif;

4. Interpretasi hasil pengolahan data; yakni tahap di mana penulis menarik suatu kesimpulan dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

(35)

BAB IV

ANALISI DAN PEMBAHASAN

4.1. Limbah dan Lingkungan Hidup

Isu lingkungan hidup merupakan sebuah masalah yang menjadi sorotan utama selama sedekade belakangan ini. Meningkatnya jumlah limbah dan polutan secara signifikan menjadi masalah serius dalam penurunanan kualitas lingkungan hidup manusia yang akan berdampak secara langsung pada kehidupan manusia. Berdasarkan keputusan kepala BAPEDAL ( Badan Pengendalian Dampak Lingkungan ) tahun 1995, limbah didefinisikan setiap bahan sisa ( residu ) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun ( B4 ) karena sifat beracun ( toxicity ), mudah terbakar ( flammability ),reaktif ( reactivity ) dan korosif ( corrosivity ) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Contoh limbah B4 adalah logam berat seperti Aluminium ( Al ), Kromium ( Cr ), Kadmium ( Cd ), Tembaga ( Cu ), Besi ( Fe ), Timbal ( Pb ), Mangan ( Mn), Raksa ( Hg ), dan Seng ( Zn ) serta zat kimia seperti pestisida, polimer, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya.

Berdasarkan sumbernya, limbah B4 dapat diklasifikasikan menjadi: a. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi

pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap;

b. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi;

(36)

c. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut;

d. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan / lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan

organik.

Berdasarkan sumbernya limbah dibedakan menjadi : Gambar 36. Chemical Sludge

Gambar 37. Excess Activated Sludge

(37)

a. Limbah alam, yaitu limbah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami;

b. Limbah manusia, yaitu limbah hasil pencernaan manusia; c. Limbah konsumsi, yaitu limbah yang digunakan oleh pengguna

barang, yaitu manusia.

Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi: a. Limbahorganik

Limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi, baik aerob maupun anaerob. Limbah organik mudah membusuk, seperti sisa makanan, sayuran, daun-daunan kering, potongan-potongan kayu, dan sebagainya. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri.

Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.

Limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, limbah,

Gambar 39. Limbah Alam Gambar 40. Limbah Manusia

(38)

rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.

Limbah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa limbah organik sehingga lebih mudah ditangani. Limbah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari limbah organik dan sisanya anorganik.

Limbah organik dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

- limbah organik basah ( seperti kulit buah dan sisa sayuran );

- limbah organik kering ( memiliki kandungan air yang relatif sedikit, seperti kayu, dedaunan, ranting pohon, dan

lainnya ).

b. Limbah anorganik

Limbah yang tidak dapat diuraikan oleh proses biologi lagi. Limbah ini tidak dapat diuraikan oleh organisme detrivor atau dapat diuraikan tetapi dalam jangka waktu yang lama. Limbah ini tidak dapat membusuk, oleh karena itu dapat dijadikan limbah komersil atau limbah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.

Limbah anorganik yang dapat di daur ulang, antara lain adalah plastik, logam, dan kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan cara sanitary landfill, pembakaran ( incineration ), atau penghancuran ( pulverization ).

Limbah anorganik dapat dibedakan menjadi : Gambar 42. Limbah Organik Basah

(39)

- Recyclable, yaitu limbah yang dapat diolah dan digunakan lagi karena memiliki nilai secara ekonomi;

- Non-recyclable, yaitu limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah dan digunakan lagi.

Pada dasarnya setiap limbah dapat mengalami pengrusakkan akibat penyerangan mikroorganisme terhadap struktur dari limbah tersebut. Peristiwa ini dikenal sebgai peristiwa dekomposisi dengan mikroorganisme penyerang yang dinamakan dekomposer. Tiap limbah memiliki waktu penguraian yang berbeda diakibatkan oleh perbedaan struktur dari limbah tersebut, berikut merupakan tabel penguraian limbah jika ditimbun di dalam tanah :

Kategori bahan / material Lama terurai

Kertas 2 – 5 bulan

Kulit buah 6 bulan

Kardus / karton 5 bulan

Filter rokok 10 – 12 tahun Kantung plastik 10 – 12 tahun Benda-benda berbahan kulit 25 – 40 tahun

Gambar 44. Limbah Anorganik Recycleable

(40)

Kain nilon 30 – 40 tahun

Jaring ikan 30 – 40 tahun Aluminium 80 – 100 tahun

Baterai 100 tahun

Plastik 200 – 1000 tahun Botol kaca 1 juta tahun

Styrofoam Tidak akan terurai

Berdasarkan data diatas plastik yang berbahan baku polimer pada umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu 10 - 12 tahun untuk kantung plastik dan waktu 200 – 1000 tahun untuk plastik-plastik yang terdapat di alat-alat rumah tangga, botol plastik, alat-alat elektronik dan lainnya. Lamanya waktu penguraian ini tidak sesuai dengan cepatnya waktu produksi plastik yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan plastik. Akibatnya limbah plastik ini menimbulkan berbagai dampak yang cukup serius terhadap lingkungan hidup.

Tabel 10 . Lama Degradasi Limbah

(41)

Ketua Umum "Indonesia Solid Waste Association" (InSWA), Sri Bebassari, di Jakarta, pada hari Selasa, 4 Februari 2014 , mengatakan bahwa berdasarkan statistik perlimbahan domestik di Indonesia, jumlah limbah plastik tersebut merupakan 14 persen dari total produksi limbah di Indonesia. Sementara, menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta saja sudah mencapai lebih dari 6.000 ton per hari dan sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa limbah plastik. Berikut merupakan dampak-dampak yang disebabkan limbah plastik terhadap lingkungan :

No. Dampak

1 Tercemarnya kualitas tanah dan air tanah;

2 Racun-racun dari partikel plastik masuk ke dalam tanah dan akan membunuh hewan-hewan pengurai seperti cacing, dan lainnya;

4 Plastik tidak dapat terurai oleh proses pencernaan kimia dan akan menjadi masalah serius jika termakan oleh hewan-hewan di lingkungan sekitar; 5 Menganggu jalur masuknya air kedalam tanah;

6 Menurunkan kesuburan tanah karena plastik menghalangi sirkulasi udara dalam tanah;

7 Hewan-hewan dapat terjebak dalam tumpukan plastik dan mati;

8 Hewan-hewan laut dapat terjerat oleh sampah plastik dan mati karena mencernanya;

9 Ketika hewan mati akibat mencerna plastik, plastik tidak akan hancur dan dapat meracuni hewa lain disekitarnya;

10 Limbah plastik yang dibuang di selokan air atau sungai dapat menyumbat arus aliran air sehingga menyebabkan banjir.

Pada umumnya plastik dan produk-produk polimer lainnya merupakan hasil sampingan dalam proses penyulingan minyak bumi. Sebab minyak bumi memiliki banyak sekali kandungan senyawa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia, salah satunya adalah dalam proses pembuatan plastik dengan memanfaatkan proses polimerisasi ( perpanjangan rantai ).

Proses polimerisasi adalah proses pembentukan polimer. Polimer adalah molekul besar yang terdiri atas pengulangan satuan kecil (monomer).

(42)

Monomer adalah senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap ini terbuka membentuk ikatan dengan monomer lain sampai jumlah yang diinginkan ( polimer sintetik ).

Proses pembentukan polimer terdiri dari tiga tahap yaitu : a. Pembentukan radikal bebas ( inisiasi )

Tahap pembentukan pusat-pusat aktif; b. Perpanjangan monomer ( propagasi )

Tahap pembentukan rantai lewat adisi monomer secara kontinu; c. Pemotongan atau pemberhentian reaksi ( terminasi )

Tahap deaktivasi pusat aktif.

Selain dampak yang disebabkan oleh plastik sebagai produk polimer olahan minyak bumi, proses polimerisasi pembentukan plastik juga cenderung memiliki dampak yang lebih berbahaya juga sebab limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan minyak bumi menjadi plastik didominasi oleh limbah berupa gas, dimana gas-gas tersebut merupakan gas pemicu terjadinya hujan asam dan juga efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya global warming.

(43)

4.2. Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Bio-Plastik

Menurut hasil penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, tanaman pisang mengandung berbagai macam senyawa seperti air, gula pereduksi, sukrosa, pati, protein kasar, pektin, protopektin, lemak kasar, serat kasar, dan abu.

Di dalam kulit pisang terdapat kadar senyawa amilopektin yang cukup besar. Amilopektin mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah sebagai bahan dasar industri makanan dan minuman serta industri farmasi. Selama ini pektin sebagai bahan baku industri di Indonesia masih mengimpor dari luar negeri. Oleh karena itu untuk menghemat devisa negara dan melakukan pengusahaan mengurangi limbah kulit pisang dikawasan industri, maka bisnis industri pektin ini menjadi salah satu peluang positif. Selain itu didukung oleh wilayah Indonesia yang hampir seluruh wilayahnya ditanam pisang yang merupakan bahan baku pembuatan pektin.

(44)

Kandungan pektin inilah yang menyebabkan kulit pisang dapat diolah menjadi bio-plastik dimana amilopektin tidak hanya terdapat pada kulit pisang namun pada buah-buahan lainnya juga. Dipilihnya kulit pisang kepok oleh penulis dikarenakan limbah kulit pisang kepok jumlahnya sangat banyak, sebab pisang sendiri merupakan buah yang produksinya paling banyak nomor 1 di Indonesia dan hampir 50% nya didominasi oleh pisang kepok. Berikut merupakan tabel produksi buah Indonesia tahun 2008 – 2012 menurut data statistik milik Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Holtikultura :

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia, komoditas pisang menduduki tempat pertama di antara jenis buah buahan lainnya, baik dari segi luas pertanamannya maupun dari segi produksinya. Bobot kulit pisang kepok bisa mencapai 40% dari buahnya. Dengan demikian kulit pisang kepok menghasilkan limbah organik dengan volume yang besar dengan jumlah produksi yang besar pula. Oleh karena itulah kulit pisang kepok

Gambar 47. Struktur Kimia Amilopektin

(45)

diambil untuk kemudian diekstrak patinya untuk dijadikan bahan pembuatan

- Pembuatan gliserin dari minyak jelantah

(46)

Pemanasan dilakukan hingga terlihat adanya dua fase pada campuran ( kira-kira satu jam ). Campuran didinginkan lalu dipindahkan ke dalam tabung reaksi. Gliserin berada di bagian bawah campuran. Kedua campuran dipisahkan dengan melakukan dekantasi atau bisa juga dengan menggunakan pipet.

- Pembuatan sari pati kulit pisang

Kulit pisang dicacah dengan menggunakan pisau dan dimasukkan ke dalam larutan asam sitrat 0,5% selama 10 menit untuk menghilangkan enzim browing. Kemudian, kulit pisang dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 80°C selama 24 jam. Setelah kering, kulit pisang dicacah halus dengan menggunakan blender atau ditumbuk hingga halus dan bentuknya menyerupai tepung. Hasil tumbukan kasar tepung pisang diayak dengan menggunakan saringan atau kain bersih. Hasil tumbukan kulit pisang yang masih kasar ditumbuk kembali dan diayak hingga mendapatkan tepung pisang yang halus. Maka didapatlah sari pati kulit pisang. dengan 1 sendok teh gliserin, dan air secukupnya. Lalu, campuran pati kulit pisang, HCl, gliserin, dan air dipanaskan di atas api sedang selama 15 menit sambil terus diaduk. Hasilnya akan seperti gel berwarna putih.

Gel dari sari pati kulit pisang ini kemudian ditetesi natrium hidroksida ( NaOH ) atau soda api setetes demi setetes, kemudian diuji dengan ditempelkan kertas lakmus warna merah. Jika kertas lakmus itu masih berwarna merah, tetesan soda api harus ditambah sampai kertas lakmusnya berwarna biru.

(47)

kemudian diratakan di permukaan wadah tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, kemudian dijemur selama beberapa jam atau paling lama sehari sampai mengering. Setelah mengering, gel akan berubah menjadi plastik bening

Setelah berubah menjadi plastik bening itu berarti semua proses pembuatan ini telah usai dan hasilnya dapat digunakan.

c. Uji Mekanik dan Uji Degradasi Plastik

Uji mekanik dan uji degradasi dilakukan untuk mengetahui kualitas plastik dan kemampuan plastik untuk terdagradasi di alam.

- Uji FT-IR

Spektrum IR digunakan untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam plastik. Gugus fungsi komponen penyusun ini dibandingkan dengan gugus fungsi pada tepung kulit pisang (pati) sehingga dapat diperkirakan jenis interaksi yang terjadi.

- Uji Titik Leleh

Uji ini diperlukan untuk mengetahui temperatur leleh dari sampel plastik biodegradable yang dibuat. Sampel plastik biodegradable ditumbuk dengan menggunakan mortar hingga halus. Sampel plastik biodegradable diambil dengan menggunakan pipa kapiler hingga terisi ¾ penuh. Pipa kapiler diletakkan pada melting block. Melting block dipanaskan dan diamati pada lubang pengamat hingga semua sampel leleh. Kemudian, suhu dicatat pada rentang suhu sampel mulai meleleh dan semua sampel habis meleleh.

- Uji Tarik

(48)

Sifat mekanik suatu bahan dipengaruhi oleh sifat alami masing-masing komponen dan kemampuan ikatan dalam senyawa penyusunnya.

- Uji Degradasi

Uji biodegradasi digunakan untuk mengetahui kemampuan degradasi sampel plastik biodegradable dengan media PDA yang ditumbuhi jamur Aspergillus niger. Umumnya akan dicari berapa laju penurunan berat molekul dalam waktu tertentu, sehingga akan diketahui waktu yang dibutuhkan sample plastik biodegradable terdekomposisi di alam. Proses ini dilakukan dengan menggunakan uji viskositas.

4.4. Perbedaan Bio-Plastik dan Plastik Konvensional

Dibandingkan dengan plastik non-degradable ( plastik konvensional ), tingkat kemanan bioplastik terhadap pangan jauh lebih tinggi, hal ini dikarenakan bahan bakunya yang alami dan berasal dari senyawa-senyawa dalam tanaman seperti pati, selulosa dan lignin, atau pada hewan seperti kasein, protein dan lipid. Sedangkan pada plastik non-degradable yang umumnya tersusun dari PET yang memiliki kandungan yang berbahaya bagi kesehatan.

Selain itu, bioplastik memiliki kelebihan lain, yaitu memiliki tingkat permebailitas penguapan O2 dan uap air yang lebih besar dibandingkan plastik non-degradable, sehingga dapat menjaga kesegaran buah dan sayuran tiga hari lebih lama. selain itu, penggunaan bioplastik dapat mereduksi gas buang CO2 sebesar 50%. Berikut merupakan perbedaan plastik

(49)

4, 6, 7 dapat melepaskan

Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dari Bio-Plastik jika dibandingkan dengan plastik polimer konvensional :

No. Kelebihan Kekurangan

(50)

2 Dapat didaur ulang. Plastik biodegradable terbuat dari biomassa, yang artinya dapat terus didaur ulang karena merupakan komponen organik yang mudah terurai;

Daya tahan bioplastik masih dibawah plastik polimer biasa;

3 Tidak berdampak buruk pada lingkungan. Hal ini disebabkan karena selama proses pembuatan, dihasilkan sangat sedikit gas-gas yang menyebabkan ‘greenhouse effect’ ( efek rumah kaca ) atau emisi-emisi karbon yang berbahaya;

Belum ada mesin pembuat bioplastik secara otomatis.

4 Tidak beracun. Plastik pada umumnya menghasilkan zat-zat kimia yang berbahaya saat dihancurkan, sedangkan plastik biodegradable tidak menghasilkan zat kimia apapun yang berbahaya dan beracun. Plastik setelah dihancurkan akan menyatu dengan tanah dan sama sekali tidak merusak atau membahayakan;

4.6. Prospek dan Market dari Bio-Plastik

Sampai hari ini beberapa negara maju seperti Jerman, USA, Tiongkok, Swiss dan lainnya telah menggunakan bioplastik dalam upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakatnya. Di Indonesia, bio-plastik masih dianggap sebagai sebuah teknologi baru yang masih belum dikenal khalayak luas secara umum. Sampai hari ini juga para peneliti dan ilmuwan masih terus menggarap bidang kajian kimia polimer berupa bioplastik, sebab sampai hari ini masih blum ada teknologi pengolahan bio-plastik dalam skala industri besar-besaran. Akibatnya untuk memproduksi bio-plastik dibutuhkan harga

(51)

yang relatif mahal atau sekitar 20% lebih mahal dari plastik konvensional yang didapat sebagai produk sampingan pengolahan minyak bumi.

Walaupun harganya terbilang cukup mahal, sekarang mulai banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengurangi pemakaian plastik konvensional dan beralih ke bio-plastik. Hal ini terjadi akibat naiknya standar keselamatan konsumen dimana plastik-plastik yang dapat mengeluarkan zat karsinogenik mulai dihapuskan dan juga meningkatnya kesadaran masyarakat secara perlahan akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh plastik konvensional.

Bila dilihat dari segi bisnis dalam jangka panjang, bio-plastik memiliki prospek dan dampak yang baik terhadap lingkungan. Dengan menurunnya pemakaian plastik konvensional, pengolahan minyak bumi pun akan ikut menurun dan hal ini akan menekan penggunaan minyak bumi yang kian lama makin menipis persediannya. Selain itu bio-plastik juga identik bahan bakunya dengan limbah-limbah organik. Maka dengan semakin banyaknya bio-plastik yang digunakan semakin sedikit pula limbah organik dan plastik yang merusak lingkungan. Sebab bio-plastik dapat terurai dalam waktu relatif singkat dan hasil penguraiannya juga tidak bersifat beracun bagi lingkungan, melainkan dapat dijadikan pupuk kompos bagi kesuburan tanah.

BAB V

Penutup

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka dan analisa hasil, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis-jenis tanaman pisang yang ada di dunia sekitar 1000 jenis dan 200 diantaranya tumbuh di Indonesia;

(52)

bonggol maupun kultur jaringan, penanaman bibit, pemeliharaan bibit, pemupukan, pembrongsongan, pemotongan jantung pisang dan pembasmian hama dan penyakit;

3. Kulit pisang kepok mengandung amilopektin yang melimpah sehigga dapat diolah menjadi pati ( polimer alami ) sebagai bahan baku bio-plastik;

4. Bio-plastik tidak hanya dapat dibuat dari kulit pisang kepok namun juga bisa dibuat dari bahan lain yang mengandung amilopektin dan amiloselulosa;

5. Pembuatan bio-plastik melalui beberapa tahap antara lain pembuatan gliserin menggunakan minyak jelantah bekas yang dicampur dengan alkohol atau bisa menggunakan gliserin hasil ekstrak lainnya, pencacahan kulit pisang untuk kemudian dicampurkan dengan larutan asam sitrat 0,5%, pengeringan kulit pisang yang dilanjutkan dengan penghancuran hasil cacahan kulit pisang menjadi tepung pati, pencucian tepung pati untuk kemudian dicampurkan dengan larutan HCl dan NaOH sehingga didapat gel amilopektin pisang yang siap dicetak menjadi bioplastik.

5.2. Keterbatasan

Penulis tidak melakukan penelitian sehingga laporan yang dihasilkan hanya berdasarkan kajian literatur yang ada. Keterbatasan inilah yang menyulitkan penulis dalam mengetahui proses pembuatan bio-plastik secara langsung.

5.3. Rekomendasi

Berdasarkan analisis data maka penulis merekomendasikan, hal-hal sebagai berikut :

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan rasio bahan yang ideal, sehingga didapat bio-plastik yang berkualitas tinggi;

2. Perlu adanya campur tangan pemerintah dan lembaga riset dalam upaya pengembangan bio-plastik menuju skala industri yang menunjang sumber devisa dan menjadi alternatif dari plastik konvensional;

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Kaleka, Nobertus. 2013. Pisang-Pisang Komersial. Surakarta : Pustaka Baru; Suyanti dan Ahmad Supriyadi. 2008. Pisang, Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya;

(54)

DAFTAR REFERENSI

http://wagenugraha.wordpress.com/2008/08/11/material-plastik-ramah-lingkungan-dan-hemat-energi-bioplastik/

http://iskfreund.tumblr.com/post/36496737279/pemanfaatan-kulit-pisang-sebagai-alternatif-pembuatan

http://www.godsdirectcontact.or.id/news/news178/ga_44.html

http://www.innovativeindustry.net/types-of-bioplastic

http://1902miner.wordpress.com/pengetahuan-umum/bioplastic/

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0606811/polisakarida.html

http://blog.ub.ac.id/jatmikoekotbp/files/2013/11/Bioplastik.pdf

http://eckonopianto.blogspot.com/2009/04/pati.html

http://green.kompasiana.com/polusi/2013/11/15/bioplastik-dari-jelantah-dan-limbah-kertas-610959.html

http://jujubandung.biz/2014/02/04/macam-pengolahan-limbah-cair/

http://carapedia.com/jenis_macam_macam_limbah_info3679.html

http://witasharer.blogspot.com/2012/03/penaganan-limbah-padat-cair-dan-gas.html

http://nurullathifah.wordpress.com/2011/07/07/limbah-organik-anorganik-dan-b3/

http://blajarbio.blogspot.com/2013/08/waktu-yang-diperlukan-sampah-agar.html

(55)

LAMPIRAN

Nama Siswa

Chintya

Huanguos Jayanto Joshua Tjantoso

Marcella Ismanto

Gambar

Gambar 22. Pisang  Batu Atau Klutuk
Tabel 3. Mineral yang Dibutuhkan Untuk Memproduksi 50 Ton Per Hektare Per Tahun
Gambar 25. Anakan Dewasa
Gambar 26. Bibit Dari Bonggol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan ketua kelompok, keefektifan kelompok, dan keeratan hubungan dari kedua hal tersebut. Penelitian dilakukan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh korelasi antara kejadian perubahan anomali suhu muka laut (SML) wilayah nino-3 terhadap Curah Hujan di Provinsi Bengkulu sehingga

Langkah selanjutnya yaitu menempatkan posisi motor listrik dan gearbox pada plat dudukan yang telah di ukur untuk kemudian disesuaikan dengan dudukan lubang-lubang

Setelah diterapkan jadwal periodik sistem produksi seperti ditunjukkan jadwal produksi pada Tabel 1, sistem produksi pupuk di Yayasan Kiat Lembah Manah Smart

Untuk mengetahui hasil pembelajaran maka perlu dilakukan evaluasi.Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi adalah metode PROMETHEE.Dengan

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar. oleh

Determinants, Vandermonde determinant, Cauchy’s double alternant, Pfaffian, discrete Wronskian, Hankel determinants, orthogonal polynomials, Chebyshev polynomials, Meixner

Perbedaan penelitian ini dengan jurnal terkait yaitu Penelitian Putriastuti (2016 ) dengan judul “ Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian