• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagian besar responden membuang limbah cair langsung ke selokan umum (69.2%), dan tidak menangani limbah padat dengan baik (30.8%). Menurut Soehadji (1992) limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan. Limbah dapat berupa kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah air seni atau urin, air pencucian alat-alat. Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berada dalam fase gas. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat/feses (Sihombing 2000). Manajemen pembuangan atau pengolahan limbah peternakan yang tidak baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar peternakan.

16

Aspek Tatalaksana Peternakan

Berdasarkan penilaian terhadap keempat aspek tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek tatalaksana peternakan di KTTSP Baru Sireum secara umum (92.3%) termasuk ke dalam kategori baik, sedangkan sebagian kecil lainnya (7.7%) termasuk ke dalam kategori cukup. Penilaian tatalaksana peternakan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Penilaian tatalaksana peternakan Kategori peternakan Total n % Baik 12 92.3 Cukup 1 7.7 Buruk 0 0 Total 13 100.0

Hubungan antara Karakteristik Peternak dengan Tatalaksana Peternakan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tatalaksana peternakan dapat ditinjau dari karakteristik peternak. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji korelasi Spearman, keseluruhan karakteristik yaitu umur, tingkat pendidikan, status kepemilikan, pengalaman, penyuluhan, tingkat pendapatan, dan jumlah ternak tidak memperlihatkan hubungan yang nyata dengan tatalaksana peternakan (Tabel 16).

Tabel 16 Hubungan antara karakteristik peternak dan tatalaksana peternakan

Karakteristik peternak Tatalaksana peternakan

P r Umur 0.653 0.138 Tingkat pendidikan 0.326 0.296 Status kepemilikan 0.798 0.079 Pengalaman 0.484 0.214 Penyuluhan 0.767 0.091 Tingkat pendapatan 0.545 0.185 Jumlah ternak 0.099 0.477 Keterangan:

P : Nilai korelasi antara dua variabel yang diuji, p < 0.05 menunjukkan hubungan dua arah r : Koefisien korelasi

Hal ini kemungkinan dapat terjadi akibat jumlah peternak dalam kelompok terlalu sedikit, dan penerapan tatalaksana yang homogen. Selain itu perlu dilakukan pengkajian terhadap faktor-faktor lain di luar faktor yang diteliti dalam hubungannya dengan tatalaksana peternakan. Menurut Luanmase et al. (2011) faktor-faktor tersebut meliputi keberanian mengambil risiko, curahan waktu kerja, dan luas lahan yang dimiliki.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penilaian tatalaksana peternakan secara umum di KTTSP Baru Sireum menunjukkan bahwa sebagian besar (92.3%) masuk ke dalam kategori baik. Pada umumnya seluruh peternak telah melaksanakan manajemen peternakan dengan baik, kecuali dalam aspek manajemen kesehatan dan reproduksi serta manajemen penanganan limbah. Dalam penelitian ini tidak memperlihatkan adanya hubungan nyata antara karakteristik peternak dengan tatalaksana peternakan.

Saran

1. Diharapkan KTTSP Baru Sireum lebih menggiatkan lagi kegiatan penyuluhan dan pelatihan manajemen peternakan terutama dalam bidang kesehatan dan reproduksi serta penanganan limbah terhadap peternak anggotanya.

2. Perlu dilakukan perbaikan manajemen penanganan limbah, misalnya dengan cara pembuatan biogas maupun kompos agar tidak mencemari lingkungan sekitar peternakan sekaligus memberikan nilai tambah bagi peternak.

DAFTAR PUSTAKA

Gustiani E. 2009. Pengendalian cemaran mikroba pada bahan pangan asal ternak (daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. J Litbang Pertanian 28(3): 96 – 100.

Hertika S. 2008. Analisis pendapatan usaha ternak sapi perah (studi kasus di perusahaan x, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lestariningsih M, Basuki EY. 2008. Peran serta wanita peternak sapi perah dalam meningkatkan taraf hidup keluarga. Ekuitas 12(1): 117 -137.

Luanmase CM, Nurtini S, Haryadi FT. 2011. Analisis motivasi beternak sapi potong bagi peternak lokal dan transmigran serta pengaruhnya terhadap pendapatan di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Buletin Peternakan 35(2): 113 -123.

Mangkoewidjodjo. 1998. Pemeliharaan Pembiakan dan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

[Kemenristek] Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2005. Teknologi tepat guna, tentang budidaya peternakan, budidaya ternak sapi perah [internet].

[diacu 2012 Oktober 15]. Tersedia dari:

http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=4&doc=4a13

[OIE] Office International des Epizooties. 2006. Guide to good farming practices for animal production food safety. Paris: Animal Production Food Safety Working Group World Organization for Animal Health.

18

Pangestu E, Toharmat T, Tanuwiria UH. 2003. Nutritive value of agriculture byproduct based diets in lactating dairy cows. J Indo Trop Anim Agri 28(3): 166 – 171.

Rusdiana S, Sejati WK. 2009. Upaya pengembangan agribisnis sapi perah dan peningkatan produksi susu melalui pemberdayaan koperasi susu. Forum Penelitian Agro Ekonomi 27(1): 43–51.

Sihombing DTH. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Bogor: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor.

Saefullah R, Marzuki S, Handayani M. 2012. Komparasi biaya pendapatan usaha peternakan sapi perah rakyat anggota koperasi unit desa dan non anggota koperasi unit desa di Kabupaten Banyumas. Anim Agri J 1(1): 845 -858.

Siregar SB. 1992. Jenis dan Teknik Pemeliharaan Sapi Perah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siregar SB. 1996. Sapi Perah, Jenis Teknik Pemeliharaan, dan Analisa Usaha. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siregar SB. 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah yang Ekonomis dan Kiat Melipatgandakan Keuntungan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.

Soetarno T. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Yogyakarta: Laboratorium Ternak Perah, Fakultas Peternakan UGM.

Sudibyo A. 1995. The difference of serological responses between naturally infected, experimentally infected, and vaccinated cattlle with Brucella abortus

strain 19 vaccine. J Ilmu Ternak 1(2): 117 – 122.

Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor: Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Sudono A, RF Rosdiana, BS Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Williamson G, WJA Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Yogyakarta: UGM Press.

Yunasaf U, Tasripin DS. 2011. Peran penyuluh dalam proses pembelajaran peternak sapi perah di KSU Tandangsari Sumedang. J Ilmu Ternak 11(2): 98 –

103.

Zandos F. 2011. Strategi pengembangan peternakan sapi perah rakyat di Kecamatan Cisarua, Bogor [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di

KTTSP “Baru Sireum” Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor No. Kuesioner : Enumerator : Tanggal : Waktu : PERNYATAAN PERSETUJUAN

Nama saya Farah Nurul Maulida dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Saya akan mengadakan survei tatalaksana reproduksi dan kesehatan hewan sapi perah di KTTSP Baru Sireum. Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dalam survei ini. Survei ini kira-kira membutuhkan waktu 30 menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam survei ini akan dijaga kerahasiaannya, nama dan nomor telepon Bapak/Ibu yang dicatat pada kuesioner hanya sebagai tindakan jika kami butuh untuk menghubungi Bapak/Ibu dikemudian hari.

Partisipasi dalam survei ini bersifat sukarela, namun kami sangat mengharapkan Bapak/Ibu berpartisipasi karena informasi bapak/Ibu berikan akan sangat berharga bagi keberhasilan survei ini.

Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai? Ya

Tidak

Jika tidak, mohon berikan alasan mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia diwawancara. ... ...

A. DATA DASAR RESPONDEN

Nama : ... Alamat lengkap :

... Dusun/Kampung :... A.1 Nomor telepon rumah/hp Bapak/Ibu

Silangilah jawaban yang dianggap paling sesuai B. KARAKTERISTIK PETERNAK

B.1 Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan B.2 Umur : ... tahun

B.3 Tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah Bapak/Ibu ikuti : a. Tidak Sekolah

b. SD/sederajat c. SMP/sederajat d. SMA/sederajat e. Perguruan Tinggi

20

B.4 Tingkat pendidikan informal (penyuluhan/pelatihan) bidang peternakan dalam 1 tahun terakhir

a. Ya b. Tidak

B.5 Berapa lama Bapak/Ibu beternak sapi? ...tahun B.6 Sebagai apakah Bapak/Ibu di peternakan ini?

a. Pemilik b. Pekerja

c. Lain-lain, sebutkan...

B.7 Berapa pendapatan bersih per bulan yang Bapak/Ibu dapatkan dari peternakan? a. < 1 juta

b. 1 – 2,5 juta c. 2,5 – 5 juta d. > 5 juta e. Tidak tentu

B.8 Berapa jumlah ternak yang dipelihara Bapak/Ibu?...ekor

C. PEMELIHARAAN C.1. Perkandangan

C.1.1 Terbuat dari bahan apa lantai kandangnya?

a. Lantai padat (semen/paving)

b. Lantai panggung (kayu/papan)

c. Lain-lain...

C.1.2 Terbuat dari bahan apa atap kandangnya? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Genteng

b. Seng

c. Asbes

d. Rumbia/Alang-alang

e. Lain-lain...

C.1.3 Apakah Bapak/Ibu menyediakan kandang khusus untuk pedet?

a. Ya b. Tidak

C.1.4 Apakah Bapak/Ibu menyediakan kandang untuk pejantan?

a. Ya b. Tidak

C.2. Pakan dan Sumber Air

C.2.1 Pakan yang diberikan? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Hijauan

b. Konsentrat c. Supplement

d. Lain-lain...

C.2.2 Berapa kali pakan dibeikan dalam satu hari? a. 1 kali

b. 2 kali c. > 2 kali d. Tidak tentu

C.2.3 Kapan waktu pemberian pakan hijauan? a. Sebelum dilakukan pemerahan b. Setelah dilakukan pemerahan c. Selalu tersedia di tempat pakan d. Lain-lain...

C.2.4 Berapa banyak pakan hijauan yang diberikan? (kg/ekor/hari) a. 0

b. 1 – 30 c. 30 – 40 d. > 40

e. Lain-lain... C.2.5 Kapan pakan konsentrat diberikan?

a. Sebelum dilakukan pemerahan b. Setelah dilakukan pemerahan c. Selalu tersedia di kandang d. Lain-lain...

C.2.7 Berapa banyak pakan konsentrat yang diberikan? (kg/ekor/hari) a. 0

b. 1 – 6

c. ≥ 7

d. Tidak tentu/seadanya

C.2.8 Apakah sumber air untuk peternakan? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Sumur/Sumur pompa

b. Sungai c. PDAM

d.Lain-lain... D. KESEHATAN

D.1 Apakah ada pemeriksaan kesehatan ternak

a. Ya b.Tidak

JIKA TIDAK, LANGSUNG KE PERTANYAAN D.3 D.2 Siapakah yang memeriksa kesehatan ternak Bapak/Ibu?

a. Dokter hewan b. Mantri

22

D.3 Dalam satu tahun berapa kali ternak diperiksakan? a. < 1 x

b. 1 x c. 2 x d. > 3 x

e. Tidak tentu/tidak teratur

D.4 Apa yang Bapak/Ibu lakukan bila ada ternak sakit? a. Diobati sendiri

b. Tunggu kedatangan dokter hewan/mantri hewan

D.5 Apakah Bapak/Ibu melaporkan bila ada ternak yang mati atau sakit? a. Ya b. Tidak

D.6 Apakah Bapak/Ibu memberikan vaksinasi rutin terhadap ternak? a. Ya b. Tidak

D. MANAJEMEN REPRODUKSI

E.1 Bagaimana cara Bapak/Ibu mengawinkan sapi? a. Secara alami (dengan sapi pejantan sendiri) b. Inseminasi Buatan

c. Lain-lain...

JIKA JAWABAN SELAIN B LANGSUNG KE PERTANYAAN E.3 E.2 Siapakah yang memberikan layanan IB?

a. Dokter Hewan b. Paramedik

c. Lain-lain...

E.3 Siapakah yang melakukan pemeriksaan kebuntingan? a. Dokter Hewan

b. Paramedik

c. Lain-lain... E.4 Siapakah yang membantu proses kelahiran?

a. Dokter Hewan b. Paramedik

c. Lain-lain...

E.5 Apakah Bapak/Ibu memberi kolostrum/susu jolong untuk pedet? a. Ya b. Tidak

JIKA TIDAK, LANGSUNG KE PERTANYAAN E . 7 E.6 Berapa lama kolostrum/susu jolong diberikan?

a. < 7 hari b. 7 hari

c. >7 hari

E.7 Pada umur berapa pedet disapih? a. < 6 bulan

b. 6 – 8 bulan c. > 8 bulan

F. SANITASI

F.1 Bagaimana Bapak/Ibu menjaga kebersihan kandang? a. Dibersihkan 1x per hari

b. Dibersihkan 2x per hari c. Tidak tentu

d. Lain-lain...

F.2 Bagaimana Bapak/Ibu menjaga kebersihan peralatan kandang? a. Dibersihkan sebelum digunakan

b. Dibersihkan setelah digunakan

c. Dibersihkan setelah dan sebelum digunakan d. Dibersihkan hanya pada saat terlihat kotor e. lain-lain...

F.3 Bagaimana cara yang Bapak/Ibu lakukan untuk menjaga kebersihan sapi? a. Memandikan 1x per hari

b. Memandikan 2x per hari c. memandikan 3x per hari d. Lain-lain...

F.4 Apakah Bapak/Ibu mencuci tangan sebelum atau sesudah kontak dengan ternak? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

F.5 Bagaimana cara mencuci tangannya?

a. Dengan air dan menggunakan sabun b. Hanya menggunakan air

24

Lampiran 2 Checklist Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah

Berikan tanda checklist ( kolom yang dianggap sesuai dengan pernyataan di bawah ini.

No Penyimpangan Ya Tidak Keterangan

I Lokasi Kandang

1 Lokasi kandang berada tidak jauh dari pemukiman atau

tempat tinggal

2 Lokasi kandang tidak memiliki pagar pembatas dengan

lingkungan sekitar

II Bangunan dan Fasilitas Kandang

1 Bangunan kandang terbuat dari bahan yang tidak permanen

2 Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan

3 Atap terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan

4 Atap tidak melindungi ternak dari panas maupun hujan

5 Tidak memiliki sistem drainase yang baik

6 Tidak memiliki ventilasi yang cukup

7 Tidak memiliki penerangan yang baik

8 Situasi di dalam kandang padat

9 Tidak terdapat sumber air bersih yang memadai

10 Tidak terdapat kandang khusus untuk pedet

11 Tidak ada kandang khusus untuk beranak

12 Tidak terdapat tempat sampah yang memadai dan

(pembuangan limbah sementara)

13 Tempat pakan dan minum tidak terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan

III Higiene

1 Pekerja yang berhubungan langsung dengan ternak tidak

2 Kebersihan pekerja yang kontak dengan ternak tidak terjaga

dengan baik

3 Pekerja tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan ternak

IV Sanitasi

1 Lingkungan sekitar kandang kotor

2 Tidak dilakukan pembersihan kandang secara rutin (tiap

hari)

3 Peralatan kandang tidak dijaga kebersihannya

4 Kandang tidak bebas dari serangga, rodentia dan hewan

lain dan tidak dilakukan usaha pengendaliannya

V Manajemen Kesehatan dan Reproduksi

1 Kesehatan ternak tidak diperiksakan secara rutin oleh

petugas kesehatan (dokter hewan/paramedik)

2 Tidak dilakukan tindakan apapun bila ada ternak sakit

3 Ternak yang sakit tidak dipisahkan

4 Tidak melaporkan ke petugas dinas bila ada ternak mati

atau sakit

5 Ternak tidak divaksinasi secara rutin mengikuti aturan

pemerintah

6 Tidak dilakukan pemeriksaan kebuntingan oleh petugas

kesehatan

7 Proses kelahiran tidak dibantu dokter hewan/paramedic

8 Pedet tidak diberikan kolostrum/susu jolong

VI Penanganan Limbah

1 Limbah cair langsung dialirkan pada selokan umun

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Rangkasbitung, Kab. Lebak, Banten pada tanggal 30 September 1990 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Adi Supriyadi dan Ibu Yully Sofiati. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Kejaksaan, Rangkasbitung pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Rangkasbitung dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2008 Penulis lulus dari SMAN 1 Rangkasbitung dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti beberapa organisasi, yaitu Himpro Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik (HKSA) dan Gita Klinika.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat penting. Produk utama dari usaha ternak sapi perah adalah susu. Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi yang dilahirkan. Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga kesehatan, pertumbuhan, dan kecerdasan berpikir (Rusdiana dan Sejati 2009).

Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (breeding), pakan (feeding), dan tatalaksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan meningkatkan produksi susu yang dihasilkan dan berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi peternak.

Beberapa permasalahan penting yang menyebabkan pengembangan sapi perah di Indonesia mengalami kelambanan menurut Siregar (1992), yaitu:

1. Permintaan akan komoditi susu segar tidak menunjukkan peningkatan yang pesat.

2. Kurangnya tenaga inseminator pada daerah yang memiliki populasi sapi perah yang tinggi.

3. Terbatasnya ketersediaan hijauan makanan ternak pada daerah yang memiliki populasi sapi perah yang tinggi.

4. Masalah penyakit yang dapat menyerang ternak sapi perah.

5. Tidak semua peternak dapat memasarkan hasil produksinya dengan baik dan lancar.

Kecamatan Cisarua merupakan kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki populasi sapi perah yang tinggi disamping kecamatan sentra sapi perah lainnya yaitu Cibungbulang, Pamijahan, dan Cijeruk (Zandos 2011). Dilihat dari segi lokasi, daerah ini cocok untuk peternakan sapi perah karena memiliki ketinggian 955 m di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu lingkungan berkisar antara 18 – 22 oC. Selain itu ketersediaan sumber daya alam (rumput) yang cukup dan baik juga membuat usaha ini dapat berjalan dengan lancar (Hertika 2008).

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik peternak, manajemen pemeliharaan, manajemen kesehatan, manajemen reproduksi, dan sanitasi.

2. Menilai tatalaksana peternakan secara umum yang meliputi aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang; aspek higiene dan sanitasi; aspek manajemen kesehatan dan reproduksi, dan; aspek penanganan limbah. 3. Mengetahui faktor-faktor yang berkorelasi dengan tatalaksana peternakan.

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Ternak Sapi Perah (KTTSP) Baru Sireum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juli 2012.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan mencakup kuesioner untuk mewawancarai peternak dan checklist untuk penilaian (assesment) tatalaksana kesehatan dan reproduksi. Selain itu, juga digunakan alat tulis untuk mencatat data-data hasil observasi.

Persiapan

Perizinan. Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengurusan perizinan dengan Ketua KTTSP Baru Sireum untuk kelancaran dalam melakukan studi.

Penentuan responden dan teknik sampling. Responden adalah seluruh peternak yang terdaftar di KTTSP Baru Sireum, Kecamatan Cicarua, Kabupaten Bogor. Teknik yang digunakan adalah metode sensus.

Pengembangan kuesioner dan checklist. Kuesioner yang digunakan terdiri atas pertanyaan yang meliputi karakteristik peternak, manajemen pemeliharaan, kesehatan ternak, reproduksi, dan sanitasi. Checklist tatalaksana kesehatan dan reproduksi terdiri dari aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang; aspek higiene dan sanitasi; aspek kesehatan dan reproduksi, dan; penanganan limbah. Penilaian dalam checklist menggunakan kalimat negatif dan penyimpangannya dikategorikan sebagai baik, cukup, dan buruk.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai peternak responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun secara terstruktur. Penilaian menggunakan checklist dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan langsung oleh peneliti di lokasi peternakan. Keseluruhan checklist terdiri dari 32 pernyataan, jika terjadi penyimpangan diberi nilai 0 dan apabila tidak terjadi penyimpangan atau baik diberi nilai 1.

Kriteria aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang ditentukan melalui penilaian berdasarkan 15 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 15. Penilaian mengenai aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang yaitu:

 Aspek dinilai buruk jika nilai < 6

 Aspek dinilai cukup jika nilainya antara 6 – 10  Aspek dinilai baik jika nilai > 10

Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu:  Aspek dinilai buruk jika nilai < 3

 Aspek dinilai cukup jika nilainya 3 - 5  Aspek dinilai baik jika nilai > 5

Kriteria aspek kesehatan dan reproduksi ditentukan melalui penilaian berdasarkan 8 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 8. Penilaian mengenai aspek kesehatan dan reproduksi yaitu:

 Aspek dinilai buruk jika nilai < 4

 Aspek dinilai cukup jika nilainya antara 4 – 6  Aspek dinilai baik jika nilai > 6

Kriteria aspek penanganan limbah ditentukan melalui penilaian berdasarkan 2 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 2. Penilaian mengenai penanganan limbah yaitu:

 Aspek dinilai buruk jika nilai 0  Aspek dinilai cukup jika nilainya 1  Aspek dinilai baik jika nilai 2

Tatalaksana peternakan ditentukan berdasarkan penilaian keseluruhan aspek (aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang; aspek higiene dan sanitasi; aspek manajemen kesehatan dan reproduksi, dan; aspek penanganan limbah). Total nilai berjumlah 32. Penilaian mengenai tatalaksana peternakan yaitu:

 Peternakan dinilai buruk jika nilai < 11

 Peternakan dinilai cukup jika nilai antara 11 – 22  Peternakan dinilai baik jika nilai > 22

Analisis Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dianalisis secara deskriptif menggunakan program Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0. Data yang telah dikumpulkan diolah dalam tabel beserta variabelnya. Hubungan antar variabel ditentukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Variabel yang diuji yaitu karakteristik peternak terhadap tatalaksana peternakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, penyuluhan atau pelatihan bidang peternakan, lama beternak, status pekerjaan, pendapatan per bulan, dan total populasi. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1.

3 Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu:  Aspek dinilai buruk jika nilai < 3

 Aspek dinilai cukup jika nilainya 3 - 5  Aspek dinilai baik jika nilai > 5

Kriteria aspek kesehatan dan reproduksi ditentukan melalui penilaian berdasarkan 8 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 8. Penilaian mengenai aspek kesehatan dan reproduksi yaitu:

 Aspek dinilai buruk jika nilai < 4

 Aspek dinilai cukup jika nilainya antara 4 – 6  Aspek dinilai baik jika nilai > 6

Kriteria aspek penanganan limbah ditentukan melalui penilaian berdasarkan 2 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 2. Penilaian mengenai penanganan limbah yaitu:

 Aspek dinilai buruk jika nilai 0  Aspek dinilai cukup jika nilainya 1  Aspek dinilai baik jika nilai 2

Tatalaksana peternakan ditentukan berdasarkan penilaian keseluruhan aspek (aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang; aspek higiene dan sanitasi; aspek manajemen kesehatan dan reproduksi, dan; aspek penanganan limbah). Total nilai berjumlah 32. Penilaian mengenai tatalaksana peternakan yaitu:

 Peternakan dinilai buruk jika nilai < 11

 Peternakan dinilai cukup jika nilai antara 11 – 22  Peternakan dinilai baik jika nilai > 22

Analisis Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dianalisis secara deskriptif menggunakan program Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0. Data yang telah dikumpulkan diolah dalam tabel beserta variabelnya. Hubungan antar variabel ditentukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Variabel yang diuji yaitu karakteristik peternak terhadap tatalaksana peternakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, penyuluhan atau pelatihan bidang peternakan, lama beternak, status pekerjaan, pendapatan per bulan, dan total populasi. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik peternak sapi perah KTTSP Baru Sireum

No. Karakteristik responden Jumlah

responden % dari total responden 1. Jenis kelamin Laki-laki 13 100.0 Perempuan 0 0.0 2. Umur ≤ 50 tahun 8 61.5 > 50 tahun 5 38.5 3. Pendidikan terakhir SD 9 69.2 SMP 0 0.0 SMA 4 30.8 4. Lama beternak < 5 tahun 1 7.7 5 – 10 tahun 2 15.4 >10 tahun 10 77.0

5. Penyuluhan (dalam 1 tahun terakhir) Ya 9 69.2 Tidak 4 30.8 6. Status pekerjaan Pemilik 12 92.3 Pekerja 1 7.7

7. Pendapatan bersih per

bulan dari hasil peternakan

< 2.5 juta 6 46.2

2.5 – 5 juta 3 23.1

>5 juta 2 15.4

Tidak tentu 2 15.4

8. Total populasi ternak

1 – 10 ekor 5 38.5

> 10 ekor 8 61.5

Responden yang berada di KTTSP Baru Sireum seluruhnya berjenis kelamin laki-laki, berkisar antara umur 30-80 tahun. Umur responden terbagi atas dua kategori, yaitu peternak yang berumur kurang dari atau sama dengan 50 tahun dan peternak yang berumur lebih dari 50 tahun. Komposisi umur tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar responden dalam umur produktif.

Dokumen terkait