2) T antangan E ksternal
7.3.3. Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan Pengembangan SP AM Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat sebagai berikut:
7.4.1.1. Air Limbah Permukiman
Akses sanitasi dasar layak di Kota Kupang sampai dengan tahun 2015 baru mencapai 33,59% yang terdiri dari Kota 35,57% dan desa 4,97%. Berarti 66,41% rumah tangga di Kota Kupang belum mendapatkan akses saniatsi dasar yang layak. Berdasarkan data yang ada untuk Penanganan Sanitasi dan air limbah pada kawasan permukiman baik itu di perkotaan maupun perdesaan masih dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah, dengan atau tanpa sumur resapan sedangkan penanganan dengan sistim off site belum ada.
Tabel 7.25. Data Capaian Akses Sanitasi Dasar
NO
URAIAN CAPAIAN
2013 2014 2015
1 Total Akses Sanitasi layak 23,47% 26,13% 33,59%
2 Total Akses Perkotaan 23,31% 27,58% 35,57%
3 Total Akses Pedesaan 26,09% 7,18% 4,97%
Sumber : NTT Dalam Angka BPS, 2015
Kondisi Eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan pemerintah Kota Kupang diuraikan sebagai berikut :
1. Aspek teknis
Pada dasarnya pengembangan sistem pengolahan air limbah dimaksudkan untuk:
• Mencegah pencemaran lingkungan
• Menjaga kesehatan masyarakat
• Melindungi ekosistem dan badan air
• Melindungi air baku/air minum
Kondisi eksisting pengembangan air limbah secara teknis disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 7.26. Kapasitas Pelayanan E ksisting Skala Kota Tahun 2015
Prasarana & Sarana Jumlah Kapasitas (M³) Sistem Pengolahan Pengelola Lembaga Keterangaan Kondisi
Truk Tinja 2 4,5 Dimanfaatkan kembali Dinas Kebersihan Berfungsi
IPAL Manulai II 3 Komunal Kelurahan Berfungsi
Sampai saat ini, Kota Kupang baru memiliki 2 (dua) truk tinja dengan kapasitas seluruhnya 4,5 m³ dan dalam kondisi baik. Sistem pengolahannya adalah dikembalikan ke masyarakat untuk dijadikan pupuk organik. Pengelolanya oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang. Sedangkan IPAL komunal terdapat pada 4 kelurahan dan masih berfungsi.
Tabel 7.27. Cakupan Pelayanan Sistem On Site Kota Kupang Tahun 2015
Jumlah PS Sanitasi Sistem On Site
Pengumpulan Pengolahan Jamban Keluarga (%) MCK (%) Lainnya (%) Septick tank (%) Lubang tanah (%) Tempat terbuka (pantai,sungai (%)) 73,06 25,39 1,55 26,13 65,74 8,13
Sumber : Kota Kupang dalam Angka 2016
Cakupan pelayanan sistem on site di Kota Kupang sampai tahun 2015 dengan cara pengumpulam melalui jamban keluarga sudah mencapai 73,06% dan MCK 25,39%. Sedangkan melalui pengolahan telah memiliki 26,13% septik tank, 65,74% lubang tanah dan di tempat terbuka (pantai, sungai, kolam) sebanyak 8,13%. Dan pengolahan ini masih didominasi oleh lubang tanah bukan tangki septik.
Tabel 7.28.
Persentase banyaknya RT Menurut F asilitas Tempat Buang Air Besar 2010-2015
Fasilitas Tempat Buang Air Besar 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) 2014 (%) 2015 (%)
Leher Angsa 86,73 90,19 81,24 95,00 92,64
Plengsengan 7,43 7,77 15,42 2,64 3,77
Cemplung/Cubluk 5,59 1,69 3,02 2,36 3,59
Tidak Ada 0,25 0,35 0,14 0 0
Jumlah 100,00 100,00 100 100 100
Sumber : Kota Kupang dalam Angka 2016
Sedangkan persentase Rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar di Kota Kupang didominasi oleh leher angsa 81,24%, diikuti plengsengan 15,42%, cubluk 3,02% dan tidak ada alias di tempat terbuka 0,14%. Kepemilikan leher angsa di tahun 2012 ini menurun bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang sudah mencapai 90,19%. Namun di tahun 2015 mengalami kenaikan lagi dimana leher angsa mencapai 92,64%. Ini menunjukan bahwa masyarakat Kota Kupang sudah memperhatikan tempat pembuangan air besar yang layak.
Pelayanan air limbah berbasis komunitas masyarakat sampai saat ini berjumlah 4 unit dan dibangun tahun 2008 dan 2009 dan masih dalam keadaan baik serta sudah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Adapun pelayanan air limbah komunitas berbasis masyarakat di sajikan pada tabel berikut :
Tabel 7.29.
Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis masyarakat di Kota Kupang
No Lokasi Sistem Di Bangun Tahun Cakupan Pelayanan Kondisi MCK + MCK ++ Ipal Komunal
Airmata √ 2010 100-200 jiwa Terlantar
Oepura √ 2010 100-200 jiwa Baik
Solor √ 2010 100-200 jiwa Baik
Namosain √ 2010 100-200 jiwa Baik
Oesapa √ 2010 100-200 jiwa Baik
Naikolan √ 2010 100-200 jiwa Baik
Bonipoi √ 2011 100-200 jiwa Baik
Naikoten 2 √ 2011 100-200 jiwa Baik
Liliba √ 2012 100-200 jiwa Baik
Lasiana √ 2012 100-200 jiwa Baik
Oeba √ 2012 100-200 jiwa Baik
Maulafa √ 2013 100-200 jiwa Proses pemb
Batuplat √ 2013 100-200 jiwa Proses pemb
Bakunase II √ 2013 100-200 jiwa Proses pemb
Bakunase RT.10 RW 04 √ 2013 100-200 jiwa Proses pemb
Kel.Fatu Besi √ 2009 100-200 jiwa baik
Kel.Airnona √ 2008 100-200 jiwa Baik
Kel.Manutapen √ 2008 100-200 jiwa Baik
Kel. Liliba √ 2008 100-200 jiwa Baik
2. Aspek Pendanaan
Pembiayaan pembangunan sarana individual tanki septic di danai oleh masyarakat sendiri, Sedangkan pengurasan tanki septik dilakukan atas permintaan masyarakat dan biaya operasionalnya didanai melalui anggaran Pemda (APBD ).
3. Aspek Kelembagaan & Peraturan Perundangan
Pengelolaan Air limbah belum sepenuhnya di tangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang, hanya sebatas pada penanganan lumpur tinja berupa penyedotan dengan truck tinja yang selanjutnya dikembalikan ke masyarakat sebagai pupuk tanaman.
Peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah permukiman menyangkut struktur organisasi dan pengelola air limbah belum tersedia.
4. Aspek Peran serta Masyarakat
Seluruh upaya pengelolaan air limbah di Kota Kupang dilaksanakan secara individal swadaya. LSM dan lembaga gereja paling jauh sebatas memperkenalkan konsep jamban keluarga dan menyadarkan masyarakat akan resiko pencemaran lingkungan oleh air limbah.
7.4.1.2. Persampahan
Secara umum sistem pembuangan sampah di Kota Kupang terbagi atas 2 sistem pembuangan, yaitu :
Pembuangan secara individual, dimana masyarakat membuang dan memusnahkan sampahnya sendiri dengan cara dibakar dan ditimbun,
Pembuangan sampah secara kolektif yang biasanya dikelola oleh dinas kebersihan melalui suatu sistem pengelolaan persampahan yang terdiri pewadahan, pengumpulan, pendistribusian, pengolahan dan pembuangan akhir.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan penduduk Kota Kupang terdiri dari sampah rumah tangga, sampah tempat usaha seperti pertokoan, hotel, restoran, pasar, perkantoran dan kegiatan lainnya. Daerah yang terlayani sistem pengolahan sampah di Kota Kupang tersebut antara lain jalur jalan utama kota, permukiman dan pasar. Pengumpulan sampah di kawasan permukiman saat ini dilakukan dengan cara menampung pada TPS dan ada juga yang dibakar, untuk kawasan umum seperti perdagangan (termasuk pasar), jasa dan perkantoran, sistem pengumpulan sampah umumnya dilakukan dengan pola komunal, yaitu sampah dikumpulkan di TPS tertentu atau konteiner sampah untuk kemudian dibawa oleh truk sampah menuju ke TPA. Sampah yang bersumber dari pasar, pengelolaan dilakukan oleh Badan Pengeloia Pasar dan Terminal (BP3T), mulai dari pengumpulan dan pewadahan sampah ke TPS. Pengelolaan sampah di Kota Kupang ditangani Dinas Kebersihan dan Pertamanan, untuk lokasi TPA Kota Kupang berada di Kelurahan Namosain Kecamatan Alak, yaitu sekitar 6 km dari pusat kota dengan luas lahan sekitar 10 Ha. Sistem TPA yang digunakan saat ini adalah sistem “Controlled Landfill". Sedangkan Pengelolaan sampah dengan metode 3R belum banyak digalakan di Kota Kupang.
Tabel 7.30. Data Pengolahan Persampahan
NO URAIAN SATUAN BESARAN
2013 2014 2015
DATA PENGUMPULAN SAMPAH
1 Jumlah Penduduk Jiwa 58.637
2 Asumsi Produksi Sampah Lt/org/hr 2,5 2,5 2,5
3 Asumsi Produksi Sampah m3/hr 548 558 755
4 Cakupan Layanan Geografis Ha 10.346 10.720 11.898
5 Cakupan Layanan Penduduk Jiwa 219.134 223.013 302.013
DATA TPA
1 Nama TPA TPA ALAK
2 Status TPA Sewa/milik MILIK MILIK MILIK
3 Luas TPA Ha 5,5 10 10
4 Kapasitas m3/hr
5 Sistim Open Damping/Sanitary
Landfill
Open damping aktif dan sanitary landfill tidak berfungsi
6 Jarak ke Permukiman Terdekat km 2
NO URAIAN SATUAN BESARAN
2013 2014 2015
DATA TRANSPORTASI PERSAMPAHAN
1 Jumlah Layanan terangkut m3/hr 378 486 666
2 Jumlah Kendaraan
Truck unit 35 35 40
Motor Tiga roda unit 52 52 52
3 Jumlah Peralatan
Gerobak Unit 54 70 115
Container Unit 10 13 17
4 Transfer Depo Unit 3 3 3
5 Jumlah TPS Unit 248 260 262
Sumber : Profil CK Kota Kupang 2016
7.4.1.3. Darinase
Kota Kupang saat ini sangat rawan terhadap genangan air, hampir setiap kali hujan dengan intensitas yang agak tinggi mengakibatkan beberapa kawasan permukiman maupun jalan terendam air. Kondisi ini terjadi karena berkurangnya luas areal resapan akibat perubahan penggunaan lahan dan juga karena drainase yang ada belum terbangun dengan baik. Drainase hanya terbangun di daerah yang dilalui oleh jalan arteri dan jalan lokal sehingga lebih banyak berfungsi untuk menampung air limpasan dari badan jalan tetapi belum dapat mengakomodasi air limpasan dari kawasan sekitarnya. Untuk kawasan permukiman air permukaan biasanya langsung diresapkan kedalam tanah, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya genangan pada beberapa kawasan permukiman di Kota Kupang pada saat musim penghujan. Selain hal tersebut beberapa kawasan yang walaupun sudah ada jaringan drainase tetapi masih mengalami genangan air disebabkan karena pendangkalan/penyumbatan oleh sampah, penutupan permukaan drainase oleh masyarakat, penampang drainase yang tidak memadai sehingga tidak dapat menampung debit air yang ada ataupun kondisi jalan yang lebih rendah dari drainase.
Berdasarkan data dari hasil review desain master plan drainase di Kota Kupang diketahu bahwa drainase primer di Kota Kupang sebagian besar masih berupa drainase alam yaitu berupa sungai maupun anak sungai, yang kondisi debitnya sangat berkurang atau kering pada saat musim kemarau. Untuk drainase sekunder di Kota Kupang panjang salurannya kurang lebih 64 km. Berdasarkan hasil survey juga diketahui bahwa pada kawasan-kawasan tertentu kondisi infrastruktur drainase banyak yang mengalami kerusakan, walau demikian tidak ada data yang menggambarkan seberapa besar tingkat layanan drainase di Kota Kupang.
Sistem drainase yang terdapat di Kota Kupang sebagian besar berupa saluran di tepi-tepi jalan regional, jalan Kota, jalan desa dan jalan lingkungan dengan kondisi berupa beton atau tanah. Berdasarkan konstruksi, sistem drainase di Kota Kupang merupakan sistem saluran terbuka. Untuk sistem saluran terbuka biasanya dirancang untuk menampung dan
mengalirkan air hujan saja. Hal tersebut mengakibatkan kurang optimalnya kondisi dan fungsi saluran yang ada, sehingga mengakibatkan kurang lancarnya aliran air untuk menuju saluran drainase primer yang ada.
Aliran air pada saluran-saluran drainase mengalir menuju sungai-sungai yang akan bermuara dipantai. Saluran drainase ini pada umumnya merupakan pembuangan-pembuangan alam dengan kondisi alur penuh semak belukar, berkelok-kelok, sempit dan dangkal. Bentuk saluran drainase yang melayani Kawasan perkotaan di Kota Kupang adalah saluran terbuka yang belum diperkeras (berupa tanah) dan umumnya terletak di tepi jalan. Untuk menghindari terjadinya genangan pada saat musim hujan, perlu dilakukan pengembangan 33ystem drainase yang berhirarki dan terpadu yang merupakan penanganan drainase secara umum dan menyeluruh.
Pada prinsipnya pengembangan 33ystem drainase di Kota Kupang tetap memanfaatkan 33ystem drainase yang ada serta memanfaatkan sungai-sungai yang bermuara dipantai/laut atau pembuangan alamiah yang befungsi sebagai badan air penerima dari limpasan air hujan sebagai jaringan pembuangan akhir.