encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu
pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air
minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air
limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap
sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai
baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi hingga pada usulan
kebutuhan program dan pembiayaan.
7.1. PE NGE MBANGAN PE RMUKIMAN
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan,
kawasan perdesaan dan pengembangan permukiman khusus. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari peningkatan kualitas permukiman kumuh, pengembangan lingkungan permukiman
perkotaan, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan. Sedangkan untuk
pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan permukiman perdesaan potensial,
pengembangan permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil terluar. Pengembangan
permukiman khusus meliputi pengembangan kawasan perbatasan, pengembangan kawasan pulau-pulau
kecil terluar dan pengembangan kawasan rawan bencana, pasca bencana dan kawasan tertentu.
7.1.1. Kondisi E ksisting Pengembangan Permukiman
Sektor Permukiman memfokuskan pada penataan kawasan permukiman yang berada di kawasan
perkotaan (Kws. Kumuh dan perumahan). Penataan Kawasan ini lebih diarahkan pada
pembangunan jalan lingkungan kawasan kumuh dan jalan akses kawasan perumahan. Dari tahun
di Kota Kupang telah mencapai 43,23 KM, dengan anggaran sebesar Rp. 44.117.169.000,-.
Pembangunan sektor Permukiman di Kota Kupang yang dibiayai melalui APBN dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 7.1. Panjang Jalan Terbangun Tahun 2011-2015 (Sumber Dan APBN)
No Uraian Satuan Besaran Ket
2011 2012 2013 2014 2015
Perkotaan
1 Panjang Jalan Lingkungan KM 7,18 2,86 1,20 1,7 24
2 Panjang Jalan Akses
kawasan perumahan KM - - 6,29 - -
3 Pagu Dana (Rp)(x1000) 2.554.673 1.355.308 5.817.000 994.222 33.395.966 Sumber : Profil CK Kota Kupang, 2016
A. Permukiman Kumuh
Kawasan permukiman kumuh di Kota Kupang ditetapkan melalui SK Walikota Kupang
No.93/KEP/HK/2016 seluas 44,84 HA , pada 14 kawasan yang menyebar pada 12 kelurahan
pada 4 kecamatan. Kawasan ini dikategorikan sebagai kawasan kumuh kota/nelayan karena kondisi
sarana dan prasara yang memprihatinkan, kepadatan yang tinggi, ketidakteraturan bangunan dan
kondisi fisik bangunan yang sebagian besar merupakan bangunan temporer.
Umumnya permukiman kumuh ini berada di wilayah bantaran sungai , pesisir pantai/nelayan dan
pusat kota. Berikut ini disajikan data kawasan kumuh di Kota Kupang :
Tabel 7.2. Data Kawasan Kumuh Kota Kupang Tahun 2015
No Kawasan Lokasi Tipologi Lokasi
Luas Kawasan
(Ha)
Jumlah KK
Kepadatan Penduduk
Keteraturan Bangunan
Kepadatan Bangunan
Kondisi Fisik Bangunan
1 Air Mata Bantaran sungai 1,68 112 < 400
jiwa/Ha
>65% tidak
teratur >150 unit/Ha
>60% semi permanen
2 Oeba 1 Bantaran Sungai 1,24 89 jiwa/Ha < 400 >65% tidak teratur >150 unit/Ha >60% semi permanen
3 Oeba 2 Bantaran Sungai 0,95 128 Jiwa/Ha >500 >65% tidak teratur >150 unit/Ha >60% semi permanen
4 Fatubesi Dekat pusat kegiatan sos-ekonomi 1,27 151 400-500 Jiwa/Ha >65% tidak teratur >150 unit/Ha >60% semi permanen
5 Alak 1 Bantaran Sungai 1,48 55 jiwa/Ha < 400 >65% tidak teratur >150 unit/Ha >60% semi permanen
6 Alak 2 Bantaran Sungai 1,61 55 jiwa/Ha < 400 >65% tidak teratur >150 unit/Ha >60% semi permanen
7 Mantasi Bantaran Sungai 1,34 81 jiwa/Ha < 400 >65% tidak teratur >150 unit/Ha >60% semi permanen
8 Fontein Bantaran Sungai 4,31 135 < 400
jiwa/Ha
35-65% tidak
tertur >100 unit/Ha
>60% semi permanen
9 Nunleu Bantaran Sungai 2,07 130 jiwa/Ha < 400 35-65% tidak tertur >150 unit/Ha >60% semi permanen
No Kawasan Lokasi Tipologi Lokasi
Sumber : RPKPKP Kota Kupang 2015
Untuk pencapaian target 100-0-100 yang salah satunya pengurangan kawasan kumuh menjadi 0%
pada tahun 2019, maka pada tahun 2014 telah diterbitkan SK Walikota Kupang No.220/KEP /HK
/2014, tanggal 28 Agustus 2014 tentang luasan kawasan kumuh yang harus diintervensi.
Berdasarkan SK tersebut luasan kawasan kumuh di Kota Kupang mencapai 39,1 hektar.
Penanganan kawasan kumuh di Kota Kupang telah dilakukan secara multi sektor, pada tahun 2015
satker pengembangan permukiman dan sektor air minum telah mengintervensi untuk peningkatan
kualitas kawasan kumuh, penanganan tersebut dapat dilihat pada tabel 23.15. dengan luas tertangani
sampai dengan tahun 2015 mencapai 24,58 Ha. Data Penanganan Kawasan kumuh Kota Kupang
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7.3. Penanganan Kawasan Kumuh Tahun 2014-2015 di Kota Kupang (APBN)
NO KAWASAN NAMA
LUASAN KAWASAN
KUMUH
KAWASAN KUMUH TERTANGANI (HA) THN 2014
KAWASAN KUMUH TERTANGANI (HA) THN 2015
1 Kws.Airmata 1,68 1.930.255 Pembangunan SPAM
2,19
3.974.750 Peningkatan Kualitas permukiman
4 Kws Fatubesi 1,27
2.238.215 Pembangunan SPAM 1,0 3.974.750 Peningkatan Kualitas permukiman
5 Kws Alak 1 1,48
1.796.440 Pembangunan SPAM
3,09 15.545.926 Peningkatan Kualitas permukiman
6 Kws Alak 2 1,61
1.553.369 Pembangunan SPAM
15.545.926 Peningkatan Kualitas permukiman
7 Kws Mantasi 1,34
1.881.000 Pembangunan SPAM 1,34 15.545.926 Peningkatan Kualitas permukiman
8 Kws Fontein 4,31
NO KAWASAN NAMA
LUASAN KAWASAN
KUMUH
KAWASAN KUMUH TERTANGANI (HA) THN 2014
KAWASAN KUMUH TERTANGANI (HA) THN 2015
PAGU DANA (RP)x1000
INFRASTRUKTUR TERBANGUN
LUAS (HA)
PAGU DANA (RP)x1000
INFRASTRUKTUR TERBANGUN
LUAS (HA)
10 Kws Naikoten 1 1,00 15.545.926 Peningkatan Kualitas permukiman 0,5
11 Kws. Oesapa 14,21
13.875.290 Peningkatan Kualitas permukiman 4,21 3.974.750 Peningkatan Kualitas
permukiman
12 Kws. Oesapa
Barat 3,68
6.771.479 Pembangunan SPAM 3,68 13.875.290 Peningkatan Kualitas permukiman
13 Kws. Oesapa
Selatan 4,26 1.000.000 Pembangunan PSD 4,26
Sumber : Profil CK Kota Kupang, 2016
Dalam pelaksanaan pembangunan pengembangan permukiman terkait dengan capaian kota Kupang
dalam menyediakan kawasan permukimkan layak huni, maka ada peraturan perundangan yang
mengikat dan mendukung.
Adapun peraturan perundangan di tingkat kota yang mendukung seluruh tahapan proses
perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 7.4. Peraturan Daerah/ Peraturan Gubernur/ Peraturan Walikota terkait Pengembangan Permukiman
NO.
PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/ /Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Daerah Kebijakan Kebijakan
No. Peraturan Perihal Tahun
1 1 tahun 2010 RTRWP NTT 2010-2030 Pemanfaatan kawasan sesuai peruntukan dan tidak melanggar ketentuan umum Zonasi.
2 12 tahun 2009 RTRW Kota Kupang 2010-2030
Pengembangan permukiman sesuai BWK yang ditentukan dan sesuai pula dengan ketentuan umum zonasi
3 12 tahun 2011 RDTR Kota Kupang 2011-2031
Pengembangan permukiman sesuai BWK yang ditentukan dan sesuai pula dengan ketentuan umum zonasi
4 14 Tahun 2012 RPJMD Kota Kupang 2013-2017 Upaya-upaya penataan & kawasan permukiman sesuai zonasi
B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota Kupang dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
Tabel. 7.5
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan pengembangan Permukiman Kota Kupang
No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1 Aspek Teknis
a. Belum adanya dokumen perencanaan yang tersruktur dan berkesinambungan.
b. Kondisi fisik wilayah dan permukiman yang tidak terkonsentrasi menyebabkan tingginya biaya pembangunan perumahan dan sarana dan prasarana permukiman.
c. Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat di perkotaan menyebabkan kekumuhan di beberapa lokasi
d. Kawasan permukiman yang cenderung kumuh sebagai akibat eksploitasi lahan bagi pembangunan fisik bangunan.
e. Kepadatan bangunan yang tinggi, jalan lingkungan yang berada disela-sela bangunan rentan terhadap bahaya kebakaran. f. Kondisi penyediaan hunian bagi penduduk Kota Kupang yang
b. Masih tingginya ketergantungan pendanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan dan sarana-prasarana permukiman c. Berkembangnya pengusaan lahan slaka besar oleh beberapa
pihak yang tidak disertai kemempuan untuk membangun atau merealisasikan pada waktunya.
d. Alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur
Peningkatan alokasi dana bagi pembangunan infrastruktur pengembangan permukiman
Menyiapkan dana sharing
3 Aspek Peran Masyrakat
a. Masih lemahnya kesadaran masyarakat untuk memelihara hasil pembangunan sarana-prasarana yang telah dibangun. b. Rendahnya tingkat kesadaran/masyarakat dalam memenuhi
proedur memperoleh legalitas hunian, sehingga mengakibatkan timbulnya kawasan perumahan/permukiman liar di beberapa lokasi
Penghasilan yang minim, mengakibatkan masyrakat hanya berkonsentrasi pada usaha mencari nafkah semata.
Mensosialisasikan pentingnya hidup sehat dan melibatkan masyarakat dalam pembangunan baik perencanaan maupun fisik
4 Aspek Kelembagaan
a. Belum konsistennya penerapan regulasi penataan bangunan dan kawasan serta penataan ruang, sehingga terjadi kekumuhan dan kerusakan lingkungan
b. Kurangnya regulasi pendukung kepastian hukum kepemilikan dan pembangunan perumahan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
c. Kebijakan tata ruang kota yang belum mampu memberikan kepastian hak atas peruntukkannya, khususnya dalam melindungi peruntukkan ruang.
d. Pemberian perijinan penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman umumnya belum dilandaskan pada kerangka penataan wilayah.
Komitmen dalam
menegakkan aturan demi penataan pemukiman
sesuai arahan
perencanaan
Menertibkan startus penguasaan tanah pada kawasan permukiman
5 Aspek Lingkungan Permukiman
a. Terdapat beberapa kawasan permukiman yang belum terjangkau oleh pelayanan sarana/prasarana permukiman yang memadai. b. Pada wilayah kumuh kondisi perumahan >60% merupakan
bangunan temporer/semi permanen.
c. Perilaku masyarakat yang sering membuang sampah di kali atau saluaran drainase menyebabkan lingkungan menjadi kumu dan tersumbatnya saluran drainase.
d. Kepadatan penduduk di wilayah permukiman yang tinggi berdampak pula terhadap buangan MCK.
C. E valuasi program-program yang telah dilaksanakan
Sesuai SPPIP/RPKPP tahun 2011, terdata beberapa kawasan yang perlu mendapat perhatian yang
akan mempengaruhi citra dari pada Kota Kupang. Kawasan-kawasan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kawasan Permukiman sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu :
a. DAS Kali Dendeng meliputi Kelurahan Airmata dan Kelurahan Fontain.
b. DAS Kali Liliba meliputi Kelurahan Oesapa
2. Kawasan Permukiman Kota Lama meliputi:
Kelurahan Airmata; Kelurahan Lailahi Besi Kopan (LLBK); Kelurahan Solor; Kalurahan
Fatubesi; Kelurahan Oeba
3. Kawasan Minapolitan yaitu Kelurahan Namosain
Kawasan Perumahan Baru : Kelurahan Manulai II (Koperasi Pemkot)
Telah dan sementara dilakukan penanganan kawasan-kawasan sesuai program dalam dokumen
perencanaan SPPIP yakni kawasan Oesapa dan pembangunan kawasan Perumahan Baru di
Kelurahan Manulai II.
Sedangkan sesuai RPKPKP tahun 2015 tentang perencanaan 14 kawasan kumuh (termasuk
kawasan Oesapa, Fontein, Solir, Oeba yang merupakan kawasan prioritas dalam SPPIP) sementara
di tangani dan akan terus ditangani hingga mencapai 0 % pada tahun 2019 sesuai gerakan
100-0-100.
7.1.2. Sasaran Program
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari kegiatan Non Fisik berupa pengaturan,
pembinaan, pengawasan dan kegiatan fisik berupa pembangunan dan pengembangan di kawasan
perkotaan; perdesaan dan kawasan khusus.
Pengembangan permuk iman Non fisik terdiri dari :
1. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman
- Peratutran Pengembangan Kawasan Permukiman
2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman
- Pendampingan Penyusunan NPSK
- Penyusunan Kebijakan, Strategi dan rencana Pengembangan Kawasan Permukiman
- Pembinaan, Pengawasan dan Kemitraan Penyelengaraan Pengembangan Kawasan
Permukiman
3. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan meliputi :
- peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
- pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan
4. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan meliputi :
- pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesan potensial
- pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan tetinggal, terpencil dan
pulau-pulau kecil terluar
- Pembangunan Infrastruktur Sosial ekonomi Wilayah
5. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman khusus meliputi :
- pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan
- Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pulau-pulau Kecil terluar
- pembangunan dan pengembangan kawasan rawan bencana, paska bencana, dan kawasan
tertentu
6. Infrastruktur Berbasis Masyarakat
- Program Peningkatan Kualitas Permukiman
7. Pembangunan Percontohan Kota Baru
- Perintisan Inkubasi Kota Baru
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria
umum dan khusus, sebagai berikut.
• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
• Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
• Kesiapan lahan (sudah tersedia).
• Sudah tersedia DE D.
• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP/RP2KP/RKP RPKPP,
Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
• Ada unit pelaksana kegiatan.
• Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 melalui Rencana Aksi Daerah
100-0-100, maka Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan,
dan Penyelenggaraan Pengurangan kawasan kumuh perkotaan yang dilaksanakan oleh Direktorat
Pengembangan Pengembangan Permukiman. Adapun indikator kinerja program Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman adalah meningkatnya kontribusi penanganan kawasan
permukiman di kawasan kumuh perkotaan yang sasaran kinerjanya di prvinsi NTT dan Program
Tabel 7.6.
Kebutuhan Program Penanganan Kawasan Kumuh di Provinsi NTT Tahun 2015-2019
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
Tabel 7.7.
Program Pengembangan Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
No Aspek Pengembangan Permukiman Lokasi Kondisi
Saat Ini Kondisi Akhir Rencana
1 Pengembalian Fungsi Kawasan melalui Peremajaan (Urban Renewal) Kota Kupang Kumuh Diremajakan
2 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh
14 titik pada 12 Kel di Kota
Kupang Kumuh Diremajakan
3 Peningkatan Infrastruktur Perdesaan Skala Kawasan
Permukiman Pinggir Kota Kota Kupang Kurang Diadakan/Ditingkatkan
7.1.3. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Berdasarkan kebutuhan dan usulan program pengembangan infrastruktur permukiman yang relevan
dengan kondisi eksisiting dan permasalahan permukiman di Kota Kupang maka diusulkan beberapa
kegiatan dan pembiayan pengembangan permukiman di Kota Kupang.
Sasaran kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan / Output / Sub Output Satuan Volume 2015 2016 2017 2018 2019
Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman
Pendampingan Penyusunan NSPK Kab/ Kota
Penyusunan Kebijakan, Strategi, dan Rencana
Pengembangan Kawasan Permukiman Kab/ Kota 14 4 3 3 4
Pembinaan, Pengawasan, dan Kemitraan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Ha 813.1 123.62 36.48 218 218 217
Pengembangan Lingkungan Permukiman
Per mukiman (kotaku) Kelurahan 20 20 20 20
Secara rinci, usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan Pengembangan Permukiman di Kota
Kupang disajikan dalam Matriks RPIJM.
7.2. PE NATAAN BANGUNAN dan LINGKUNGAN
7.2.1. Kondisi E ksisting
Program Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan difokuskan pada penataan bangunan melalui
fasilitasi pembentukan dan implementasi Perda Bangunan Gedung, dan penataan lingkungan
melalui penataan kawasan strategis baik itu kawasan bersejarah, tradisional, Penyediaan Ruang
Terbuka Hijau maupun kawasan yang mempunyai nilai ekonomi. Fungsi dari penataan atau
revitalisasi kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas kawasan.
Sampai dengan tahun 2015 persentase bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB belum
terdata dengan baik karena pendataan bangunan gedung masih dalam proses. Untuk tahun 2016
melalui satker PBL telah dilakukan pendampingan kepada pemerintah Kota Kupang dalam hal
pendataan bangunan gedung. Persentase Ruang Terbuka Hijau berdasarkan data dari Bappeda
Kota Kupang telah mencapai 4,38% dari luas kawasan di Kota Kupang.
Tabel 7.8. Kondisi E ksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015
NO URAIAN SATUAN BESARAN KETERANGAN
1 Status Perda BG Ada/tidak Ada
2 Prosentasi Bangunan Ber-IMB % Belum terdata
3 Prosentasi Bangunan Bersertifikat SLF % Belum Terdata
4 Pendataan Bangunan Gedung unit Belum terdata
5 Prosentasi RTH % 4,38 Data RTRW
6 Status Bangunan Pusaka (Nasional) Ada/tidak Ada Gereja Kota Kupang
7 Status Bangunan Pusaka (Dunia) Ada/Tidak Tidak ada
Sumber : Profil CK Kota Kupang 2016
Intervensi pembangunan sektor penataan bangunan di Kota Kupang telah dilakukan dari tahun
2011 berupa Pembangunan Taman Nostalgia di Kelapa lima Kota Kupang lanjutan Tahun 2010,
pada tahun 2012 dilakukan pembangunan aksesibilitas bangunan gedung di Rumah Sakit Umum,
tahun 2014 berupa penyusunan RTBL di 4 kawasan strategis dan tahun 2015 berupa revitalisasi
Tabel 7.9. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2011-2015 (Sumber Dana APBN)
S
u
m
b
e
r
:
Sumber : Profil CK Kota Kupang 2016
Dari segi usia bangunan, terdapat sejumlah bangunan yang dapat dikategorikan sebagai cagar
budaya antara lain kawasan cagar budaya Tugu Jepang di Kelurahan Penfui, Meriam Jepang di
Kelurahan Kelapa Lima dan Kelurahan Nun Baun Delha, Kawasan kawasan Gereja dan Klenteng
Tua di Kelurahan Lai Lai Besi Kopan, kawasan Goa Jepang di Kelurahan Penfui, Kelurahan
Bakunase, Kelurahan Liliba dan Kelurahan Nun Bau Delha, benteng Concordia di Kelurahan
Fatufeto, kawasan Makam Raja Kupang di Kelurahan Bakunase, makam Raja-Raja Taebenu di
Kelurahan Manutapen dan kawasan Makam Belanda di Kelurahan Nunhila dan Kelurahan
Fatufeto.
Data eksisting terkait dengan Peraturan daerah yang telah disusun terkait sektor PBL, Penataan
Lingkungan Permukiman dan Penyelenggaran Bangunan Gedung dan Rumah Negara dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 7.10. Peraturan Daerah / Peraturan Walikota Terkait Penataan Bangunan Dan Lingkungan
NO PERDA/PERATURAN Amanat
NO TAHUN TENTANG
1 12 2011 Perda RDTRK Pengembangan permukiman sesuai BWK yang ditentukan dan sesuai pula dengan ketentuan umum zonasi 2 09 2003 Perda Tata Bangunan Gedung Penataan Bangunan Gedung
3 29 2013 Perwali RTBL Kota Lama Penetapan RTBL Kawasan Kota lama
4 27 2013 Perwali RISPK Kota Kupang Penetapan RISPK Kota Kupang
Tabel 7.11. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Kawasan/Kecamatan Jumlah BG negara
Berdasarkan Fungsi Status Kepemilikan Kondisi Bangunan
Ketersediaan Utilitas BG
Oebufu/Oebobo
Fungsi Hunian : - - -
Fungsi Keagamaan : - - -
Fungsi Usaha : - - -
Fungsi Sosial Budaya : PIP2B Baik Memadai
NO URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015
1 Penataan RTH Kws Kws Taman
Nostalgia El Tari - - - -
2 Revitalisasi Kws.Strategis Kws - - - - Lama (LLBK) Kws Kota
3 Penataan Kws.Tradisional Kws - - - - -
4 RTBL Kawasan Lap - - -
Pasir Panjang, kelapa Lima, oesapa dan
lasiana
5 PIP2B Paket Kota Kupang - - - -
C. PE RMASALAHAN DAN TANTANGAN
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan di Kota
Kupang yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan
a. Masih tersebarnya permukiman-permukiman kumuh
b. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung
bersejarah, padahal punya potensi wisata
c. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan kota
d. Sarana lingkungan hijau, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan
2. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Bangunan Gedung :
a. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan
gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
b. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian
c. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya
kualitas pelayan publik .
d. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum sepenuhnya
didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
e. belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya
untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan
permukiman yang berkelanjutan.
Rumah Negara
a. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan, dan kenyaman
b. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi
penyandang cacat;
c. Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien
d. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik
3. Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat
a. Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat
b. Belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan
Selanjutnya permasalahan dan tantangan sektor PBL Kota Kupang diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 7.12. Indentifikasi Permasalahan & Tantangan PBL Kota Kupang
NO ASPEK PBL MASALAH YG DIHADAPI TANTANGAN
PENGEMBANGAN ALTERNATIF SOLUSI
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Teknis
Tersebarnya pemukiman/ ketidakteraturan
Sarana lingkungan hijau kurang diperhatikan
Lokasi yang menyebar Menata/meminimalisir Peningkatan fasilitas RTH
2 Kelembagaan Belum siap landasan operasional Kurang kerja sama antar Instasi terkait Perlu penegasan dlm penerapan aturan yang sudah ada
3 Pembiayaan Dana yang minim Kerjasama dgn swasta Usul Tingkatkan dana
4 Partisipasi masyarakat/swasta Sangat kurang Kurang kesadaran Sosialisasi
5 Lingkungan Permukiman Kurang tertata, kumuh Menata sesuai peruntukan kawasan
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung & Rumah Negara
Teknis Kurang pemanfaatan gedung Kurang terdata secara
baik
Identifikasi bangunan & dimanfaatkan sesuai fungsi kebutuhan
Kelembagaan
Pembiayaan Dana yang minim Perlu bermitra dg swasta Usul tingkatkan dana
Partisipasi
masyarakat/swasta Kurang memelihara Kurang kesadaran
Sosialisasi tentang bangunan gedung
Lingkungan Permukiman Lokasi Tidak sesuai lahan peruntukan Merelokasi sesuai peruntukan kawasan Merelokasi sesuai peruntukan kawasan
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Teknis Kurang dlm meningkatkan peran
masyarakat
Melibatkan masyarakat dlm setiap perencanaan
Kelembagaan Belum optimal Mengupayakan pembentukan komunitas masyarakat
Pembiayaan kurang Meningkatkan sesuai kebutuhan
Partisipasi
masyarakat/swasta Kurang rasa memiliki
Sosialiasi + melibatkan dalam setiap pembangunan di lingkungan
Lingkungan Permukiman Kurang merata pembangunan Lingkungan yang tertata Mengidentifikasi kawasan prioritas pembangunan
7.2.2. Sasaran Program
Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan di wilayah Kota Kupang, diperlukan tidak hanya
untuk mengendalikan pertumbuhan fisik suatu kawasan kota sejak dini dalam rangka memandu
pertumbuhan kota, tetapi juga memelihara, melindungi dan mencegah dari segala ancaman yang akan
merusak eksistensi kota. Untuk dapat menciptakan tahap pembangunan dan pengembangan wilayah
dan kota, maka sangat diperlukan pemanfaatan ruang yang optimal. Rencana Penataan Bangunan
dan Lingkungan sebagai alat pengendali pemanfaatan ruang kota juga diharapkan dapat berfungsi
sebagai dokumen perencanaan yang dapat dipedomani berbagai pihak dalam pembangunan fisik kota
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
1. Peraturan Penataan Bangunan :
Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;
Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)
2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Pembinaan pengelolaan bangunan gedung
Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Penataan Bangunan
Fasilitasi Penguatan Pemda
Fasilitasi Bidang Kemitraan Bidang Penataan Bangunan
Pengawasan dan E valuasi Kinerja Bidang Penataan Bangunan
Pembinaan Pengelolaan Rumah Negara
Pembinaan Penataan Bangunan Lingkungan Khusus
Perencanaan dan Analisa Teknis
Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan
3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional
Bangunan Gedung Hijau
Bangunan Gedung Mitigasi Bencana
Bangunan Gedung Perbatasan
Bangunan Gedung Pendukung Kebun Raya
4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan Bangunan Kawasan Strategis
Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana
Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan
5. Revitalisasi dan Penegmbangan Kawasan tematik Perkotaan
Penataan Kawasan Pengembangan Kota Hijau
Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka
Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah
6. F asilitasi E dukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Pentaan
Bangunan
Kegiatan Penyebarluasan informasi PIP2B
Fasilitasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci,
indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana
pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan
menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Program usulan sektor PBL yang diusulkan sesuai kebutuhan seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 7.13. Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No uraian satuan Kebutuhan Ket
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) % 5 5 5 5 RPJMD
2 Ruang Terbuka % 3 3 3 3 3
3 PSD Unit
4 PS Lingkungan Unit
5 HSBGN Laporan - 100 100 100 100 RPJMD
6 Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN Laporan
7 Lainnya
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Bangunan Fungsi Hunian Unit
2 Bangunan Fungsi Keagamaan Unit
3 Bangunan Fungsi Usaha Unit
4 Bangunan Fungsi Budaya Unit
5 Bangunan Fungsi Khusus Unit
6 Bintek Pembangunan Gedung Negara
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Partisipasi masy dlm pelestarian lingk permukiman kawasan - 1 1 1 1
2 Lainnya
7.2.3 Usulan Kebutuhan Program
7.3. SISTIM PE NYE DIAAN AIR MINUM
7.3.1. Kondisi E ksisting
Berdasarkan data capaian untuk akses rumah tangga terhadap air minum layak di Kota Kupang
sampai dengan tahun 2015 sebesar 85,48% atau 14,52% rumah tangga di Kota Kupang belum
mendapatkan/belum mengakses air minum layak. Dari data BPS tahun 2016 jumlah Rumah Tangga
yang mengakses air minum menggunakan leding sudah mencapai 50,36%, yang menggunakan
pompa sebesar 11.96% sedangkan sumur dan mata air sebanyak 36,16%.
Penyediaan air minum dengan sistem perpipaan di Kota Kupang untuk kawasan perkotaan dikelola
oleh PDAM Kota Kupang dan PDAM Kabupaten Kupang, sampai dengan akhir tahun 2015
cakupan layanan penduduk baru mencapai 85,48%. Untuk membantu meningkatkan pelayanan air
minum di Kota Kupang Pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja PSPAM Provinsi NTT Direktorat
Air Minum telah membangun pipa sepanjang 233.947 meter, 1669 sambungan rumah dengan pagu
mencapai Rp 108.499.246.000 dan dilaksanakan dari tahun 2011-2015. Data-data tentang kondisi
eksisting diatas disajikan dalam tabel-tabel berikut :
Tabel 7.14 : Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2015
NO SUMBER AIR MINUM RUMAH TANGGA PRESENTASI (%)
1 Leding 39.369 50,36
2 Pompa 9.350 11,96
3 Sumur terlindung/tidak terlindung 25.829 33,04
4 Mata air terlindung/tak terlindung 2.439 3,12
5 Air sungai 1.188 1,52
6 Lainnya - 0
Total 78.175 100
Sumber : Profil CK Kota kupang, 2016
Tabel 7.15. Akses Air Minum Layak di Kota Kupang Tahun 2013-2015
NO URAIAN
CAPAIAN
2013 2014 2015
1 Total Akses Air Minum Layak 83,65% 83,45% 85,48%
2 Total Akses Perkotaan 84,60% 83,75% 84,70%
Tabel 7.16. Data Pengolahan Air Minum Oleh PDAM Kota Kupang
2 Kondisi PDAM Sehat/Sakit Kurang Sehat Sehat Sehat
3 Biaya Produksi di PDAM Rp 6.271 7.376 6.660
DATA DISTRIBUSI
1 Kapasitas Distribusi Lt/dtk 136 146 108,2
2 Asumsi Kebutuhan Air Lt/Org/hr 80 80 80
3 Air Terjual M3/th 721.798 796,997 945.579
4 Air Terdistribusi M3/th 998.163 1.170.989 1.298.415
5 Total Penjualan Air Rp 4.181.510.009 5.957.979.372 7.276.498.943
6 Cakupan Pelayanan Air % 7,98 10,76 10,28
4 Jumlah Jiwa/Sambungan Tumah Tangga Unit 29.672 39.536 69.438
NO KEGIATAN
Sumber : Profil CK Kota Kupang, 2016
Tabel 7.18. Perkembangan Air baku dan Produksi Air PDAM Kota Kupang Tahun 2013
No Nama Sumber Sistem
Debit Sumber Air
(Ltr/dtk)
Kapasitas Pompa Terpasang
(Ltr/dtk)
Kapasitas Produksi
(Ltr/dtk)
Waktu Operasional
(Jam/hari)
Status
13 SB Ina Boi Pompa 3,00 2,00 1,80 24,00 Op.Oktober 2011
14 SB Kampung Lama Alak Pompa 4,00 3,00 2,00 5,00 Op.Juni 2011
15 Mata Air Oeba Pompa 30,00 18,00 10,00 2,00 Op.April 2012
16 SB Naioni Pompa 2,00 2,00 Tidak Operasi/debit kecil
17 SB Naimata Pompa 2,00 2,00 Tidak Operasi/debit kecil
18 SB P2AT Bimopu Pompa 5,00 2,00 2,00 1,73 Op.September 2012
19 Sungai Biknoi Pompa 10,00 8,00 5,00 5,00 Op.Oktober 202
20 Tapping Tilong 1 (Stim) Pompa 75,00 24,96 5,20 2,79 Op. Juli 2012
21 Tapping Tilong 2 (Resv HK Tapping BLUD 75,00 32,37 3,37 0,86
22 Tapping Tilong 3 ( Zona Penfui) Tapping BLUD 75,00 1,19 0,25 5,00 Op. Juli 2012
23 Tapping Tilong 4 (Zona Kayu Putih)
Tapping BLUD
75,
00 2,41 0,20 2,00 Op. Pebruari 2013
24 Tapping Tilong 5 (Lasiana) Tapping BLUD 75,00 14,41 0,90 2,89
25 Tapping Tilong 6 (Puri Santi Tapping BLUD 75,00 0,13 0,03 5,00
26 SB MBR Fatukoa Sumur
Bor 3,00 3,00 2,50 3,00
Op. September 2013
27 IPA Manutapen WTP 20,00 10,00 10,00 2,00 Op. Agustus 2013
Jumlah 334,50 207,81 103,85 250,28
Sumber : PDAM Kota Kupang 2013
Potensi sumber air yang dapat dikembangakan dan dikelola untuk jangka panjang dari sumber air
baku melalui mata air sudah sangat terbatas. Berdasarkan data tersebut sumber air baku mengalami
penurunan, debit rata-rata per tahun berkisar antara 10-20 liter per detik. Selain sumber air baku
berupa sumur bor yang menjadi alternative utama, sungai juga merupakan pilihan yang dapat
mengantisipasi kebutuhan yang semakin meningkat. Ada dua sungai yang cukup berpotensi untuk
dikelola, yaitu sungai Kolhua dan Kali Kaca. Sungai tersebut cukup terjaminpada saat musim
kemarau, khusus untuk Kali Kaca debitnya masih terjamin pada musim kemarau yaitu sekitar 40-50
liter/detik. Sedangkan untuk DAS sungai Kolhua perlu dikelola lebih khusus dalam pemanfaatan
sumber lainnya.
Pada saat musim kemarau di beberapa sumber mata air seperti: mata air Airnona, Amnesi, Air Sagu,
dan mata air Kolhua, debit tersebut dapat menurun sampai 60-70%. Berikut ini beberap sumber air
yang mengalami penurunan debit cukup besar pada musim kemarau (September-November) dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.19. Kapasitas Debit Terlayani Oleh PDAM Kota Kupang
NO Sumber Air Baku Kapasitas Terpasanag (liter/detik) Kapasitas Produksi (liter/detik) Kapasitas Terlayani (liter/detik)
1 Mata Air Baumata 75 62,0 62,0
2 Mata Air Oepura 40 40,0 40,0
3 Mata Air Haukolo 20 20,0 20,0
4 Mata Air Oeleu 15 15,0 15,0
5 Mata Air Amnesi 15 15,0 15,0
6 Mata Air Kali Kaca 10 10,0 10,0
NO Sumber Air Baku Kapasitas Terpasanag (liter/detik) Kapasitas Produksi (liter/detik) Kapasitas Terlayani (liter/detik)
8 Mata Air Sagu 140 106,0 106,0
10 Mata Air Oeba - - -
11 Mata Air Bonem 15 15,0 8,8
12 Mata Air Tarus 25 25,0 11,5
13 Sumur Bor Sikumana 9 29,0 3,8
14 Sumur Bor Oetona I 8 4,0 2,0
15 Sumur Bor Oetona II 15 15,1 8,1
16 Sumur Bor Kelapa Lima 15 - -
17 Sumur Bor RSS Liliba 10 - -
18 Sumur Bor Namosain 5 5,7 2,7
19 Sumur Bor Alak 10 10,0 5,0
20 Sumur Bor Nasipanaf 15 15,0 10,0
21 Sumur Bor Sagu 15 - -
22 Sumur Bor SMKK 5 5,0 2,0
23 Sumur Bor Pramuka 4 4,7 1,7
Jumlah 481 411,5 338,6
Sumber : RTRW Kota Kupang
Tabel 7.20.
Persentase Penurunan Debit Mata Air pada Musim Hujan dan Musim Kemarau
NO Sumber Air Baku Kapasitas Terpasanag (liter/detik) Kapasitas Produksi (liter/detik) Kapasitas Terlayani (liter/detik)
1. Kali Kaca 890 50 (75,38)
Mata Air Haukolo 17,8 1 (54,68)
3 Mata Air Oepura 118 25 (73,05)
4 Mata Air Amnesi 120,5 20 (77,60)
5 Mata Air Kali Kaca 20,3 10 (50,52)
6. Mata Air Kolhua 35,5 15 (57,14)
7 Mata Air Sagu II 174,8 35 (75,71)
8 Mata Air Oeba 261 40 (80,42)
9. Sungai Kolhua 50 7 (80,00)
10 Kali Sembunyi 317 15 (80,00)
11 Mata Air kali Sembunyi 1,2 - (56,56)
12 Mata Air Oetona 4,22 4 (89,68)
13 Kali Fatukoa 760 60 (45,52)
14 Mata Air Labat 323 20 (80,68)
15 Mata Air Kali Fatukoa 12,02 1 (54,36)
16 Mata Air Lobang 26,8 15 (61,80)
17 Mata Air Sagu I (PDAM) 150 30 (30,27)
18 Mata Air Airnona 110 10 (60,33)
Jumlah 3.355,01 235.00 (60,35)
Sumber : RTRW Kota Kupang
Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM kabupaten Kupang untuk pelayanan Kota Kupang
berasal dari mata air, sumur bor serta bendungan Tilong. Sedangkan sumber air baku PDAM Kota
Kupang umumnya berupa sumur bor.
Apabila ditelaah lebih lanjut, kota Kupang telah memiliki system IPA Manutapen yang langsung
diminum, namun disis lain masih ada system pelayanan air minum non-perpipaan di Kota Kupang
belum semuanya memenuhi syarat secara bakteriologis. Sebab air tersebut digunakan langsung
kesehatan. Untuk mengantisipasi hal ini perlu dilakukan kaporisasi secara rutin pada sistim
penyediaan air non perpipaan yang ada di Kota Kupang.
Tantangan dan Permasalahan Penengembangan SPAM
Permasalahan Pengembangan SPAM Kota Kupang meliputi :
Peningkatan Cakupan dan Kualitas
1. Tingkat Pelayanan Air Minum dengan Sistim perpipaan masih sangat rendah
2. Pola Permukiman yang terpencar mengakibatkan investasi penyediaan Air Minum sangat
tinggi
3. Terbatasnya infrastruktur unit produksi maupun reproduksi
4. Terbatasnya kapasitas air baku
5. Tingkat Kebocoran masih Tinggi
6. Kualitas Air khususnya penyediaan Air Minum dengan Sistim Non Perpipaan rendah.
7. Kondisi topografis yang sangat berkontur.
8. Belum ada perencanaan yang jelas dan berorientasi pada potensi dan profitabilitas dari
pembangunan yang berkelanjutan.
Pendanaan
Kurangnya alokasi dana APBN, APBD I, APBD II serta minimnya cash flow yang dimiliki
PDAM Tirta Bening Lontar dalam melakukan pembangunan SPAM, padahal diperlukan dana
untuk penambahan ketersediaan air baku dan penambahan infrastruktur unit produksi dan
jaringan distribusi.
Kelembagaan dan Perundang-undangan
Adanya dualisme lembaga pelayanan SPAM di Kota Kupang yakni oleh PDAM Kota Kupang
dan PDAM Kabupaten Kupang. Sampai saat ini belum ada penyelesaiannya.
Peran masyarakat
Pemakaian air yang kurang bijak oleh masyarakat disertai kurang kesadaran masyarakat dalam
menjaga kelestarian sumber air dan fasiltas perpipaan yang tersedia.
Permasalahan pengembangan SPAM Kota Kupang di sajikan dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 7.21. Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM
No Aspek Pengelolaan AM Permasalahan
Tindakan Yang Sudah
Dilakukan
Yang Sedang Dilakukan A.
1 2
3
Kelembagaan/Perundangan
Organisasi SPAM
Tata Laksana (SOP
,Koordinas)
SDM
1. adanya dualisme lembaga 2. belum ada SOP
3. kurang tenaga ahli Tersedianya BLUD
Musyawarah mengelola aset bersama
Menseleksi sesuai kebutuhan B.
1
Teknis Operasional Sumber Air Baku
1. Mengalami penurunan debit
saat musim kemarau Membatu dgn mobil2
No Aspek Pengelolaan AM Permasalahan
Perlu dana untuk penambahan kesersediaan air baku
Belum merata di semua tempat Belum optimal
Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke depan, dapat digambarkan
sebagai berikut :
1) T antangan Internal:
a) Peningkatan cakupan kualitas air minum. Saat ini masih banyak masyarakat yang
belum memiliki akses air minum yang aman. Ini tercermin pada tingginya angka
prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan
SPAM adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai
kriteria yang telah disyaratkan.
b) Banyak potensi pendanaan pengembangan SPAM yang belum dioptimalkan dan tuntutan
penerapan tarif dengan prinsip full cost recovery dalam pengembangan SPAM.
c) Tuntutan penyelenggaraan SPAM yang profesional dalam pengembangan SPAM di masa
depan.
d) Pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005
serta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.
Standar Pelayanan Minimal Air minum untu Kota Kupang di tahun 2013 adalah 5,94%
dari rencana 70%. Ini berarti SPM air minum masih jauh dibawah standart.
e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang belum
diberdayakan.
2) T antangan E ksternal
a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan ekonomi, sosial,
dan lingkungan hidup.
masyarakat dalam proses pembangunan.
c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) 2015 dan
Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan perkotaan harus berimbang dengan pembangunan perdesaan.
d) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal dan masyarakat, serta
peningkatan peran serta dunia usaha, swasta
e) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim investasi yang
kompetitif.
7.3.2. Sasaran Program
Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada
saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum
secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk. terhadap sumber air minum
terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan 45,72% di perdesaan.
Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum di Kota K upang adalah :
- pembangunan Bendungan Kolhua sebagai sumber air bersih untuk wilayah Daerah dan
sekitarnya;
- peningkatan jaringan penyediaan air minum melalui mata air Oepura di Kelurahan Oepura,
mata air Amnesi di Kelurahan Bakunase, dan mata air Air Sagu di Kelurahan Batuplat;
- penambahan lokasi sumur bor tersebar di wilayah Kota Kupang;
- peningkatan kapasitas air baku Instalasi Pengolahan Air Minum di Kelurahan Oepura,
Kelurahan Kelapa Lima, Kelurahan Kolhua, Kelurahan Bakunase, dan Kelurahan Batuplat
menjadi 150 l/detik;
- pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum di Kelurahan Kolhua;
- pengembangan jaringan perpipaan di wilayah Kecamatan Oebobo, Kecamatan Kelapa Lima,
Kecamatan Alak dan Kecamatan Maulafa; dan
- pengembangan jaringan bukan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan atau pembangunan
perlindungan mata air diatur lebih lanjut oleh Perusahaan Daerah Air Minum.
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 melalui Gerakan Rencana Aksi
Daerah (RAD) 100-0-100 terkait air minum, maka dilakukan kegiatan Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja
programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan
Tabel 7.22
Proyeksi Kebutuhan Air Perkotaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
Tabel 7.23
Proyeksi Kebutuhan Air Perdesaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata 01. Sumba Barat 0 39,42 39,42 50,28 51,11 51,87 52,74 53,50 51,90
1.117 659 1.776 2.409 2.455 2.499 2.544 2.589 2.499 Kebutuhan Volume air (ltr/ detik)
Kota Kabupaten
Propinsi
Asumsi Debit air tersedia 2015 (liter/ det)
perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata
01. Sumba Barat 0 19 19,10 55,94 56,85 57,71 58,67 59,51 57,74 Asumsi Debit air tersedia 2015
(liter/ det)
Propinsi
Tabel 7.24
Sasaran Program Penanganan Air Minum di Provinsi NTT sesua RAD 100-0-100
7.3.3. Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan Pengembangan SP AM
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat sebagai berikut:
1. Peraturan Pengembangan SPAM
- Penyusunanan Rancangan Undang-undang
2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
- Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda
- Rekomendasi Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Bidang Air Minum
- Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Bidang Air Minum
- Rencana Induk Bidang Air Minum
3. Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan Terfasilitasi
- Bantuan Program
- Pengembangan Jaringan Perpipaan
2016 2017 2018 2019
Lit e r/ de t 10 15 15 15 55,00
SR 1.000 1.500 1.500 1500 5500,00
Pem bangunan I nfr astr uk tur SPAM Per k otaan SPAM Ber basis Masyar ak at
PAMSIMAS Li t er/ d et 164 164 164 491
Pengem bangan Sum ur bor pem anfaatan pengem bangan Non PDAM Terfas ilitasi
Pengem bangan Sum ur gali pem anfaatan pengem bangan Non PDAM Terfas ilitasi Debit dan jum lah sam bungan Rum ah
Pengem bangan SPAM MBR
Pem anfaatan SPAM PDAM Terfas ilitasi
339.375
Debit dan jum lah sam bungan Rum ah Pem anfaatan SPAM ibukota kecam atan
Targe t Sasaran Ki ne rja satu an
Debi t dan ju m l ah sam b un gan Rum ah SPAM Re gi on al
Debit dan jum lah sam bungan Rum ah Pem anfaatan Idle SPAM Perkotaan
Debit dan jum lah sam bungan Rum ah
Pem anfaatan Penurunan Kebocoran
SPAM Perkotaan
To t al
Pengem bangan jaringan perpipaan
dikawas an Rawan Air
Debit dan jum lah sam bungan Rum ah Pem anfaatan SPAM ibukota pem ekaran
Debit dan jum lah sam bungan Rum ah Pem anfaatan SPAM PDAM Terfas ilitasi Debit dan jum lah sam bungan Rum ah Pem anfaatan SPAM Berbasis Mas yarakat
4. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air Terfasilitasi
- Bantuan Program
- Pengembangan Jaringan Perpipaan
5. Pegembangan SPAM Perkotaan
- Pembangunan SPAM IKK
- Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran
- Pembangunan SPAM Perluasan Perkotaan
- Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan
- Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan
6. Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat
- Pamsimas
7. Pembangunan SPAM Kawasan Khusus
- Pembangunan SPAM di Kawasan kumuh
- Pembangunan SPAM di Kawasan nelayan
- Pembangunan SPAM di Kawasan perbatasan
- Pembangunan SPAM di Kawasan Pulau Terluar
- Pembangunan SPAM Strategis
8. Pembangunan SPAM Regional
- Pembangunan SPAM Regional
9. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air
- Pembangunan SPAM di Kawasan Rawan Air
- Pemanfaatan Iddle SPAM di Kawasan Rawan Air
10. Pembangunan Jaringan Perpipaan di Kawasan Khusus
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan kumuh
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan nelayan
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan perbatasan
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan Pulau Terluar
- Pengembangan Jaringan Perpipaan Strategis
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;
4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Mas yarakat;
5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.
Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)
Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26 ayat 1 s.d 8
dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.
2. Tersedia dokumen RPIJM
3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya
o Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter pipa JDU
terbesar ≥ 250 mm
o Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau diameter pipa
JDU terbesar 200 mm;
o Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau diameter pipa
JDU terbesar ≤ 150 mm;
4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21)
5. Ada indikator kinerja untuk monitoring
o Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik
o Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun yang
sama
6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan
7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan fungsional dan
rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun
8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)
9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan menyediakan
syarat-syarat di atas.
Secara rinci, usulan dan prioritas pengembangan air minum di Kota Kupang disajikan dalam
bentuk Matriks Program Investasi RPI2JM .
7.4 PE NYE HATAN LINGKUNGAN PE RMUKIMAN
Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
KementerianPekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang
kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam RPI2JM lebih mengarahkan pada
perencaanaan program dan pembiayaan dalam pengemabgan PLP khusnya dalam rangka pencapaian
Gerakan Nasional 100-0-100.
.7.4.1. Kondisi E ksisting Air Limbah, Sampah dan Drainase
7.4.1.1. Air Limbah Permukiman
Akses sanitasi dasar layak di Kota Kupang sampai dengan tahun 2015 baru mencapai 33,59%
yang terdiri dari Kota 35,57% dan desa 4,97%. Berarti 66,41% rumah tangga di Kota Kupang
belum mendapatkan akses saniatsi dasar yang layak. Berdasarkan data yang ada untuk
Penanganan Sanitasi dan air limbah pada kawasan permukiman baik itu di perkotaan maupun
perdesaan masih dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah, dengan atau tanpa sumur resapan sedangkan penanganan dengan
sistim off site belum ada.
Tabel 7.25. Data Capaian Akses Sanitasi Dasar
NO
URAIAN CAPAIAN
2013 2014 2015
1 Total Akses Sanitasi layak 23,47% 26,13% 33,59%
2 Total Akses Perkotaan 23,31% 27,58% 35,57%
3 Total Akses Pedesaan 26,09% 7,18% 4,97%
Sumber : NTT Dalam Angka BPS, 2015
Kondisi Eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan pemerintah Kota Kupang
diuraikan sebagai berikut :
1. Aspek teknis
Pada dasarnya pengembangan sistem pengolahan air limbah dimaksudkan untuk:
• Mencegah pencemaran lingkungan • Menjaga kesehatan masyarakat • Melindungi ekosistem dan badan air • Melindungi air baku/air minum
Kondisi eksisting pengembangan air limbah secara teknis disajikan pada tabel berikut
ini:
Tabel 7.26. Kapasitas Pelayanan E ksisting Skala Kota Tahun 2015
Prasarana & Sarana Jumlah Kapasitas (M³) Sistem Pengolahan Pengelola Lembaga Keterangaan Kondisi
Truk Tinja 2 4,5 Dimanfaatkan kembali Dinas Kebersihan Berfungsi
IPAL Manulai II 3 Komunal Kelurahan Berfungsi
Sampai saat ini, Kota Kupang baru memiliki 2 (dua) truk tinja dengan kapasitas
seluruhnya 4,5 m³ dan dalam kondisi baik. Sistem pengolahannya adalah dikembalikan
ke masyarakat untuk dijadikan pupuk organik. Pengelolanya oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Kupang. Sedangkan IPAL komunal terdapat pada 4 kelurahan dan
masih berfungsi.
Tabel 7.27. Cakupan Pelayanan Sistem On Site Kota Kupang Tahun 2015
Jumlah PS Sanitasi Sistem On Site
Pengumpulan Pengolahan
Jamban Keluarga
(%) MCK (%) Lainnya (%)
Septick tank
(%) Lubang tanah (%)
Tempat terbuka (pantai,sungai (%))
73,06 25,39 1,55 26,13 65,74 8,13
Sumber : Kota Kupang dalam Angka 2016
Cakupan pelayanan sistem on site di Kota Kupang sampai tahun 2015 dengan cara
pengumpulam melalui jamban keluarga sudah mencapai 73,06% dan MCK 25,39%.
Sedangkan melalui pengolahan telah memiliki 26,13% septik tank, 65,74% lubang tanah
dan di tempat terbuka (pantai, sungai, kolam) sebanyak 8,13%. Dan pengolahan ini
masih didominasi oleh lubang tanah bukan tangki septik.
Tabel 7.28.
Persentase banyaknya RT Menurut F asilitas Tempat Buang Air Besar 2010-2015
Fasilitas Tempat Buang Air Besar 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) 2014 (%) 2015 (%)
Leher Angsa 86,73 90,19 81,24 95,00 92,64
Plengsengan 7,43 7,77 15,42 2,64 3,77
Cemplung/Cubluk 5,59 1,69 3,02 2,36 3,59
Tidak Ada 0,25 0,35 0,14 0 0
Jumlah 100,00 100,00 100 100 100
Sumber : Kota Kupang dalam Angka 2016
Sedangkan persentase Rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar di Kota
Kupang didominasi oleh leher angsa 81,24%, diikuti plengsengan 15,42%, cubluk 3,02%
dan tidak ada alias di tempat terbuka 0,14%. Kepemilikan leher angsa di tahun 2012 ini
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang sudah mencapai 90,19%. Namun
di tahun 2015 mengalami kenaikan lagi dimana leher angsa mencapai 92,64%. Ini
menunjukan bahwa masyarakat Kota Kupang sudah memperhatikan tempat
pembuangan air besar yang layak.
Pelayanan air limbah berbasis komunitas masyarakat sampai saat ini berjumlah 4 unit
dan dibangun tahun 2008 dan 2009 dan masih dalam keadaan baik serta sudah
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Adapun pelayanan air limbah komunitas
Tabel 7.29.
Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis masyarakat di Kota Kupang
No Lokasi
Sistem
Di Bangun Tahun
Cakupan
Pelayanan Kondisi MCK
+ MCK ++
Ipal Komunal
Airmata √ 2010 100-200 jiwa Terlantar
Oepura √ 2010 100-200 jiwa Baik
Solor √ 2010 100-200 jiwa Baik
Namosain √ 2010 100-200 jiwa Baik
Oesapa √ 2010 100-200 jiwa Baik
Naikolan √ 2010 100-200 jiwa Baik
Bonipoi √ 2011 100-200 jiwa Baik
Naikoten 2 √ 2011 100-200 jiwa Baik
Liliba √ 2012 100-200 jiwa Baik
Lasiana √ 2012 100-200 jiwa Baik
Oeba √ 2012 100-200 jiwa Baik
Maulafa √ 2013 100-200 jiwa Proses pemb
Batuplat √ 2013 100-200 jiwa Proses pemb
Bakunase II √ 2013 100-200 jiwa Proses pemb
Bakunase RT.10 RW 04 √ 2013 100-200 jiwa Proses pemb
Kel.Fatu Besi √ 2009 100-200 jiwa baik
Kel.Airnona √ 2008 100-200 jiwa Baik
Kel.Manutapen √ 2008 100-200 jiwa Baik
Kel. Liliba √ 2008 100-200 jiwa Baik
2. Aspek Pendanaan
Pembiayaan pembangunan sarana individual tanki septic di danai oleh masyarakat
sendiri, Sedangkan pengurasan tanki septik dilakukan atas permintaan masyarakat dan
biaya operasionalnya didanai melalui anggaran Pemda (APBD ).
3. Aspek Kelembagaan & Peraturan Perundangan
Pengelolaan Air limbah belum sepenuhnya di tangani oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Kupang, hanya sebatas pada penanganan lumpur tinja berupa
penyedotan dengan truck tinja yang selanjutnya dikembalikan ke masyarakat sebagai
pupuk tanaman.
Peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah permukiman menyangkut struktur
organisasi dan pengelola air limbah belum tersedia.
4. Aspek Peran serta Masyarakat
Seluruh upaya pengelolaan air limbah di Kota Kupang dilaksanakan secara individal
swadaya. LSM dan lembaga gereja paling jauh sebatas memperkenalkan konsep jamban
keluarga dan menyadarkan masyarakat akan resiko pencemaran lingkungan oleh air
7.4.1.2. Persampahan
Secara umum sistem pembuangan sampah di Kota Kupang terbagi atas 2 sistem
pembuangan, yaitu :
Pembuangan secara individual, dimana masyarakat membuang dan memusnahkan sampahnya sendiri dengan cara dibakar dan ditimbun,
Pembuangan sampah secara kolektif yang biasanya dikelola oleh dinas kebersihan melalui suatu sistem pengelolaan persampahan yang terdiri pewadahan, pengumpulan,
pendistribusian, pengolahan dan pembuangan akhir.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan penduduk Kota Kupang terdiri dari sampah rumah
tangga, sampah tempat usaha seperti pertokoan, hotel, restoran, pasar, perkantoran dan
kegiatan lainnya. Daerah yang terlayani sistem pengolahan sampah di Kota Kupang tersebut
antara lain jalur jalan utama kota, permukiman dan pasar. Pengumpulan sampah di kawasan
permukiman saat ini dilakukan dengan cara menampung pada TPS dan ada juga yang
dibakar, untuk kawasan umum seperti perdagangan (termasuk pasar), jasa dan perkantoran,
sistem pengumpulan sampah umumnya dilakukan dengan pola komunal, yaitu sampah
dikumpulkan di TPS tertentu atau konteiner sampah untuk kemudian dibawa oleh truk
sampah menuju ke TPA. Sampah yang bersumber dari pasar, pengelolaan dilakukan oleh
Badan Pengeloia Pasar dan Terminal (BP3T), mulai dari pengumpulan dan pewadahan
sampah ke TPS. Pengelolaan sampah di Kota Kupang ditangani Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, untuk lokasi TPA Kota Kupang berada di Kelurahan Namosain Kecamatan
Alak, yaitu sekitar 6 km dari pusat kota dengan luas lahan sekitar 10 Ha. Sistem TPA yang
digunakan saat ini adalah sistem “Controlled Landfill". Sedangkan Pengelolaan sampah
dengan metode 3R belum banyak digalakan di Kota Kupang.
Tabel 7.30. Data Pengolahan Persampahan
NO URAIAN SATUAN BESARAN
2013 2014 2015
DATA PENGUMPULAN SAMPAH
1 Jumlah Penduduk Jiwa 58.637
2 Asumsi Produksi Sampah Lt/org/hr 2,5 2,5 2,5
3 Asumsi Produksi Sampah m3/hr 548 558 755
4 Cakupan Layanan Geografis Ha 10.346 10.720 11.898
5 Cakupan Layanan Penduduk Jiwa 219.134 223.013 302.013
DATA TPA
1 Nama TPA TPA ALAK
2 Status TPA Sewa/milik MILIK MILIK MILIK
3 Luas TPA Ha 5,5 10 10
4 Kapasitas m3/hr
5 Sistim Open Damping/Sanitary
Landfill
Open damping aktif dan sanitary landfill tidak berfungsi
6 Jarak ke Permukiman Terdekat km 2
NO URAIAN SATUAN BESARAN
2013 2014 2015
DATA TRANSPORTASI PERSAMPAHAN
1 Jumlah Layanan terangkut m3/hr 378 486 666
2 Jumlah Kendaraan
Truck unit 35 35 40
Motor Tiga roda unit 52 52 52
3 Jumlah Peralatan
Gerobak Unit 54 70 115
Container Unit 10 13 17
4 Transfer Depo Unit 3 3 3
5 Jumlah TPS Unit 248 260 262
Sumber : Profil CK Kota Kupang 2016
7.4.1.3. Darinase
Kota Kupang saat ini sangat rawan terhadap genangan air, hampir setiap kali hujan dengan
intensitas yang agak tinggi mengakibatkan beberapa kawasan permukiman maupun jalan
terendam air. Kondisi ini terjadi karena berkurangnya luas areal resapan akibat perubahan
penggunaan lahan dan juga karena drainase yang ada belum terbangun dengan baik. Drainase
hanya terbangun di daerah yang dilalui oleh jalan arteri dan jalan lokal sehingga lebih banyak
berfungsi untuk menampung air limpasan dari badan jalan tetapi belum dapat
mengakomodasi air limpasan dari kawasan sekitarnya. Untuk kawasan permukiman air
permukaan biasanya langsung diresapkan kedalam tanah, hal inilah yang mengakibatkan
terjadinya genangan pada beberapa kawasan permukiman di Kota Kupang pada saat musim
penghujan. Selain hal tersebut beberapa kawasan yang walaupun sudah ada jaringan drainase
tetapi masih mengalami genangan air disebabkan karena pendangkalan/penyumbatan oleh
sampah, penutupan permukaan drainase oleh masyarakat, penampang drainase yang tidak
memadai sehingga tidak dapat menampung debit air yang ada ataupun kondisi jalan yang
lebih rendah dari drainase.
Berdasarkan data dari hasil review desain master plan drainase di Kota Kupang diketahu
bahwa drainase primer di Kota Kupang sebagian besar masih berupa drainase alam yaitu
berupa sungai maupun anak sungai, yang kondisi debitnya sangat berkurang atau kering pada
saat musim kemarau. Untuk drainase sekunder di Kota Kupang panjang salurannya kurang
lebih 64 km. Berdasarkan hasil survey juga diketahui bahwa pada kawasan-kawasan tertentu
kondisi infrastruktur drainase banyak yang mengalami kerusakan, walau demikian tidak ada
data yang menggambarkan seberapa besar tingkat layanan drainase di Kota Kupang.
Sistem drainase yang terdapat di Kota Kupang sebagian besar berupa saluran di tepi-tepi
jalan regional, jalan Kota, jalan desa dan jalan lingkungan dengan kondisi berupa beton atau
tanah. Berdasarkan konstruksi, sistem drainase di Kota Kupang merupakan sistem saluran
mengalirkan air hujan saja. Hal tersebut mengakibatkan kurang optimalnya kondisi dan
fungsi saluran yang ada, sehingga mengakibatkan kurang lancarnya aliran air untuk menuju
saluran drainase primer yang ada.
Aliran air pada saluran-saluran drainase mengalir menuju sungai-sungai yang akan bermuara
dipantai. Saluran drainase ini pada umumnya merupakan pembuangan-pembuangan alam
dengan kondisi alur penuh semak belukar, berkelok-kelok, sempit dan dangkal. Bentuk
saluran drainase yang melayani Kawasan perkotaan di Kota Kupang adalah saluran terbuka
yang belum diperkeras (berupa tanah) dan umumnya terletak di tepi jalan. Untuk
menghindari terjadinya genangan pada saat musim hujan, perlu dilakukan pengembangan
33ystem drainase yang berhirarki dan terpadu yang merupakan penanganan drainase secara
umum dan menyeluruh.
Pada prinsipnya pengembangan 33ystem drainase di Kota Kupang tetap memanfaatkan
33ystem drainase yang ada serta memanfaatkan sungai-sungai yang bermuara dipantai/laut
atau pembuangan alamiah yang befungsi sebagai badan air penerima dari limpasan air hujan
sebagai jaringan pembuangan akhir.
7.4.1.4. Tantangan dan Permasalahan PLP
A. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah
Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Kota
Kupang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tidak tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang memadai, sebagian
masyakat masih memanfaatkan lingkungan sekitar (pekarangan, saluran drainase, hutan,
tepi sungai) untuk membuang limbah baik itu limbah cair atau padat
b. Sebagian besar kawasan permukiman belum terjangkau oleh pelayanan pengelolaan air
limbah oleh pemerintah/dinas terkait, terlebih di kawasan permukiman perdesaan
c. Teknologi pengelolaan air limbah yang sebaiknya diterapkan di Kawasan perkotaan di
Kota Kupang adalah sistem tengki septik dengan bidang resapan
d. Penanganan limbah cair pada permukiman Kota Kupang juga dilakukan dengan sistem
setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah dengan atau
tanpa sumur resapan
e. Sejumlah besar penduduk sudah memiliki kakus sendiri 69,42% tahun 2015 dan 30,58%
masih menggunakan kakus umum dan bersama.
f. Sampai tahun 2015 terdapat 65,74% masyarakat masih menggunakan lubang tanah dan
hampir 8,13% masih membuang di pantai dan sungai, hal ini perlu disediakan sarana