• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE LIMITLESS STORY

Dalam dokumen The Reborn of Indo-oriental Stories (Halaman 85-139)

THE LIMITLESS STORY

Labuhan Deli dijadikan sebagai salah satu destinasi pariwisata Provinsi Sumatera Utara dengan terpenuhnya Triple A (Access, Attraction and Amenity). Hotel Butik dirancang sebagai tempat yang menampung kebutuhan pengunjung ke kawasan Labuhan Heritage Town yang hendak menginap. Konsep Heritage Tourism, dipercaya akan tetap melestarikan nilai-nilai sejarah dan menjadikannya suatu kisah yang tanpa batas, terus dapat diingat dan dinikmati (limitless story).

Tema dari arsitektur yang digunakan pada bangunan ialah arsitektur eklektik kontekstual. Arsitektur kontekstual pada dasarnya direncanakan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah budaya peranakan yang sangat melekat pada kawasan. Tema perancangan eklektik kontekstual yang menggabungkan unsur-unsur terkini dengan unsur-unsur-unsur-unsur lama menjadikan bangunan baru tetap berbaur dengan bangunan yang sudah ada di sekitarnya, karena pada dasarnya budaya peranakan merupakan campuran dari budaya melayu, tionghoa yang dipengaruhi oleh zaman kolonial Belanda.

Nilai-nilai pada budaya peranakan tidak hanya diimplementasikan pada tampak bangunan namun juga pada organisasi ruang pada kawasan perancangan. Fungsi yang dirancang meliputi revitalisasi deretan ruko Cina, Vihara dan pengembangan hotel. Pada kesempatan ini, perancangan lebih dititikberatkan pada Hotel Butik yang berorientasi terhadap Sungai Deli.

Restoran yang sebenarnya masih bagian dari hotel, bangunannya dibuat terpisah dari bangunan utama Hotel agar dapat diakses oleh pengunjung umum, dan untuk memisahkan zona publik dan zona yang lebih intim untuk pengunjung hotel. Pada bagian drop off hotel, terdapat akses menuju area riverside yang letaknya lebih rendah dari kawasan hotel dan cottage.

Bangunan hotel terdiri atas 4 (empat) lantai yang di dalamnya terdapat kamar-kamar hotel, kebutuhan fasilitas hotel, ruang-ruang manajemen hotel dan ruang utilitas. Sedangkan area cottage dibuat di bagian yang paling intim, yang dihubungkan oleh selasar satu sama lain untuk menciptakan kesan menyatu dari luar bangunan. Cottage yang berada tepat dipinggir sungai dibuat hanya berlantai satu agar tidak menghalangi pandangan dari bangunan pada sisi di seberangnya. Sedangkan cottage pada sisi seberangnya dibuat dua lantai, dimana posisi cottage ini dapat menghadap view ke area courtyard yang dilengkapi kolam renang yang merepresentasi replika sungai dan taman. Adapun tipe – tipe kamar yaitu standard dan standard plus, dan cottage standard, deluxe, suite dan presidential. Sementara itu, di sepanjang area pinggir Sungai Deli terdapat river walk. Di sepanjang river walk, pejalan kaki dapat duduk santai menikmati view Sungai Deli. Untuk menjaga privasi, maka dibuat perbedaan level dan penanaman vegetasi/pohon.

Dengan melahirkan kembali unsur budaya peranakan, produk perancangan ini menjadi mampu meningkatkan kreativitas dan keinginan masyarakat sekitar dengan berpegang teguh pada tradisi dan kebudayaan. Sehingga “challenge” dan “response” akan berkembang secara seimbang dalam menghadapi derasnya arus modernitas (Wiranto, 1999).

EPILOG

Pencapaian Pembangunan berkelanjutan akan disukseskan dengan adanya perencanaan kota yang sesuai dengan karakteristik kota tersebut. Pengembangan Labuhan Deli menjadi Urban Heritage Tourism bertujuan sebagai sarana pendidikan dan rekreasi masyarakat, aktivitas ini sekaligus turut menjadi sarana yang melestarikan nilai sejarah Labuhan itu sendiri.

Kawasan Labuhan Deli yang dikembangkan sebagai salah satu pusat destinasi pariwisata Sumatera Utara diharapkan dapat meningkatkan pendapatan kota terutama Kota Medan, serta dapat memperkenalkan bangunan bersejarah kota Medan (Kristiningrum, 2014) sehingga terjadi aspek simbiosis keberlanjutan. Dan aspek keberlanjutan tidak dapat dipisahkan dari proses pembentukan identitas yang benar (Ginting dan Wahid, 2015). Maka dari itu, pengembangan Labuhan Deli harus didasari oleh karakterisik wilayah itu sendiri.

Pada konteks Labuhan Deli, aset budaya dalam pengembangan heritage tourism ialah fisik bangunan Masjid Al-Oesmani, Vihara Siu Sian Kiong dan deretan peninggalan ruko cina yang telah dipugar; dan adat istiadat dan seni budaya Melayu dan Tionghoa. Di samping itu, nilai budaya dan sejarah yang ada pada kawasan juga merupakan aset budaya yang tidak dapat dilihat maupun disentuh (tak benda).

Dalam tahap proses perancangan, perancang melakukan perjalanan ke tempat dimana masih terdapat bangunan dan rumah bernuansa peranakan. Untuk menambah falsafah, sejarah, kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan Melayu dan Peranakan, perancang mengulas beberapa buku maupun jurnal yang berkaitan dengan adat budaya ini.

Pada proses perancangan ini pula, perancang sedikit mengalami kesulitan karena tenggang waktu yang diberikan sangatlah singkat mengingat ada cukup banyak rancangan bangunan yang harus dikerjakan di area yang cukup luas. Namun, perancang tetap menikmati proses perancangan ini hingga selesai.

BAB II

SEARCH OF RESEMBLANCE

Jika tema dan fungsi hotel telah ditetapkan untuk dirancang, maka perlu dilakukan pencarian proyek sejenis (search of resemblance) untuk dikaji sebagai acuan dalam merancang. Hotel merupakan salah satu fasilitas yang telah berkembang sejak lama, berfungsi untuk mengakomodasi penginapan tamu dan kebutuhan tamu. Demi mendukung berjalannya aktifitas pariwisata dan perekonomian di Labuhan Heritage Town, hotel tentu saja diperlukan untuk menampung wisatawan, dikarenakan pada kawasan Labuhan Heritage Town ini akan sering diselenggarakan banyak acara-acara festival budaya dan kuliner, dimana acara-acara tersebut biasanya berlangsung lebih dari satu hari, dimulai pada pagi buta, atau baru selesai pada tengah malam.

Konsep Labuhan Heritage Town adalah satu kompleks dengan beberapa situs-situs pariwisata, sehingga tentu saja para wisatawan interlokal butuh penginapan, maka dari itulah diusulkan fungsi Hotel (penginapan). Fasilitas penginapan di kawasan ini bisa saja berupa guest house yang menyatu dengan ruko-ruko di area komersil, namun hal itu tidak dilakukan mengingat beberapa aspek. Pertama, ruko di area komersil tersebut tetap digunakan sebagai tempat tinggal sederhana bagi pemilik toko. Kedua, konsep guest house, mungkin dapat menarik perhatian wisatawan mancanegara, namun tidak untuk wisatawan lokal dari kawasan Medan dan sekitarnya, belum lagi berdasarkan survey perancang,

guest house seringkali disalahgunakan penduduk setempat untuk perbuatan tidak baik, dan akhirnya meninggalkan citra yang buruk.

Konsep kompleks Labuhan Heritage Town adalah rekreasi. Disini, perancang memahami konsep rekreasi adalah mencari ketenangan dari kesibukan yang selama ini dihadapi. Aktifitas rekreasi yang paling sering dilakukan biasanya pergi ke tempat-tempat yang dekat dengan alam, paling minimal bagi masyarakat kecil adalah pergi ke taman kota. Di kompleks Labuhan Heritage Town, taman kota telah tersedia dengan beberapa fasilitas-fasilitas standard taman kota yang tidak berbayar. Namun, berdasarkan survey kecil dan wawancara perancang, kebanyakan masyarakat tetap menginginkan fasilitas rekreasi khas resort dengan kelas yang lebih tinggi dari sekedar taman kota. Tidak bisa dipungkiri, perilaku

masyarakat di Indonesia adalah menginginkan sesuatu yang „mahal‟ yang

terkadang kepentingannya bukan untuk mendapat manfaat dari sesuatu tersebut

namun juga kepentingan „status‟ dan gengsi. Maka dari itu, sesuatu yang

„berkelas‟ dan terkesan „mahal‟ merupakan sesuatu yang diinginkan masyarakat di

Indonesia. Untuk memenuhi keperluan tersebut dan keperluan rekreasi, maka dari itu Hotel dibuat di kawasan pinggiran sungai demi terciptanya suasana yang dekat dengan alam. Peletakan Hotel pada masterplan juga tidak dekat dengan area padat dan sibuk.

Mayoritas tempat wisata, khususnya wisata alam, dilengkapi oleh hotel-hotel leisure atau resort, beragam dari mulai bintang 2 (dua) hingga bintang 5 (lima). Hotel jenis leisure atau resort yang selalu dilengkapi dengan taman-taman yang luas sering diaplikasikan untuk memaksimalkan pemandangan sekitar dan

memberi atmosfir yang tenang dan nyaman. Namun pada kawasan kajian kali ini yang relatif kecil, maka penerapan jenis hotel resort maupun leisure tidak bisa dilaksanakan.

Berdasarkan data-data analisa tapak dan analisa sosial ekonomi, ada beberapa jenis hotel yang cocok dibangun, diantaranya adalah; Hotel Butik, Hotel Budget, Hotel Budget-Butik, Hotel Resort dan Hotel Resort Butik.

Hotel Butik cocok direncanakan karena konsep hotel butik selaras dengan suasana heritage di kawasan ini yang dapat diterapkan, namun luas lahan untuk Hotel terlalu besar untuk sekedar Hotel butik, dimana karakteristik Hotel Butik adalah tidak lebih dari 110 kamar. Hotel budget mungkin cocok mengingat konteks masyarakat setempat yang menengah kebawah namun tidak sesuai target yang telah disebutkan sebelumnya, belum lagi perbandingan antara harga tanah yang dibeli dengan tarif hotel yang murah tidak akan memberi keuntungan finansial yang baik bagi pihak pengembang. Hotel butik bisa saja digabungkan dengan hotel budget dan menjadi Hotel tipe Budget-butik, namun tetap tidak sesuai dengan konsep rekreasi yang dekat dengan alam. Hotel resort membutuhkan lahan yang sangat luas dengan standard kamar yang berjumlah banyak. Hotel jenis resort sangat cocok dibangun di kawasan riverfront, namun panjang dari luas lahan yang mengikuti sungai kurang memadai. Maka dari itu, Hotel yang direncanakan adalah Boutique Resort, Hotel Butik Resort. Jenis hotel ini cocok, dimana fasilitas yang ditawarkan memiliki khas hotel resort, namun tetap dengan karakteristik hotel butik yang jumlah kamarnya tidak lebih dari 110. Dapat dikatakan jenis hotel ini adalah versi kecil dari Hotel Resort pada

umumnya, namun dengan tambahan di segi Hotel Butik yang memiliki daya tarik tersendiri. Ditambah lagi, posisi hotel ini yang terbilang masih dekat dengan kota, maka perancangan kali ini dapat dikatakan “Urban Resort”.

Sementara, sekolah yang sekarang berdiri diatas tanah bekas berdirinya Istana Kesultanan Deli, akan direlokasi dan kemudian pada lahan tersebut akan dibangun replika Istana Deli yang dibuat menyerupai Istana sebelumnya, namun dengan fungsi yang berbeda, yaitu museum dan galeri. Tepat di sebelah area ini terdapat sebuah Vihara. Dan diantara Vihara dan Replika Istana Deli, terdapat satu area yang cukup luas dengan fungsi openspace / public space. Perencanaan tersebut dilakukan agar karakteristik budaya pada Labuhan Deli dapat kembali hidup, dan menunjukkan bagaimana budaya etnis Tionghoa dapat hidup selaras dengan budaya Melayu di Labuhan Deli.

Sedangkan pada kawasan kompleks ruko Cina, dipugar kembali menjadi area pusat kuliner dan belanja. Pada kawasan ini, tema yang diterapkan menyerupai konsep Chinatown yang biasanya ada di negara-negara besar lainnya. Sepanjang deretan ruko Cina ini dilengkapi dengan jalan yang lebar untuk pejalan kaki, sehingga memungkinkan untuk diadakan kegiatan-kegiatan seperti festival dan bazaar kuliner.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan publik maka akan tercipta aspek kontinuitas yang membentuk kembali dan mempertahankan identitas tempat, misalnya; kehadiran sebuah bangunan lama yang keberadaannya dapat membantu

kita mengingat atau memutar kembali memori (Lalli, 1992 dalam Ginting dan Wahid, 2015).

Terdapat beberapa hotel yang dijadikan studi literatur proyek sejenis, yang pertama adalah Noosa Pacific Boutique Resort (gambar 2.1).

Gambar 2.1: Noosa Pacific Boutique Resort

Sumber: www.noosapacific.com.au

Noosa Pacific adalah hotel butik resort yang terletak di pinggir sungai Noosa. Sungai Noosa ini sangat indah dan luas karena merupakan muara (gambar 2.2).

Gambar 2.2: Muara Sungai Noosa

Sumber: www.noosapacific.com.au

Hotel Butik ini menawarkan fasilitas-fasilitas lengkap layaknya hotel bintang 4, namun demi mendukung suasana resort, cottage pun disediakan dan perancangan tapak dirancang dengan sangat baik, termasuk dermaga, area barbekyu, gazebo, kolam renang dan lain-lain (gambar 2.3). Gaya arsitektur yang diambil adalah aborigin style yang dimodernisasi dan diadaptasikan dengan desain arsitektur tropis. Jumlah kamar di hotel ini tidak lebih dari 100 kamar, maka dari itu hotel ini termasuk dalam Hotel Butik.

Gambar 2.3: Suasana Amenitas Noosa Pacific

Sumber: www.noosapacific.com.au

Hal positif yang dapat diambil dari hotel ini adalah bagaimana posisi bangunan benar-benar dirancang berorientasi pada pesisir, ditambah lagi unsur-unsur budaya setempat yang diimplementasikan ke dalam bangunan.

Selanjutnya adalah Safira Riverfront Resort, Goa, India (gambar 2.4). Berbeda dari Noosa Pacific yang terlihat mewah, penginapan ini justru menawarkan kesederhanaan.

Gambar 2.4: Safira Riverfront Resort

Sumber: www.safiragoa.com

Safira Riverfront Resort terletak persis di samping sungai yang dapat diandalkan sebagai pemandangan. Safira Riverfront Resort adalah gabungan dari Hotel butik dan budget, dikemas layaknya hotel resort, menghasilkan hotel dengan bangunan yang kecil layaknya hotel budget, jumlah kamar yang sedikit layaknya hotel butik, dan perancangan tapak yang indah layaknya hotel resort. Luas lahan pada hotel ini relatif kecil, dan cukup dilengkapi dengan satu area terbuka yang diisi oleh kolam renang, bar (gambar 2.5), dan restoran (gambar 2.6). Gaya Arsitektur yang digunakan adalah budaya India, tepatnya budaya di Goa, India. Tema ini juga diterapkan pada setiap kamar (gambar 2.7). Meskipun hotel ini terlihat sederhana, namun seperti yang dilansir dari tripadvisor.com, penginapan ini laris manis di Goa.

Gambar 2.5: Safira Poolside Bar

Sumber: www.safiragoa.com

Gambar 2.6: Safira Poolside Restaurant

Sumber: www.safiragoa.com

Gambar 2.7: Interior Kamar Hotel

Hal yang dapat dipelajari dari hotel ini adalah bagaimana mereka dapat mengandalkan suasana sungai untuk menggaet tamu meskipun bentuk hotel dan fasilitas yang disediakan sangat sederhana.

Selanjutnya adalah Pho Hoi Riverside Resort, Vietnam (gambar 2.8). Pho Hoi Riverside Resort terletak di tepi Sungai Hoi An yang romantis, mendekati pusat kota kuno dan Pulau Cam Nam, sebuah desa wisata dengan jembatan cantik bernama Cam Nam. Ada banyak villa khusus dan bungalow di resor. Semua kamar memiliki koridor pribadi dan balkon di mana pengunjung dapat memiliki pandangan yang luar biasa dari seluruh desa dengan kehidupan aktifitas trasportasi air di Hoi An Market.

Gambar 2.8: Pho Hoi Riverside Resort

Sumber: www.phohoiresort.com

Di resor ini terletak sebuah taman penuh bunga dan tanaman hias yang menawarkan pengunjung pemandangan pastoral dalam kedamaian ekologi

lingkungan. Untuk ruang terbuka, ada lapangan luas dan kolam renang yang dirancang dalam gaya arsitektur oriental (gambar 2.8). Gaya arsitektur pada interior bangunan juga merupakan perpaduan antara elemen oriental dan elemen budaya setempat, yang diterapkan pada lobby (gambar 2.9) dan kamar tidur (gambar 2.10).

Gambar 2.9: Lobby Pho Hoi

Sumber: www.phohoiresort.com

Gambar 2.10: Interior Kamar Pho Hoi

Selain itu, di resor ini pengunjung dapat memiliki kesempatan yang indah untuk menikmati pemandangan saat matahari terbit dan terbenam setiap hari. Dengan lokasi tersebut, pengunjung selalu memberikan udara murni dan segar. Dari resor ini, pengunjung dapat berjalan-jalan singkat melalui jembatan Cam Nam, dan melanjutkan perjalanan ke pusat kota. Resor ini benar-benar sebuah resor yang ideal bagi pengunjung untuk relax. Hotel ini dapat dikatakan hotel butik karena gaya arsitekturnya yang kontekstual dan unik, dan jumlah kamar yang tidak lebih dari 100.

Sama seperti sebelumnya, hal yang patut dipelajari dari hotel ini adalah bagaimana hotel ini dirancang kontekstual terhadap sekitarnya, saling bersimbiosa, baik dari segi fungsi dan penerapan nilai-nilai budaya.

Untuk studi literatur area komersil pada kompleks deretan ruko Cina yang akan dikembangkan menjadi area jajanan kuliner dan belanja, adalah Jalan petaling atau lebih dikenal sebagai Petaling Street Chinatown, Kuala Lumpur, Malaysia.

Petaling street terletak di kawasan pecinan kota Kuala Lumpur, meskipun terbilang kawasan pecinan, namun pada kawasan tersebut tetap terdapat banyak masyarakat Melayu asli. Maka dari itu, banyak dijumpai bangunan-bangunan bergaya peranakan di kawasan tersebut. Petaling Street, layaknya chinatown lainnya, dilengkapi dengan gapura / gerbang bergaya khas oriental (gambar 2.11). Gapura ini selalu dibuat karena memliki makna-makna tertentu dalam budaya Taoisme.

Gambar 2.11: Gerbang Petaling Street

Sumber: www.malaysiasite.nl

Kawasan komersil Petaling Street merupakan satu jalan yang berisi deretan ruko Cina, yang difungsikan sebagai tempat berjualan makanan dan suvenir. Hampir keseluruhan bangunan ruko yang ada masih merupakan tempat tinggal pemilik toko dan gaya arsitektur peranakan tetap dipertahankan (gambar 2.12). Sampai saat ini kawasan Pecinan Petaling Street masih ramai dikunjungi para wisatawan lokal maupun mancanegara, pagi, siang, sore hingga malam (gambar 2.13).

Gambar 2.12: Ruko di Petaling Street

Sumber: www.malaysiasite.nl

Gambar 2.13: Suasana Petaling Street

Sumber: www.malaysiasite.nl

Membandingkan Petaling Street dengan kompleks deretan ruko Cina di Labuhan Deli, terdapat banyak kemiripan. Contoh paling serupa adalah bangunan-bangunan bergaya peranakan dan layout area yang berbentuk lorong mengikuti satu jalan. Konsep penataan dan pengembangan Petaling Street sangat cocok untuk diadaptasikan ke dalam pengembangan area komersil di Labuhan Heritage Town.

Pada Urban design Guideline Labuhan Heritage Town, hotel dan cottage dirancang mengahadap ke Sungai Deli. Untuk cottage yang tidak menghadap langsung ke sungai, orientasinya menghadap ke kolam renang. Pada kasus ini kolam renang di buat di sepanjang cottage sebagai analogi aliran sungai sekaligus memberikan pemandangan untuk tamu penginapan.

Deretan ruko Cina yang difungsikan sebagai area komersil terletak di sebelah utara area Hotel, meskipun tidak langung terhubung dengan jalan di depan hotel, namun letaknya yang cukup berdekatan akan tetap mudah diakses oleh pejalan kaki, ditambah adanya lahan parkir diantara hotel dan area komersil, juga mempermudah bagi pengguna kendaraan.

Sementara itu, replika istana letaknya bersebelahan dengan Vihara dan dibatasi dengan pagar pembatas sederhana, menyesuaikan tipologi istana. Di antara Vihara dan Replika Istana terdapat ruang terbuka publik / plaza yang dapat digunakan untuk acara-acara di Labuhan Heritage Town. Pada gambar 2.14 ditampilkan detail blockpan untuk kawasan kajian pada kesempatan ini

Gambar 2.14: Detail Blockplan Kawasan Kajian

Sumber: Urban Design Guidelines Heritage Town

Setelah melakukan analisa tapak dan studi literatur proyek sejenis, selanjutnya adalah menentukan zona-zona pada kawasan secara keseluruhan dan zona khusus pada kawasan perancangan.

Pada kawasan blockplan keseluruhan, zoning dibuat berdasarkan fungsi (gambar 2.15). Fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah fungsi komersil pada ruko yang terbagi atas area kuliner dan area komersil (pertokoan), area openspace, dan hotel.

Gambar 2.15 Zoning Berdasarkan Fungsi pada Blockplan

Berhubung pada kesempatan ini, perancangan difokuskan pada fungsi Hotel, maka zoning lebih detail dibuat khusus untuk kawasan Hotel (gambar 2.16). Untuk hotel, zoning dibuat berdasarkan fungsi dan keintiman.

Gambar 2.16 Zoning Berdasarkan Keintiman pada Area Hotel

Zoning berdasarkan keintiman, dirancang berdasarkan pengaruh fungsi-fungsi lain yang ada di sekitarnya. Pada blockplan kawasan, jika dilihat dari utara ke selatan, dari mulai fungsi ruko, openspace dan hotel, semakin ke utara sifatnya semakin publik, dan semakin ke selatan, maka sifatnya semakin intim (private). Maka, pada kawasan hotel pun dibuat dengan sequence yang sama.

Zoning berdasarkan fungsi kemudian dirancang setelah menentukan zoning berdasarkan keintiman (gambar 2.17). Adapun fungsi-fungsi yang direncanakan pada hotel yaitu hotel itu sendiri, cottage, area terbuka, area riverside, area sirkulasi kendaraan, restoran dan fasilitas hotel (amenities).

Gambar 2.17 Zoning Berdasarkan Fungsi pada Area Hotel

Pada perancangan zoning berdasarkan fungsi, tetap mengacu pada zoning berdasarkan keintiman. Restoran dan area sirkulasi kendaraan diletakkan di zona publik, kemudian area riverside diletakkan tepat di sisi sungai, yang dapat diakses dari zona publik, kemudian hotel dan fasilitas hotel diletakkan di zona servis, dan terakhir, area cottage diletakkan di zona private dan dilengkapi dengan area terbuka.

Setelah melakukan studi literatur dan merancang zona-zona pada kawasan, selanjutnya adalah menjabarkan kebutuhan ruang tiap-tiap fungsi dan melakukan programming untuk hotel itu sendiri.

BAB I

FORGOTTEN STORIES

Labuhan Heritage Town adalah kawasan pariwisata terpadu dengan fungsi ganda, dengan tema simbiosis berkelanjutan (symbiosis sustainability). Dalam perancangan ini, tujuan utamanya adalah mengembalikan kisah yang hilang (forgotten stories) pada suatu kawasan, dimana kawasan yang direvitalisasi adalah kawasan kota tua di Medan Labuhan termasuk Masjid Raya Al-Oesmani, Deretan Ruko Pecinan, Vihara, Stasiun Labuan dan Tepi Sungai Deli yang difungsikan sebagai destinasi pariwisata baik di Kota Medan, bahkan Sumatera Utara.

Pengembangan kawasan Labuhan Deli memberi peranan penting terhadap perkembangan kota Medan sendiri. Pengembangan ini dapat meningkatkan pendapatan kota, untuk meningkatkan nilai pariwisata di Kota Medan serta dapat memperkenalkan bangunan bersejarah kota Medan (Kristiningrum, 2014). Tema parwisata yang ditekankan pada perancangan ini adalah Urban Heritage Tourism yang akan memasarkan dan melestarikan nilai-nilai budaya dan sejarah yang ada pada Labuhan Deli.

Revitalisasi Kawasan Labuhan Deli akan menghasilkan kembalinya atmosfir kota lama di zaman yang lebih baru. Hal ini seakan bertentangan, dimana kota lama di preservasi di zaman yang lebih baru. Namun kedua hal yang bertentangan ini, dipandang dari konsep Yin dan Yang, merupakan suatu bentuk keseimbangan.

Yin dan Yang adalah konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan bagaimana mereka saling membangun satu sama lain (Aaron Hoopes, 2007). Simbol Yin dan Yang sendiri sering disebut dengan Taiji. Dalam kasus ini, prinsip bertentangan yang dipadukan adalah nilai-nilai zaman

Dalam dokumen The Reborn of Indo-oriental Stories (Halaman 85-139)

Dokumen terkait