• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik

4. Lingkungan Belajar

a. Lingkungan Keluarga

Menurut Roestiyah (1982:159) faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :

1). Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah anak sekolah akan menjadi anak yang kurang bertanggung jawab, dan takut

menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras akan membuat anak menjadi penakut.

2). Suasana keluarga

Hubungan antar keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang dalam keluarga, menyebabkan anak kurang bersemangat dalam belajar. Suasana yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang akan memberi motivasi yang mendalam pada anak.

3). Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan pemberian tugas-tugas di rumah. Bila anak mengalami penurunan semangat belajar maka orang tua harus senantiasa memberi dorongan untuk belajar. 4). Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak dalam belajar kadang-kadang memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan sosial ekonomi keluarga tidak memungkinkan maka kadang kala akan menjadi penghambat anak dalam belajar.

5). Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kabiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang berasal dari lingkungan keluarga penulis menarik tiga faktor yaitu: a. Suasana yang kondusif dalam keluarga

b. Perhatian orang tua kepada anak c. Keadaan sosial ekonomi orang tua b. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan tempat dimana siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Penciptaan suasana yang kondusif akan sangat membantu kelancaran siswa dalam belajar. Menurut Roestiyah (1982:159-161) faktor-faktor yang berasal dari dalam sekolah yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa, yaitu: 1). Interaksi guru dengan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan para murid dengan baik, menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Selain itu siswa terkesan jauh dengan guru sehingga siswa menjadi segan untuk ikut berpartisipasi dalam belajar.

2). Cara penyajian materi

Dalam proses pembelajaran yang belangsung di dalam kelas jika guru tidak melakukan variasi dalam metode pengajarannya akan membuat siswa cepat bosan. Untuk itu sedapat mungkin seorang guru tidak menggunakan metode ceramah setiap kali mengajar di kelas, karena hal ini akan membuat siswa merasa bosan dan tidak

betah. Bila perlu seorang guru selalu menerapkan metode-metode penyampaian materi yang berbeda dalam tiap kesempatan.

3). Hubungan antar murid

Guru yang kurang dekat dengan siswa dan kurang bijaksana akan menjadi tidak tahu dengan keadaan yang terjadi di dalam kelas jika di kelas ada persaingan yang tidak sehat antar siswa. Bila gajala- gajala adanya konflik di dalam kelas tidak segera diselesaikan maka hal ini akan menghambat proses pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus bisa mengelola manajemen kelas dengan baik. 4). Standar pelajaran di atas ukuran

Guru harus memiliki standar ukuran pencapaian belajar para siswanya. Hal ini dapat digunakan oleh guru sebagai bahan evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan oleh guru sudah tercapai atau belum.

5). Media pendidikan

Media-media pendidikan seperti ketersediaan buku perpustakaan, laboratorium, dan prasarana lainnya akan sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar.

6). Kurikulum

Sistem kurikulum saat ini menghendaki siswa untuk aktif dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Dengan sistem kurikulum berbasis kompetensi saat ini maka guru dituntut untuk dapat

membantu taraf perkembangan pemikiran, pemahaman, nilai dan sikap yang ada pada siswa.

7). Keadaan gedung

Keadaan fisik bangunan gedung sekolah juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar. Jika kondisi fisik gedung tidak kokoh, maka hal ini akan sangat membahayakan bagi keselamatan dalam proses belajar.

8). Waktu Sekolah

Waktu belajar yang efektif adalah pagi hari hingga siang hari, karena dalam waktu-waktu tersebut siswa masih dalam kondisi yang segar. Jika proses pembelajaran dilakukan pada sore hari akan menyebabkan siswa cepat lelah karena kondisi cuaca pada sore hari panas.

9). Pelaksanaan disiplin

Pelaksanaan disiplin disekolah akan sangat membantu kelancaran proses belajar, karena dengan adanya peraturan-peraturan akan membatasi siswa untuk tidak melakukan tindakan yang menyeleweng.

10).Tugas rumah

Tugas rumah merupakan tugas yang diberikan guru kepada siswa agar siswa senantiasa belajar. Namun jika terlalu banyak siswa dibebani dengan tugas rumah akan membuat waktu siswa untuk bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya berkurang.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang berasal dari lingkungan sekolah penulis menarik tiga faktor yaitu :

a. Keadaan fisik bangunan

b. Sarana prasarana penunjang kelancaran kegiatan belajar c. Lingkungan yang kondusif untuk belajar.

c. Lingkungan Masyarakat

Siswa menjalani kehidupannya di keluarga dan di masyarakat. Dalam kehidupan di masyarakat siswa menjalin hubungan dengan teman sebaya, dengan orang yang lebih tua, maupun dengan orang yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul dengan anak lain, untuk mengembangkan sosialisasinya.

Lingkungan pergaulan siswa di masyarakat harus senantiasa dikontrol oleh orang tua, karena jika siswa salah dalam bergaul akan sangat membahayakan bagi perkembangan belajar anak. Menurut Muhibbin Syah (1995:138), kondisi masyarakat di lingkungan yang kumuh dan serba kekurangan, serta terdapat anak-anak yang menganggur dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sementara jika di dalam masyarakat siswa bergaul dengan anak-anak yang rajin belajar, maka akan mendorong siswa untuk rajin belajar. Hal ini ditegaskan oleh Roestiyah (1982:163), yang mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar anak akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Hal ini

dikarenakan anak akan merasa malu jika prestasi belajarnya lebih rendah dibandingkan dengan teman-teman di sekitarnya.

Dokumen terkait