• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Definisi Lingkungan Belajar

Orang sering menga rtikan lingkungan secara sempit, seolah- olah lingkungan hanyalah alam sekitar diluar diri manusia/ individu. Lingkungan itu, sebenarnya mencakup segala material dan stimulasi di dalam dan diluar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun social cultural.

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di dalam sekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu (Oemar Humalik, 2003;152-153). Faktor lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar siswa, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari lingkungan. Lingkungan belajar yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa meliputi:

b. Lingkungan Keluarga

Dikutip oleh Muhibbin Syah (1995; 138), Patterson dan Louber

mengatakan bahwa lingkungan belajar yang lebih banyak mempengaruhi belajar siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat- sifat orang tua,

praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Contoh pengelolaan keluarga yang keliru diterapkan oleh orang tua, yaitu kelaleaian orang tua dalam mengawasi anak, dapat menimbulkan akibat buruk. Hal ini, dapat menyebabkan anak tidak mau belajar dan dapat menyebabkan anak berperilaku menyimpang.

Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu:

a. Cara Mendidik

Orang tua yang dalam mendidik cenderung memanjakan anak akan menjadi anak yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi berbagai tantangan. Juga orang tua dalam mendidik anak secara keras, anak cenderung akan menjadi seorang yang penakut.

b. Suasana Keluarga

Hubungan antar keluarga yang kurang intim/dinamis, menimbulkan suasana kaku, tegang didalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang akan dapat memberikan motivasi yang mendalam pada anak.

c. Pengertian dari Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Bila anak sedang belajar hendaknya jangan diganggu dengan tugas–tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendukungnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya. d. Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang membutuhkan biaya yang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak dalam belajar, namun bila keadaan memungkinkan cukupkanlah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar Belakang Kebudayaan Pendidikan

Tingkat pendidikan dan kebiasaan anggota keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Anak sedini mungkin perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

c. Lingkungan Sekolah

Pendidikan disekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan. Sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja, melainkan sarana dan prasaran lain yang dapat menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungnan sekolah yang dapat mendukung anak untuk belajar. Menurut Muhibbin Syah (1995;137), guru, para staf administrasi, dan teman- teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suritauladan yang baik dan rajin khusunya dalam hal belajar, misalnya rajin belajar dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif dalam kegiatan belajar siswa.

Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor- faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu:

a. Interaksi Guru dan Murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan para murid secara dekat, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa akan merasa jauh dari guru, maka segan untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara Penyajian

Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Tetapi jika guru yang progresif dengan berani menggunakan metode- metode baru

akan dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Hubungan Antar Murid

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Hubungan dalam kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing- masing individu tidak tampak. Suasana kelas semacam ini tentu tidak diharapkan. Guru harus mampu membina jiwa/hubungan kelas, agar dapat hidup gotong- royong, saling kebersamaan dalam belajar bersama.

d. Standar Pelajaran diatas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran diatas ukuran standar. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam penyampaian materi haruslah sesuai dengan kemampuan siswa masing- masing.

e. Media Pendidikan

Saat ini banyak sekali jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media dilihat dari jumlah dan kualitasnya.

f. Kurikulum

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar- mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan Gedung

Keadaan dan jumlah gedung sekolah idealnya sesuai dengan jumlah siswa agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan nyaman. h. Waktu Sekolah

Akibat meningkatnya jumlah anak yang masuk sekolah dan penambahan gedung yang belum seimbang, banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana kurang dipertanggung jawabkan, anak seharusnya dapat istirahat, tetapi terpaksa untuk masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk, loyo dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, dimana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan Disiplin

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan proses belajar kurang disiplin, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Untuk itu proses belajar perlu disiplin, guna mengembangkan motivasi belajar yang kuat.

j. Metode Belajar

Banyak siswa yang melaksanakan cara belajar yang salah. Untuk itu perlu pembinaan dari guru. Guru dapat mengambil metode pengajaran yang tepat dalam mengajar agar bisa efektif dan memperoleh hasil yang tepat.

k. Tugas Rumah

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu dirumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lain untuk kegiatan lain.

Selain itu yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah yaitu kebersihan lingkungan sekolah pada umumnya dan kebersihan kelas pada khususnya turut mempengaruhi proses belajar siswa.

d. Lingkungan Masyarakat

Siswa hidup di masyarakat. Hal ini bararti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu, siswa menjalin hubungan dengan anggota masyarakat lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, orang yang lebih tua, ataupun orang yang lebih muda. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa yang berpengaruh terhadap prestasi siswa menurut (Roestiyah, 1982:159-162) adalah sebagai berikut:

a. Mass Media

Banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah yang kurang dipertanggungjawabkan secara pendidikan kadang-kadang membuat anak asyik membaca buku bukan buku pelajaran sehingga anak akan lupa tugas belajarnya. Selain itu semakin maraknya perkembangan teknologi yang semakin modern seperti televisi, radio, internet yang

kurang menguntungkan dalam dunia pendidikan membuat anak berkurang dalam belajar.

b. Teman bergaul

Anak memang perlu bergaul dengan anak yang lain di lingkungan masyarakat sekitar untuk mengembangkan sosialisasinya tetapi dalam pergaulannya perlu di jaga supaya dalam pergaulan dengan temannya dapat membatasi dan mengontrol dengan siapa mereka bergaul sehingga tidak mengganggu kegiatan lain.

c. Kegiatan lain

Disamping belajar dirumah anak mempunyai kegiatan-kegiatan di luar sekolah seperti olah raga, bermain drama, kumpul bersama teman-teman dan sebagainya. Hal itu perlu diawasi dan dibatasi agar jangan sampai anak melupakan kewajiban untuk belajar.

d. Cara hidup lingkungan

Cara hidup bertetangga di sekitar rumah dimana anak itu tinggal, besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak, misalnya di lingkungan sekitar memiliki jam belajar maka secara otomatis anak tersebut akan dapat belajar sesuai jam belajar masyarakat. Selain itu di lingkungan yang dapat mendukung anak rajin belajar maka anak tersebut memiliki kesadaran untuk belajar sendiri.

Sementara itu, didalam masyarakat yang lingkungan anak- anaknya rajin belajar dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar. Hal ini ditegaskan oleh Roestiyah (1982;163) yang mengatakan bahwa dilingkungan yang anak- anaknya rajin belajar, kemungkian besar anak akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mempunyai prestasi yang rendah, jika teman- teman disekitarnya mendapatkan prestasi belajar yang tinggi. Oleh karena itu, anak akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman- teman yang lain. Apabila teman disekitarnya tersebut teman sekelasnya, maka mereka bisa belajar bersama. Belajar bersama disini, dimaksudkan agar ketinggalan dalam mengikiti pelajaran dikelas dapat diatasi.

Menurut Muhibbin Syah (1995; 138), bahwa kondisi masyarakat dilingkungan yang kumuh dan serba kekurangan dan terdapat anak- anak

pengangguran dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Dalam kondisi masyarakat yang demikian, jika anak tidak berhati- hati dalam pergaulannya, anak dapat melupakan tugasnya sebagai pelajar.

Dokumen terkait