• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIK

B. Lingkungan Belajar Siswa

Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi pengaruh pada perkembangan siswa (Winkel, 2004:108). Dalam proses pembentukan disiplin akan ditentukan oleh lingkungan belajar yang ada baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan media yang paling efektif dalam membudayakan disiplin, karena ditinjau dari segi waktu keluarga memperoleh lebih banyak jam tatap muka bersama anak dibandingkan dengan situasi sekolah, sehingga kebersamaan dengan orang tua memungkinkan penanaman sikap dan perilaku disiplin secara insentif. Kebersamaan lebih lama memungkinkan orang tua mengadakan pengawasan dan memberikan teladan atas sikap dan perilaku secara berkesinambungan (Nugroho, 2003:2). Menurut Ngalim Purwanto (1995:79), pendidikan dalam keluarga adalah dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama yang diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya. Keluarga merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Di lingkungan keluarga proses sosialisasi, pengenalan terhadap lingkungan serta kesadaran diri anak pertama kali terbentuk.

Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar yang nantinya akan membentuk kedisiplinan siswa di lingkungan keluarga (Abu Ahmat, 1982:86-87) yang dikutip Kurniawan (2007:18) sebagai berikut:

1) Status sosial ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting terhadap perkembangan anak. Misalnya seorang anak yang mempunyai orang tua yang tidak mampu. Orang tuanya akan

menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mencari uang agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga tidak dapat memantau anaknya. Dampaknya anak bisa melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kedisiplinan. Mulai dari kedisiplinan belajar sampai kedisiplinan dalam melakukan tugas-tugas rumah.

2) Faktor keutuhan keluarga

Dalam keluarga yang utuh dari ayah, ibu, dan anak yang lengkap, harmonis maka hubungan interaksi dalam keluarga akan mudah antara orang tua dan anak. Sehingga orang tua dapat memantau dan memperhatikan anaknya sehingga anaknya tersebut dapat bertingkah laku disiplin dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam keluarga.

3) Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua

Sikap orang tua yang mau memperhatikan anaknya dan membiasakan sikap-sikap yang dapat membentuk pribadi anak seperti tidak bersikap otoriter dan tidak memaksa anaknya untuk mengikuti perintah-perintah orang tuanya, melakukan pengawasan terhadap anak dalam segala tindakannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar yang berpengaruh terhadap prestasi yang nantinya dapat berdampak pada kedisiplinan siswa dalam lingkungan keluarga (Roestiyah, 1982:159) adalah sebagai berikut:

1) Cara mendidik

Orang tua yang selalu memanjakan anaknya akan menjadikan anak tersebut tidak memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya dapat membentuk kepribadian yang kurang disiplin.

2) Suasana keluarga

Hubungan antara keluarga yang kurang harmonis menimbulkan suasana kaku, kurang komunikatif di dalam keluarga. Hal ini akan menyebabkan anak kurang semangat dalam belajar dan cenderung kurang disiplin. Untuk itu dalam keluarga yang menyenangkan, akrab, dan penuh kasih sayang akan memotivasi siswa menjadi lebih disiplin dalam hal pelajaran.

3) Pengertian orang tua

Dalam melakukan suatu tindakan yang dianggap benar oleh anak perlu mendapat dorongan dan pengertian dari orang tua sehingga anak dapat menentukan sendiri mana yang baik bagi dirinya ataupun kurang baik baginya sehingga dapat menjadi modal dalam pembentukan disiplin yang patuh pada tata tertib.

4) Keadaan sosial ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan untuk memberikan apa yang dibutuhkan anak membuat anak menjadi tidak disiplin dalam belajarnya di sekolah karena ingin membantu orang tuanya dalam mencari uang sehingga anak suka membolos sekolah dengan alasan kerja membantu orang tua.

5) Latar belakang kebudayaan

Yang dimaksud dalam hal ini adalah tingkat pendidikan orang tua. Seorang anak yang memiliki orang tua berpendidikan biasanya anaknya memiliki cukup perilaku disiplin karena secara teratur orang tua menerapkan disiplin terhadap peraturan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga anak memiliki perilaku yang baik yang dapat diterapkanya dalam lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

2. Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di dalam kelas (Winkel, 1996:25). Kelas merupakan komunitas inti dari sekolah. Untuk menumbuhkan kedisiplinan siswa di kelas maka diperlukan suasana yang kondusif.

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan. Sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran dan pembentukan perilaku yang disiplin. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar yang nantinya dapat terbentuk pula kedisiplinan.

Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang secara berlahan-lahan membentuk kebiasaan disiplin dalam belajar yang datang dari sekolah yaitu:

a. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim akan membuat proses belajar-mengajar tidak lancar karena pengaruh bosan yang nantinya membuat siswa beralasan untuk tidak ikut pelajaran dan membolos dari jam pelajaran tersebut disebabkan bosan dengan pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.

b. Cara penyajian

Guru yang lama biasanya mengajar dengan metode ceramah yang membuat siswa merasa bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja hal ini lah yang dapat dijadikan siswa sebagai alasan dalam pelanggaran kedisiplinan dalam pembelajaran karena siswa tersebut tidak mau mengikuti pelajaran yang gaya mengajarnya itu-itu saja. c. Hubungan antara murid

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing yang nantinya bisa berujung pada perselisihan dan bahkan bisa sampai pada perkelahian antara siswa tersebut.

d. Standar pelajaran di atas ukuran

Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawahnya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada gurunya tersebut. Untuk menutupinya banyak siswa akan mencontek pada saat ujian. Agar hasil nilainya menjadi bagus.

e. Media pendidikan

Sekolah menyediakan fasilitas buku bacaan di perpustakaan namun kadang kala siswa tersebut tidak mau merawat dengan baik buku-buku yang telah dipinjamnya dari perpustakaan, karena pada saat dipulangkan kembali buku-buku tersebut sudah dalam keadaan yang kurang terawat dipenuhi oleh coret-coretan dan ada saja bagian lembar buku yang robek.

f. Kurikulum

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual dan tidak ada lagi siswa yang melanggar kedisiplinan di sekolah.

g. Keadaan gedung

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya dan keadaan gedung yang kurang memadai menjadikan siswa gampang untuk keluar dari sekolah untuk membolos dari jam pelajaran.

h. Waktu sekolah

Akibat banyaknya jumlah siswa membuat sekolah harus membangun lagi gedung sekolah sehingga memaksa sebagian siswa untuk belajar pada sore hari yang suasananya kurang bagus untuk belajar karena siang hari merupakan jam istirahat siswa, semua siswa menjadi mengantuk dan bermalas-malasan dalam belajar.

i. Pelaksanaan disiplin

Masih banyak sekolah yang kedisiplinannya kurang yang menyebabkan siswa jadi kurang bertanggung jawab karena tidak adanya sanksi yang tegas dari sekolah bagi pelanggar kedisiplinan j. Metode belajar

Guru harus membuat metode belajar yang baik bagi siswa agar siswa menjadi memiliki keinginan untuk mengikuti proses belajar dan tidak akan melanggar ketertiban siswa

k. Tugas rumah

Guru jangan terlalu banyak memberikan pekerjaan rumah agar siswa dapat melakukan kewajiban yang lainnya sehinga pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tidak menjadi alasan untuk melanggar pelaksanaan kewajibanya yang lain.

3. Lingkungan masyarakat

Siswa hidup di masyarakat. Hal ini berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa harus menjalin hubungan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, orang yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapat teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa saja mereka bergaulnya.

Keberadaan media massa dan televisi dapat membuat siswa tidak belajar dan hanya asik membaca buku yang bukan merupakan buku pelajaran dan menonton televisi. Hal ini dapat menimbulkan dampak

negatif bagi anak karena disiplin dalam belajar pun menurun. Selain itu juga komunikasi dengan anggota masyarakat lainya, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa.

Menurut Syah, M (1995:138), kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Ditambah lagi orang tua yang tidak berpendidikan, hal ini sangat berpeluang untuk mempengaruhi sikap kedisiplinan anak. Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

Berbeda halnya dengan lingkungan masyarakat yang anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa lain untuk disiplin dalam belajar dan beraktivitas lainya. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh dan menjadi disiplin.

Dokumen terkait