• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

C. Lingkungan Belajar

1. Pengertian Lingkungan Belajar

Soepartinah (1985:24), lingkungan belajar adalah tempat anak belajar bertumbuh dan berkembang menuju kedewasaan, serta suasana belajar yang menyertai pertumbuhan dan perkembangan itu. Dikatakan bahwa seluruh lingkungan sekolah yaitu halaman sekolah, ruang kelas dan isinya serta ruang-ruang didalamnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Selain itu, lingkungan belajar

adalah situasi dan keadaan yang mendukung seseorang untuk menambah pengetahuan yang ia miliki. Hal ini lingkungan belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Sartain (M. Ngalim Purwanto, 1992:28), lingkungan meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.

Slameto (2010:77), keadaan lingkungan adalah tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari sekitar. Untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan. Akan tetapi keadaan yang terlampau menyenangkan seperti kursi malas yang empuk dapat merugikan. Sebelum memulai pelajaran harus disediakan segala sesuatu yang diperlukan.

Sartain (M. Ngalim Purwanto, 1992:28-29), lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Lingkungan alam/ luar (external or physical environment)

Lingkungan alam/ luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuhan, air, iklim, dan hewan.

b. Lingkungan dalam (internal environment)

Lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar/ alam. Akan tetapi makanan yang sudah di dalam perut kita, kita katakan berada antara external dan internal environment kita. Jadi sesungguhnya sangat sukar bagi kita untuk menarik batas yang tegas antara diri kita sendiri dengan lingkungan kita.

c. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial ialah semua orang/ manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, keluarga, teman-teman, kawan sekolah, sepekerjaan, dan sebagainya.

Muhubbin Syah (1995:137), lingkungan eksternal dapat dikelompokkan menjadi:

a. Lingkungan sosial sekolah

Lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin belajar dan diskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

b. Lingkungan sosial masyarakat

Masyarakat, tetangga, dan teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh (slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya akan mempengaruhi aktivitas belajar. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang belum dimiliki.

c. Lingkungan keluarga

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semua dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. 2. Klasifikasi Lingkungan Pendidikan

Muri Yusuf (1986:25-36), lingkungan-lingkungan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Keluarga dalam masyarakat dinamis, jauh berbeda dengan keluarga dalam masyarakat statis. Yang menyebabkan perbedaan itu terletak pada pola dan cara bertindak dalam menghadapi kehidupan, yang setiap waktu mengalami pergolakan demi kemajuan. Keluarga adalah satu kesatuan kemasyarakatan yang paling kecil. Sebagai

suatu satu kesatuan, maka ikatan didasarkan atas perkawinan dimana tiap-tiap anggota mengabdikan dirinya kepada kepentingan dan tujuan keluarga dengan rasa kasih dan penuh tanggung jawab.

b. Lingkungan sekolah

Sekolah sebagai lingkungan pendidikan bukan mengambil peranan dan fungsi orangtua dalam mendidik anaknya dalam keluarga, tetapi sekolah bersama-sama dengan orangtua membantu mendidik anak-anaknya.

c. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai dengan keberadaannya. Lingkungan masyarakat akan memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam diri anak, apabila diwujudkan dalam proses dan pola yang tepat. Tidak semua ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan dapat dikembangkan oleh sekolah ataupun dalam keluarga, hal ini dikarenakan keterbatasan dan kelengkapan lembaga tersebut. Kekurangan yang dirasakan akan diisi dan dilengkapi oleh masyarakat dalam membina pribadi anak didik atau individual secara utuh dan terpadu. Dengan demikian bentuk dan jenis lingkungan sangat menentukan dan memberi pengaruh terhadap pembentukan pribadi tiap individu dalam masyarakat.

3. Beberapa Faktor Lingkungan Keluarga

Menurut Salzmann, ada beberapa faktor keluarga yang dapat digolongkan menjadi lima golongan, yaitu:

a. Cara mendidik anak

Setiap keluarga mempunyai spesifikasi dalam mendidik. Ada keluarga yang cara mendidik anak secara diktator militer, ada yang demokratis dimana pendapat anak diterima oleh orangtua. Tetapi ada juga keluarga yang acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. b. Hubungan orangtua dan anak

Ada keluarga yang hubungan anak dan orangtua dekat sekali sehingga anak tidak mau lepas dari orangtuanya. Bahkan ke sekolah pun susah. Ia takut terjadi sesuatu dengan orangtuanya. Pada anak-anak yang berasal dari hubungan keluarga demikian kadang-kadang mengakibatkan anak menjadi tergantung.

c. Sikap orangtua

Hal ini tidak dapat dihindari, karena secara tidak langsung anak adalah gambaran dari orangtuanya. Jadi sikap orangtua menjadi contoh bagi anak.

d. Ekonomi keluarga

Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan rumah tangga. Keharmonisan hubungan antara orangtua dan anak kadang-kadang tidak dapat terlepas dari faktor ekonomi. Begitu pula faktor keberhasilan seseorang.

Pada keluarga yang ekonominya kurang mungkin dapat menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan-kebutuhan anak mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain itu ekonomi yang kurang menyebabkan suasana rumah menjadi muram dan gairah untuk belajar tidak ada.

Tetapi hal ini tidak mutlak demikian. Kadang-kadang kesulitan ekonomi bisa menjadi pendorong anak untuk lebih berhasil, sebaliknya bukan berarti pula ekonomi yang berlebihan tidak akan menyebabkan kesulitan belajar. Pada ekonomi yang berlebihan anak mungkin akan selalu dipenuhi semua kebutuhannya, sehingga perhatian anak terhadap pelajaran-pelajaran sekolah akan berkurang karena anak terlalu banyak bersenang-senang, misalnya dengan permainan yang beranekaragam atau pergi ke tempat-tempat hiburan dan lain-lain.

e. Suasana dalam keluarga

Suasana rumah juga berpengaruh dalam membantu belajar anak. Apabila suasana rumah itu selalu gaduh, tegang, sering ribut dan bertengkar, akibatnya anak tidak dapat belajar dengan baik, karena belajar membutuhkan ketenangan dan konsentrasi. Tersedia: http://www.orangtua.org/2011/04/18/pengaruh-lingkungan-keluarga-terhadap-prestasi-belajar-anak/ (30 Agustus 2012).

4. Beberapa Pengaruh dari Faktor Lingkungan Masyarakat

Adit azizi berpendapat bahwa faktor masyarakat di lingkungan tempat tinggal siswa merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat, antara lain:

a. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi siswa perlu membatasi kegiatan masyarakat yang diikutinya, kalau perlu memilih kegiatan yang mendukung belajarnya.

b. Mass Media

Yang termasuk dalam mass media adalah radio, TV, surat kabar, buku-buku, dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap prestasi belajar siswa. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap prestasi belajar siswa.

c. Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

d. Bentuk Kehidupan Masyarakat

Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anaknya akan membawa pengaruh yang baik bagi siswa. Pengaruh itu akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Tersedia: http://aditazizi.blogspot.com/2011/06/pengaruh-lingkungan-belajar-terhadap.html (30 agustus 2012).

5. Cara Guru Memberikan Motivasi Belajar Siswa di Kelas

Menurut M. Sobry Sutikno, ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

b. Hadiah

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi.

c. Saingan/ Kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

d. Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. e. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

h. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.

i. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Tersedia:

http://blog.binadarma.ac.id/muhammadinah/?p=119 (30 Agustus 2012).

6. Kriteria Lingkungan Sekolah yang Menunjang Prestasi Belajar Siswa Dra. I. Mufidah, M.Pd berpendapat ada beberapa kriteria lingkungan sekolah yang menunjang prestasi belajar siswa yaitu:

a. Sekolah yang sehat adalah sekolah yang memiliki halaman luas Halaman sekolah dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan prestasi siswa dalam bidang olahraga atau pun ekstrakurikuler. Selain itu, halaman sekolah dapat dijadikan sebagai sarana belajar outdor dan tempat refresing siswa.

b. Halaman sekolah yang rindang

Halaman sekolah yang rindang, dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar secara langsung (outdor). Guru kreatif akan memanfaatkan lahan sebagai sarana belajar siswa secara langsung. Dengan belajar secara langsung, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar. c. Sistem sanitasi yang baik

Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah lingkungan layak huni. Dengan sistem sanitasi yang bersih, maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik nyamuk.

d. Bangunan sekolah yang kokoh

Bangunan sekolah yang kokoh akan membuat siswa merasa tenang dalam belajar. Seperti yang sering kita lihat di TV, akhir-akhir ini banyak bangunan siswa yang roboh. Baik karena usia ataupun karena kualitas bangunan yang kurang bagus. Tentunya kondisi gedung sekolah membawa dampak negatif bagi siswa. Siswa tidak akan tenang dalam belajar. Selain itu, sekolah yang bagus adalah sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang, di antaranya adalah laboratorium dan multimedia. Dengan tersedianya hal tersebut, siswa akan bersemangat belajar. Dengan demikian prestasi belajar di sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana anak-anak giat belajar dan dapat memahami pelajaran di sekolah, tapi juga kondisi lingkungan sekolahnya yang mendukung. Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-anak menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat menjadi anak-anak yang cerdas dan kelak menjadi sumber daya manusia yang

berkualitas. Tersedia:

Dokumen terkait