• Tidak ada hasil yang ditemukan

LINGKUNGAN FISIK PESISIR DAN

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. LINGKUNGAN FISIK PESISIR DAN

Kepulauan Wakatobi merupakan gugusan pulau-pulau yang terbentuk oleh karang. Jumlah pulau yang terdapat di gugusan tersebut ± 25 pulau, 4 diantaranya merupakan pulau yang relatif besar yaitu Pulau Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko. Nama Wakatobi itu sendiri berasal dari singkatan ke-empat nama pulau besar tersebut. Secara umum topografi ke-empat pulau tersebut berbukit dengan kemiringan lereng sebagian besar > 45o. Daerah rataan dengan kemiringan lereng < 2o dan elevasi/ketinggian < 10 meter hanya menempati wilayah yang sempit di beberapa bagian pantai.

Gambar 2. Peta topografi Kepulauan Wakatobi.

Lokasi tertinggi terdapat di Pulau Tomia dengan ketinggian ± 240 meter. Pada Gambar 2 dapat terlihat bahwa Pulau Tomia dan Pulau Binongko sebagian besar memiliki ketinggian > 50 meter. Berbeda halnya dengan Pulau Wangi-wangi dan Pulau Kaledupa yang memiliki ketinggian lebih bervariasi. Pulau Wangi-wangi yang merupakan pulau utama Kabupaten Wakatobi hampir separuhnya memiliki ketinggian kurang dari 50 meter. Daerah perbukitan dengan ketinggian > 50 meter

7

melintang arah Barat Laut – Tenggara dan terletak di Utara pulau hingga bagian tengah pulau. Lokasi tertinggi di bukit ini memiliki ketinggian ± 230 meter. Karena Pulau Wangi-wangi ini memiliki dataran rendah yang relatif luas dibandingkan dengan empat pulau lainnya, maka pulau ini dijadikan sebagai pusat kegiatan Kabupaten Wakatobi.

Kedalaman laut di Kepulauan Wakatobi pada bagian tertentu dapat mencapai > 1000 meter, jika dilihat pada Gambar 2 lokasinya terletak di sebelah Utara Karang Koromaha. Ciri khas terumbu di Wakatobi adalah memiliki lereng yang terjal pada bagian tubirnya dan gradasi kedalaman cukup tajam pada wilayah ujung terumbu (tubir).

III.2. KARANG

Pengamatan terumbu karang terdiri dari karang Acropora dan Non-Acropora, kategori bentik lainnya dan kelompok abiotik (substrat). Hasil monitoring di setiap stasiun ditemukan sebanyak 15 suku dengan 124 jenis. Sebaran jenis karang hasil monitoring disajikan pada Lampiran 2.

III.2.1. Hasil Pengamatan Karang

Kondisi karang di lokasi transek cukup baik, persentase tutupan karang hidup berkisar antara 9,17% - 60,00%, dengan nilai rata-rata persentase tutupan sebesar 42,37%. Seraca umum nilai rata-rata tutupan karang hidup terus mengalami penurun dari pengamatan 2007 (46,94%) hingga 2009 (46, 81%). Nilai persentase tutupan tertinggi terdapat di Pulau Wanci, tepatnya pada stasiun WC03, sebesar 60,00% dan terendah di Karang Kapota, pada stasiun KPT03 (9,17%).

Kondisi komponen biotik dan abiotik di setiap stasiun transek permanen pada 4 tahun pengamatan umumnya fluktuatif, hanya pada beberapa stasiun saja terliahat adanya peningkatan persentase tutupan. Untuk komponen biotik, persentae tutupan didominasi oleh kelompok Non-Acropora diikuti oleh Dead Coral With Algae (DCA) serta Soft Coral. Sedangkan dari Komponen abiotik, hanya diwakili oleh Rubble. Persentase tutupan karang hidup, biota bentik lainnya serta kondisi abiotik hasil monitoring disajikan pada Gambar 3, 4, 5 dan 6.

8

Gambar 3. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil baseline dengan metoda “LIT” di perairan Kabupaten Wakatobi, 2006.

Gambar 4. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metoda “LIT” di perairan Kabupaten Wakatobi, 2007

9

Gambar 5. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metoda “LIT” di perairan Kabupaten Wakatobi, 2009.

Gambar 6. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metoda “LIT” di perairan Kabupaten Wakatobi, 2010.

Hasil monitoring kondisi terumbu karang di masing-masing stasiun transek permanen diuraikan sebagai berikut :

10 1. Karang Kapota

Lokasi pengamatan terletak sebelah selatan Pulau Wanci dan sebelah barat Pulau Kaledupa. Terumbu karang ini mempunyai panjang lebih kurang 19,8 km dan lebar 7,2 km, dengan rataan terumbu melebar kearah timur dan utara. Rataan terumbu umumnya sebagian besar landai dengan dasar terdiri dari karang mati, pasir dan sedikit lumpur, yang diselingi oleh pertumbuhan lamun jenis Thalassodendron ciliatum. Lebar rataan terumbu sampai kedalaman 5 meter, sekitar 200 m – 3,06 km kearah laut. Pertumbuhan karang mulai dari kedalaman 1-4 meter, berupa koloni kecil dengan keanekaragaman cukup tinggi, yang diselingi oleh alga jenis Turbinaria sp. dan Sargassum sp. Pada rataan terumbu didominasi karang jenis Porites lutea, Pocillopra verrucosa, sedangkan karang lunak jenis Sinularia spp. dan Sarcophyton spp. Mendekati tubir, pertumbuhan karang semakin banyak dan beragam, didominasi jenis

Acropora formosa, Acropora palifera, Acropora brueggemanni, Porites lutea, Porites cylindrica, Mycedium elephantotus dan Pocillopora

verrucosa. Karang tumbuh dengan baik sampai kedalaman 30 meter. Lereng terumbu curam dengan kemiringan antara 70-80o, pada beberapa lereng terumbu terlihat adanya goa-goa kecil. Hal ini menandakan bahwa energi gelombang di daerah tersebut cukup tinggi.

Pada kedalaman lebih dari 30 meter pertumbuhan karang mulai jarang, hanya berupa patches-patches dan umumnya didominasi oleh karang yang mempunyai bentuk pertumbuhan “submasive” dan “encrusting” antara lain Leptoseris scabra, Pavona varians dan Tubastrea

micrantha. Kecerahan air berkisar antara 15-25 meter.

Persentase tutupan karang hidup padai masing masing stasiun transek permanen yang terletak di Karang Kapota berkisar antara 9,17% - 36,97%, dengan persentase rata-rata karang hidup sebesar 25,36%. Nilai ini menunjukkan kondisi karang berada pada kategori “jelek” – “sedang”. Dibandingkan dengan hasil pengamatan 2010, persentase tutupan karang hidup tahun 2009 cukup baik, berkisar antara 22,00% - 33,57%, dengan nilai persentase rata-rata karang hidup sebesar 27,76%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan tahun 2009 (27,26%). Secara umum persentase tutupan rata-rata karang hidup pada ke 4 stasiun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 (32,32%) dan 2006 (36,51%).

Dibandingkan dengan persentase tutupan rata-rata karang Acropora pada masing-masing stasiun transek permanen, tahun pengamatan 2006 (t0) memiliki nilai yang teringgi, yaitu sebesar 11,28%, pada pengamatan 2007 turun menjadi 1,31%, tahun 2009 (0,82%) dan tahun 2010 hanya dicatat sebesar (0,34%). Semakin menurunnya tutupan karang Acropora di setiap stasiun pengamatan pada tahun belakang ini, memberi petunjuk ada terjadi perubahan kondisi atau kerusakan fisik secara alami ataupun penggunaan bahan peledak (bom) dalam penagkapan ikan.

Hal yang sama juga terjadi pada jenis karang dari kelompok

Non-Acropora, dimana tutupannya terus mengalami penurunan. Nilai rata-rata persentase tutupan Non-Acropora yang ditemukan pada tahun 2007 adalah sebesar 31,01%, mengalami penurunan sebesar 4,07% pada

11

tahun 2009 menjadi 26,96%, dan turun lagi menjadi 25,92% di tahun 2010. Walaupun mengalami penurunan yang relatif kecil antar tahun pengamatan, namun hal ini harus tetap dipantau untuk mengetahui kondisinya di masa mendatang.Keberadaan biota lain seperti Soft Coral (karang lunak) juga mengalami fluktuasi nilai rata-rata persentase tutupan antar tahun pengamatannya. Tahun 2007, nilai rata-rata tutupan Soft Coral dicatat 33,17%, turun menjadi 32,45% di tahun 2007 dan pada 2009 naik menjadi 37,16%, dan turun lagi menjadi 32,85% di tahun 2010. Pergeseran persentase tutupan di setiap stasiun antar tahun pengamatan sangatlah kecil. Sedangkan kategori DCA, tahun 2007 dicatat memiliki nilai tara-rata persentase tutupan sebesar 24,15% dan tahun 2009 mengalami penurunan 5,98%, menjadi 18,18% dan kembali turun di tahun 2010 menjadi 13,91%. Naik turunnya nilai rata-rata persentae tutupan kelompok Acropora dan Non-Acropora, berdampak langsung pada nilai persentase tutupan karang hidup (LC). Besaran nilai perentase tutupan karang yang dicatat di 4 stasiun, menunjukkan bahwa kondisi karang masuk dalam kategori “jelek” hingga “sedang”. (Gambar 7 dan 8).

Gambar 7. Peta persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Karang Kapota, Kabupaten Wakatobi, 2010.

12

Gambar 8. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Karang Kapota, Kabupaten Wakatobi, 2010.

2. Pulau Tomia

Pulau Tomia mempunyai luas 52,4 km2, berbentuk memanjang kearah timur barat dengan lebar pulau sekitar 7,80 km dan panjang 13,17 km. Merupakan pulau yang relatif besar, terdiri dari Pulau Tomia, Pulau Tolandona dan Pulau Lentea. Rataan terumbu agak landai sampai kedalaman 3 meter dan melebar kearah timur dan selatan. Pantai Pulau Tomia mempunyai kemiripan dengan pulau-pulau disekitarnya yaitu rataan terumbu landai dengan lebar rataan terumbu antara 1,30 m – 1,2 km kearah laut. Dasar berupa karang mati serta pasir lumpuran yang ditumbuhi lamun jenis Thallaso-dendron ciliatum serta diselingi oleh alga jenis Halimeda sp. Pertumbuhan karang pada kedalaman 3-5 meter umumnya didominasi oleh karang berbentuk pertumbuhan masive dan encrusting terutama jenis Porites lutea dan Montipora informis. Sedangkan pertumbuhan karang bercabang didominasi oleh suku Acroporidae jenis Acropora formosa dan Anacropora puertogalerae.

Lereng terumbu agak terjal sampai kedalaman lebih dari 50 meter. Di lereng terumbu banyak dijumpai adanya parit-parit (grove/spuur) yang tegak lurus pantai. Pertumbuhan karang masiv cukup mendominasi lereng ini diantaranya Porites spp. Favia spp, Diploastrea heliopora dan

Acropora spp., sampai pada kedalaman 25 meter dan pada kedalaman selanjutnya dasar perairan terdiri dari hamparan pasir.

Persentase tutupan karang hidup di perairan Pulau Tomia pada tahun 2006 cukup baik, berkisar antara 37,23 – 77,23% dengan

13

persentase tutupan rata-rata karang hidup sebesar 47,91%. Pada tahun 2007 persentase tutupan rata-rata karang mengalami kenaikan 6,92 % (54,83%) tetapi pada tahun 2009, mengalami penurunan sebesar 2,03% menjadi 52,80%, dan pada tahun 2010 turun lagi menjadi 50,69%. Kisaran nilai persentase tutupan karang hidup pada ke 4 stasiun transek permanen di Pulau Tomia berkisar antara 37,50% - 59,93%. Nilai persentase tutupan tertinggi terdapat di TM04, yang terletak disebelah barat P. Tomia. Pada stasiun ini, jenis karang dari kelompok

Non-Acropora memiliki kontribusi tertinggi, yaitu sebesar 47,47%, dibandingkan kelompok Acropora (12,47%). Pada ke 3 stasiun lainnya, kelompok Non-Acropora juga memiliki persentase yang jauh lebih tinggi, dibandingkan kelompok Acropora. Kisaran nilai rata-rata persentase tutupan kelompok Acropora pada 4 tahun pengamatan, berkisar antara 3,48% - 4,98%, dengan nilai tertinggi dicatat pada tahun 2009. Kisaran nilai persentase tutupan yang didapat menggambarkan kondisi karang berada dalam kategori “sedang” hingga “baik”(Gambar 9 dan 10).

Biota lain seperti Soft Coral, juga mengalami penurunan nilai rata-rata persentase tutupan, dari 15,83% pada pengamatan 2009 menjadi 13,98% (2010). Sedangkan DCA mengalami peningkatan nilai rata-rata dari 16,80% (2009), menjadi 17,57% pada pengamatan 2010. Kategori “Other Biota” terus mengalami peningkatan nilai rata-rata persentase tutupan selama pengamatan, yaitu dari 2,46% pada tahun 2006, menjadi 3,88% (2007), dan dari 8,90% (2009) menjadi 9,28% di tahun 2010.

Gambar 9. Peta persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode ”LIT” di perairan Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi,2010.

14

Gambar 10. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi, 2010.

3. Pulau Kaledupa

Luas Pulau Kaledupa adalah 64,8 km2. Pulau ini dikelilingi oleh rataan terumbu yang di dalamnya terdapat beberapa pulau antara lain Pulau Kaledupa, Pulau Lentea Langge, Pulau Lentea Kiwolu dan Pulau Hoga. Mempunyai panjang lebih kurang 22,92 km dan lebar 7,31 km, dengan rataan terumbu agak landai sampai kedalaman 5 meter dan melebar kearah timur dan utara. Di sebelah selatan perairan Pulau Hoga telah ditetapkan masyarakat, sebagai daerah perlindungan (no fishing zone). Pantai Pulau Kaledupa mempunyai kenampakan yang hampir sama dengan pulau-pulau yang ada disekitarnya yaitu rataan terumbu sebagian besar landai dengan rataan terumbu yang lebar antara 200 m – 6 km. Dasar perairan berupa karang mati dan pasir lumpuran.

Pertumbuhan karang dimulai pada kedalaman 2-4 meter yang berupa koloni-koloni kecil dengan keanekaragaman yang tinggi. Pada rataan terumbu didominasi oleh Porites cylindrica, Porites nigrescens dan

Acropora palifera. Mendekati tubir, pertumbuhan karang semakin banyak dan beragam, didominasi oleh pertumbuhan Acropora acuminata,

Acropora microph-thalma dan Pocillopora verrucosa. Karang tumbuh dengan baik sampai kedalaman 30 meter. Lereng terumbu agak curam dengan kemiringan antara 70-80o dan pada beberapa lereng terumbu terlihat adanya parit-parit (grove/spur) yang tegak lurus dengan pantai. Hal ini menandakan bahwa energi gelombang di daerah ini cukup tinggi.

15

Pada kedalaman lebih dari 30 meter pertumbuhan karang mulai jarang, berupa patches-patches dan umumnya didominasi oleh karang yang mempunyai bentuk pertumbuhan masive dan encrusting. Tetapi di lokasi ini masih ditemukan jenis karang yang jarang dijumpai pada daerah lain seperti marga Blastomussa wellsi dan Catalaphyllia jardinei. Komunitas karang sangat majemuk dan didominasi oleh suku Faviidae, Agariciidae, Caryophylliidae dan Mussidae. Rugositas cukup tinggi dengan kecerahan air berkisar antara 15-25 meter. Pertumbuhan karang lunak (karang lunak) mendominasi pada kedalaman 3-10 meter yang umumnya dari marga Sarcophyton spp. dan Sinularia spp. dengan ukuran koloni relatif besar, terutama pada tempat-tempat karang mati.

Persentase tutupan karang hidup di perairan Pulau Kaledupa pada tahun 2006 cukup baik, berkisar antara 31.85% – 51.23% dengan persentase tutupan rata-rata karang hidup sebesar 44,78%. Tetapi pada tahun 2007 persentase tutupan karang hidupnya mengalami penurunan 0,15% (44,63%), sedangkan pada pengamatan tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 7,90% (48,75%) menjadi 40,85% pada pengamatan 2010. Nilai persentase tutupan karang hidup pada masing-masing stasiun berkisar antara 24,80% - 52,40%. Nilai ini menunjukkan kondisi terumbu karang masuk dalam kategori ”jelek” – ”baik” (Gambar 11 dan 12). Nilai persentase tutupan karang tertinggi terdapat di KD04 (52,40%). Pada stasiun ini, kelompok karang Non-Acropora sangat dominan, yang dicatat sebesar 50,73%, sedangkan kelompok Acropora hanya 1,67%. Untuk kategori lainnya, seperti kelompok Acropora memiliki nilai rata-rata persentase tutupan sebesar 1,03% di 2009, mengalami peningkatan menjadi 2,01% pada pengamatan 2010. Sedangkan Non-Acropora yang memiliki nilai rata-rata persentase tutupan 40,59% di tahun 2006, naik menjadi 42,41% (2007), dan meningkat lagi sebesar 5,51% pada tahun 2009 (47,72%), namun pada pengamatan 2010 mengalami penurunan sebesar 8,88% menjadi 38,84%.

Nilai rata-rata persentase tutupan DCA mengalami peningkatan tutupan dari 19,41% (2009) menjadi 26,81% pada pengamatan 2010. Persentase tutupan tertinggi DCA yang dicatat selama pengamatan, terdapat di KD03 sebesar 41.70%, dan yang terendah di KD04 (3,67%). Sedangkan kategori Other Biota yang ditemukan dengan pesentase yang cukup tinggi di setiap stasiun pada pengamatan 2009, mengalami penurunan nilai persentase tutupan pada 2010. Seperti pada pengamatan tahun 2009, Silt dan Rock juga tidak ditemukan dalam pengamatan ini. Begitu juga dengan Rubble, yang memiliki nilai perbedaan yang sangat kecil antara tahun pengamatan 2009 dan 2010, dimana masing-masing memiliki nilai rata-rata persentase sebesar 5,86% dan 6,78%.

16

Gambar 11. Peta persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, 2010.

Gambar 12. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, 2010.

17 4. Pulau Wangi Wangi

Pulau Wanci merupakan pulau terbesar diantara pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Wakatobi. Mempunyai luas 156,5 km2, berbentuk memanjang kearah barat laut dengan lebar sekitar 14,63 km dan panjang 16,09 km. Pada rataan Pulau Wanci sendiri terdiri dari beberapa pulau antara lain Pulau Kapota, Pulau Oroho dan Pulau Sumanga. Rataan terumbu cenderung melebar kearah timur dan selatan dengan panjang sekitar 250 m – 1,5 km.

Pantai Pulau Wanci mempunyai profil yang hampir sama dengan pulau-pulau di sekitarnya yaitu rataan terumbu umumnya sebagian besar landai dengan rataan terumbu lebar dengan dasar perairan karang mati dan pasir lumpuran. Rataan terumbu ditumbuhi oleh Thallasodendron

ciliatum yang hampir merata, menutupi dasar perairan sebesar 50%. Beberapa jenis algae yang cukup melimpah diantaranya Eucheuma sp. yang telah dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Di antara tumbuhan lamun banyak dijumpai bintang laut jenis Protoreaster nodosus dan Choriaster granulatus dari suku Oreasteridae. Pertumbuhan karang mulai dari kedalaman 1-2 meter yang berupa koloni-koloni kecil dengan keanekaragaman yang rendah. Pada rataan terumbu reef flat yang mendatar didominasi karang jenis Montipora digitata, Porites cylindrica dan Goniastrea retiformis

Pada daerah tubir karang cukup bervariasi jenisnya seperti

Acropora spp, Montipora spp, Porites spp, dan Stylophora pistillata. Lereng terumbu mempunyai kemiringan antara 60-70o dengan pertumbuhan karang hidup yang tidak begitu rapat (patches) sampai kedalaman 40 meter (Tabel 1). Karang yang tumbuh hanya didominasi oleh Acropora hyacinthus, Echinopora mammiformis, Porites cylindrica dan beberapa Favia spp.

Pertumbuhan biota lain yang cukup menonjol adalah sponge dan karang lunak (karang lunak) dari jenis Sinularia sp. dan Dendronephthya sp., dengan pertumbuhan yang sangat khas serta warnanya bervariasi, mulai dari putih, ungu sampai merah jingga, sedangkan pertumbuhan spong mempunyai variasi dalam bentuk, ukuran, dan warna, umumnya tumbuh bergelantung dan menempel pada dinding karang. Sementara itu, gorgonia jenis Juncella sp. dan Melithea sp. banyak tumbuh dan mendominasi pada kedalaman lebih dari 30 meter dan makin kedalam densitas pertumbuhannya semakin tinggi.

Persentase tutupan karang hidup di perairan Pulau Wanci pada tahun 2006 cukup baik, berkisar antara 41,10 – 68.47 % dengan persentase tutupan rata-rata karang hidup sebesar 52,86 %. Pada tahun 2007 persentase tutupan rata-rata karang hidupnya mengalami kenaikan 6,16% (59,01%) dan pada tahun 2009 naik sebesar 2,62% menjadi 61.63%. sedangkan pada pengamatan 2010, mengalami penurunan sebesar 5,63% menjadi 56%. Nilai persenase tutupan yang dicatat pada masing-masing stasiun berkisar antara 49,53 – 60,00%. Nilai persentase tutupan tertinggi ditemukan pada WC03 (60,00%). Kisaran nilai persentase tutupan karang hidup yang dicatat menunjukkan kondisi karang masuk dalam kategori “baik”. Sama dengan stasiun sebelumnya,

18

persentase tutupan kelompok karang Non-Acropora selalu memiliki nilai persentase tutupan yang lebih tinggi, dibandingkan kelompok Acropora. Dalam pengamatan ini, kategori Acropora pada tahun 2007 dan 2009 memiliki nilai rata-rata yang relatif berimbang, masing-masing 2,68% dan 2,62%. Sedangkan pada pengamatan 2010, mengalami penurunan 1.33% menjadi 1,29%. Untuk kelompok Non-Acropora mengalami kenaikan nilai rata-rata dari 51,42% pada tahun 2006 menjadi 56,33% (2007), atau terjadi kenaikan sebesar 4,91%. Sedangkan antara pengamatan 2007 dan 2009 hanya mengalami kenaikan sebesar 2,88%, menjadi 59,21%, tetapi pada tahun 2010 kembali turun menjadi 54,71%.

Biota lain seperti Soft Coral tahun 2007 persentase tutupannya naik sebesar 2,23% begitu juga pada tahun 2009 naik 1,41%, dan pada 2010 kembali mengalami penurunan sebesar 2,81%. Sedangkan DCA pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 6,74% dan pada 2009 mengalami penurunan sebesar 3,21%, nilai rata-rata persentase juga mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 6,90%. Kategori "other Biota” antara tahun pengamatan 2006 hingga 2010, mengalami fluktuasi nilai rata-rata persentase tutupan. Untuk kategori patahan karang (Rubble) persentase tutupan dari 2009 ke 2010 meningkat sebesar 4,12%. Dari nilai persentase tutupan yang dicatat dalam pengamatan ini, maka kondisi karang termasuk dalam kategori “sedang” hingga “baik”. (Gambar 13 dan 14).

Gambar 13. Peta persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, 2010.

19

Gambar 14. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, 2010.

Persentase tutupan karang hidup yang dicatat pada masing-masing stasiun transek permanen selama pengamatan 2006 (t0) hingga 2010 (t3), sangat flukuatif. Kecenderungan penurunan nilai persentase tutupan karang hidup (LC) terlihat pada stasiun KPT01, KPT03, KPT04 yang terletak di karang Kapota; TM02 (Pulau Tomia); KD01 (P. Kaledupa) dan WC01, WC02 (P. Wangi-Wangi). Sedangkan peningkatan nilai tutupan hanya terlihat pada TM03, TM04 dan KD04.

Hasil pemantuan kondisi terumbu karang tahun 2010,menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang rata-rata di kabupaten Wakatobi mengalami kenaikan dari tahun 2006 ke tahun 2007 dan mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Nilai persentase tutupan karang batu hidup rata-rata dicatat dari 45,51% pada tahun 2006 naik menjadi 46,95 % (2007) dan turun menjadi 46,81 % pada tahun 2009 dan turun lagi menjadi 42,37% pada tahun 2010.

Kenaikkan persentase tutupan karang batu hidup dari taun 2006 ke 2007 juga ditandai dengan penurunan persen tutupan karang mati dan pecahan karang (DC+R). Sebaliknya turunnya persentase tutupan karang batu dari tahun 2007 hingga 2010 juga ditandai dengan terus meningkatnya persentase tutupan (DC+ R).

Perbedaan persentse tutupan karang hidup (LC) dan komponen bentik pada masing-masing stasiun transek antara tahun pengamatan 2006 (t0), 2007 (t1), 2009 (t2) dan 2010 (t3) disajikan dalam Gambar 15.

20

Gambar 15. Perbandingan persentase tutupan karang hidup (LC), komponen biotik dan abiotik pada tahun tahun pengamatan 2006, 2007, 2009 dan 2010 di Kabupaten Wakatobi.

III.2.2. Hasil Analisa Karang

Pengamatan kondisi terumbu karang di wilayah perairan Wakatobi tahun 2010 (t3) mencakup 15 stasiun permanen seperti pada penelitian baseline tahun 2006 (t0). Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat berdasarkan waktu pengamatan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 % disajikan dalam Gambar 16.

21

Gambar 16. Plot interval biota dan substrat pada pengamatan t0, t1, t2, dan t3 (tahun 2006, 2007, 2009, dan 2010) di perairan Wakatobi.

Untuk melihat apakah ada perbedaan persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat antar waktu pengamatan (t0=2006, t1=2007, t2=2009 dan t3=2010) digunakan uji ”one-way ANOVA”, di mana data ditransformasi ke dalam bentuk arcsin akar pangkat dua dari data (y’=arcsin√y) sebelum dilakukan pengujian. Kategori karang mati (DC), Lumpur (SI) dan batuan (RK) tidak dilakukan pengujian karena data tidak memenuhi prasyarat uji ANOVA. Dari pengujian tersebut diperoleh nilai p atau nilai kritis untuk menolak H0. Bila nilai p<0,05 pada Tabel 1 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan persentase tutupan untuk kategori tersebut antar empat waktu pengamatan yang berbeda (2006, 2007, 2009 dan 2010).

22

Tabel 1. Nilai p berdasarkan hasil uji “one-way ANOVA” terhadap persentase tutupan biota dan substrat.

Tanda *) berarti H0 ditolak

Dari Tabel 1 diketahui bahwa hanya kategori FS yang mengalami perubahan persentase tutupan yang signifikan selama pemantauan. Berdasarkan uji Tukey, persentase tutupan OT pada tahun 2010 (t3) berbeda dengan tahun 2006 (t0). Persentase tutupan pada tahun 2010 ini merupakan yang paling kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Dari t0 hingga t3, tutupan FS terus berkurang, tapi tidak diikuti dengan perubahan pada kategori lain secara signifikan. Bila memperhatikan seluruh kategori, terutama kategori karang hidup (LC), kondisi kesehatan karang di wilayah Wakatobi tidak mengalami perubahan yang signifikan selama pemantauan. Rata-rata persentase tutupan karang hidup dari 15 stasiun pengamatan (Rata-rata LC ± standar error) disajikan secara lengkap pada Gambar 17.

Kategori Nilai p

Karang hidup (LC) 0,810

Acropora (AC) 0,284 Non Acropora (NA) 0,645 Karang mati (DC) Tidak diuji Karang mati dengan alga (DCA) 0,236 Karang lunak (SC) 0,934

Dokumen terkait