• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

IV.2 Lingkungan Internal DPPKKD

Lingkungan internal DPPKKD adalah lingkungan yang berada didalam Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPPKKD). Aspek internal dibutuhkan untuk melihat seberapa besar efektivitas lingkungan internal terhadap visi yang akan dicapai oleh DPPKKD. Lingkungan internal terdiri dari:

a. Sumber Daya Manusia

Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPPKKD) Kabupaten Toba Samosir membutuhkan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia memiliki peranan penting sebagai pencipta maupun pelaksana strategi-strategi yang akan digunakan untuk mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sama halnya dengan sumber daya manusia yang ada di DPPKKD, mereka berperan dalam membuat dan melaksanakan strategi menyangkut peningkatan penerimaan melalui pajak hotel sehingga realisasi dapat sesuai dengan target yang telah ditetapkan bahkan jika strategi berhasil dilaksanakan, realisasi mampu melebihi target yang telah ditetapkan.

DPPKKD Kabupaten Toba Samosir memiliki sebanyak 52 orang pegawai dengan beragam latar belakang pendidikan dan terbagi atas beberapa golongan. Kepala DPPKKD mengatakan bahwa:

“DPPKKD memiliki Pegawai sebanyak 52 orang yang terdiri dari 38 orang dengan status PNS, dan 14 orang non PNS. Bidang Pendapatan memiliki pegawai sebanyak 9 orang yang terdiri dari: Kepala Bidang, Kepala Seksi Pendataan dan Dokumentasi, Kepala Seksi Perhitungan dan Penetapan, Kepala seksi Penagihan serta memiliki lima orang staf.”

Dalam melaksanakan suatu strategi tentu diperlukan sumber daya manusia yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kuantitas sumber daya manusia yang kurang memadai akan menghambat pelaksanaan strategi meskipun jumlah pegawai yang banyak tidak menjamin tercapainya tujuan suatu organisasi. Agar berjalan secara sempurna, maka DPPKKD harus memiliki pegawai yang cukup dan harus diimbangi dengan kualitas yang baik. Kepala Bidang Pendapatan DPPKKD mengatakan:

secara kualitas, sumber daya manusia yang dimiliki DPPKKD masih kurang dalam hal pemahaman tupoksi dan pengalaman yang masih minim dalam hal pajak hotel. Personil kamipun sedikit, kami bidang itu hanya 9, 3 Kepala Seksi, 5 staf, jadi kami mau menggebrak pun kurang.”

Kepala Seksi Penagihan DPPKKD menambahkan:

“Paling tidak kan didalam proses penagihan sendiri, kita butuh sumber daya manusia yang cukuplah untuk pembagian kerja. Kita kan ada 16 kecamatan, inilah menjadi kendala saat ini didalam sesi penagihan, kekurangan SDMnya, jadi kedepan salah satu cara untuk mencapai target itu ya SDM harus agak ditingkatkan jumlah personilnya untuk menagih, supaya tercapai paling tidak diatas target ini untuk pajak hotel.”

Berikut ini data hasil penelitian menyangkut jenjang pendidikan pegawai DPPKKD:

Tabel IV.1

Klasifikasi Jumlah Pegawai DPPKKD Berdasarkan Tingkat Pendidikan JABATAN S2 S1 D3 SMA SLTP SD TO TA L PNS KEPALA DINAS 1 SEKRETARIS DINAS 1 KEPALA BIDANG 2 2 KASUBBAG/SEKSI 13 2 STAF 2 6 9 NON PNS STAF 1 3 10 JUMLAH 3 19 9 21 - - 52

Sumber: Rencana Strategik (Renstra) 2011-2015 DPPKKD

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas pegawai DPPKKD memiliki latar belakang pendidikan pada tingkat SMA yakni sebanyak 21 orang, dengan perbedaan yang tipis pada jenjang pendidikan S1 dengan jumlah sebanyak 19 orang. Pendidikan tertinggi pegawai di DPPKKD adalah S2 dengan jumlah sebanyak 3 orang, yang menduduki jabatan Kepala Dinas, Kepala Bidang Pendapatan, dan Kepala Bidang Akuntansi. Apabila dilihat dari data tersebut maka dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia yang ada di DPPKKD secara kualitas masih kurang, karena tingkat pendidikan SMA mendominasi latar belakang pendidikan pegawai DPPKKD.

Tabel IV.2

Klasifikasi Jumlah Pegawai DPPKKD Berdasarkan Golongan GOLONGAN

HONORER JUMLAH IIa IIb IId IIIa IIIb IIIc IIId IVa IVb IVc

1 4 3 7 7 3 10 1 1 1 14 52

Berdasarkan data diatas, golongan IIId, mendominasi jumlah pegawai DPPKKD berdasarkan golongan yaitu sebanyak 10 orang. Golongan yang tertinggi di DPPKKD adalah golongan IVc, sebanyak satu orang yang menduduki jabatan sebagai Kepala DPPKKD.

b. Sarana dan Prasarana DPPKKD

Sarana dan prasarana berperan sebagai penunjang bagi sumber daya manusia yang ada di DPPKKD dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing masing pegawai. Fasilitas tersebut akan mampu mendukung kinerja dalam melaksanakan strategi terkait peningkatan penerimaan pajak hotel. Sarana dan prasarana yang tidak memadai tentunya akan menghambat proses pelaksanaan suatu kegiatan di DPPKKD. Kepala Bidang Pendapatan mengatakan:

“Dalam melakukan pemungutan ada difasilitasi sepeda motor, komputer di kantor lengkap”

Berdasarkan data yang diperoleh, DPPKKD memiliki rincian terhadap sarana dan prasarana seperti berikut:

Tabel IV.3

Daftar Sarana dan Prasarana

NO JENIS SARANA DAN PRASARANA JUMLAH

1. Tanah 1 lokasi

2. Gedung kantor 1 unit

3. Kendaraan roda empat 1 unit

4. Kendaraan roda dua 23 unit

5. Mesin Tik 8 unit

7. Rak kayu 6 unit

8. Lemari Kayu 4 unit

9. Lemari kayu vega 10 unit

10. Lemari kayu kaca 5 unit

11. Kursi putar ess II 1 unit

12. Kursi putar besar 5 unit

13. Kursi putar 18 unit

14. Kursi putar biru 1 unit

15. Kursi staf besi 22 unit

16. Kursi staf 20 unit

17. Kursi susun 10 unit

18. Kursi lipat 15 unit

19. Kursi tamu/sofa 1 unit

20. Meja biro 3 unit

21. Meja ½ biro 41 unit

22. Meja pajang 3 unit

23. Meja tik 4 unit

24. Meja komputer 1 unit

25. Berangkas 5 unit

26. Mesin porporase 1 unit

27. Whiteboard 1 unit

28. Komputer 15 unit

29. Laptop 11 unit

31. TV 29” 1 unit

32. Mesin Faximile 1 unit

33. UPS 22 unit

34. Infokus 1 unit

35. Gorden/rel 40 unit

36. Karpet 2 unit

Sumber: Rencana Strategik (Renstra) 2011-2015 DPPKKD

Berdasarkan tabel diatas DPPKKD memiliki sebanyak 36 jenis sarana dan prasarana yang diharapkan mampu menunjang kinerja pegawai DPPKKD. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, secara umum keadaan sarana dan prasarana sudah memadai, hanya perlu penyusunan berkas-berkas secara rapi.

Gambar IV.1

Keadaan Ruangan DPPKKD

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang dalam melaksanakan tugas dan fungsi pegawai DPPKKD, terutama dalam melakukan penagihan pajak hotel. Misalnya kendaraan dinas yang digunakan sebagai alat transportasi bagi pegawai bidang pendapatan untuk menagih pajak hotel ke setiap wajib pajak yang belum membayar.

Gambar IV.2

Sarana untuk Menagih Pajak Hotel

c. Sosialisasi tentang Peraturan

Pemerintah Kabupaten Toba Samosir secara jelas dan terperinci telah menetapkan peraturan mengenai pajak daerah dalam Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, termasuk didalamnya peraturan-peraturan menyangkut pajak hotel. Pemerintah Kabupaten Toba Samosir juga mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. Peraturan Bupati ini menjelaskan secara lebih jelas dan rinci mengenai aturan-aturan yang berkaitan dengan pajak hotel seperti penerapan pajak hotel sebesar 10% dan aturan-aturan lainnya sebagai wajib pajak hotel.

Sesuai dengan peraturan yang ditetapkan di Kabupaten Toba Samosir, pajak hotel termasuk kedalam jenis pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak (self assesment), seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Pendapatan berikut:

Pajak hotel bersifat self assessment atau memberikan wewenang pada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri besarnya pajak terhutang, untuk melaporkan, dimana masih banyak pengusah hotel yang kurang taat kewajiban pajak. Ada hotel beroperasi tanpa memiki ijin sehingga mengalami kendala dalam penagihan pajak hotelnya dan oleh pihak yg berwenang dalam hal ijin tidak mengenakan tindakan/sanksi kepada pengusaha hotel.”

Kepala Seksi Penagihan juga menambahkan:

“Biasanya kan pengusaha itu dalam membuat usaha, usaha hotel atau usaha apapun, pertama-tama kan harusnya mengurus ijinnya dulu ke Badan Perijinan dan Penanaman Modal, dari situ kalau sudah keluar ijinnya otomatiskan kewajiban mereka untuk bayar pajak sudah ada, dari sejak keluar ijinnya mereka harusnya sudah bayar pajak tiap bulan, bisa ke Dinas Pendapatan bisa juga pembayarannya lewat bank.”

Namun dari beberapa hasil wawancara yang peniliti peroleh dari sejumlah wajib pajak, mayoritas memberikan informasi bahwa sesuai dengan yang mereka ketahui bahwa pembayaran pajak hotel dilakukan dengan cara dipungut oleh pegawai DPPKKD dengan turun langsung ke lapangan dan mendatangi hotel mereka dan mendata serta menagih pajak hotel, seperti yang dikatakan oleh salah satu wajib pajak berikut:

“Ya dipungutlah dari Dinas Pendapatan, 3 orang itu. Dibayar pertahun pajaknya, tapi baru-baru ini bulanan. Sejak dari dulu ya kan kita persenkan lah melalui pendataan penginapan kita”

Wajib pajak hotel lainnya juga berpendapat hal yang sama:

“Mereka menagih kesini, 2-3 oranglah yang datang kesini dari pemda. Satu semester 6 bulan rata-ratanya, ini pun belum saya bayar. Saya tunggu waktu bulan Desember kemarin sudah ada duit ya kok ga dateng nanti bulan depanlah kami datang katanya gitu”

Setiap peraturan yang ditetapkan juga tidak terlepas dari sanksi-sanksi yang diberlakukan. Dalam Peraturan Bupati tersebut juga telah dijelaskan secara rinci mengenai sanksi-sanksi yang diterapkan oleh Pemerintah Toba Samosir sebagai upaya untuk menindaklanjuti segala pelanggaran yang menyangkut pajak hotel, seperti yang diungkapkan oleh Kepala DPPKKD berikut:

“Penegakan sanksi yang dilakukan DPPKKD untuk menindak wajib pajak yang tidak taat masih lemah karena masih dilakukan sebatas surat teguran.”

Kepala Seksi Penagihan juga menambahkan:

“Biasanya kan ada prosedurnya, kalau istilahnya penolakan tidak mau membayar pajak yang sudah ditetapkan biasanya kita buat surat teguran. Ada dia tahap-tahapnya, surat teguran pertama, kalau tidak dihiraukan surat teguran kedua, kalau juga tidak dihiraukan biasanya kalau dari segi peraturan ya paling penyitaan lah, penyitaan sesuai dengan pajak yang terutang, istilahnya satu juta pajaknya ga dibayar, kita sitalah barangnya seharga satu juta, itulah nanti disita terus dilelangkan. Di Toba Samosir sampai saat ini, paling sampai surat teguran kedua”

Salah satu hal yang menjadi alasan terhadap lemahnya penegakan sanksi oleh DPPKKD diungkapkan oleh Kepala Bidang Pendapatan seperti berikut:

“Nantikan gini kalau kami mengeluarkan sanksi marah yang punya hotel, kan repot. Karena kan di Tobasa ini persaudaraannya masih kental, jadi kita juga harus menyesuaikan kesitu, ga bisa berkoak-koak, hati-hati juga kita.”

Dari data-data hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa umumnya wajib pajak hotel di Kabupaten Toba Samosir belum mengetahui secara jelas mengenai peraturan yang telah ditetapkan pemerintah mengenai pajak hotel. Sosialisasi tidak berjalan secara efektif sehingga masih banyak wajib pajak yang tidak mengetahui cara pembayaran pajak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. DPPKKD juga belum tegas dalam memberikan sanksi bagi wajib pajak yang mangkir maupun yang terlambat dalam melakukan pembayaran.

d. Dana Operasional

Dana operasional memiliki peranan yang cukup vital dalam melaksanakan tugas dan fungsi di DPPKKD. Tersedianya anggaran yang memadai akan sangat membantu DPPKKD dalam membiayai setiap kegiatan yang berpengaruh dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya melalui penerimaan pajak hotel. Kepala DPPKKD mengatakan:

“Dana operasional di DPPKKD masih sangat kurang sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pajak. Dana yang ada masih terbatas lah untuk memenuhi kebutuhan.”

Dapat diketahui bahwa dana operasional yang dimiliki oleh DPPKKD masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang ada, sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ada khususnya yang berkaitan dengan pajak hotel. Kurangnya dana tentunya akan menghambat pencapaian target yang telah ditetapkan oleh DPPKKD sebelumnya.

e. Strategi Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPPKKD)

Strategi adalah cara untuk mencapai visi dan misi serta kebijakan yang telah ditetapkan dan menjelaskan pemikiran-pemikiran secara konseptual, analistis, realistis, rasional dan komprehensif tentang berbagai langkah yang diperlukan untuk mencapai atau untuk mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Strategi Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPPKKD) terdiri dari:

a. Optimalisasi pengawasan, pengendalian internal, dan pengkoordinasian pendapatan sesuai regulasi dibidang pajak dan daerah

b. Pengkajian rencana anggaran pendapatan, belanja dan kekayaan daerah untuk mewujudkan pelaksanaan pengelolaan anggaran pendapatan dan anggaran belanja daerah yang akuntabel

c. Pemenuhan kebutuhan dalam pelayanan administrasi perkantoran dan pengelolaan administrasi kekayaan daerah sebagai penunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD

d. Peningkatan sistem pengelolaan administrasi pendapatan dan belanja daerah

e. Peningkatan dan optimalisasi sarana dan prasarana sebagai penunjang pelayanan prima

f. Peningkatan profesionalisme aparatur sesuai tuntutan kebutuhan pemenuhan sumber daya manusia yang handal

Dalam menetapkan strategi, DPPKKD juga menetapkan target yang harus dicapai dari setiap penerimaan pajak hotel dan melakukan perbandingan dengan realisasi yang telah diterima oleh DPPKKD. Penyesuaian antara target dan realisasi dilakukan setiap akhir bulan, mulai dari bulan Januari hingga bulan Desember dengan mendata setiap penerimaan dan membandingkan dengan hasil yang diterima pada bulan tersebut dan mengkalkulasikannya. Kepala DPPKKD mengatakan:

“Usul target penerimaan berasal dari Bidang Pendapatan dan ditetapkan oleh Kepala DPPKKD kemudian diajukan ke DPRD.”

Kepala bidang Pendapatan menambahkan:

“Yang membuat rancangan strategis adalah Kepala Bidang dengan mengumpulkan bahan-bahan mempertimbangkan tingkat pencapaian target tahun yang lalu”

Berikut data mengenai target dan realisasi pajak hotel di Kabupaten Toba Samosir selama 5 tahun terakhir:

Tabel IV.4

Target dan Realisasi Pajak Hotel

Tahun Target Pajak Hotel Realisasi Pajak Hotel

2011 555.860.000 528.698.913

2012 300.000.000 277.003.227

2013 320.000.000 331.864.524

2014 500.000.000 359.574.830

Sumber: DPPKKD Kabupaten Toba Samosir (2015)

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa mayoritas realisasi yang tercapai belum mencapai target. Realisasi melebihi target hanya tercapai pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2011, 2012, dan 2014 target belum tercapai secara maksimal.

Tabel IV.5

Pendapatan Asli Daerah

PAD

2011 2012 2013 2014

14.117.728.012 16.542.682.535 19.803.160.418 22.456.058.652

Sumber: DPPKKD Kabupaten Toba Samosir (2014)

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2011 hingga tahun 2014 selalu mengalami kenaikan. Salah satu yang mempengaruhi meningkatnya PAD adalah melalui penerimaan pajak daerah, termasuk dari pajak hotel.

Tabel IV.6

Persentase Penerimaan Pajak Hotel Terhadap PAD

Tahun PAD Pajak Hotel Persentase (%)

2011 14.117.728.012 528.698.913 0,04 %

2012 16.542.682.535 277.003.227 0,02%

2013 19.803.160.418 331.864.524 0,02%

2014 22.456.058.652 359.574.830 0,02%

Sumber: DPPKKD Kabupaten Toba Samosir (Data Diolah 2015)

Grafik IV.1

Persentase Pajak Hotel terhadap PAD

Dari data diatas maka diketahui bahwa sumbangsih pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah pada 4 tahun terakhir umumnya tetap, sebesar 0,02% sejak tahun 2012 hingga tahun 2014. Jumlah ini mengalami penurunan dari jumlah sumbangsih sebesar 0,04% pada tahun 2011.

Kepala Seksi Penagihan mengatakan:

“Inikan untuk PAD rinciannya ada 11, inilah bagian dari pajak daerah. Kalau PAD itu kan terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, dana perimbangan dan pendapatan yang sah. Jadi kalau pajak hotel kan bagian dari terkecil sebetulnya dari pajak daerah. Cuman kita kalau bisa semaksimal mungkin untuk mendongkrak PAD Toba Samosir”

Pajak hotel merupakan penerimaan yang masih berpengaruh kecil dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, ditambah lagi dengan jumlah penerimaan yang setiap tahunnya tidak mengalami kenaikan namun tetap diangka 0,02%.

Dokumen terkait