• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

C. Lingkungan Kerja

1. Kebisingan 2. Debu 3. Getaran 4. Iklim Kerja 5. Penerangan d. Organisasi Kerja 1. Jam Kerja 2. Jam Istirahat 3. Rotasi Kerja Faktor internal : a. Usia b. Jenis Kelamin c. Status Gizi d. Kondisi Kesehatan e. Keadaan Psikologis f. Konflik peran g. Peran ganda

Tidak ada variasi gerakan, dalam jangka waktu lama

Timbul gangguan psikologis berupa kebosanan/ kelelahan

mental Pekerjaan duduk monoton

commit to user E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Rotasi Kerja

pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan crossectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Arief, 2004). Jadi dalam penelitian ini semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Industri Batik Brotoseno Desa Kliwonan Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen mulai Bulan November 2010 – Juni 2011

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan kelompok subjek, dapat berupa manusia, hewan percobaan, data laboratorium dan lain-lain yang ciri-cirinya akan diteliti (Arief, 2004)

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu seluruh tenaga kerja wanita industri rumah tangga batik tulis Brotoseno, desa Kliwonan Masaran Sragen. Jumlah tenaga kerja wanita keseluruhannya adalah 203 terdiri 76 tenaga kerja tetap dan 127 tenaga kerja borongan.

commit to user D. Teknik Sampling.

Sampel adalah hasil pemilihan subjek dari populasi untuk memperoleh karakteristik populasi (Arief, 2004)

Pengambilan sampel melalui teknik random sampling dengan restriksi. Menurut Murti (2006), restriksi yaitu metode untuk membatasi subjek penelitian menurut kriteria tertentu pada populasi target (populasi sasaran), maka diperoleh populasi sumber (populasi yang merupakan himpunan subjek dari populasi sasaran yang digunakan sebagai sumber pencuplikan subjek penelitian). Selanjutnya dilakukan random sampling sehingga diperoleh sampel penelitian.

E. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah tenaga kerja wanita tetap bagian batik tulis, dari restriksi kemudian dilakukan pembatasan populasi target dengan kriteria sebagai berikut :

1.Usia : 20-40 tahun

Usia memberikan respon terhadap situasi yang potensial menimbulkan stress kerja. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelompok usia lebih dari 40 tahun dan dibawah 40 tahun dengan indicator adrenalin dan tekanan darah, dinyatakan bahwa kelompok usia lebih dari 40 tahun lebih rentan dalam menghadapi stress kerja. Sehingga sampel penelitian ini

commit to user

dibatasi berusai 20-40 tahun supaya stress kerja yang terjadi bukan karena faktor usia.

2.Tidak sedang sakit.

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi Stress, penyakit tersebut antara lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah tinggi > 130/90 dan tekanan darah rendah 110/70 – 120/80 dalam kondisi tidak hamil.

3.Masa kerja lebih dari 5 tahun.

Mempunyai keterampilan dan kemampuan kerja yang sama terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian seseorang.

4.Waktu kerja 8 jam sehari

Tenaga kerja berada di satu tempat kerja dengan waktu kerja yang sama. Setelah dilakukan pembatasan pada populasi target dengan restriksi, maka diperoleh populasi sumber sejumlah 42 orang. Dari jumlah tersebut kemudian dilakukan random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 30 tenaga kerja wanita.

commit to user F. Rancangan Penelitian

Bagan 2 Skema Desain Penelitian

Random sampling Populasi umum n=203 pekerjaan m o Kelompok I n=15 Kelompok II n=15

Stress Kerja Stress Kerja

Kriteria :

Usia 20-40 tahun, Tidak sedang sakit, Masa kerja lebih dari 5 tahun. Lama kerja 8

jam sehari Sesuai kriteria n=42

Kelompok I Stress Kerja Kelompok II Stress Kerja Tidak di r o t Perlakuan rotasi kerja , adap PRE Mann-Whitney POST Mann-Whitney Sampel n=30 Populasi target n=76

commit to user Keterangan :

= Menggunakan uji Mann-Whitney = Perlakuan pada sampel

G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja

H. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen variable), variabel terikat (dependen variabel) dan variabel pengganggu.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen yang diukur adalah pekerjaan duduk monoton dan rotasi kerja.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah stress kerja.

3. Variabel Penganggu

a) Variabel pengganggu terkendali dalam penelitian ini meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin, kondisi kesehatan, waktu kerja dan beban kerja. Nyanthing (Memberi lilin) (2 jam) Nolet (Memberiwarna) (2 jam) Istirahat 1 jam Nyanthing (Memberi lilin) (1,5 jam) Nolet (Memberiwarna) (1,5 jam)

commit to user

b) Variabel pengganggu tidak terkendali dalam penelitian ini meliputi, status gizi, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda, hubungan kerja dan lingkungan kerja.

Bagan 3 Kerangka Variabel

I. Definisi Operasional Variabel 1.Rotasi Kerja

Rotasi kerja adalah perpindahan tenaga kerja dari pekerjaan sebelumnya yaitu nyanting (statis) ke posisi pekerjaan yang mempunyai tingkat level yang sama/beban kerja yang sama yaitu pekerjaan nolet (dinamis).

Alat ukur : Checklist

Kategori : Rotasi dan tidak rotasi Skala Pengukuran : Nominal

Variabel bebas : Rotasi Kerja Variabel Terikat: Stress Kerja Variabel penganggu : a. Terkendali 1) Usia 2) Masa kerja 3) Jenis kelamin 4) waktu kerja 5) Kondisi kesehatan 6) Beban Kerja b. Tidak Terkendali 1) Status gizi 2) Keadaan Psikologis 3) Konflik peran 4) Peran ganda 5) Hubungan kerja 6) Lingkungan kerja

commit to user 2.Stress Kerja

Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang dimana dia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan menyesuaikan diri terhadap suatu tuntutan yang diakibatkan karena pekerjaan.

Alat ukur : Kuesioner penilaian stress kerja dengan scoring Cara mengukur : Membagikan kuesioner pada dua kelompok tenaga

kerja yang mendapat perlakuan yang berbeda, pemberian kuesioner dilakukan sebelum memberi perlakuan dan sesudah memberi perlakuan. sebelum membagikan kuesioner terhadap tenaga kerja peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara pengisian dan lembar persetujuan sebagai responden. Kemudian menjumlah skor setiap tenaga kerja dari kuesioner yang telah diisi oleh tenaga kerja dan mengelompokkan total skor kedalam kriteria stress kerja

Hasil : 140 – 175 : Stress tingkat rendah 105 – 139 : Stress tingkat sedang 70 – 104 : Stress tingkat tinggi 35 – 69 : Stress tingkat sangat tinggi Skala Data : Interval

commit to user 3.Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat yang diterima dari orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini jenis kelamin dikendalikan yaitu jenis kelamin wanita.

Alat ukur : Lembar isian data Hasil pengukuran : Laki-laki dan Wanita Skala pengukuran : Nominal

4.Usia

Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun, yang telah dilalui sejak lahir sampai dengan waktu tenaga kerja dilakukan wawancara yang tertera pada kartu tanda penduduk. Dalam penlitian ini usia dikendalikan yaitu 20-40 tahun.

Alat ukur : Lembar isian data Hasil pengukuran : tahun

Skala pengukuran : rasio 5.Masa Kerja

Masa kerja adalah waktu yang dihitung mulai dari tenaga kerja bekerja pada pekerjaan batik tulis dan tempat batikan. Dalam penelitian ini masa kerja dikendalikan yaitu > 5 tahun.

Alat ukur : Lembar isian data Hasil pengukuran : tahun

commit to user Skala pengukuran : rasio

6.Penerangan

Penerangan adalah sumber cahaya yang mengenai permukaan suatu benda yang menyebabkan terang kemudian berkontraksi dengan alat penglihatan sehingga dapat melihat. Sumber penerangan dapat berupa penerangan alami atau penerangan buatan.

Alat Ukur : Lux MeterANA 999

Satuan : Lux

Skala pengukuran : Rasio 7.Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat menganggu tenaga kerja.

Alat Ukur : Sound Level Meter merk RION

Satuan : dB

Skala pengukuran : Interval 8.Iklim Kerja

Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi.

Alat Ukur : Area Heat Stress Monitor Satuan : 0C

Skala pengukuran : Interval 9.Status Gizi

commit to user

Status gizi adalah keadaan gizi tenaga kerja yang diukur dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh tiap pekerja.

Alat ukur : Meteran Tinggi Badan dan Timbangan Berat Badan. Hasil pengukuran : Kurus, Normal, Berat Berlebih, Obesitas.

Skala pengukuran : Ordinal

J. Alat dan Bahan Penelitian

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian yang dilaksanakan di industri Batik Tulis Brotoseno antara lain sebagai berikut :

1. Bahan

a. Kuesioner untuk tenaga kerja agar mengetahui karakteristik responden mengenai : usia, masa kerja, jenis kelamin.

b. Kuesioner Stress Kerja, untuk mengukur stress kerja pada tenaga kerja

c. Form pengukuran penerangan dengan Lux Meter

d. Form pengukuran suhu ruangan dengan Area Heat Stress Monitor e. Form pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter

2. Alat

a. Lux Meter, untuk mengukur intensitas penerangan umum pada lokasi industri batik tulis Brotoseno

b. Area Heat Stress Monitor, untuk mengukur iklim kerja tempat kerja pada industri batik tulis Brotoseno

commit to user

c. Sound Level Meter, untuk mengukur intensitas kebisingan tempat kerja pada industri batik tulis Brotoseno.

d. Alat tulis, berupa bolpoint/pena, untuk menulis data hasil penelitian yang telah di peroleh

e. Alat dokumentasi, berupa kamera untuk mendokumentasikan hasil penelitian yang telah dilakukan di industri batik tulis

K. Cara Kerja Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian di Industri Batik Tulis ini adalah :

1.Wawancara menggunakan kuesioner atau checklist, dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada responden, lembar diisi oleh peneliti.

2.Pengukuran keadaan fisik lingkungan kerja dengan menggunakan alat ukur seperti lux meter, heat stess area monitor dan sound level meter oleh peneliti langsung.

3.Pengukuran stress kerja dengan menggunakan kuesioner stress kerja dengan scoring dari HSE 2000 (Lampiran 1)

4.Mengolah dan menganalisa data penelitian 5.Menyusun laporan

6.

L. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

commit to user 1. Editing

Pada tahapan ini data yang telah terkumpul dikoreksi kembali untuk mengetahui kesalahan yang ada.

2. Coding

Merupakan tahapan untuk menghasilkan data menurut variabel penelitian yang ada. Coding digunakan untuk mempermudah dalam proses tabulasi dan analisa data selanjutnya.

3. Entry

Memasukkan data penelitian kedalam program komputer untuk dilakukan pengolahan data.

4. Tabulating

Data yang sudah melalui tahapan coding selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan kedalam tabel yang sudah disiapkan dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel statistik deskriptif.

5. Analisa Data

Analisis data yang digunakan adalah uji statistik non parametrik. Uji statistik non parametrik adalah uji untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai rata-rata antar dua kelompok. Uji Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari suatu parameter dari dua sampel yang independent (Riwidikdo, 2008).

Intepretasi hasil uji Mann-Whitney dengan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) Versi 16.0 adalah :

commit to user

1)Jika P value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan 2)Jika P value > 0,01 - ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan

3)Jika p value≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan

commit to user BAB IV

HASIL

A. Gambaran Umum Tempat kerja

1.Profil Industri Batik Tulis Brotoseno

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno merupakan industri perorangan yang dikelola sendiri dan dengan modal sendiri. Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno bergerak dalam bidang sektor informal yang menghasilkan barang kerajinan berupa kain batik dengan berbagai motif, pakaian jadi dengan berbagai model untuk pria maupun wanita dan anak-anak. Selain itu industri rumah tangga batik tulis Brotoseno juga memproduksi kaos bermotif batik dan aksesoris yang bermotif batik.

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno berawal dari usaha rumahan yang dijalankan oleh bapak Soeparjan pada tahun 1975 dengan usaha keras dan tidak kenal menyerah walaupun dilanda krisis ekonomi batik Brotoseno bisa tetap survive dan tidakterhempas badai krisis ekonomi. Tongkat estafet kepemimpinan pada tahun 1997 oleh bapak Soeparjan diserahkan kepada putranya yaitu bapak H. Eko Suprihono, SE yang selanjutnya dibawah pemimpin baru ini industri rumah tangga batik tulis Brotoseno lebih agresif dapat dilihat dari banyaknya pameran-pameran yang diikuti, baik pameran-pameran skala daerah, nasional maupun pameran dengan skala internasional. Pameran rutin yang dilakukan antara lain Gelar Batik Nusantara, INACRAFT, ICRA, dan Adiwastra Nusantara.

commit to user

Hasil produksi dari industri rumah tangga batik tulis Brotoseno setiap bulan untuk batik tulis sebanyak 1500 potong, untuk batik kombinasi dihasilkan 5000 potong perbulan, sedangkan untuk batik handprinting dihasilkan 13.000 meter perbulan.

Penjualan dilakukan pada tiga tempat yakni pada dua showroom yang terletak di Sragen tepatnya Jl. Raya Solo - Sragen Km. 18 Jawa Tengah no telp (57282), (0271)661225, di Jakarta tepatnya Ruko Medical A.1 Jl. Pondok Kelapa Raya Jakarta Timur No telp. (13450) (021)86904304 dan di rumah yang sekaligus digunakan sebagai pabrik tepatnya terletak di desa Kuyang Kliwonan Masaran Sragen.

Selain pemasaran yang dilakukan melalui dua showroom dan di rumah, pemasaran juga dilakukan melalui internet tujuannya adalah pasar luar negeri. Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno juga melayani pemesanan dalam jumlah banyak. Selain itu juga melayani pembelian dalam bentuk grosir maupun eceran. Industri rumah tangga batik tulis Botoseno juga melayani kerjasama dengan industri batik lainnya, serta membuka program belajar membatik yang bertujuan untuk melestarikan budaya batik di Indonesia.

Seperti yang telah dibahas di atas industri rumah tangga batik tulis Brotoseno juga melayani pemesanan dalam jumlah besar yang berpengaruh terhadap omset dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno memiliki tiga macam tenaga

commit to user

kerja, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja borongan dan mitra dari industri lain.

Waktu kerja tenaga kerja di industri rumah tangga batik tulis Brotoseno untuk tenaga kerja tetap adalah mulai pukul 08.00-16.00 WIB dengan istirahat satu jam kerja yakni pada pukul 12.00-13.00 WIB. Dalam satu minggu terhitung 6 hari kerja yaitu dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Sedangkan, untuk tenaga kerja borongan waktu kerja tidak tentu, karena sebagian banyak tenaga kerja membawa pulang pekerjaannya dan dikerjakan di rumah masing-masing.

2.Tenaga Kerja

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno memiliki 203 tenaga kerja wanita yang terdiri dari 76 tenaga kerja tetap dan 127 tenaga kerja borongan.

Tenaga kerja di industri rumah tangga batik tulis Brotoseno sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar khususnya untuk tenaga kerja tetap, sedangkan untuk tenaga kerja borongan sebagian besar berasal dari luar daerah.

Upah yang diterima tenaga kerja bermacam-macam. Untuk tenaga kerja tetap upah diberikan secara harian, namun pemberian upah dilakukan tiap satu minggu sekali. Sedangkan untuk tenaga kerja borongan pemberian upah berdasarkan pada per potong kain yang telah dikerjakan.

commit to user

Dalam melaksankan pekerjaannya sebagai pembatik tulis banyak melakukan pekerjaan dengan posisi kerja yang tidak ergonomis dan monoton, yaitu bekerja dengan posisi duduk menggunakan dingklik yang tingginya 20 cm. Jarak antara tenaga kerja yang saling berdekatan dengan alasan menghemat biaya untuk penyediaan kompor dan wajan. Satu kompor dan wajan digunakan oleh 6 tenaga kerja, sehingga membatasi gerak tenaga kerja, selain itu pekerjaan membatik tulis juga menuntut tenaga kerja untuk melakukan gerakan yang monoton dengan posisi kerja duduk yang tidak ergonomis dengan waktu yang sangat lama yaitu selama 7 jam sehari dan keadaan tersebut telah berlangsung bertahun-tahun sesuai dengan masa kerja masing-masing tenaga kerja.

Tenaga kerja bagian nolet pekerjaan dapat dilakukan dengan duduk maupun berdiri dan bergeser ke kanan dan ke kiri. Pekerjaan nolet dilakukan di atas meja yang berukuran panjang 2,45 m dan lebar 1,22 m. Satu meja kerja dikerjakan oleh 4-5 tenaga kerja tergantung dari motif batikan.

Tenaga kerja bagian penggodogan kain yang bertujuan untuk penghilangkan malam yang menempel pada kain dan proses pewarnaan dilakukan dalam ruangan tersendiri yang masih bersebelahan dengan bagian nolet dan batik tulis. Tenaga kerja bagian penggodokan semuanya berjenis kelamin laki-laki.

Tenaga kerja bagian batik cap semuanya berjenis kelamin laki-laki. Pekerjaan pada bagian batik cap dilakukan dengan berdiri. Pekerjaan

commit to user

dilakukan dengan meratakan cairan warna diatas mika berpola yang diletakkan diatas kain mori yang terbentang sepanjang meja. Dalam melaksankan pekerjaan batik cap satu meja kerja dikerjakan oleh 4 sampai 6 tenaga kerja laki-laki.

3.Bahan Baku yang Digunakan

Pada proses pembuatan batik tulis di industri rumah tangga batik tulis Brotoseno, digunakan bahan baku berupa kain mori dengan berbagai macam kualitas. Kain mori ini dibeli masih dalam gulungan panjang kemudian diolah dan dipotong-potong sesuai kebutuhan. Bahan lainnya yaitu berupa malam, paraffin, dan zat warna teksil.

Bahan baku pendukung yang dibutuhkan dalam pembuatan batik tulis dan batik cap adalah minyak tanah dan kayu bakar.

Gambar 1 Malam dan Paraffin (Sumber : Data Primer, 2011)

commit to user Gambar 2 Kain Mori (Sumber : Data Primer, 2011)

Gambar 3 Pewarna Tekstil (Sumber : Data Primer, 2011)

4.Peralatan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dan tersedia dalam proses pembuatan batik tulis dan batik cat pada industri rumah tangga batik tulis Brotoseno ini adalah sebagai berikut :

commit to user a. Batik Tulis

1) Gawangan

Gawangan ialah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bambu. Gawangan berukuran panjang 100 cm dan tingginya 76 cm. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.

Gambar 4 Gawangan (Sumber : Data Primer, 2011) 2) Bandul

Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan pembatik secara tidak sengaja.

3) Wajan.

Wajan adalah perkakas untuk mencairkan malam (lilin untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan

commit to user

sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik dari pada yang dari logam, karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan malam.

Gambar 5 Wajan

(Sumber : Data Primer, 2011) 4) Kompor minyak tanah

Kompor yang digunakan berbahan dasar minyak tanah. Kompor adalah alat perapian sebagai pemanas malam.

commit to user Gambar 6 Kompor (Sumber : Data Primer, 2011) 5) Taplak.

Taplak ialah kain untuk menutup paha pembatik supaya tidak terkena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik. Taplak biasanya dibuat dari kain bekas.

Gambar 7 Taplak/Kain Bekas (Sumber : Data Primer, 2011) 6) Saringan malam.

Saringan ialah alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang, Kompor

commit to user

sehingga tidak mengganggu jalannya pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.

7) Dingklik.

Merupakan alat duduk pembatik yang terbuat dari bahan kayu. Tinggi duduk 20 cm, lebar duduk 35 cm, panjang duduk 32 cm, sedangkan tinggi sandaran 23 cm panjang sandaran 29 cm, dan lebar sandaran 12 cm. Pada saat digunakan biasanya ditambah dengan bantal kecil.

Gambar 8 Dingklik (Sumber : Data Primer, 2011) 8) Canting.

Canting merupakan alat utama untuk membatik yang menentukan apakah hasil pekerjaan itu dapat disebut batik, atau bukan batik. Canting digunakan untuk menulis, membuat motif-motif batik yang diinginkan. Alat Canting terbuat dari tembaga.

commit to user Gambar 9 Canting (Sumber : Data Primer, 2011)

b. Batik Cap 1) Meja

Meja yang digunakan terbuat dari kayu dengan tinggi 100 cm dan lebar 200 cm dan panjangnya sesuai dengan panjang kain.

Gambar 10 Meja Batik Cap (Sumber : Data Primer, 2011) 2) Kayu perata pewarna

Kayu ini digunakan untuk meratakan zat pewarna tekstil untuk pewarnaan pada batik cap. Panjang kayu 150 cm.

commit to user

Gambar 11 Kayu Perata Zat Warna pada Batik Cap (Sumber : Data Primer, 2011)

3) Motif mika

Motif mika merupakan motif yang sudah tertera pada mika yang digunakan untuk memberi warna pada batik cap.

Gambar 12 Pola Mika untuk Batik Cap (Sumber : Data Primer, 2011)

5.Proses Kerja Industri Batik Tulis Brotoseno Proses Pembuatan batik tulis ada beberapa tahapan : a. Tahap Persiapan

commit to user

1) Kompor dan wajan berisi malam harus sudah siap untuk mulai membatik. malam harus sempurna cairnya (malam tua) supaya lancar keluarnya melalui cucuk canting dan dapat meresap dengan sempurna dalam mori. Api dalam kompor harus dijaga tetap kecil, karena berbahaya kalau api naik keatas wajan dan membakar malam dalam wajan.

2) Mori yang sudah dipersiapkan harus telah berbeda di atas Gawangan dekat kompor. Pembatik duduk diantara gawangan dan kompor. Gawangan berdiri di sebelah kiri dan kompor di sebelah kanan pembatik.

3) Setelah semuanya siap selanjutnya pembatik memegang canting. Cara memegang canting berbeda dengan cara memegang pensil, atau bolpoint untuk menulis. Perbedaan itu terletak pada ujung cucuk canting bentuknya melengkung dan berpipa besar, sedang pensil atau bolpoin lurus. Memegang canting menggunakan ujung-ujung ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah seperti memegang pensil untuk menulis, tetapi tangkai canting horizontal. Posisi canting demikian itu untuk menjaga agar malam dalam nyamplungan tidak tumpah.

4) Pembatik menciduk/mengambil malam mendidih dari wajan dengan canting kemudian dibatikan di atas mori. Sebelum dibatikan canting ditiup lebih dahulu. Cara meniup pun dengan cara tertentu, agar malam dalam nyaplungan tidak tumpah pada

commit to user

Dokumen terkait