commit to user
PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA
DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO DESA KLIWONAN MASARAN
SRAGEN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
MUSLIKHAH R0207040
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 17 Juni 2011
commit to user ABSTRAK
PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO DESA KLIWONAN
MASARAN SRAGEN
Muslikhah1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh rotasi kerja terhadap stress kerja pekerja wanita di industri batik tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Crossectional Analitic, dengan sampel penelitian 30 pekerja wanita dibagian batik tulis. Teknik sampling yang digunakan adalah Random Sampling dengan Restriksi dengan membagi responden menjadi dua kelompok, kelompok I sebagai kelompok kontrol sedangkan kelompok II diberi perlakuan Rotasi Kerja. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner scorring stress kerja. Analisis yang digunakan adalah uji statistik non parametrik Mann-Whitney dengan program komputer SPSS versi 16.00.
Hasil : Hasil uji statistik terhadap perbedaan stress kerja setelah perlakuan antara kelompok I dengan Kelompok II menunjukkan nilai signifikan p = 0.03. Sedangkan hasil uji sebelum dilakukan perlakuan Rotasi Kerja menunjukkan nilai yang tidak signifikan p = 0.967
Kesimpulan : Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan adanya perbedaan skor stress antara tenaga kerja yang tidak dirotasi dengan tenaga kerja yang dirotasi. Rotasi Kerja dapat menurunkan tingkat stress kerja.
Kata Kunci : Stress Kerja, rotasi kerja
1
Program Study D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta
2
Magister Ergonomi-Fisiologi, Universitas Udayana Bali
3
commit to user ABSTRACT
THE INFLUENCE OF JOB ROTATION TOWARD THE JOB STRESS OF WOMAN LABORERS IN ”BROTOSENO’S BATIKTULIS” INDUSTRY
KLIWONAN MASARAN SRAGEN.
Muslikhah1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3.
Objective : This research was aimed to know and investigate the influence of job
rotation toword the job stress of woman laborer in ‟‟Brotoseno‟s batik tulis”
industry Kliwonan Masaran Sragen.
Methods : This research is crossectional analitic, with the sample were 30 woman laborers of batik tulis. Sampling technique used in this research was restriction random sampling by dividing the respondent onto two groups, the first group as a control group while the second group was given job rotation treatment. The data collection used questionnaire ”Scorring” job stress. The data analysis used statistic experiment non parametric Mann-Whitney by using computer program SPSS 16.00 Version.
Results : The result of statistic experiment toward the difference of job stress after doing treatment between the first group and the second group showed significance value p = 0.03. While the result before doing job rotation treatment showed insignificance valeu p = 0,967.
Conclution : From the result above, it could be conclude that there was difference of stress scores between the laborers who got the rotation treatment and did not get the rotation treatment. Job rotation decresed the level of job stress.
The Key words : Job Stress, Job Rotation
1
Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta.
2
Magister Ergonomi-Fisiologi, Udayana University Bali
3
commit to user PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan bimbinganNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Rotasi Kerja
terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”.
Skripsi ini bisa selesai karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sebelum 16 Mei 2011.
2. Bapak Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SPD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode 16 Mei 2011 – 16 Mei 2015.
3. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Sebelum 16 Juni 2011
4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni 2011 – 16 Juni 2015
5. Bapak Tarwaka, PGDip, Sc, M.Erg. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
8. Bapak H. Eko Suprihono SE. selaku pemilik Industri Batik Tulis Brotoseno yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
9. Ibu Tessa, selaku sekertaris pada Industri Batik Tulis Brotoseno yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian
10.Kedua orang tua dan saudara saya yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan kepada penulis.
11.Sahabat, rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
Surakarta, 17 Juni 2011
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRAC ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
1. Tujuan Umum ... 4
2. Tujuan Khusus ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Secara Teoritis ... 5
2. Secara Praktis ... 5
a) Bagi Ilmu Pengetahuan ... 5
b) Bagi Peneliti ... 6
c) Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja ... 6
d) Bagi Tenaga Kerja ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Pekerjaan monoton ... 7
1. Pengertian Monoton ... 7
2. Pengertian Pekerjaan Monoton ... 8
3. Jenis Pekejaan Monoton ... 8
4. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan monoton... 10
5. Penyebab Pekerjaan Monoton ... 10
6. Akibat Pekerjaan Monoton ... 11
B. Stress Kerja ... 14
1. Pengertian Stress... 14
2. Pengertian Stress Kerja ... 15
3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja ... 16
4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress Kerja ... 19
5. Gejala Stress Kerja ... 26
6. Dampak Stress Kerja ... 28
7. Pencegahan Stress Kerja ... 29
C. Pengaruh Pekerjaan Duduk Monoton terhadap Stress Kerja ... 30
D. Kerangka Pemikiran ... 32
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
C. Populasi Penelitian ... 34
D. Teknik Sampling ... 35
E. Sampel Penelitian ... 35
F. Rancangan Penelitian ... 37
G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja ... 38
H. Identifikasi Variabel Penelitian ... 38
I. Definisi Operasional Variabel ... 39
J. Alat dan Bahan Penelitian ... 43
K. Cara Kerja Penelitian ... 44
L. Teknik dan Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL ... 47
A. Gambaran Umum Tempat kerja ... 47
1. Profil Industri Batik Tulis Brotoseno ... 47
2. Tenaga Kerja ... 49
3. Bahan Baku yang digunakan ... 51
4. Peralatan yang digunakan ... 52
5. Proses Kerja Industri Batik Tulis Brotoseno ... 58
B. Data Tenaga Kerja Pada Bagian Batik Tulis ... 69
1. Usia ... 69
2. Masa Kerja ... 69
3. Status Gizi... 70
C. Data Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 72
1. Penerangan ... 72
2. Iklim Kerja ... 74
3. Kebisingan ... 75
D. Hasil Pengujian Stress kerja ... 76
BAB V PEMBAHASAN ... 80
A. Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno ... 80
1. Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno ... 80
2. Peralatan yang Digunakan ... 81
3. Proses Kerja Pembuatan Batik Tulis ... 81
B. Karakteristik Sampel ... 83
1. Usia ... 83
2. Masa Kerja ... 84
3. Status Gizi... 85
C. Lingkungan Kerja... 87
1. Penerangan ... 87
2. Iklim Kerja ... 88
3. Kebisingan ... 89
D. Pengaruh Rotasi Kerja terhadap Stress Kerja ... 91
BAB VI PENUTUPAN ... 95
A. Kesimpulan ... 95
commit to user
DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Karakteristik Usia Sampel Batik Tulis Brotoseno ... 69
Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney Usia Antara Kelompok I dengan
Kelompok II ... 69
Tabel 3. Data Karakteristik Masa Kerja Sampel ... 70
Tabel 4. Hasil uji Mann-Whitney Tenaga Kerja Antara KElompok I
dengan Kelompok II ... 70
Tabel 5. Karakteristik Berat Badan Tinggi Badan dan IMT KElompok I ... 71
Tabel 6. Karakteristik Berat Badan Tinggi Badan dan IMT KElompok I ... 71
Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney IMT antara Kelompok I dengan
Kelompok II ... 72
Tabel 8. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan pada Bagian Batik Tulis
dan Nolet ... 73
Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney Intensitas Penerangan Bagian Batik
Tulis dan Nolet ... 73
Tabel 10. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Ruangan Kerja Bagian Batik Tulis
dan Nolet ... 74
Tabel 11. Hasil Uji Mann-Whitney Iklim Kerja antara Batik Tulis Dengan
Nolet. ... 75
Tabel 12. Hasil pengukuran Beban Kerja Kelompok I dengan Kelompok II 75
Tabel 13. Hasil Uji Mann-Whitney Beban Kerja antara Kelompok I dengan
Kelompok II ... 75
Tabel 14. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Batik Tulis dan
Nolet ... 76
Tabel 15. Hasil Uji Mann-Whitney Intensitas Kebisingan Bagian Batik
Tulis dan Bagian Nolet ... 76
Tabel 16. Hasil Skoring Tingkat Stress Kerja pada Kelompok I dan
commit to user
Tabel 17. Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dengan
Kelompok II Sebelum Perlakuan ... 77
Tabel 18. Hasil Uji Mann-Whitney Stress Kerja Sebelum Perlakuan antara
Kelompok I dengan Kelompok II... 78
Tabel 19. Hasil Skoring Tingakat Stress Kerja pada Kelompok I dan
Kelompok II Sesudah Perlakuan ... 78
Tabel 20. Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dan
Kelompok II ... 78
Tabel 21. Hasil Uji Mann-Whithney Stress Kerja Sesudah Perlakuan antara
Kelompok I dengan Kelompok II... 79
Tabel 22. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung... 88
Tabel 23. Standar Iklim di Indonesia Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 ... 88
Tabel 24. NAB Kebisingan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Malam dan Paraffin ... 51
Gambar 2. Kain Mori ... 52
Gambar 3. Pewarna Tekstil ... 52
Gambar 4. Gawangan ... 53
Gambar 5. Wajan ... 54
Gambar 6. Kompor ... 55
Gambar 7. Taplak ... 55
Gambar 8. Dingklik ... 56
Gambar 9. Canting ... 57
Gambar 10. Meja Batik Cap ... 57
Gambar 11. Kayu Perata Zat Pewarna ... 58
Gambar 12. Pola Mika Untuk Batik Cap ... 58
Gambar 13. Membuat Pola ... 61
Gambar 14. Proses Nglowong ... 61
Gambar 15. Proses Ngiseni ... 63
Gambar 16. Proses Nerusi ... 64
Gambar 17. Proses Nemboki ... 65
Gambar 18. Proses Medel ... 66
Gambar 19. Proses Meyoga ... 66
Gambar 20. Proses Nolet ... 67
Gambar 21. Proses Nglorot ... 67
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner penilaian Stress Kerja dengan Skooring
Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah
menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan diberbagai bidang dan
sektor kehidupan. Selain itu, pembangunan telah memunculkan banyak
fenomena baru. Salah satu diantara fenomena itu adalah semakin besarnya
jumlah wanita yang bekerja. Bahkan saat ini banyak perusahaan yang
sebagian besar tenaga kerjanya adalah wanita. Jika dahulu wanita hanya
berperan sebagai ibu rumah tangga, namun sekarang banyak wanita yang
berpartisipasi dalam dunia kerja. Adanya tuntutan untuk mendukung
ekonomi rumah tangga menjadi salah satu alasan bagi wanita untuk
bekerja (Anoraga, 2009)
Saat melaksanakan pekerjaannya tenaga kerja wanita perlu
mendapatkan perlindungan sehingga terhindar dari segala risiko akibat
kerja, kecelakaan, atau penyakit akibat kerja. Hal ini telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 76
yang memuat waktu kerja, cuti haid, waktu melahirkan, perlindungan dari
jenis pekerjaan terburuk, dan sebagainya. Namun selain itu, tenaga kerja
juga berhak mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,
commit to user
Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress.
Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi
merupakan situasi stress. Berbagai tekanan yang dirasakan oleh tenaga
kerja dapat berasal dari faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan yang
menimbulkan kebosanan karena pekerjaan berulang-ulang dan tempat
kerja yang bising, konflik peran yang dirasakan wanita pekerja yaitu
sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai pekerja, adanya karir yang
tidak berkembang, hubungan yang buruk dengan rekan sekerja maupun
dengan atasan, ditambah lagi adanya struktur organisasi yang tidak baik,
kebijakan yang terlalu kaku, sedikitnya keterlibatan atasan, serta ciri
individu dalam menanggapi situasi yang dihadapi. Selain itu, tenaga kerja
dalam interaksinya dengan pekerjaan juga dipengaruhi pula oleh hasil
interaksi di tempat lain seperti di rumah, di perkumpulan dan sebagainya
(Sunyoto, 2001).
Jenis pekerjaan yang monoton dari pekerja batik tulis juga dapat
menimbulkan rasa bosan. Dalam bukunya yang berjudul Ergonomi
Konsep Dasar dan Aplikasinya, Nurmianto menyatakan bahwa rasa bosan
dikategorikan sebagai kelelahan. Rasa bosan adalah manifestasi dari reaksi
adanya suasana yang monoton (kurang bervariasi) (Nurmianto, 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Risang (2004) terhadap
karyawan Mandarin Oriental Hotel Majapahit Surabaya faktor penyebab
stress kerja ada 4, yang paling dominan adalah beban kerja yang
commit to user
Kemudian faktor dominan ketiga adalah pekerjaan yang monoton dan
yang terakhir yaitu kondisi lingkungan kerja
Batik brotoseno merupakan industri rumah tangga yang bergerak di
bidang produksi batik, di industri ini mempunyai tenaga kerja wanita
sebanyak 203 orang tenaga kerja, terdiri dari 76 tenaga kerja tetap dan 127
tenaga kerja borongan. Di industri ini menghasilkan 13.000 meter perbulan
untuk batik handprinting, 5000 potong perbulan untuk batik kombinasi,
1500 potong perbulan untuk batik tulis. Seluruh Kegiatan mulai dari
membuat pola sampai pemasaran dilakukan oleh industri itu sendiri. Jam
kerja karyawan mulai dari jam 08.00-16.00 WIB, waktu istirahat antara
jam 12.00-13.00 WIB. Dalam satu minggu terhitung 6 hari kerja yakni
Senin sampai dengan Sabtu.
Berdasarkan hasil pengukuran pendahuluan yang dilakukan pada
pekerja batik tulis Brotoseno dengan menggunakan Test Bourdan
Wiersma, sebanyak 15 tenaga kerja bagian batik tulis yang diukur sebelum
bekerja dan sesudah bekerja ternyata semuanya mengalami penurunan
tingkat konstansi. Sedangkan pada tingkat ketelitian ada tiga tenaga kerja
yang mengalami penurunan, sedangkan tingkat kecepatan relatif konstan.
Penurunan tingkat ketelitian dan konstansi merupakan gejala awal
timbulnya stress yakni kinerja menurun.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan mewawancarai 15
tenaga kerja wanita pada bagian batik tulis, semuanya mengeluhkan
commit to user
sehari kerja yaitu hanya duduk membatik. Selain itu, jarak/posisi antara
tenaga kerja juga agak sempit berakibat mengurangi kebebasan mereka
dalam bergerak, sehingga menimbulkan kebosanan yang merupakan
dampak stress kerja.
Berdasarkan hasil pengukuran dan wawancara tersebut peneliti ingin
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan
Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis
Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”.
B. Rumusan masalah
Adakah Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap
Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa
Kliwonan Masaran Sragen ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis
terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis
Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan karateristik sampel dan kegiatan proses produksi
commit to user
b. Mendeskripsikan pengaruh lingkungan kerja terhadap kedua
sampel yang diteliti.
c. Menghitung tenaga kerja yang mengalami stress kerja.
d. Mengetahui pengaruh dari rotasi kerja yang dilaksanakan terhadap
tenaga kerja wanita industri rumah tangga Batik Tulis Brotoseno,
Masaran, Sragen.
e. Mengetahui analisis mengenai pengaruh rotasi kerja terhadap stress
kerja.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian tentang
Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap Stress Kerja
Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran
Sragen adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Sebagai pembuktian adanya Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan
Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik
Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen
2. Secara praktis
a. BagiIlmu Pengetahuan
Menambah informasi yang dapat digunakan sebagai data
pembanding atau dasar pertimbangan bagi peneliti lain tentang
commit to user
Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa
Kliwonan Masaran Sragen”
b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal merencanakan
penelitian, melaksanakan penelitian dan mengetahui ”Pengaruh
Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap Stress Kerja
Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan
Masaran Sragen”
c. Bagi Program Diploma IV Kesehatan Kerja
Menambah referensi kepustakaan Program Diploma IV Kesehatan
Kerja khususnya mengenai ”Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan
Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik
Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”
d. Bagi Pengusaha
Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam
membuat kebijakan dalam upaya peningkatan produktivitas
khususnya masalah stress kerja tenaga kerja.
e. Bagi Tenaga Kerja
Menjadikan koreksi bagi pekerja/tenaga kerja dalam bekerja yang
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pekerjaan Monoton
1. Pengertian Monoton
Monoton merupakan lawan kata dari bervariasi, merupakan suatu
ciri lingkungan kehidupan manusia yang tidak berubah atau
berulang-ulang dalam suatu keadaan yang tetap dan merupakan hal yang sangat
mudah diperkirakan akan terjadi hal yang sama serta keadaan demikian itu
hanya membutuhkan tingkat kewaspadaan yang rendah (Setyawati 2010).
Monoton membuat manusia tidak dapat berkembang dan berkreatifitas
dikarenakan tidak ada tantangan yang dihadapi, sehingga tingkat
kewaspadaan akan potensi bahaya yang muncul pada pekerjaan menjadi
rendah.
Monoton juga didefinisikan sebagai suatu persepsi kesamaan
pekerjaan dari menit ke menit. Terdapat ciri pekerjaan yang tidak berubah
(Setyawati 2010)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian monoton
adalahselalu sama dengan yang dulu, itu-itu saja, tidak ada ragamnya (Zul
Fadjri, 1990).
Maka dapat disarikan bahwa monoton adalah suatu keadaan atau
commit to user
sehingga membuat kemampuan otak tidak dapat berkembang dan
menurunkan kreatifitas.
2. Pengertian Pekerjaan Monoton
Pekerjaan monoton adalah pekerjaan yang bersifat repetitif dan
berulang-ulang yang mengakibatkan kebosanan, dan mengakibatkan
kelelahan mental yang berakibat pada kesehatan jiwa (Prihartini 2007).
Sedangkan menurut Pusparini (2003) bahwa pekerjaan monoton adalah
suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau
waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang lama.
Maka dapat disarikan bahwa pekerjaan monoton adalah pekerjaan
yang mengalami pengulangan gerakan yang berakibat pada kejenuhan
pada diri tenaga kerja dan berakibat pada kelelahan dan mengakibatkan
stress kerja.
3. Jenis Pekerjaan Monoton
Menurut Pusparini (2003) pekerjaan monoton dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Pekerjaan monoton dengan gerakan berulang
Jenis pekerjaan monoton ini biasanya dilakukan gerakan yang sama
secara berulang-ualng. Bila dilakukan dalam intensitas yang sering
commit to user
berkembangnya suatu efek tertentu pada tenaga kerja. Hal ini
dipengaruhi oleh :
1) Banyaknya gerakan yang dilakukan dalam proses berulang.
2) Besar atau seringnya penggunaan otot.
3) Lamanya pekerjaan yang dilakukan.
Apabila dalam pekerjaan tersebut, tidak banyak dilakukan gerakan,
maka perputaran waktu antara untuk melakukan gerakan yang sama
akan menjadi lebih pendek. Dengan demikian pekerja akan menjadi
lebih sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang.
b. Pekerjaan monoton dengan pengamatan statis
Pekerjaan monoton dengan pengamatan statis merupakan pekerjaan
monoton yang dilakukan dengan membutuhkan pengamatan, biasanya
dilakukan untuk pekerjaan yang mebutuhkan ketelitian. Pekerjaan
monoton dengan pengamatan statis misalnya dilakukan oleh operator
mesin produksi. Pengamatan monoton dengan pengamatan statis di
pengaruhi oleh :
1) Aktivitas dari operator per unit waktu.
2) Jumlah objek yang diamati oleh operator
3) Seberapa sering operator harus memeriksa dan melaporkan objek
tersebut.
Semakin sedikit aktivitas dan objek yang diamati, serta semakin sering
operator harus memeriksa dan melaporkan maka semakin tinggi
commit to user
Berdasarkan pembagian tersebut pekerjaan duduk membatik
termasuk ke dalam pekerjaan monoton golongan pertama yakni pekerjaan
monoton dengan gerakan berulang dan gerakan yang dilakukan adalah
gerakan sederhana.
4. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan Monoton
Menurut Pusparini (2003) pekerjaan monoton dipengaruhi oleh :
a. Lingkungan kerja
Faktor lingkungan kerja yang dapat memperburuk akibat dari pekerjaan
monoton antara lain; kebisingan, getaran, penerangan yang tidak cukup,
dan iklim yang tidak nyaman.
b. Tenaga kerja
Faktor dari tenaga kerja meliputi jenis pekerjaan, keadaan fisik pekerja
keahlian pekerja, motivasi kerja, dan tingkat pendidikan.
5. Penyebab Pekerjaan Monoton
Menurut Prihartini (2007), Beban kerja yang terlalu berlebihan
akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi
emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah.
Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi
hanya pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton,
dalam kerja rutin sehari-hari, karena tugas dan pekerjaan yang terlalu
commit to user
secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang terlalu rendah
maupun berlebihan dapat menimbulkan stress.
Pekerjaan monoton biasanya disebabkan oleh spesialisasi kerja dan
pengulangan gerak dalam pekerjaan.
6. Akibat Pekerjaan Monoton
Menurut Oktarina (2009) bahwa tenaga kerja sebagai pelaku
sekaligus sasaran dari pembangunan harus dibina dan dikembangkan.
kualitas tenaga kerja tercermin dalam produktivitas tenaga kerja tersebut
sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman nyaman dan sehat untuk menunjang produktivitas. Selain itu,
perlu diperhatikan juga sistem kerja yang aman nyaman dan sehat untuk
menunjang produktivitas. Hal lain yang diperhatikan adalah sistem kerja
yang dilakukan oleh tenaga kerja itu sendiri, apakah mereka dalam bekerja
dilakukan rotasi kerja atau tidak, karena kerja monoton akan berdampak
pada reaksi psikologis mereka dan dapat mengakibatkan stress kerja.
Menurut Sutrisno dalam Oktarina (2009) bahwa rotasi kerja adalah
perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki
tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan sebelum mengalami pindah
kerja. Rotasi dilakukan untuk menghindari kejenuhan tenaga kerja pada
rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta memiliki fungsi
tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami pekerjaan
commit to user
Menurut Chris Argyris dalam Suryatiningsih (2005) penulis
menaruh perhatian terhadap masalah-masalah yang timbul sebagai akibat
penyederhanaan kerja yang ekstrim terhadap individu. Peneliti
mengemukakan bahwa apabila pekerjaan sangat dispesialisasikan atau
difragmentasikan, maka karyawan akan merasakan bahwa tugas-tugas
mereka monoton, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan. Dengan
demikian, pekerja kehilangan rasa otonominya dan tidak menghadapi
tantangan atau menjadi tidak berdaya serta bergantung. Para peneliti ini
tidak menyebutkan bahwa semua bentuk spesialisasi tidak diinginkan.
Tetapi mereka mengemukakan bahwa spesialisasi dalam beberapa bidang
telah mencapai suatu titik dimana manfaat yang diharapkan dalam
efisiensi dan produktivitas tidak diperoleh karena lebih banyak
menyebabkan kerugian bagi manusia
Menurut Manuaba dalam Prihartini (2007) pekerjaan monoton
yaitu pekerjaan yang mengalami pengulangan gerak akan menimbulkan
rasa bosan. Kebosanan dalam pekerjaan rutin sehari-hari mengakibatkan
kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial
membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau terlalu rendah
akan menimbulkan stress kerja. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana
banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton.
Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau
commit to user
perhatian. Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal
untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.
Menurut Pusparini (2003) efek dari pekerjaan monoton ada dua
yakni :
a. Efek kesehatan
Pekerjaan monton dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti;
sakit tenosynovitis, sindrom terowongan karpal, osteoarthritis dan
sakit pada lengan.
b. Efek psikologis
Efek psikologis yang timbul akibat pekerjaan monoton adalah :
1) Kebosanan
Akibat kebosanan pada pekerja yang telah melakukan gerakan
berulang dalam jangka waktu yang terus menerus, akan mengalami
penurunan tingkat mentalitas.
2) Hilangnya kewaspadaan
Akibat dari kepenatan dan keletihan dari pekerjaan yang terlalu
berat, tenaga kerja yang melakukan pekerjaan monoton akan
berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan
tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan akibat dari pekerjaan
monoton, spesialisasi pekerjaan dan pengulangan gerak akan
commit to user
kebosanan dalam bekerja yang berakibat pada penurunan tingkat
mentalitas.
B. Stress Kerja
1. Pengertian Stress
Stress lebih dianggap sebagai respon individu terhadap tuntutan
yang dihadapinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam dua
bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis dan
tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial. Tidak ada
aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan stres,
tetapi semua itu tergabung dalam suatu susunan total yang mengancam
keseimbangan (homeostatis) individu (Andreas 2010).
Stress adalah reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun
perilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan
yang dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut
dalam jangka waktu tertentu (Tarupolo, 2002).
Menurut Anoraga (2010) stress merupakan suatu bentuk tanggapan
seseorang baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan
dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam
Stress dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang keilmuan.
commit to user
a. Dalam bahasa teknik, stress dapat diartikan sebagai
kekuatan-kekuatan bagian-bagian tubuh
b. Dalam bahasa biologi dan kedokteran, Stress merupakan proses tubuh
untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan
terhadap tubuh.
c. Secara umum, stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang
dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.
Stress merupakan reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh akibat
dari tuntutan yang melebihi kemampuan tubuh yang dapat menimbulkan
penyakit baik fisik maupun jiwa.
2. Pengertian Stress Kerja
Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress.
Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi
merupakan situasi stress atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya
dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksi di tempat lain, di rumah,
di sekolah, di perkumpulan, dan sebagainya (Sunyoto, 2001).
Menurut Tarwaka, dkk (2004) Stress muncul akibat beberapa
stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan
reaksi (Strain) dalam beraneka ragam tampilan. Stress juga merupakan
tekanan psikologis yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit
baik penyakit secara fisik maupun mental (Kejiwaan). Secara konsep stress
commit to user
a. Stress sebagai stimulus, stress sebagai variabel bebas menitik beratkan
lingkungan sekitarnya sebagai stressor.
b. Stress sebagai respon, stress sebagai variabel tergantung
memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor
3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja
Andreas (2010) mengembangkan konsep yang dikenal dengan
Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrome) yang
menjelaskan bila seseorang pertama kali mengalami kondisi yang
mengancamnya, maka mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
pada tubuh diaktifkan. Kelenjar-kelenjar tubuh memproduksi sejumlah
adrenalin cortisone dan hormon-hormon lainnya serta mengkoordinasikan
perubahan-perubahan pada sistem saraf pusat. Jika tuntutan-tuntutan
berlangsung terus, mekanisme pertahanan diri berangsur-angsur akan
melemah, sehingga organ tubuh tidak dapat beroperasi secara adekuat.
Jika reaksi-reaksi tubuh kurang dapat berfungsi dengan baik, maka hal itu
merupakan awal munculnya penyakit “gangguan adaptasi”. Penyakit
-penyakit tersebut muncul dalam bentuk maag, serangan jantung, tekanan
darah tinggi, atau keluhan-keluhan psikosomatik lainnya.
Menurut AERO (2003), proses stress dalam tubuh melalui 3 fase :
a. Fase I; reaksi kewaspadaan (alarm reaction) pada fase ini seluruh
sistem dirubah menjadi keadaan siaga, perubahan fisiologis yang terjadi
commit to user
darah mengalir cepat dan bersiap untuk lari atau melawan ancaman
yang ada. Fase ini tidak berlangsung lama.
b. Fase II; reaksi pertahanan (resistance reaction), pada fase ini tubuh
mengerahkan seluruh daya tahannya untuk mengadakan perlawanan
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stress, tubuh berusaha
melakukan adaptasi terhadap stress yang terjadi, akan tetapi daya tahan
tubuh terbatas. Dalam fase ini daya tahan sudah naik di atas daya tahan
normal, dan apabila stress terjadi terus menerus dan berat maka akan
berlanjut ke fase III.
c. Fase III; reaksi kelelahan (exhaustion reaction) pada fase ini terjadi
kelelahan/keletihan sehingga adaptasi yang baru dibangun runtuh. Daya
tahan tubuh melemah, energi untuk adaptasi habis, dan fase ini
berkaitan dengan terganggunya kesehatan individu.
Lazarus dan Launier dalam Andreas (2010) mengemukakan
tahapan-tahapan proses stress sebagai berikut :
1. Stage of Alarm
Individu mengidendentifikasi suatu stimulus yang
memba-hayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiapsiagaan dan
orientasinyapun terarah kepada stimulus tersebut
2. Stage of Appraisals
Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang
mengenainya. Penilaian ini dipengaruhi oleh
commit to user
Tahapan penilaian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Primary Cognitive Appraisal
Primary Cognitive Appraisal adalah proses mental yang
berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut
implikasinya terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan,
merugikan, atau membahayakan individu yang bersangkutan.
b. Secondary Cognitive Appraisal
Secondary Cognitive Appraisal adalah evaluasi terhadap
sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif
cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi
oleh pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi
individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungannya serta
berbagai sumberdaya pribadi dan lingkungan.
3. Stage of Searching for a Coping Strategy
Konsep “coping” diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengelola
tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan internal serta
mengelolah konflik antara berbagai tuntutan. Tingkat kekacauan
yang dibangkitkan oleh satu sumber stres (stresor) akan menurun
jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengelola atau
menghadapi stresor, yaitu dengan menerapkan strategi „coping‟
yang tepat. Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh
pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks
commit to user 4. Stage of The Stress Response
Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang
akut, seperti sedih, cemas, marah, dan panik. Mekanisme
pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat,
fungsi-fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan
pola-pola neuroendokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu
aktif.
Berdasarkan uraian di atas mekanisme terjadinya stress kerja
akibat pekerjaan duduk monoton adalah berawal dari kurangnya variasi
gerakan dalam duduk monoton. Kurangnya variasi mengkibatkan
gangguan fisik dan mental, gangguan fisik berupa kelelahan otot pada
bagian tertentu akibat dari asam laktat yang trakumulasi pada bagian
tertentu. Sedangkan kelelahan mental atau gejala psikologi ditandai
dengan munculnya perasaan kebosanan yang berasal dari kejenuhan
dalam melakukan pekerjaan yang tidak terjadi perubahan dalam waktu
yang lama. Gejala nyata dari tidak dapat dikelolanya kelelahan mental
adalah timbulnya stress kerja pada tenaga kerja.
4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress
Menurut Tarwaka (2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu
tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang dapat
commit to user
a. Kondisi individu, seperti; umur, jenis kelamin, temperamental, generik,
intelegencia, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
b. Ciri kepribadian; introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,
kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain-lain.
c. Sosial-kognitif, seperti; dukungan sosial, hubungan sosial dengan
lingkungan sekitarnya.
d. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.
Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi stress antara lain :
a. Faktor dari individu, yang terdiri dari :
1) Usia
Peran faktor usia memberikan respon terhadap situasi yang
potensial menimbulkan stress kerja. Tenaga kerja yang usianya
sudah lanjut (> 60 tahun) kemampuan dalam beradaptasinya
menurun karena adanya penurunan fungsi organ di dalam
tubuhnya. Penelitian pada kelompok usia lebih dari 40 tahun dan
di bawah 40 tahun, dengan indikator adrenalin dan tekanan darah,
mendapatkan hasil bahwa kelompok usia > 40 tahun lebih rentan
dalam menghadapi stress kerja (Adila, 2009).
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh terhadap stress yang ditimbulkan
akibat pekerjaan. Akibat pembangunan nasional banyak wanita
yang menjadi tenaga kerja karena mereka menghadapi tuntutan
commit to user 3) Status gizi
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang
baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi
merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja
dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya
(Budiono, dkk, 2003). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban
kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan
ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga
mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi seseorang dapat
diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa Tubuh).
4) Kondisi Kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi stress, antara
lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah
tinggi dan tekanan darah rendah.
5) Keadaan Psikologis
Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga
mempunyai perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran,
harapan-harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula
pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat,
motivasi, hadiah-hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya,
upah dan lain-lain (Suma‟mur P.K., 1996). Faktor psikologi
commit to user
timbul dari konflik mental yang terjadi dilingkungan pekerjaan,
akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (Budiono,
dkk, 2003).
6) Konflik Peran
Supaya menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu
mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk
dikerjakan serta scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka.
Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang
diharapkan dari pekerjaannya akan timbul konflik peran.
7) Peran Ganda
Pada pekerja wanita akan timbul peran ganda dalam melakukan
pekerjaannya sehingga akan menimbulkan dilema pada tenaga
kerja. Yaitu sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga
(Anoraga, 2009)
b. Faktor Dari Luar
1) Beban kerja
Beban kerja merupakan pembangkit stress yang lebih lanjut,
beban kerja yang terlalu banyak, atau terlalu sedikit, dan monoton
menyebabkan kebosanan, atau ketidakpuasan. Seorang tenaga
kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan
beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban
fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang
commit to user
tertentu. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan,
pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya. Semakin
meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan
meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi
maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat
dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan
oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik.
Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan
meningkatnya kandungan asam laktat (Nurmianto, 2003).
2) Faktor hubungan kerja
Hubungan tidak baik antara karyawan ditempat kerja adalah
faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress di tempat
kerja. Kecurigaan antar pekerja, kurangnya komunikasi,
ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan
tanda-tanda adanya stress akibat kerja (Tarwaka dkk, 2004)
3) Intrinsik pekerjaan
Menurut Tarwaka (2010) bahwa intrinsik pekerjaan
meliputi lingkungan fisik pekerjaan yaitu:
a) Kebisingan
b) Vibrasi
c) Higiene
commit to user
e) Kerja gilir. Penelitian menunjukkan bahwa kerja gilir dapat
menimbulkan stress. Hal ini disebabkan karena gangguan
pada ritme sirkardian tidur atau daur keadaan bangun, pada
suhu dan pengeluaran adrenalin
f) Penghadapan terhadap risiko atau bahaya. Pada saat para
pekerja melihat risiko atau bahaya berkaitan dengan
pekerjaan sebagai pembangkit stress, maka makin besar
kesadaran akan bahaya makin besar pula rasa kecemasan.
4)Organisasi kerja
a. Waktu kerja dan waktu istirahat
Menurut Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjan, Pasal 77 waktu kerja adalah 7 jam dalam satu
hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu
minggu atau 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5
hari kerja dalam satu minggu
b. Rotasi kerja
Menurut Sutrisno (2009) bahwa rotasi kerja adalah
perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang
memiliki tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan
sebelum mengalami pindah kerja. Rotasi dilakukan untuk
menghindari kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan
commit to user
lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami
pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan.
Menurut Gibson dkk (1996), penyebab stress kerja ada 4 yaitu :
1) Lingkungan fisik
Penyebab stress kerja dari lingkungan fisik berupa; cahaya, suara,
iklim kerja, dan udara terpolusi.
2) Individual
Tekanan individual sebagai penyebab stress kerja terdiri dari:
konflik peran, peran ganda, beban kerja berlebih, tidak adanya
kontrol, tanggung jawab dan kondisi kerja.
3) Kelompok kerja
Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan di
antara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang
kuat bagi beberapa individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja
secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang
membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang-orang dan
kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya
hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.
4) Organisasi
Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek
dan tidak adanya kebijakan khusus
Stress kerja secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yakni
commit to user
internal dari dalam individu meliputi usia, jenis kelamin, status gizi,
kondisi kesehatan, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda.
sedangkan faktor dari luar pekerjaan antara lain beban kerja, lingkungan
kerja, hubungan kerja, dan organisasi kerja.
5. Gejala Stress Kerja
Sebagai hasil dari adanya stress kerja karyawan mengalami
beberapa gejala stress yang dapat mengancam dan mengganggu
pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah, agresif, tidak dapat
santai, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan
tidak mampu terlibat dan susah tidur (Novitasari, 2009).
Sedangkan gejala stress ditempat kerja, meliputi:
a. Kepuasan kerja rendah
b. Kinerja yang menurun
c. Semangat dan energi menjadi hilang
d. Komunikasi tidak lancar
e. Kurang tepat dalam pengambilan keputusan
f. Kreatifitas dan inovasi kurang
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif
Pengaruh stress di tempat kerja menurut Tarwaka (2010) bahwa
commit to user a. Pengaruh terhadap individu seseorang
1) Reaksi emosi, tanda-tandanya adalah mudah marah, emosi, tidak
terkontrol, mudah curiga dan lain-lain.
2) Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum minuman
keras, penggunaan obat terlarang.
3) Perubahan fisioligis, mudah sakit kepala, insomnia, hipertensi,
serangan jantung dan lain-lain.
b. Pengaruh terhadap organisasi
Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang
kurang baik. Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk
kerja, turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas
kerja. Dari keadaan tersebut dapat mengganggu performansi kerja dan
meningkatkan terjadinya risiko terjadinya kecelakaan kerja, secara
khusus dapat menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan biaya
kompetensi pekerja meningkat. Stress akibat kerja yang menyebabkan
menurunnya produktivitas kerja, antara lain disebabkan oleh karena ;
1) Performansi pekerjaan yang rendah.
2) Meningkatkan angka absensi.
3) Menurunnya moral kerja.
4) Meningkatnya turnover pekerja yang dapat menyebabkan
commit to user 6. Dampak Stress Kerja
Menurut Tarwaka dkk, (2004) bahwa pengaruh stress ada dua yaitu:
a. Pengaruhnya terhadap individu seseorang
1)Reaksi emosi, tanda-tandanya adalah mudah marah, emosi tidak
terkontrol, mudah curiga.
2)Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum-minuman
keras, penggunaan obat terlarang.
b. Pengaruhnya terhadap organisasi
Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik.
Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja,
turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas kerja.
Reaksi tubuh terhadap stressor pada seseorang sangat bervariasi dan
berbeda dari masing-masing orang yang menerimanya. Perbedaan reaksi
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor psikologis dan faktor
sosial-budaya seseorang. Reaksi stress akibat kerja yaitu :
a. Reaksi psikologis
Stress kerja biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang
sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan dan depresi. Reaksi
psikologis akibat stress kerja dapat dievaluasi dalam bentuk beban
commit to user b. Respon sosial
Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi, konflik
dan stress akibat kerja di tempat kerja, maka pengaruhnya akan
dibawa ke dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.
c. Respon stress akibat kerja pada gangguan kesehatan atau reaksi
fisiologis.
Bila tubuh mengalami stress akibat kerja, maka akan terjadi
perubahan fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya stress kerja.
Sistem di dalam tubuh yang mengadakan respon adalah
diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis dan
pengeluaran petekolamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi
organ di dalam tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem
gastrointestinal dan gangguan penyakit lainnya.
d. Respon individu
Pengaruhnya akan sangat tergantung dari sifat dan kepribadian
seseorang.
7. Pencegahan Stress Kerja
Menurut Tarwaka, dkk (2004) cara-cara mencegah stress
akibat kerja secara lebih spesifik yaitu :
a. Redesain tugas-tugas pekerjaan
b. Redesain lingkungan kerja
commit to user d. Menerapkaan manajemen partisipatoris
e. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier
f. Menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan
g. Mendukung aktivitas sosial
h. Membangun kerja tim yang kompak
Cara lain untuk pencegahan timbulnya stress di tempat kerja
(Rahayu, 2002), yaitu:
a. Faktor promosi kesehatan di tempat kerja
b. Penyesuaian pekerjaan dengan kemampuan dan kebutuhan
c. Menanggulangi stress dalam organisasi
d. Kontrol reaksi stress psikologis
e. Peranan profesi kesehatan kerja ditempat kerja
C. Pengaruh Rotasi Kerja terhadap Stress Kerja
Pekerjaan duduk monoton pada proses membatik adalah pekerjaan
duduk monoton tanpa ada variasi gerakan dalam melakukan pekerjaannya
dan terjadi dalam waktu yang lama dan pekerjaan tersebut mengalami
pengulangan gerak yang terpusat pada tangan sehingga sangat berpotensi
menimbulkan kelelahan otot dan kelelahan mental (kebosanan) yang
berakibat pada stress kerja.
Kelelahan otot yang terjadi pada otot-otot tertentu misalnya pada otot
commit to user
pada daerah otot-otot tersebut sehingga asam laktat akan terakumulasi dan
mengakibatkan kelelahan otot.
Selain mengkibatkan kelelahan otot pekerjaan duduk monoton juga
mengakibatkan kelelahan mental yang berakibat pada timbulnya gangguan
psikologis berupa stress kerja. Pekerjaan duduk monoton tanpa adanya
variasi gerakan yang terjadi dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan
gangguan mental berupa kebosanan atau kelelahan mental. kebosanan akan
berakibat pada motivasi kerja dan menurunnya produktivitas. Jika hal itu
tidak dapat segera dikendalikan maka akan menimbulkan gangguan
psikologis berupa stress kerja.
Untuk mengurangi stress yang diakibatkan oleh pekerjaan duduk
monoton dapat dilakukan dengan rotasi kerja, yakni rotasi dilakukan untuk
mengurangi kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan yang terkadang
membosankan serta memiliki fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat
menguasai dan mendalami pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu
perusahaan. Stress kerja sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
commit to user D. Kerangka Pemikiran
Bagan 1. Kerangka pemikiran Menurunkan motivasi kerja
Stress Kerja
Faktor Eksternal :
a. Beban Kerja
b. Hubungan Kerja
c. Lingkungan Kerja
1. Kebisingan
2. Debu
3. Getaran
4. Iklim Kerja
5. Penerangan
d. Organisasi Kerja
1. Jam Kerja
2. Jam Istirahat
3. Rotasi Kerja
Faktor internal :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Status Gizi
d. Kondisi
Kesehatan
e. Keadaan
Psikologis
f. Konflik peran
g. Peran ganda
Tidak ada variasi gerakan, dalam jangka waktu lama
Timbul gangguan psikologis berupa kebosanan/ kelelahan
mental Pekerjaan duduk monoton
commit to user E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Rotasi Kerja
pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri
commit to user BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik
dengan pendekatan crossectional, dimana data yang menyangkut variabel
bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
(Arief, 2004). Jadi dalam penelitian ini semua subjek penelitian diamati pada
waktu yang sama.
B. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Industri Batik Brotoseno Desa Kliwonan
Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen mulai Bulan November 2010 – Juni
2011
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan kelompok subjek, dapat berupa
manusia, hewan percobaan, data laboratorium dan lain-lain yang ciri-cirinya
akan diteliti (Arief, 2004)
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu seluruh tenaga
kerja wanita industri rumah tangga batik tulis Brotoseno, desa Kliwonan
Masaran Sragen. Jumlah tenaga kerja wanita keseluruhannya adalah 203
commit to user D. Teknik Sampling.
Sampel adalah hasil pemilihan subjek dari populasi untuk
memperoleh karakteristik populasi (Arief, 2004)
Pengambilan sampel melalui teknik random sampling dengan restriksi.
Menurut Murti (2006), restriksi yaitu metode untuk membatasi subjek
penelitian menurut kriteria tertentu pada populasi target (populasi sasaran),
maka diperoleh populasi sumber (populasi yang merupakan himpunan subjek
dari populasi sasaran yang digunakan sebagai sumber pencuplikan subjek
penelitian). Selanjutnya dilakukan random sampling sehingga diperoleh
sampel penelitian.
E. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah tenaga kerja wanita
tetap bagian batik tulis, dari restriksi kemudian dilakukan pembatasan
populasi target dengan kriteria sebagai berikut :
1.Usia : 20-40 tahun
Usia memberikan respon terhadap situasi yang potensial
menimbulkan stress kerja. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelompok
usia lebih dari 40 tahun dan dibawah 40 tahun dengan indicator adrenalin
dan tekanan darah, dinyatakan bahwa kelompok usia lebih dari 40 tahun
commit to user
dibatasi berusai 20-40 tahun supaya stress kerja yang terjadi bukan karena
faktor usia.
2.Tidak sedang sakit.
Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi Stress, penyakit
tersebut antara lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan
darah tinggi > 130/90 dan tekanan darah rendah 110/70 – 120/80 dalam
kondisi tidak hamil.
3.Masa kerja lebih dari 5 tahun.
Mempunyai keterampilan dan kemampuan kerja yang sama
terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena pekerjaan yang dilakukan
adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian
seseorang.
4.Waktu kerja 8 jam sehari
Tenaga kerja berada di satu tempat kerja dengan waktu kerja yang sama.
Setelah dilakukan pembatasan pada populasi target dengan restriksi,
maka diperoleh populasi sumber sejumlah 42 orang. Dari jumlah tersebut
kemudian dilakukan random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak
commit to user F. Rancangan Penelitian
Bagan 2 Skema Desain Penelitian
Random sampling Populasi umum n=203 pekerjaan m o Kelompok I n=15 Kelompok II n=15
Stress Kerja Stress Kerja
Kriteria :
Usia 20-40 tahun, Tidak sedang sakit, Masa kerja lebih dari 5 tahun. Lama kerja 8
jam sehari Sesuai kriteria n=42
Kelompok I
commit to user Keterangan :
= Menggunakan uji Mann-Whitney
= Perlakuan pada sampel
G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja
H. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen variable),
variabel terikat (dependen variabel) dan variabel pengganggu.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen yang diukur adalah pekerjaan
duduk monoton dan rotasi kerja.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah stress
kerja.
3. Variabel Penganggu
a) Variabel pengganggu terkendali dalam penelitian ini meliputi usia,
masa kerja, jenis kelamin, kondisi kesehatan, waktu kerja dan beban
kerja. Nyanthing
(Memberi lilin)
(2 jam)
Nolet
(Memberiwarna)
(2 jam)
Istirahat 1 jam
Nyanthing
(Memberi lilin)
(1,5 jam)
Nolet
(Memberiwarna)
commit to user
b) Variabel pengganggu tidak terkendali dalam penelitian ini meliputi,
status gizi, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda, hubungan
kerja dan lingkungan kerja.
Bagan 3 Kerangka Variabel
I. Definisi Operasional Variabel
1.Rotasi Kerja
Rotasi kerja adalah perpindahan tenaga kerja dari pekerjaan
sebelumnya yaitu nyanting (statis) ke posisi pekerjaan yang mempunyai
tingkat level yang sama/beban kerja yang sama yaitu pekerjaan nolet
(dinamis).
Alat ukur : Checklist
Kategori : Rotasi dan tidak rotasi
Skala Pengukuran : Nominal
Variabel bebas : Rotasi Kerja
Variabel Terikat: Stress Kerja
Variabel penganggu :
a. Terkendali
1) Usia
2) Masa kerja
3) Jenis kelamin
4) waktu kerja
5) Kondisi kesehatan
6) Beban Kerja
b. Tidak Terkendali
1) Status gizi
2) Keadaan Psikologis
3) Konflik peran
4) Peran ganda
5) Hubungan kerja
commit to user 2.Stress Kerja
Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang dimana dia terpaksa
memberikan tanggapan melebihi kemampuan menyesuaikan diri terhadap
suatu tuntutan yang diakibatkan karena pekerjaan.
Alat ukur : Kuesioner penilaian stress kerja dengan scoring
Cara mengukur : Membagikan kuesioner pada dua kelompok tenaga
kerja yang mendapat perlakuan yang berbeda,
pemberian kuesioner dilakukan sebelum memberi
perlakuan dan sesudah memberi perlakuan.
sebelum membagikan kuesioner terhadap tenaga
kerja peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara
pengisian dan lembar persetujuan sebagai
responden. Kemudian menjumlah skor setiap
tenaga kerja dari kuesioner yang telah diisi oleh
tenaga kerja dan mengelompokkan total skor
kedalam kriteria stress kerja
Hasil : 140 – 175 : Stress tingkat rendah
105 – 139 : Stress tingkat sedang
70 – 104 : Stress tingkat tinggi
35 – 69 : Stress tingkat sangat tinggi
commit to user 3.Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan secara biologis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat
yang diterima dari orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.
Dalam penelitian ini jenis kelamin dikendalikan yaitu jenis kelamin
wanita.
Alat ukur : Lembar isian data
Hasil pengukuran : Laki-laki dan Wanita
Skala pengukuran : Nominal
4.Usia
Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun, yang telah dilalui sejak lahir
sampai dengan waktu tenaga kerja dilakukan wawancara yang tertera pada
kartu tanda penduduk. Dalam penlitian ini usia dikendalikan yaitu 20-40
tahun.
Alat ukur : Lembar isian data
Hasil pengukuran : tahun
Skala pengukuran : rasio
5.Masa Kerja
Masa kerja adalah waktu yang dihitung mulai dari tenaga kerja
bekerja pada pekerjaan batik tulis dan tempat batikan. Dalam penelitian ini
masa kerja dikendalikan yaitu > 5 tahun.
Alat ukur : Lembar isian data
commit to user Skala pengukuran : rasio
6.Penerangan
Penerangan adalah sumber cahaya yang mengenai permukaan
suatu benda yang menyebabkan terang kemudian berkontraksi dengan alat
penglihatan sehingga dapat melihat. Sumber penerangan dapat berupa
penerangan alami atau penerangan buatan.
Alat Ukur : Lux MeterANA 999
Satuan : Lux
Skala pengukuran : Rasio
7.Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan
yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat menganggu tenaga
kerja.
Alat Ukur : Sound Level Meter merk RION
Satuan : dB
Skala pengukuran : Interval
8.Iklim Kerja
Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembapan
udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi.
Alat Ukur : Area Heat Stress Monitor
Satuan : 0C
Skala pengukuran : Interval
commit to user
Status gizi adalah keadaan gizi tenaga kerja yang diukur dengan
menggunakan Indeks Masa Tubuh tiap pekerja.
Alat ukur : Meteran Tinggi Badan dan Timbangan Berat Badan.
Hasil pengukuran : Kurus, Normal, Berat Berlebih, Obesitas.
Skala pengukuran : Ordinal
J. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian yang
dilaksanakan di industri Batik Tulis Brotoseno antara lain sebagai berikut :
1. Bahan
a. Kuesioner untuk tenaga kerja agar mengetahui karakteristik
responden mengenai : usia, masa kerja, jenis kelamin.
b. Kuesioner Stress Kerja, untuk mengukur stress kerja pada tenaga
kerja
c. Form pengukuran penerangan dengan Lux Meter
d. Form pengukuran suhu ruangan dengan Area Heat Stress Monitor
e. Form pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter
2. Alat
a. Lux Meter, untuk mengukur intensitas penerangan umum pada
lokasi industri batik tulis Brotoseno
b. Area Heat Stress Monitor, untuk mengukur iklim kerja tempat
commit to user
c. Sound Level Meter, untuk mengukur intensitas kebisingan tempat
kerja pada industri batik tulis Brotoseno.
d. Alat tulis, berupa bolpoint/pena, untuk menulis data hasil
penelitian yang telah di peroleh
e. Alat dokumentasi, berupa kamera untuk mendokumentasikan hasil
penelitian yang telah dilakukan di industri batik tulis
K. Cara Kerja Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian di Industri Batik Tulis ini
adalah :
1.Wawancara menggunakan kuesioner atau checklist, dilakukan secara
langsung oleh peneliti kepada responden, lembar diisi oleh peneliti.
2.Pengukuran keadaan fisik lingkungan kerja dengan menggunakan alat
ukur seperti lux meter, heat stess area monitor dan sound level meter oleh
peneliti langsung.
3.Pengukuran stress kerja dengan menggunakan kuesioner stress kerja
dengan scoring dari HSE 2000 (Lampiran 1)
4.Mengolah dan menganalisa data penelitian
5.Menyusun laporan
6.
L. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data diolah melalui tahapan-tahapan sebagai
commit to user 1. Editing
Pada tahapan ini data yang telah terkumpul dikoreksi kembali untuk
mengetahui kesalahan yang ada.
2. Coding
Merupakan tahapan untuk menghasilkan data menurut variabel penelitian
yang ada. Coding digunakan untuk mempermudah dalam proses tabulasi
dan analisa data selanjutnya.
3. Entry
Memasukkan data penelitian kedalam program komputer untuk dilakukan
pengolahan data.
4. Tabulating
Data yang sudah melalui tahapan coding selanjutnya dikelompokkan
sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan kedalam tabel
yang sudah disiapkan dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel
statistik deskriptif.
5. Analisa Data
Analisis data yang digunakan adalah uji statistik non parametrik.
Uji statistik non parametrik adalah uji untuk mengetahui apakah ada
perbedaan nilai rata-rata antar dua kelompok. Uji Mann-Whitney
digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari suatu parameter
dari dua sampel yang independent (Riwidikdo, 2008).
Intepretasi hasil uji Mann-Whitney dengan program SPSS (Statistic
commit to user
1)Jika P value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
2)Jika P value > 0,01 - ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan
3)Jika p value≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan
commit to user BAB IV
HASIL
A. Gambaran Umum Tempat kerja
1.Profil Industri Batik Tulis Brotoseno
Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno merupakan industri
perorangan yang dikelola sendiri dan dengan modal sendiri. Industri
rumah tangga batik tulis Brotoseno bergerak dalam bidang sektor informal
yang menghasilkan barang kerajinan berupa kain batik dengan berbagai
motif, pakaian jadi dengan berbagai model untuk pria maupun wanita dan