• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMUNIKASI ORGANISASI, TEKANAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA KINERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan AJB. BUMIPUTERA 1912 Cabang SURAKARTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMUNIKASI ORGANISASI, TEKANAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA KINERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan AJB. BUMIPUTERA 1912 Cabang SURAKARTA)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH ROTASI KERJA PADA PEKERJAAN BATIK TULIS TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA

DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO DESA KLIWONAN MASARAN

SRAGEN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

MUSLIKHAH R0207040

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)
(3)

commit to user PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 17 Juni 2011

(4)

commit to user ABSTRAK

PENGARUH ROTASI KERJA TERHADAP STRESS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK TULIS BROTOSENO DESA KLIWONAN

MASARAN SRAGEN

Muslikhah1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh rotasi kerja terhadap stress kerja pekerja wanita di industri batik tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Crossectional Analitic, dengan sampel penelitian 30 pekerja wanita dibagian batik tulis. Teknik sampling yang digunakan adalah Random Sampling dengan Restriksi dengan membagi responden menjadi dua kelompok, kelompok I sebagai kelompok kontrol sedangkan kelompok II diberi perlakuan Rotasi Kerja. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner scorring stress kerja. Analisis yang digunakan adalah uji statistik non parametrik Mann-Whitney dengan program komputer SPSS versi 16.00.

Hasil : Hasil uji statistik terhadap perbedaan stress kerja setelah perlakuan antara kelompok I dengan Kelompok II menunjukkan nilai signifikan p = 0.03. Sedangkan hasil uji sebelum dilakukan perlakuan Rotasi Kerja menunjukkan nilai yang tidak signifikan p = 0.967

Kesimpulan : Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan adanya perbedaan skor stress antara tenaga kerja yang tidak dirotasi dengan tenaga kerja yang dirotasi. Rotasi Kerja dapat menurunkan tingkat stress kerja.

Kata Kunci : Stress Kerja, rotasi kerja

1

Program Study D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta

2

Magister Ergonomi-Fisiologi, Universitas Udayana Bali

3

(5)

commit to user ABSTRACT

THE INFLUENCE OF JOB ROTATION TOWARD THE JOB STRESS OF WOMAN LABORERS IN ”BROTOSENO’S BATIKTULIS” INDUSTRY

KLIWONAN MASARAN SRAGEN.

Muslikhah1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3.

Objective : This research was aimed to know and investigate the influence of job

rotation toword the job stress of woman laborer in ‟‟Brotoseno‟s batik tulis”

industry Kliwonan Masaran Sragen.

Methods : This research is crossectional analitic, with the sample were 30 woman laborers of batik tulis. Sampling technique used in this research was restriction random sampling by dividing the respondent onto two groups, the first group as a control group while the second group was given job rotation treatment. The data collection used questionnaire ”Scorring” job stress. The data analysis used statistic experiment non parametric Mann-Whitney by using computer program SPSS 16.00 Version.

Results : The result of statistic experiment toward the difference of job stress after doing treatment between the first group and the second group showed significance value p = 0.03. While the result before doing job rotation treatment showed insignificance valeu p = 0,967.

Conclution : From the result above, it could be conclude that there was difference of stress scores between the laborers who got the rotation treatment and did not get the rotation treatment. Job rotation decresed the level of job stress.

The Key words : Job Stress, Job Rotation

1

Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta.

2

Magister Ergonomi-Fisiologi, Udayana University Bali

3

(6)

commit to user PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan bimbinganNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Rotasi Kerja

terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”.

Skripsi ini bisa selesai karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sebelum 16 Mei 2011.

2. Bapak Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SPD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode 16 Mei 2011 – 16 Mei 2015.

3. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Sebelum 16 Juni 2011

4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni 2011 – 16 Juni 2015

5. Bapak Tarwaka, PGDip, Sc, M.Erg. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

8. Bapak H. Eko Suprihono SE. selaku pemilik Industri Batik Tulis Brotoseno yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Tessa, selaku sekertaris pada Industri Batik Tulis Brotoseno yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian

10.Kedua orang tua dan saudara saya yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan kepada penulis.

11.Sahabat, rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu dibidang keselamatan dan kesehatan kerja

Surakarta, 17 Juni 2011

(7)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRAC ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Secara Teoritis ... 5

2. Secara Praktis ... 5

a) Bagi Ilmu Pengetahuan ... 5

b) Bagi Peneliti ... 6

c) Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja ... 6

d) Bagi Tenaga Kerja ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pekerjaan monoton ... 7

1. Pengertian Monoton ... 7

2. Pengertian Pekerjaan Monoton ... 8

3. Jenis Pekejaan Monoton ... 8

4. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan monoton... 10

5. Penyebab Pekerjaan Monoton ... 10

6. Akibat Pekerjaan Monoton ... 11

B. Stress Kerja ... 14

1. Pengertian Stress... 14

2. Pengertian Stress Kerja ... 15

3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja ... 16

4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress Kerja ... 19

5. Gejala Stress Kerja ... 26

6. Dampak Stress Kerja ... 28

7. Pencegahan Stress Kerja ... 29

C. Pengaruh Pekerjaan Duduk Monoton terhadap Stress Kerja ... 30

D. Kerangka Pemikiran ... 32

(8)

commit to user

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi Penelitian ... 34

D. Teknik Sampling ... 35

E. Sampel Penelitian ... 35

F. Rancangan Penelitian ... 37

G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja ... 38

H. Identifikasi Variabel Penelitian ... 38

I. Definisi Operasional Variabel ... 39

J. Alat dan Bahan Penelitian ... 43

K. Cara Kerja Penelitian ... 44

L. Teknik dan Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL ... 47

A. Gambaran Umum Tempat kerja ... 47

1. Profil Industri Batik Tulis Brotoseno ... 47

2. Tenaga Kerja ... 49

3. Bahan Baku yang digunakan ... 51

4. Peralatan yang digunakan ... 52

5. Proses Kerja Industri Batik Tulis Brotoseno ... 58

B. Data Tenaga Kerja Pada Bagian Batik Tulis ... 69

1. Usia ... 69

2. Masa Kerja ... 69

3. Status Gizi... 70

C. Data Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 72

1. Penerangan ... 72

2. Iklim Kerja ... 74

3. Kebisingan ... 75

D. Hasil Pengujian Stress kerja ... 76

BAB V PEMBAHASAN ... 80

A. Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno ... 80

1. Industri Rumah Tangga Batik Tulis Brotoseno ... 80

2. Peralatan yang Digunakan ... 81

3. Proses Kerja Pembuatan Batik Tulis ... 81

B. Karakteristik Sampel ... 83

1. Usia ... 83

2. Masa Kerja ... 84

3. Status Gizi... 85

C. Lingkungan Kerja... 87

1. Penerangan ... 87

2. Iklim Kerja ... 88

3. Kebisingan ... 89

D. Pengaruh Rotasi Kerja terhadap Stress Kerja ... 91

BAB VI PENUTUPAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

(9)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Karakteristik Usia Sampel Batik Tulis Brotoseno ... 69

Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney Usia Antara Kelompok I dengan

Kelompok II ... 69

Tabel 3. Data Karakteristik Masa Kerja Sampel ... 70

Tabel 4. Hasil uji Mann-Whitney Tenaga Kerja Antara KElompok I

dengan Kelompok II ... 70

Tabel 5. Karakteristik Berat Badan Tinggi Badan dan IMT KElompok I ... 71

Tabel 6. Karakteristik Berat Badan Tinggi Badan dan IMT KElompok I ... 71

Tabel 7. Hasil Uji Mann-Whitney IMT antara Kelompok I dengan

Kelompok II ... 72

Tabel 8. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan pada Bagian Batik Tulis

dan Nolet ... 73

Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney Intensitas Penerangan Bagian Batik

Tulis dan Nolet ... 73

Tabel 10. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Ruangan Kerja Bagian Batik Tulis

dan Nolet ... 74

Tabel 11. Hasil Uji Mann-Whitney Iklim Kerja antara Batik Tulis Dengan

Nolet. ... 75

Tabel 12. Hasil pengukuran Beban Kerja Kelompok I dengan Kelompok II 75

Tabel 13. Hasil Uji Mann-Whitney Beban Kerja antara Kelompok I dengan

Kelompok II ... 75

Tabel 14. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Batik Tulis dan

Nolet ... 76

Tabel 15. Hasil Uji Mann-Whitney Intensitas Kebisingan Bagian Batik

Tulis dan Bagian Nolet ... 76

Tabel 16. Hasil Skoring Tingkat Stress Kerja pada Kelompok I dan

(10)

commit to user

Tabel 17. Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dengan

Kelompok II Sebelum Perlakuan ... 77

Tabel 18. Hasil Uji Mann-Whitney Stress Kerja Sebelum Perlakuan antara

Kelompok I dengan Kelompok II... 78

Tabel 19. Hasil Skoring Tingakat Stress Kerja pada Kelompok I dan

Kelompok II Sesudah Perlakuan ... 78

Tabel 20. Prosentase Stress Berdasarkan Kriteria Kelompok I dan

Kelompok II ... 78

Tabel 21. Hasil Uji Mann-Whithney Stress Kerja Sesudah Perlakuan antara

Kelompok I dengan Kelompok II... 79

Tabel 22. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung... 88

Tabel 23. Standar Iklim di Indonesia Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 ... 88

Tabel 24. NAB Kebisingan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga

(11)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Malam dan Paraffin ... 51

Gambar 2. Kain Mori ... 52

Gambar 3. Pewarna Tekstil ... 52

Gambar 4. Gawangan ... 53

Gambar 5. Wajan ... 54

Gambar 6. Kompor ... 55

Gambar 7. Taplak ... 55

Gambar 8. Dingklik ... 56

Gambar 9. Canting ... 57

Gambar 10. Meja Batik Cap ... 57

Gambar 11. Kayu Perata Zat Pewarna ... 58

Gambar 12. Pola Mika Untuk Batik Cap ... 58

Gambar 13. Membuat Pola ... 61

Gambar 14. Proses Nglowong ... 61

Gambar 15. Proses Ngiseni ... 63

Gambar 16. Proses Nerusi ... 64

Gambar 17. Proses Nemboki ... 65

Gambar 18. Proses Medel ... 66

Gambar 19. Proses Meyoga ... 66

Gambar 20. Proses Nolet ... 67

Gambar 21. Proses Nglorot ... 67

(12)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penilaian Stress Kerja dengan Skooring

Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden

(13)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah

menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan diberbagai bidang dan

sektor kehidupan. Selain itu, pembangunan telah memunculkan banyak

fenomena baru. Salah satu diantara fenomena itu adalah semakin besarnya

jumlah wanita yang bekerja. Bahkan saat ini banyak perusahaan yang

sebagian besar tenaga kerjanya adalah wanita. Jika dahulu wanita hanya

berperan sebagai ibu rumah tangga, namun sekarang banyak wanita yang

berpartisipasi dalam dunia kerja. Adanya tuntutan untuk mendukung

ekonomi rumah tangga menjadi salah satu alasan bagi wanita untuk

bekerja (Anoraga, 2009)

Saat melaksanakan pekerjaannya tenaga kerja wanita perlu

mendapatkan perlindungan sehingga terhindar dari segala risiko akibat

kerja, kecelakaan, atau penyakit akibat kerja. Hal ini telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 76

yang memuat waktu kerja, cuti haid, waktu melahirkan, perlindungan dari

jenis pekerjaan terburuk, dan sebagainya. Namun selain itu, tenaga kerja

juga berhak mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,

(14)

commit to user

Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress.

Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi

merupakan situasi stress. Berbagai tekanan yang dirasakan oleh tenaga

kerja dapat berasal dari faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan yang

menimbulkan kebosanan karena pekerjaan berulang-ulang dan tempat

kerja yang bising, konflik peran yang dirasakan wanita pekerja yaitu

sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai pekerja, adanya karir yang

tidak berkembang, hubungan yang buruk dengan rekan sekerja maupun

dengan atasan, ditambah lagi adanya struktur organisasi yang tidak baik,

kebijakan yang terlalu kaku, sedikitnya keterlibatan atasan, serta ciri

individu dalam menanggapi situasi yang dihadapi. Selain itu, tenaga kerja

dalam interaksinya dengan pekerjaan juga dipengaruhi pula oleh hasil

interaksi di tempat lain seperti di rumah, di perkumpulan dan sebagainya

(Sunyoto, 2001).

Jenis pekerjaan yang monoton dari pekerja batik tulis juga dapat

menimbulkan rasa bosan. Dalam bukunya yang berjudul Ergonomi

Konsep Dasar dan Aplikasinya, Nurmianto menyatakan bahwa rasa bosan

dikategorikan sebagai kelelahan. Rasa bosan adalah manifestasi dari reaksi

adanya suasana yang monoton (kurang bervariasi) (Nurmianto, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Risang (2004) terhadap

karyawan Mandarin Oriental Hotel Majapahit Surabaya faktor penyebab

stress kerja ada 4, yang paling dominan adalah beban kerja yang

(15)

commit to user

Kemudian faktor dominan ketiga adalah pekerjaan yang monoton dan

yang terakhir yaitu kondisi lingkungan kerja

Batik brotoseno merupakan industri rumah tangga yang bergerak di

bidang produksi batik, di industri ini mempunyai tenaga kerja wanita

sebanyak 203 orang tenaga kerja, terdiri dari 76 tenaga kerja tetap dan 127

tenaga kerja borongan. Di industri ini menghasilkan 13.000 meter perbulan

untuk batik handprinting, 5000 potong perbulan untuk batik kombinasi,

1500 potong perbulan untuk batik tulis. Seluruh Kegiatan mulai dari

membuat pola sampai pemasaran dilakukan oleh industri itu sendiri. Jam

kerja karyawan mulai dari jam 08.00-16.00 WIB, waktu istirahat antara

jam 12.00-13.00 WIB. Dalam satu minggu terhitung 6 hari kerja yakni

Senin sampai dengan Sabtu.

Berdasarkan hasil pengukuran pendahuluan yang dilakukan pada

pekerja batik tulis Brotoseno dengan menggunakan Test Bourdan

Wiersma, sebanyak 15 tenaga kerja bagian batik tulis yang diukur sebelum

bekerja dan sesudah bekerja ternyata semuanya mengalami penurunan

tingkat konstansi. Sedangkan pada tingkat ketelitian ada tiga tenaga kerja

yang mengalami penurunan, sedangkan tingkat kecepatan relatif konstan.

Penurunan tingkat ketelitian dan konstansi merupakan gejala awal

timbulnya stress yakni kinerja menurun.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan mewawancarai 15

tenaga kerja wanita pada bagian batik tulis, semuanya mengeluhkan

(16)

commit to user

sehari kerja yaitu hanya duduk membatik. Selain itu, jarak/posisi antara

tenaga kerja juga agak sempit berakibat mengurangi kebebasan mereka

dalam bergerak, sehingga menimbulkan kebosanan yang merupakan

dampak stress kerja.

Berdasarkan hasil pengukuran dan wawancara tersebut peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan

Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis

Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”.

B. Rumusan masalah

Adakah Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap

Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa

Kliwonan Masaran Sragen ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis

terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis

Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan karateristik sampel dan kegiatan proses produksi

(17)

commit to user

b. Mendeskripsikan pengaruh lingkungan kerja terhadap kedua

sampel yang diteliti.

c. Menghitung tenaga kerja yang mengalami stress kerja.

d. Mengetahui pengaruh dari rotasi kerja yang dilaksanakan terhadap

tenaga kerja wanita industri rumah tangga Batik Tulis Brotoseno,

Masaran, Sragen.

e. Mengetahui analisis mengenai pengaruh rotasi kerja terhadap stress

kerja.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian tentang

Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap Stress Kerja

Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran

Sragen adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Sebagai pembuktian adanya Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan

Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik

Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen

2. Secara praktis

a. BagiIlmu Pengetahuan

Menambah informasi yang dapat digunakan sebagai data

pembanding atau dasar pertimbangan bagi peneliti lain tentang

(18)

commit to user

Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa

Kliwonan Masaran Sragen”

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal merencanakan

penelitian, melaksanakan penelitian dan mengetahui ”Pengaruh

Rotasi Kerja pada Pekerjaan Batik Tulis Terhadap Stress Kerja

Pekerja Wanita di Industri Batik Tulis Brotoseno Desa Kliwonan

Masaran Sragen”

c. Bagi Program Diploma IV Kesehatan Kerja

Menambah referensi kepustakaan Program Diploma IV Kesehatan

Kerja khususnya mengenai ”Pengaruh Rotasi Kerja pada Pekerjaan

Batik Tulis Terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri Batik

Tulis Brotoseno Desa Kliwonan Masaran Sragen”

d. Bagi Pengusaha

Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

membuat kebijakan dalam upaya peningkatan produktivitas

khususnya masalah stress kerja tenaga kerja.

e. Bagi Tenaga Kerja

Menjadikan koreksi bagi pekerja/tenaga kerja dalam bekerja yang

(19)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pekerjaan Monoton

1. Pengertian Monoton

Monoton merupakan lawan kata dari bervariasi, merupakan suatu

ciri lingkungan kehidupan manusia yang tidak berubah atau

berulang-ulang dalam suatu keadaan yang tetap dan merupakan hal yang sangat

mudah diperkirakan akan terjadi hal yang sama serta keadaan demikian itu

hanya membutuhkan tingkat kewaspadaan yang rendah (Setyawati 2010).

Monoton membuat manusia tidak dapat berkembang dan berkreatifitas

dikarenakan tidak ada tantangan yang dihadapi, sehingga tingkat

kewaspadaan akan potensi bahaya yang muncul pada pekerjaan menjadi

rendah.

Monoton juga didefinisikan sebagai suatu persepsi kesamaan

pekerjaan dari menit ke menit. Terdapat ciri pekerjaan yang tidak berubah

(Setyawati 2010)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian monoton

adalahselalu sama dengan yang dulu, itu-itu saja, tidak ada ragamnya (Zul

Fadjri, 1990).

Maka dapat disarikan bahwa monoton adalah suatu keadaan atau

(20)

commit to user

sehingga membuat kemampuan otak tidak dapat berkembang dan

menurunkan kreatifitas.

2. Pengertian Pekerjaan Monoton

Pekerjaan monoton adalah pekerjaan yang bersifat repetitif dan

berulang-ulang yang mengakibatkan kebosanan, dan mengakibatkan

kelelahan mental yang berakibat pada kesehatan jiwa (Prihartini 2007).

Sedangkan menurut Pusparini (2003) bahwa pekerjaan monoton adalah

suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau

waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang lama.

Maka dapat disarikan bahwa pekerjaan monoton adalah pekerjaan

yang mengalami pengulangan gerakan yang berakibat pada kejenuhan

pada diri tenaga kerja dan berakibat pada kelelahan dan mengakibatkan

stress kerja.

3. Jenis Pekerjaan Monoton

Menurut Pusparini (2003) pekerjaan monoton dibagi menjadi dua

jenis, yaitu :

a. Pekerjaan monoton dengan gerakan berulang

Jenis pekerjaan monoton ini biasanya dilakukan gerakan yang sama

secara berulang-ualng. Bila dilakukan dalam intensitas yang sering

(21)

commit to user

berkembangnya suatu efek tertentu pada tenaga kerja. Hal ini

dipengaruhi oleh :

1) Banyaknya gerakan yang dilakukan dalam proses berulang.

2) Besar atau seringnya penggunaan otot.

3) Lamanya pekerjaan yang dilakukan.

Apabila dalam pekerjaan tersebut, tidak banyak dilakukan gerakan,

maka perputaran waktu antara untuk melakukan gerakan yang sama

akan menjadi lebih pendek. Dengan demikian pekerja akan menjadi

lebih sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang.

b. Pekerjaan monoton dengan pengamatan statis

Pekerjaan monoton dengan pengamatan statis merupakan pekerjaan

monoton yang dilakukan dengan membutuhkan pengamatan, biasanya

dilakukan untuk pekerjaan yang mebutuhkan ketelitian. Pekerjaan

monoton dengan pengamatan statis misalnya dilakukan oleh operator

mesin produksi. Pengamatan monoton dengan pengamatan statis di

pengaruhi oleh :

1) Aktivitas dari operator per unit waktu.

2) Jumlah objek yang diamati oleh operator

3) Seberapa sering operator harus memeriksa dan melaporkan objek

tersebut.

Semakin sedikit aktivitas dan objek yang diamati, serta semakin sering

operator harus memeriksa dan melaporkan maka semakin tinggi

(22)

commit to user

Berdasarkan pembagian tersebut pekerjaan duduk membatik

termasuk ke dalam pekerjaan monoton golongan pertama yakni pekerjaan

monoton dengan gerakan berulang dan gerakan yang dilakukan adalah

gerakan sederhana.

4. Faktor yang Mempengaruhi Pekerjaan Monoton

Menurut Pusparini (2003) pekerjaan monoton dipengaruhi oleh :

a. Lingkungan kerja

Faktor lingkungan kerja yang dapat memperburuk akibat dari pekerjaan

monoton antara lain; kebisingan, getaran, penerangan yang tidak cukup,

dan iklim yang tidak nyaman.

b. Tenaga kerja

Faktor dari tenaga kerja meliputi jenis pekerjaan, keadaan fisik pekerja

keahlian pekerja, motivasi kerja, dan tingkat pendidikan.

5. Penyebab Pekerjaan Monoton

Menurut Prihartini (2007), Beban kerja yang terlalu berlebihan

akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi

emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah.

Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi

hanya pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton,

dalam kerja rutin sehari-hari, karena tugas dan pekerjaan yang terlalu

(23)

commit to user

secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang terlalu rendah

maupun berlebihan dapat menimbulkan stress.

Pekerjaan monoton biasanya disebabkan oleh spesialisasi kerja dan

pengulangan gerak dalam pekerjaan.

6. Akibat Pekerjaan Monoton

Menurut Oktarina (2009) bahwa tenaga kerja sebagai pelaku

sekaligus sasaran dari pembangunan harus dibina dan dikembangkan.

kualitas tenaga kerja tercermin dalam produktivitas tenaga kerja tersebut

sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk menciptakan lingkungan kerja

yang aman nyaman dan sehat untuk menunjang produktivitas. Selain itu,

perlu diperhatikan juga sistem kerja yang aman nyaman dan sehat untuk

menunjang produktivitas. Hal lain yang diperhatikan adalah sistem kerja

yang dilakukan oleh tenaga kerja itu sendiri, apakah mereka dalam bekerja

dilakukan rotasi kerja atau tidak, karena kerja monoton akan berdampak

pada reaksi psikologis mereka dan dapat mengakibatkan stress kerja.

Menurut Sutrisno dalam Oktarina (2009) bahwa rotasi kerja adalah

perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki

tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan sebelum mengalami pindah

kerja. Rotasi dilakukan untuk menghindari kejenuhan tenaga kerja pada

rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta memiliki fungsi

tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami pekerjaan

(24)

commit to user

Menurut Chris Argyris dalam Suryatiningsih (2005) penulis

menaruh perhatian terhadap masalah-masalah yang timbul sebagai akibat

penyederhanaan kerja yang ekstrim terhadap individu. Peneliti

mengemukakan bahwa apabila pekerjaan sangat dispesialisasikan atau

difragmentasikan, maka karyawan akan merasakan bahwa tugas-tugas

mereka monoton, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan. Dengan

demikian, pekerja kehilangan rasa otonominya dan tidak menghadapi

tantangan atau menjadi tidak berdaya serta bergantung. Para peneliti ini

tidak menyebutkan bahwa semua bentuk spesialisasi tidak diinginkan.

Tetapi mereka mengemukakan bahwa spesialisasi dalam beberapa bidang

telah mencapai suatu titik dimana manfaat yang diharapkan dalam

efisiensi dan produktivitas tidak diperoleh karena lebih banyak

menyebabkan kerugian bagi manusia

Menurut Manuaba dalam Prihartini (2007) pekerjaan monoton

yaitu pekerjaan yang mengalami pengulangan gerak akan menimbulkan

rasa bosan. Kebosanan dalam pekerjaan rutin sehari-hari mengakibatkan

kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial

membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau terlalu rendah

akan menimbulkan stress kerja. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana

banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton.

Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau

(25)

commit to user

perhatian. Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal

untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.

Menurut Pusparini (2003) efek dari pekerjaan monoton ada dua

yakni :

a. Efek kesehatan

Pekerjaan monton dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti;

sakit tenosynovitis, sindrom terowongan karpal, osteoarthritis dan

sakit pada lengan.

b. Efek psikologis

Efek psikologis yang timbul akibat pekerjaan monoton adalah :

1) Kebosanan

Akibat kebosanan pada pekerja yang telah melakukan gerakan

berulang dalam jangka waktu yang terus menerus, akan mengalami

penurunan tingkat mentalitas.

2) Hilangnya kewaspadaan

Akibat dari kepenatan dan keletihan dari pekerjaan yang terlalu

berat, tenaga kerja yang melakukan pekerjaan monoton akan

berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan

tersebut dalam jangka waktu yang lama.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan akibat dari pekerjaan

monoton, spesialisasi pekerjaan dan pengulangan gerak akan

(26)

commit to user

kebosanan dalam bekerja yang berakibat pada penurunan tingkat

mentalitas.

B. Stress Kerja

1. Pengertian Stress

Stress lebih dianggap sebagai respon individu terhadap tuntutan

yang dihadapinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam dua

bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis dan

tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial. Tidak ada

aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan stres,

tetapi semua itu tergabung dalam suatu susunan total yang mengancam

keseimbangan (homeostatis) individu (Andreas 2010).

Stress adalah reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun

perilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan

yang dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut

dalam jangka waktu tertentu (Tarupolo, 2002).

Menurut Anoraga (2010) stress merupakan suatu bentuk tanggapan

seseorang baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan

dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya

terancam

Stress dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang keilmuan.

(27)

commit to user

a. Dalam bahasa teknik, stress dapat diartikan sebagai

kekuatan-kekuatan bagian-bagian tubuh

b. Dalam bahasa biologi dan kedokteran, Stress merupakan proses tubuh

untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan

terhadap tubuh.

c. Secara umum, stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang

dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.

Stress merupakan reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh akibat

dari tuntutan yang melebihi kemampuan tubuh yang dapat menimbulkan

penyakit baik fisik maupun jiwa.

2. Pengertian Stress Kerja

Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress.

Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi

merupakan situasi stress atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya

dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksi di tempat lain, di rumah,

di sekolah, di perkumpulan, dan sebagainya (Sunyoto, 2001).

Menurut Tarwaka, dkk (2004) Stress muncul akibat beberapa

stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan

reaksi (Strain) dalam beraneka ragam tampilan. Stress juga merupakan

tekanan psikologis yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit

baik penyakit secara fisik maupun mental (Kejiwaan). Secara konsep stress

(28)

commit to user

a. Stress sebagai stimulus, stress sebagai variabel bebas menitik beratkan

lingkungan sekitarnya sebagai stressor.

b. Stress sebagai respon, stress sebagai variabel tergantung

memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor

3. Mekanisme Terjadinya Stress Kerja

Andreas (2010) mengembangkan konsep yang dikenal dengan

Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrome) yang

menjelaskan bila seseorang pertama kali mengalami kondisi yang

mengancamnya, maka mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)

pada tubuh diaktifkan. Kelenjar-kelenjar tubuh memproduksi sejumlah

adrenalin cortisone dan hormon-hormon lainnya serta mengkoordinasikan

perubahan-perubahan pada sistem saraf pusat. Jika tuntutan-tuntutan

berlangsung terus, mekanisme pertahanan diri berangsur-angsur akan

melemah, sehingga organ tubuh tidak dapat beroperasi secara adekuat.

Jika reaksi-reaksi tubuh kurang dapat berfungsi dengan baik, maka hal itu

merupakan awal munculnya penyakit “gangguan adaptasi”. Penyakit

-penyakit tersebut muncul dalam bentuk maag, serangan jantung, tekanan

darah tinggi, atau keluhan-keluhan psikosomatik lainnya.

Menurut AERO (2003), proses stress dalam tubuh melalui 3 fase :

a. Fase I; reaksi kewaspadaan (alarm reaction) pada fase ini seluruh

sistem dirubah menjadi keadaan siaga, perubahan fisiologis yang terjadi

(29)

commit to user

darah mengalir cepat dan bersiap untuk lari atau melawan ancaman

yang ada. Fase ini tidak berlangsung lama.

b. Fase II; reaksi pertahanan (resistance reaction), pada fase ini tubuh

mengerahkan seluruh daya tahannya untuk mengadakan perlawanan

terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stress, tubuh berusaha

melakukan adaptasi terhadap stress yang terjadi, akan tetapi daya tahan

tubuh terbatas. Dalam fase ini daya tahan sudah naik di atas daya tahan

normal, dan apabila stress terjadi terus menerus dan berat maka akan

berlanjut ke fase III.

c. Fase III; reaksi kelelahan (exhaustion reaction) pada fase ini terjadi

kelelahan/keletihan sehingga adaptasi yang baru dibangun runtuh. Daya

tahan tubuh melemah, energi untuk adaptasi habis, dan fase ini

berkaitan dengan terganggunya kesehatan individu.

Lazarus dan Launier dalam Andreas (2010) mengemukakan

tahapan-tahapan proses stress sebagai berikut :

1. Stage of Alarm

Individu mengidendentifikasi suatu stimulus yang

memba-hayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiapsiagaan dan

orientasinyapun terarah kepada stimulus tersebut

2. Stage of Appraisals

Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang

mengenainya. Penilaian ini dipengaruhi oleh

(30)

commit to user

Tahapan penilaian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Primary Cognitive Appraisal

Primary Cognitive Appraisal adalah proses mental yang

berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut

implikasinya terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan,

merugikan, atau membahayakan individu yang bersangkutan.

b. Secondary Cognitive Appraisal

Secondary Cognitive Appraisal adalah evaluasi terhadap

sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif

cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi

oleh pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi

individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungannya serta

berbagai sumberdaya pribadi dan lingkungan.

3. Stage of Searching for a Coping Strategy

Konsep “coping” diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengelola

tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan internal serta

mengelolah konflik antara berbagai tuntutan. Tingkat kekacauan

yang dibangkitkan oleh satu sumber stres (stresor) akan menurun

jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengelola atau

menghadapi stresor, yaitu dengan menerapkan strategi „coping‟

yang tepat. Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh

pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks

(31)

commit to user 4. Stage of The Stress Response

Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang

akut, seperti sedih, cemas, marah, dan panik. Mekanisme

pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak adekuat,

fungsi-fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan

pola-pola neuroendokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu

aktif.

Berdasarkan uraian di atas mekanisme terjadinya stress kerja

akibat pekerjaan duduk monoton adalah berawal dari kurangnya variasi

gerakan dalam duduk monoton. Kurangnya variasi mengkibatkan

gangguan fisik dan mental, gangguan fisik berupa kelelahan otot pada

bagian tertentu akibat dari asam laktat yang trakumulasi pada bagian

tertentu. Sedangkan kelelahan mental atau gejala psikologi ditandai

dengan munculnya perasaan kebosanan yang berasal dari kejenuhan

dalam melakukan pekerjaan yang tidak terjadi perubahan dalam waktu

yang lama. Gejala nyata dari tidak dapat dikelolanya kelelahan mental

adalah timbulnya stress kerja pada tenaga kerja.

4. Faktor Penyebab Terjadinya Stress

Menurut Tarwaka (2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu

tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang dapat

(32)

commit to user

a. Kondisi individu, seperti; umur, jenis kelamin, temperamental, generik,

intelegencia, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.

b. Ciri kepribadian; introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,

kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain-lain.

c. Sosial-kognitif, seperti; dukungan sosial, hubungan sosial dengan

lingkungan sekitarnya.

d. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi stress antara lain :

a. Faktor dari individu, yang terdiri dari :

1) Usia

Peran faktor usia memberikan respon terhadap situasi yang

potensial menimbulkan stress kerja. Tenaga kerja yang usianya

sudah lanjut (> 60 tahun) kemampuan dalam beradaptasinya

menurun karena adanya penurunan fungsi organ di dalam

tubuhnya. Penelitian pada kelompok usia lebih dari 40 tahun dan

di bawah 40 tahun, dengan indikator adrenalin dan tekanan darah,

mendapatkan hasil bahwa kelompok usia > 40 tahun lebih rentan

dalam menghadapi stress kerja (Adila, 2009).

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh terhadap stress yang ditimbulkan

akibat pekerjaan. Akibat pembangunan nasional banyak wanita

yang menjadi tenaga kerja karena mereka menghadapi tuntutan

(33)

commit to user 3) Status gizi

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang

baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi

merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja

dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya

(Budiono, dkk, 2003). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban

kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan

ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga

mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi seseorang dapat

diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa Tubuh).

4) Kondisi Kesehatan

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi stress, antara

lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah

tinggi dan tekanan darah rendah.

5) Keadaan Psikologis

Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga

mempunyai perasaan-perasaan, pemikiran-pemikiran,

harapan-harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula

pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat,

motivasi, hadiah-hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya,

upah dan lain-lain (Suma‟mur P.K., 1996). Faktor psikologi

(34)

commit to user

timbul dari konflik mental yang terjadi dilingkungan pekerjaan,

akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (Budiono,

dkk, 2003).

6) Konflik Peran

Supaya menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu

mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk

dikerjakan serta scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka.

Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang

diharapkan dari pekerjaannya akan timbul konflik peran.

7) Peran Ganda

Pada pekerja wanita akan timbul peran ganda dalam melakukan

pekerjaannya sehingga akan menimbulkan dilema pada tenaga

kerja. Yaitu sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga

(Anoraga, 2009)

b. Faktor Dari Luar

1) Beban kerja

Beban kerja merupakan pembangkit stress yang lebih lanjut,

beban kerja yang terlalu banyak, atau terlalu sedikit, dan monoton

menyebabkan kebosanan, atau ketidakpuasan. Seorang tenaga

kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan

beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban

fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang

(35)

commit to user

tertentu. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan,

pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya. Semakin

meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan

meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi

maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat

dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan

oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik.

Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan

meningkatnya kandungan asam laktat (Nurmianto, 2003).

2) Faktor hubungan kerja

Hubungan tidak baik antara karyawan ditempat kerja adalah

faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress di tempat

kerja. Kecurigaan antar pekerja, kurangnya komunikasi,

ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan

tanda-tanda adanya stress akibat kerja (Tarwaka dkk, 2004)

3) Intrinsik pekerjaan

Menurut Tarwaka (2010) bahwa intrinsik pekerjaan

meliputi lingkungan fisik pekerjaan yaitu:

a) Kebisingan

b) Vibrasi

c) Higiene

(36)

commit to user

e) Kerja gilir. Penelitian menunjukkan bahwa kerja gilir dapat

menimbulkan stress. Hal ini disebabkan karena gangguan

pada ritme sirkardian tidur atau daur keadaan bangun, pada

suhu dan pengeluaran adrenalin

f) Penghadapan terhadap risiko atau bahaya. Pada saat para

pekerja melihat risiko atau bahaya berkaitan dengan

pekerjaan sebagai pembangkit stress, maka makin besar

kesadaran akan bahaya makin besar pula rasa kecemasan.

4)Organisasi kerja

a. Waktu kerja dan waktu istirahat

Menurut Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjan, Pasal 77 waktu kerja adalah 7 jam dalam satu

hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu

minggu atau 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5

hari kerja dalam satu minggu

b. Rotasi kerja

Menurut Sutrisno (2009) bahwa rotasi kerja adalah

perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang

memiliki tingkat level yang sama dari posisi pekerjaan

sebelum mengalami pindah kerja. Rotasi dilakukan untuk

menghindari kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan

(37)

commit to user

lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami

pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan.

Menurut Gibson dkk (1996), penyebab stress kerja ada 4 yaitu :

1) Lingkungan fisik

Penyebab stress kerja dari lingkungan fisik berupa; cahaya, suara,

iklim kerja, dan udara terpolusi.

2) Individual

Tekanan individual sebagai penyebab stress kerja terdiri dari:

konflik peran, peran ganda, beban kerja berlebih, tidak adanya

kontrol, tanggung jawab dan kondisi kerja.

3) Kelompok kerja

Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan di

antara kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang

kuat bagi beberapa individu. Ketidakpercayaan dari mitra pekerja

secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang

membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang-orang dan

kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya

hubungan yang buruk dengan kawan, atasan, dan bawahan.

4) Organisasi

Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek

dan tidak adanya kebijakan khusus

Stress kerja secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yakni

(38)

commit to user

internal dari dalam individu meliputi usia, jenis kelamin, status gizi,

kondisi kesehatan, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda.

sedangkan faktor dari luar pekerjaan antara lain beban kerja, lingkungan

kerja, hubungan kerja, dan organisasi kerja.

5. Gejala Stress Kerja

Sebagai hasil dari adanya stress kerja karyawan mengalami

beberapa gejala stress yang dapat mengancam dan mengganggu

pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah, agresif, tidak dapat

santai, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan

tidak mampu terlibat dan susah tidur (Novitasari, 2009).

Sedangkan gejala stress ditempat kerja, meliputi:

a. Kepuasan kerja rendah

b. Kinerja yang menurun

c. Semangat dan energi menjadi hilang

d. Komunikasi tidak lancar

e. Kurang tepat dalam pengambilan keputusan

f. Kreatifitas dan inovasi kurang

g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif

Pengaruh stress di tempat kerja menurut Tarwaka (2010) bahwa

(39)

commit to user a. Pengaruh terhadap individu seseorang

1) Reaksi emosi, tanda-tandanya adalah mudah marah, emosi, tidak

terkontrol, mudah curiga dan lain-lain.

2) Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum minuman

keras, penggunaan obat terlarang.

3) Perubahan fisioligis, mudah sakit kepala, insomnia, hipertensi,

serangan jantung dan lain-lain.

b. Pengaruh terhadap organisasi

Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang

kurang baik. Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk

kerja, turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas

kerja. Dari keadaan tersebut dapat mengganggu performansi kerja dan

meningkatkan terjadinya risiko terjadinya kecelakaan kerja, secara

khusus dapat menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan biaya

kompetensi pekerja meningkat. Stress akibat kerja yang menyebabkan

menurunnya produktivitas kerja, antara lain disebabkan oleh karena ;

1) Performansi pekerjaan yang rendah.

2) Meningkatkan angka absensi.

3) Menurunnya moral kerja.

4) Meningkatnya turnover pekerja yang dapat menyebabkan

(40)

commit to user 6. Dampak Stress Kerja

Menurut Tarwaka dkk, (2004) bahwa pengaruh stress ada dua yaitu:

a. Pengaruhnya terhadap individu seseorang

1)Reaksi emosi, tanda-tandanya adalah mudah marah, emosi tidak

terkontrol, mudah curiga.

2)Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum-minuman

keras, penggunaan obat terlarang.

b. Pengaruhnya terhadap organisasi

Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik.

Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja,

turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas kerja.

Reaksi tubuh terhadap stressor pada seseorang sangat bervariasi dan

berbeda dari masing-masing orang yang menerimanya. Perbedaan reaksi

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor psikologis dan faktor

sosial-budaya seseorang. Reaksi stress akibat kerja yaitu :

a. Reaksi psikologis

Stress kerja biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang

sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan dan depresi. Reaksi

psikologis akibat stress kerja dapat dievaluasi dalam bentuk beban

(41)

commit to user b. Respon sosial

Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi, konflik

dan stress akibat kerja di tempat kerja, maka pengaruhnya akan

dibawa ke dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.

c. Respon stress akibat kerja pada gangguan kesehatan atau reaksi

fisiologis.

Bila tubuh mengalami stress akibat kerja, maka akan terjadi

perubahan fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya stress kerja.

Sistem di dalam tubuh yang mengadakan respon adalah

diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis dan

pengeluaran petekolamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi

organ di dalam tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem

gastrointestinal dan gangguan penyakit lainnya.

d. Respon individu

Pengaruhnya akan sangat tergantung dari sifat dan kepribadian

seseorang.

7. Pencegahan Stress Kerja

Menurut Tarwaka, dkk (2004) cara-cara mencegah stress

akibat kerja secara lebih spesifik yaitu :

a. Redesain tugas-tugas pekerjaan

b. Redesain lingkungan kerja

(42)

commit to user d. Menerapkaan manajemen partisipatoris

e. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karier

f. Menganalisis peraturan kerja dan menetapkan tujuan

g. Mendukung aktivitas sosial

h. Membangun kerja tim yang kompak

Cara lain untuk pencegahan timbulnya stress di tempat kerja

(Rahayu, 2002), yaitu:

a. Faktor promosi kesehatan di tempat kerja

b. Penyesuaian pekerjaan dengan kemampuan dan kebutuhan

c. Menanggulangi stress dalam organisasi

d. Kontrol reaksi stress psikologis

e. Peranan profesi kesehatan kerja ditempat kerja

C. Pengaruh Rotasi Kerja terhadap Stress Kerja

Pekerjaan duduk monoton pada proses membatik adalah pekerjaan

duduk monoton tanpa ada variasi gerakan dalam melakukan pekerjaannya

dan terjadi dalam waktu yang lama dan pekerjaan tersebut mengalami

pengulangan gerak yang terpusat pada tangan sehingga sangat berpotensi

menimbulkan kelelahan otot dan kelelahan mental (kebosanan) yang

berakibat pada stress kerja.

Kelelahan otot yang terjadi pada otot-otot tertentu misalnya pada otot

(43)

commit to user

pada daerah otot-otot tersebut sehingga asam laktat akan terakumulasi dan

mengakibatkan kelelahan otot.

Selain mengkibatkan kelelahan otot pekerjaan duduk monoton juga

mengakibatkan kelelahan mental yang berakibat pada timbulnya gangguan

psikologis berupa stress kerja. Pekerjaan duduk monoton tanpa adanya

variasi gerakan yang terjadi dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan

gangguan mental berupa kebosanan atau kelelahan mental. kebosanan akan

berakibat pada motivasi kerja dan menurunnya produktivitas. Jika hal itu

tidak dapat segera dikendalikan maka akan menimbulkan gangguan

psikologis berupa stress kerja.

Untuk mengurangi stress yang diakibatkan oleh pekerjaan duduk

monoton dapat dilakukan dengan rotasi kerja, yakni rotasi dilakukan untuk

mengurangi kejenuhan tenaga kerja pada rutinitas pekerjaan yang terkadang

membosankan serta memiliki fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat

menguasai dan mendalami pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu

perusahaan. Stress kerja sendiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

(44)

commit to user D. Kerangka Pemikiran

Bagan 1. Kerangka pemikiran Menurunkan motivasi kerja

Stress Kerja

Faktor Eksternal :

a. Beban Kerja

b. Hubungan Kerja

c. Lingkungan Kerja

1. Kebisingan

2. Debu

3. Getaran

4. Iklim Kerja

5. Penerangan

d. Organisasi Kerja

1. Jam Kerja

2. Jam Istirahat

3. Rotasi Kerja

Faktor internal :

a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Status Gizi

d. Kondisi

Kesehatan

e. Keadaan

Psikologis

f. Konflik peran

g. Peran ganda

Tidak ada variasi gerakan, dalam jangka waktu lama

Timbul gangguan psikologis berupa kebosanan/ kelelahan

mental Pekerjaan duduk monoton

(45)

commit to user E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Rotasi Kerja

pada Pekerjaan Batik Tulis terhadap Stress Kerja Pekerja Wanita di Industri

(46)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik

dengan pendekatan crossectional, dimana data yang menyangkut variabel

bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan

(Arief, 2004). Jadi dalam penelitian ini semua subjek penelitian diamati pada

waktu yang sama.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Industri Batik Brotoseno Desa Kliwonan

Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen mulai Bulan November 2010 – Juni

2011

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan kelompok subjek, dapat berupa

manusia, hewan percobaan, data laboratorium dan lain-lain yang ciri-cirinya

akan diteliti (Arief, 2004)

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu seluruh tenaga

kerja wanita industri rumah tangga batik tulis Brotoseno, desa Kliwonan

Masaran Sragen. Jumlah tenaga kerja wanita keseluruhannya adalah 203

(47)

commit to user D. Teknik Sampling.

Sampel adalah hasil pemilihan subjek dari populasi untuk

memperoleh karakteristik populasi (Arief, 2004)

Pengambilan sampel melalui teknik random sampling dengan restriksi.

Menurut Murti (2006), restriksi yaitu metode untuk membatasi subjek

penelitian menurut kriteria tertentu pada populasi target (populasi sasaran),

maka diperoleh populasi sumber (populasi yang merupakan himpunan subjek

dari populasi sasaran yang digunakan sebagai sumber pencuplikan subjek

penelitian). Selanjutnya dilakukan random sampling sehingga diperoleh

sampel penelitian.

E. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah tenaga kerja wanita

tetap bagian batik tulis, dari restriksi kemudian dilakukan pembatasan

populasi target dengan kriteria sebagai berikut :

1.Usia : 20-40 tahun

Usia memberikan respon terhadap situasi yang potensial

menimbulkan stress kerja. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kelompok

usia lebih dari 40 tahun dan dibawah 40 tahun dengan indicator adrenalin

dan tekanan darah, dinyatakan bahwa kelompok usia lebih dari 40 tahun

(48)

commit to user

dibatasi berusai 20-40 tahun supaya stress kerja yang terjadi bukan karena

faktor usia.

2.Tidak sedang sakit.

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi Stress, penyakit

tersebut antara lain; penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan

darah tinggi > 130/90 dan tekanan darah rendah 110/70 – 120/80 dalam

kondisi tidak hamil.

3.Masa kerja lebih dari 5 tahun.

Mempunyai keterampilan dan kemampuan kerja yang sama

terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena pekerjaan yang dilakukan

adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian

seseorang.

4.Waktu kerja 8 jam sehari

Tenaga kerja berada di satu tempat kerja dengan waktu kerja yang sama.

Setelah dilakukan pembatasan pada populasi target dengan restriksi,

maka diperoleh populasi sumber sejumlah 42 orang. Dari jumlah tersebut

kemudian dilakukan random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak

(49)

commit to user F. Rancangan Penelitian

Bagan 2 Skema Desain Penelitian

Random sampling Populasi umum n=203 pekerjaan m o Kelompok I n=15 Kelompok II n=15

Stress Kerja Stress Kerja

Kriteria :

Usia 20-40 tahun, Tidak sedang sakit, Masa kerja lebih dari 5 tahun. Lama kerja 8

jam sehari Sesuai kriteria n=42

Kelompok I

(50)

commit to user Keterangan :

= Menggunakan uji Mann-Whitney

= Perlakuan pada sampel

G. Rancangan Perlakuan Rotasi Kerja

H. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen variable),

variabel terikat (dependen variabel) dan variabel pengganggu.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen yang diukur adalah pekerjaan

duduk monoton dan rotasi kerja.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah stress

kerja.

3. Variabel Penganggu

a) Variabel pengganggu terkendali dalam penelitian ini meliputi usia,

masa kerja, jenis kelamin, kondisi kesehatan, waktu kerja dan beban

kerja. Nyanthing

(Memberi lilin)

(2 jam)

Nolet

(Memberiwarna)

(2 jam)

Istirahat 1 jam

Nyanthing

(Memberi lilin)

(1,5 jam)

Nolet

(Memberiwarna)

(51)

commit to user

b) Variabel pengganggu tidak terkendali dalam penelitian ini meliputi,

status gizi, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda, hubungan

kerja dan lingkungan kerja.

Bagan 3 Kerangka Variabel

I. Definisi Operasional Variabel

1.Rotasi Kerja

Rotasi kerja adalah perpindahan tenaga kerja dari pekerjaan

sebelumnya yaitu nyanting (statis) ke posisi pekerjaan yang mempunyai

tingkat level yang sama/beban kerja yang sama yaitu pekerjaan nolet

(dinamis).

Alat ukur : Checklist

Kategori : Rotasi dan tidak rotasi

Skala Pengukuran : Nominal

Variabel bebas : Rotasi Kerja

Variabel Terikat: Stress Kerja

Variabel penganggu :

a. Terkendali

1) Usia

2) Masa kerja

3) Jenis kelamin

4) waktu kerja

5) Kondisi kesehatan

6) Beban Kerja

b. Tidak Terkendali

1) Status gizi

2) Keadaan Psikologis

3) Konflik peran

4) Peran ganda

5) Hubungan kerja

(52)

commit to user 2.Stress Kerja

Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi

emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang dimana dia terpaksa

memberikan tanggapan melebihi kemampuan menyesuaikan diri terhadap

suatu tuntutan yang diakibatkan karena pekerjaan.

Alat ukur : Kuesioner penilaian stress kerja dengan scoring

Cara mengukur : Membagikan kuesioner pada dua kelompok tenaga

kerja yang mendapat perlakuan yang berbeda,

pemberian kuesioner dilakukan sebelum memberi

perlakuan dan sesudah memberi perlakuan.

sebelum membagikan kuesioner terhadap tenaga

kerja peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara

pengisian dan lembar persetujuan sebagai

responden. Kemudian menjumlah skor setiap

tenaga kerja dari kuesioner yang telah diisi oleh

tenaga kerja dan mengelompokkan total skor

kedalam kriteria stress kerja

Hasil : 140 – 175 : Stress tingkat rendah

105 – 139 : Stress tingkat sedang

70 – 104 : Stress tingkat tinggi

35 – 69 : Stress tingkat sangat tinggi

(53)

commit to user 3.Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan secara biologis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat

yang diterima dari orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.

Dalam penelitian ini jenis kelamin dikendalikan yaitu jenis kelamin

wanita.

Alat ukur : Lembar isian data

Hasil pengukuran : Laki-laki dan Wanita

Skala pengukuran : Nominal

4.Usia

Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun, yang telah dilalui sejak lahir

sampai dengan waktu tenaga kerja dilakukan wawancara yang tertera pada

kartu tanda penduduk. Dalam penlitian ini usia dikendalikan yaitu 20-40

tahun.

Alat ukur : Lembar isian data

Hasil pengukuran : tahun

Skala pengukuran : rasio

5.Masa Kerja

Masa kerja adalah waktu yang dihitung mulai dari tenaga kerja

bekerja pada pekerjaan batik tulis dan tempat batikan. Dalam penelitian ini

masa kerja dikendalikan yaitu > 5 tahun.

Alat ukur : Lembar isian data

(54)

commit to user Skala pengukuran : rasio

6.Penerangan

Penerangan adalah sumber cahaya yang mengenai permukaan

suatu benda yang menyebabkan terang kemudian berkontraksi dengan alat

penglihatan sehingga dapat melihat. Sumber penerangan dapat berupa

penerangan alami atau penerangan buatan.

Alat Ukur : Lux MeterANA 999

Satuan : Lux

Skala pengukuran : Rasio

7.Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak disukai atau tidak diharapkan

yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat menganggu tenaga

kerja.

Alat Ukur : Sound Level Meter merk RION

Satuan : dB

Skala pengukuran : Interval

8.Iklim Kerja

Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembapan

udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi.

Alat Ukur : Area Heat Stress Monitor

Satuan : 0C

Skala pengukuran : Interval

(55)

commit to user

Status gizi adalah keadaan gizi tenaga kerja yang diukur dengan

menggunakan Indeks Masa Tubuh tiap pekerja.

Alat ukur : Meteran Tinggi Badan dan Timbangan Berat Badan.

Hasil pengukuran : Kurus, Normal, Berat Berlebih, Obesitas.

Skala pengukuran : Ordinal

J. Alat dan Bahan Penelitian

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian yang

dilaksanakan di industri Batik Tulis Brotoseno antara lain sebagai berikut :

1. Bahan

a. Kuesioner untuk tenaga kerja agar mengetahui karakteristik

responden mengenai : usia, masa kerja, jenis kelamin.

b. Kuesioner Stress Kerja, untuk mengukur stress kerja pada tenaga

kerja

c. Form pengukuran penerangan dengan Lux Meter

d. Form pengukuran suhu ruangan dengan Area Heat Stress Monitor

e. Form pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter

2. Alat

a. Lux Meter, untuk mengukur intensitas penerangan umum pada

lokasi industri batik tulis Brotoseno

b. Area Heat Stress Monitor, untuk mengukur iklim kerja tempat

(56)

commit to user

c. Sound Level Meter, untuk mengukur intensitas kebisingan tempat

kerja pada industri batik tulis Brotoseno.

d. Alat tulis, berupa bolpoint/pena, untuk menulis data hasil

penelitian yang telah di peroleh

e. Alat dokumentasi, berupa kamera untuk mendokumentasikan hasil

penelitian yang telah dilakukan di industri batik tulis

K. Cara Kerja Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian di Industri Batik Tulis ini

adalah :

1.Wawancara menggunakan kuesioner atau checklist, dilakukan secara

langsung oleh peneliti kepada responden, lembar diisi oleh peneliti.

2.Pengukuran keadaan fisik lingkungan kerja dengan menggunakan alat

ukur seperti lux meter, heat stess area monitor dan sound level meter oleh

peneliti langsung.

3.Pengukuran stress kerja dengan menggunakan kuesioner stress kerja

dengan scoring dari HSE 2000 (Lampiran 1)

4.Mengolah dan menganalisa data penelitian

5.Menyusun laporan

6.

L. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data diolah melalui tahapan-tahapan sebagai

(57)

commit to user 1. Editing

Pada tahapan ini data yang telah terkumpul dikoreksi kembali untuk

mengetahui kesalahan yang ada.

2. Coding

Merupakan tahapan untuk menghasilkan data menurut variabel penelitian

yang ada. Coding digunakan untuk mempermudah dalam proses tabulasi

dan analisa data selanjutnya.

3. Entry

Memasukkan data penelitian kedalam program komputer untuk dilakukan

pengolahan data.

4. Tabulating

Data yang sudah melalui tahapan coding selanjutnya dikelompokkan

sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan kedalam tabel

yang sudah disiapkan dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel

statistik deskriptif.

5. Analisa Data

Analisis data yang digunakan adalah uji statistik non parametrik.

Uji statistik non parametrik adalah uji untuk mengetahui apakah ada

perbedaan nilai rata-rata antar dua kelompok. Uji Mann-Whitney

digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari suatu parameter

dari dua sampel yang independent (Riwidikdo, 2008).

Intepretasi hasil uji Mann-Whitney dengan program SPSS (Statistic

(58)

commit to user

1)Jika P value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

2)Jika P value > 0,01 - ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan

3)Jika p value≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan

(59)

commit to user BAB IV

HASIL

A. Gambaran Umum Tempat kerja

1.Profil Industri Batik Tulis Brotoseno

Industri rumah tangga batik tulis Brotoseno merupakan industri

perorangan yang dikelola sendiri dan dengan modal sendiri. Industri

rumah tangga batik tulis Brotoseno bergerak dalam bidang sektor informal

yang menghasilkan barang kerajinan berupa kain batik dengan berbagai

motif, pakaian jadi dengan berbagai model untuk pria maupun wanita dan

Gambar

Gambar 1 Malam dan Paraffin (Sumber : Data Primer, 2011)
Gambar 2 Kain Mori
Gambar 4 Gawangan
Gambar 5 Wajan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mamanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan berkah dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 1) pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dengan komitmen organisasional sebagai variabel intervening;

Pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas (Gaya Kepemimpinan Transformasional, Gaya Kepemimpinan Transaksional, Motivasi Kerja) terhadap variabel

Sedangkan F tabel sebesar 2,47 jadi F hitung > F tabel yaitu 10,447 > 2,47 maka hipotesis diterima sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja.Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kompensasi dan motivasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Perusahaan AJB Bumiputera 1912 Cabang

Sedangkan pemberian insentif, lingkungan kerja yang baik serta pemberian motivasi pada dasarnya adalah hak para karyawan dan merupakan kewajiban dari pihak perusahaan

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja.Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, dengan