• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRES KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA AGEN AJB BUMIPUTERA 1912 TANJUNG KARANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRES KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA AGEN AJB BUMIPUTERA 1912 TANJUNG KARANG)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KARYAWAN

(STUDI PADA AGEN AJB BUMIPUTERA 1912 TANJUNG KARANG)

Oleh

Intan Apriana Puri

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stress kerja dan semangat kerja terhadap kinerja karyawan secara parsial maupun simultan pada agen AJB BUMIPUTERA 1912 Tanjung Karang. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe eksplanatori, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh dengan jumlah sampel sebanyak 48 responden. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 18.0

Berdasarkan hasil analisis regresi, diketahui secara parsial bahwa stress kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dilihat berdasarkan hasil uji t dimana t hitung < t tabel yaitu 0.954 < 2.014, dan semangat kerja berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan dimana thitung> ttabel yaitu sebesar 2.281 > 2.014. Sementara

itu, stress kerja dan semangat kerja berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan dengan F hitung> F tabel yaitu sebesar 5.949 > 4.052 sesuai dengan hasil yang

diperoleh melalui uji F.

(2)

EMPLOYEE PERFORMANCE

(STUDY AT AGEN AJB BUMIPUTERA 1912 TANJUNG KARANG) By

INTAN APRIANA PURI

The aimed of this research was to detect the influence of work stress and work spirit towards employee performance partially or simultaneous in agen AJB BUMIPUTERA 1912 Tanjung Karang. Research type used explanatory, while sample taking technique used sampling satisfied as many as 48 respondents. Data analysis used doubled linear regression by using SPSS 18.0.

Based on regression’s result analysis, known partially that work stress did not influential significant towards employee performance which thitung < ttable with value

0.954 < 2.014 work spirit has significant influence towards employee performance thitung

> ttabelwith value 2.281 > 2.014. Meanwhile, work stress and work spirit influence as F hitung> Ftabelwhich value 5.949 > 4.052 simultaneously towards employee performance

5.949.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis bernama lengkap Intan Apriana Puri dilahirkan di Bandar

Lampung, Tanggal 11 April 1993, anak bungsu dari empat

bersaudara, dari pasangan Bapak M.Sya’af Zen, S.H dan Ibu Sri

Handrayati.

Penulis menempuh pendidikan di TK Tut Wuri handayani yang diselesaikan pada

tahun 1999, dilanjutkan dengan Sekolah Dasar di SDN 2 Gunung Terang yang

diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan dilanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama di SMPN 10 Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun 2008.

Kemudian penulis mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di

SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, pendidikan ini diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Ilmu

Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

melalui jalur Undangan. Pada awal tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja

(8)

Dengan Mengucap puji dan syukur kehadirat Allah

SWT

kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

Kedua Orang Tuaku Tercinta:

Ayahku tersayang M. Sya af Zen, S.H dan Mamaku

tersayang Sri Handrayati

Yang senantiasa selalu mendoakanku, sabar dan

selalu

memberikan dukungan kepadaku...

Kakakku Tercinta

M. Fadhil Hidayat, S.Psi., Hendri Apriansyah, S.H

Dan Mutiara Safitri, S.E

Yang selalu mendukung setiap langkahku dalam doa

kalian untuk menyelesaikan tulisan ini.

Seluruh sahabat-sahabatku tercinta

(9)

Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah

memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut

gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah

orang- orang yamg tidak pernah melangkah. Jangan

takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama

kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari

jalan yang benar pada langkah yang kedua.

(Buya Hamka)

Jangan Pernah Menjadikan diri kita seperti lilin,

yang mampu menerangi sekitar tetapi membakar

diri sendiri. Tetapi jadikanlah diri kita layaknya

seperti matahari, yang menerangi sekitar tetapi

tidak membakar diri.

(10)

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang, karena atas rahmat dan hidayat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Pengaruh Stres Kerja Dan Semangat Kerja Terhadap Kinerja Karyawan). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisinis (S.AB) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung.

Selesainya penulisan skripsi ini juga berkat motivasi dan pengarahan serta

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Effendi, M.M selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politk Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politk Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politk Universitas Lampung.

5. Bapak H. Dr. Suripto S.Sos, M.A.B. selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas Lampung.

6. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Ilmu Administrasi Bisnis

(11)

proses penyelesaian skripsi ini. Penulis ucapkan permohonan maaf untuk

setiap salah dan khilaf penulis selama ini.

8. Bapak Drs. Dadang Karya Bakti,M.M. selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran, masukan dan kritik yang membangun untuk hasil skripsi

yang lebih baik dan motivasi yang bermanfaat. Penulis ucapkan permohonan

maaf untuk setiap salah dan khilaf penulis selama ini.

9. Bapak Hartono S.Sos selaku Pembimbing Akademik. Penulis hanturkan

terima kasih dan permohonan maaf untuk setiap salah dan khilaf.

10. Ibu Mertayana selaku staff jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Terimakasih

telah menyemangati kami.

11. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Administrasi Bisnis yang telah membekali penulis

dengan berbagai ilmu pengetahuan.

12. Terimakasih untuk kedua orang tuaku Mama Sri Handrayati dan Ayahku M.

Sya’af Zen,S.H tercinta serta kakak-kakakku tersayang M. Fadhil

Hidayat,SPsi, Hendri Apriansyah,S.H dan Mutiara Safitri, S.E terimakasih

atas kasih sayang, perhatian, memotivasi, pengorbanan,. semangat, keceriaan

serta doa tulus yang selalu tercurah untuk penulis.

13. Seluruh keluarga besarku tersayang yang mendukung penulis dengan iringan

doa dan semangat.

14. Terimakasih buat Prio Dwi Nugroho yang telah memberikan semangat,

perhatian dan pengertiannya, yang sudah setia sampai sekarang dan semoga

(12)

bersama semoga kebersamaan ini sampai seterusnya. Pokoknya kalian yang

terbaik.

16. Buat teman-teman yang tidak kalah kecenya Ega, Herdiyani, Agnes, Yornelis,

Vivi, Irham, semua ABI 2011 yang tidak dapat disebut satu persatu.

17. Sahabat KKN (Kuliah Kerja Nyata) Juzna, Butet, Imam, Gita, Issa, Habibi,

Hasni, Irvika, dan Hermawan.

18. Terimakasih buat semua keluarga besar ilmu administrasi bisnis

19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Saat ini hanya dapat ku

balas dengan ucapan terimakasih.

20. Untuk Almamater tercinta terimakasih sudah menemaniku selama ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi besar harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Sekali lagi terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1.1 Model Stres Kerja ... 17

1.2 Kerangka Penelitian ... 42

3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 72

3.3 Hasil Normal Probability Plot ... 107

(14)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK Halaman

(15)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Asuransi ... 3

Tabel 1.2 Jumlah Karyawan AJB Bumiputera 1912 Tanjung Karang ... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 39

Tabel 3.1 Variabel Operasional... 47

Tabel 3.2 Skala Likert ... 49

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji validitas Secara Keseluruhan Untuk Stres Kerja ... 51

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji validitas Secara Keseluruhan Untuk Semangat Kerja ... 52

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji validitas Secara Keseluruhan Untuk Kinerja Karyawan ... 52

Tabel 3.6 Indikator Tingkat Reliabilitas ... 53

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Uji reliabilitas Secara Keseluruhan ... 54

Tabel 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 71

Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 73

Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja ... 74

Tabel 4.4 Mean, Median dan Modus ... 75

Tabel 4.5 Jawaban Responden Tentang Stres Kerja ... 77

Tabel 4.23 Jawaban Responden Tentang Semangat Kerja ... 90

Tabel 4.32 Jawaban Responden Tentang Kinerja ... 96

Tabel 4.42 Hasil Uji Validitas Stres Kerja (Pre-Test)... 103

(16)

Tabel 4.44 Hasil Uji Validitas Kinerja (Pre-Test) ... 103

Tabel 4.45 Hasil Uji Reliabilitas Secara Pre-Test ... 104

Tabel 4.46 Hasil Uji Regresi Berganda ... 105

Tabel 4.47 Hasil Uji Multikolinearitas... 108

Tabel 4.48 Hasil Uji Statistik t... 110

Tabel 4.49 Hasil Uji Statistik F... 111

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian……….. ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stress Kerja ... 12

1. Pengertian Stres Kerja ... 12

2. Jenis-Jenis Stres Kerja ... 14

3. Respons Stres ... 15

4. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja ... 15

5. Sumber-sumber Stres Kerja ... 17

6. Dampak Stres Kerja Pada Karyawan ... 20

7. Dimensi Stres Kerja ... 22

8. Strategi Manajemen Stres Kerja ... 24

B. Semangat Kerja ... 26

1. Pengertian Semangat Kerja ... 26

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja... 27

3. Indikasi Turun/ Rendahnya Semangat Kerja ... 29

(18)

C. Kinerja Karyawan ... 32

1. Pengertian Kinerja Karyawan ... 32

2. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Kinerja ... 34

3. Penilaian Kinerja ... 35

4. Pengukuran Kinerja ... 36

5. Dimensi Kinerja ... 37

D. Hubungan Stres Kerja dan Kinerja ... 38

E. Hubungan Semangat Kerja dan Kinerja... 39

F. Penelitian Terdahulu ... 39

G. Kerangka Pemikiran ... 41

H. Hipotesis ………. ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 44

B. Variabel Penelitian ... 44

C. Penentuan Jumlah Responden ... 45

D. Sumber Data dan Jenis Data ... 45

J. Pengujian Instrumen Penelitian ... 50

1. Uji Validitas ... 50

2. Uji Reliabilitas ... 53

K. Teknik Analisis Data ... 55

1. Analisis Deskriptif ... 55

2. Analisis Kuantitatif ... 56

1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 56

2. Uji asumsi Klasik ... 57

3. Uji Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum lokasi Penelitian ... 61

1. Sejarah Perusahaan ... 61

2. Visi dan Misi ... 63

(19)

4. Anak Perusahaan AJB Bumiputera 1912 ... 64

5. Produk Asuransi Perorangan ... 65

6. Struktr Organisasi ... 65

B. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 69

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 70

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 71

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 73

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja ... 73

C. Mean, Median dan Modus ... 74

D. Analisis Jawaban Responden Per-Variabel... 77

E. Hasil Uji Reliabilitas Secara Pre-Test ... 104

F. Hasil Analisis Data ... 105

1. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 105

G. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 106

H. Hasil Uji Hipotesis ... 109

I. Pembahasan ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 121

5.2Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(20)

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan setiap

perusahaan baik swasta maupun pemerintah. Perusahaan yang besar merupakan

perusahaan yang dapat berdiri kuat di tengah persaingan pasar yang semakin

kompetitif yang ditunjang oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten di

bidangnya selain modal yang tidak kalah penting dalam menggerakkan

perekonomian perusahaan. Pemberdayaan karyawan merupakan salah satu upaya

untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman sehingga karyawan

dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi perusahaan.

Sebagai aset yang berperan penting bagi perusahaan, tidak jarang perusahaan

hanya menganggap bahwa tenaga kerja atau karyawan sebagai beban yang harus

selalu ditekan untuk mengurangi biaya dalam produksi. Pada kenyataannya,

karyawan adalah makhluk sosial yang menjadi kekayaan yang besar bagi setiap

perusahaan. Mereka sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu

berperan aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Karyawan menjadi pelaku

yang menunjang tercapainya tujuan perusahaan, mempunyai pikiran, perasaan,

(21)

Sikap inilah yang menentukan prestasi kerja, dan kecintaan terhadap pekerjaan

yang dibebankan kepadanya (Malayu, 2003).

Pemberdayaan karyawan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam

mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk

meningkatkan kinerja karyawan dan menciptakan kondisi dimana pasar usaha

dapat bersaing ditingkat global. Oleh karena itu, mengelola karyawan yang

berjumlah ratusan bahkan ribuan untuk skala nasional bukan perkara yang mudah,

jika dilihat dari karakteristik individu dan perspektif budaya yang berbeda satu

sama lain. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan dan keterampilan yang kuat

untuk mencetak kader-kader yang mampu menghasilkan kinerja yang optimal

bagi perusahaan.

Perusahaan selalu dihadapkan pada tuntutan untuk terus meng-upgrade kapasitas SDM yang dimilikinya salah satunya yaitu AJB BUMIPUTERA 1912 Cabang

Syariah Tanjung Karang, yang merupakan perusahaan dibidang penyediaan dan

pelayanan jasa asuransi dan dana pensiun lembaga keuangan. Sebagai perusahaan

yang bergerak dibidang jasa, karyawan lah yang menentukan baik buruknya

kualitas jasa yang diberikan oleh perusahaan sehingga pengelolaan karyawan

menjadi hal prioritas yang harus konsisten dalam pelaksanaannya. Berikut adalah

(22)

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Asuransi yang Memiliki Produk Asuransi Syariah

No. Nama Perusahaan

1. PT Asuransi Takaful Umum 2. PT Asuransi Takaful Keluarga 3. PT Asuransi Syariah Mubarakah 4. PT MAA Life Assurance 5. PT MAA General Assurance 6. PT Great Eastern Life Indonesia 7. PT Asuransi Tri Pakarta

8. PT AJB Bumiputera 1912

9. PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera 10. PT Asuransi BRIngin Sejahtera Artamakmur 11. PT Asuransi Binagriya Upakara

12. PT Asuransi Jasindo Takaful 13. PT Asuransi Central Asia

14. PT Asuransi Umum BumiPuteraMuda 1967 15. PT Asuransi Astra Buana

16. PT BNI Life Indonesia 17. PT Asuransi Adira Dinamika 18. PT Staco Jasapratama 19. PT Asuransi Sinar Mas

20. PT Asuransi Tokio Marine Indonesia 21. PT Asuransi Jiwa SinarMas

22. PT Tugu Pratama Indonesia 23. PT Asuransi AIA Indonesia

24. PT Asuransi Allianz Life Indonesia 25. PT Panin Life, Tbk

26. PT Asuransi Allianz Utama Indonesia 27. PT Asuransi Ramayana, Tbk

28. PT Asuransi Jiwa Mega Life 29. PT AJ Central Asia Raya 30. PT Asuransi Parolamas 31. PT Asuransi Umum Mega 32. PT Asuransi Jiwa Askrida 33. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) 34. PT Equity Financial Solution 35. PT Asuransi Kredit Indonesia 36. PT Asuransi Bintang, Tbk 37. PT Asuransi Bangun Askrida 38. PT Prudential Life Assurance 39. PT Jasaraharja Putera

40. PT AIG Life

(23)

PT AJB BUMIPUTERA 1912 Cabang Syariah Tanjung Karang merupakan salah

satu kantor cabang yang terdapat dikota Bandar Lampung, khususnya dalam

penyediaan jasa asuransi jiwa dengan syarat dan ketentuan sesuai dengan ajaran

islam. Adapun jumlah karyawan yang ada di AJB BUMIPUTERA 1912 Cabang

Syariah Tanjung Karang Periode Juni-Agustus 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.2

berikut.

Tabel 1.2 Jumlah Karyawan AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Syariah Tanjung Karang

No. Jabatan Jumlah

1. Kepala Cabang 1

2. Kepala Unit Operasional 2

3. Kepala Unit Administrasi Keuangan 1

4. Supervisor 6

5. Pegawai Administrasi 4

6. Kasir 1

7. Office Boy 2

8. Agen 48

Total 65

Sumber : AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cab.Syariah Tanjung Karang, 2014

Berdasarkan pada Tabel 1.2 diketahui bahwa AJB BUMIPUTERA 1912 Cabang

Syariah Tanjung Karang memiliki total karyawan 65 orang yang terdiri dari 57

karyawan Struktural dan 8 orang fungsional. Sebagai perusahaan asuransi yang

memiliki cabang di seluruh Indonesia, AJB BUMIPUTERA 1912 tentu

dihadapkan pada tantangan yang terus-menerus untuk bisa tetap bertahan, begitu

pula dengan kebutuhan SDM yang dimilikinya.

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 merupakan perusahaan asuransi

nasional milik bangsa Indonesia yang pertama dan tertua. Asuransi ini didirikan

pada tanggal 12 Februari 1912 di Magelang Jawa Tengah. Salah satu misi dari

(24)

berkualitas. Produk yang ditawarkan adalah produk yang berhubungan dengan

resiko kematian, kecelakaan, ataupun sakit. Permasalahan yang seringkali dialami

oleh Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 adalah sulitnya menumbuhkan

kesadaran masyarakat akan arti pentingnya asuransi jiwa. Karyawan marketing

harus mampu mensosialisasikan kegunaan atau arti pentingnya asuransi jiwa bagi

kehidupan masyarakat, karena hal ini akan mempengaruhi kemudahan

penyampaian produk-produk asuransi jiwa ke tangan konsumen. Permasalahan ini

berdampak langsung terhadap beban kerja agen Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 cabang Syariah Tanjung Karang.

Agen Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 cabang Syariah memiliki beban kerja yang tinggi. Agen harus mencapai target pemasarannya dengan mencari nasabah baru untuk memperoleh insentif dari perusahaan. Insentif yang diberikan

oleh perusahaaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 cabang Syariah

berupa bonus produksi dan penagihan, sumbangan uang jalan, profit sharing atas

hasil penjualan produk, uang pengawasan, dan reward berupa wisata ke luar negeri. Beragamnya jenis insentif ini memberi semangat agen dalam meningkatkan kinerjanya.

Disamping hak yang akan diberikan perusahaan kepada agen atas pencapaian target pemasarannya, perusahaan juga memiliki ketentuan kewajiban yang harus

dipenuhi. Jika selama 3 bulan berturut-turutagentidak mendapatkan nasabah baru sebagai konsekuensinya karyawan tersebut harus keluar dari perusahaan karena

menurut pertimbangan perusahaan, karyawan tersebut tidak dapat memberikan

(25)

akan menimbulkan stres kerja bagi agen. Sebagai manusia biasa, agen pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 cabang syariah Tanjung Karang, tentunya

dihadapkan dengan kondisi dilematis. Di satu sisi mereka mengalami tekanan karena

keharusan dalam mencapai target hasil kerja. Di sisi lain mereka mengalami tekanan

memilikikebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi. Kondisi ini tentunya akan

menimbulkan stres kerja.

Dengan perkembangan zaman yang semakin maju, karyawan harus bisa

menyesuaikan diri dalam segala kondisi. Beban kerja yang semakin berat,

banyaknya kebutuhan yang ingin dipenuhi, tingkat pendapatan yang tidak sesuai

dengan biaya hidup, persaingan yang semakin ketat dan seterusnya dapat menjadi

ancaman untuk tetap dapat bertahan hidup. Karyawan sering dihadapkan dengan

berbagai masalah dalam perusahaan sehingga sangat tidak mungkin untuk tidak

mengalami stress. Apalagi pada karyawan AJB BUMIPUTERA yang

menggunakan sistem target yang memungkinkan karyawan memiliki beban kerja

yang tinggi sehingga stress pada karyawan pasti terjadi.

Stress pekerjaan diartikan sebagai tekanan yang dirasakan karyawan karena

tugas-tugas pekerjaan yang tidak dapat mereka penuhi. Artinya, stress muncul pada saat

karyawan tidak bisa memenuhi apa yang menjadi tuntutan-tuntutan pekerjaan.

Ketidakjelasan apa yang menjadi tanggungjawab pekerjaan, kekurangan waktu

untuk menyelesaikan tugas, kurangnya dukungan fasilitas untuk menjalankan

pekerjaan, tugas-tugas yang saling bertentangan, merupakan contoh pemicu stress.

Dalam jangka pendek, stress yang dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang

(26)

termotivasi, dan frustasi menyebabkan karyawan bekerja tidak optimal sehingga

kinerjanya pun akan menurun.

Dalam jangka panjang, karyawan yang tidak dapat menahan stress kerja maka ia

tidak mampu lagi bekerja di perusahaan. Pada tahap yang semakin serius, stress

bisa membuat karyawan menjadi sakit atau bahkan mengundurkan diri. Hal ini

dirasakan pula pada karyawan AJB BUMIPUTERA dengan beban tugas yang

sedemikian rupa, bukan tidak mungkin karyawan AJB BUMIPUTERA

mengalami stress dalam bekerja.

Jika dilihat berdasarkan hasil wawancara dengan responden, stress kerja karyawan

di perusahaan ini banyak dirasakan oleh karyawan yang berprofesi sebagai Agen, Karena pada AJB BUMIPUTERA agen memiliki beban kerja yang lebih berat dibandingkan dengan karyawan lainnya. Karyawan dituntut untuk mencapai target

yaitu mendapatkan SP (Surat Permintaan) setidaknya minimal 60 SP dalam

jangka waktu satu tahun, yang masing-masing karyawan minimal mendapatkan 5

SP dalam sebulan dan adanya evaluasi kerja setiap tiga bulan sekali.

Bagi karyawan yang tidak mampu memenuhi target sesuai dengan ketentuan dari

perusahaan, karyawan akan diberhentikan sesuai dengan kontrak kerja

sebagaimana yang telah disepakati dalam surat perjanjian keagenan. Indikasi

stress yang dirasakan karyawan terutama para agen yaitu supervisor yang tidak dapat membantu dalam menyelesaikan tugas, tidak diberi kesempatan untuk

mengembangkan karir, dan hubungan dalam pekerjaan. Hal ini sangat

mengganggu kinerja mereka. Artinya semakin banyak potensi stress yang muncul

(27)

optimal. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Hermita (2005)

menunjukkan bahwa stress kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan.

Untuk dapat menyesuaikan tuntutan tersebut, AJB BUMIPUTERA Syariah juga

memberikan reward kepada karyawan yang mampu memenuhi target setiap bulannya. Hal ini lah yang memacu semangat kerja sehingga karyawan akan lebih

berusaha untuk mencapai target yang telah ditentukan perusahaan. Semangat kerja

merupakan salah satu hal yang penting bagi perusahaan, karena menyangkut

kinerja karyawan. Semangat kerja pada dasarnya merupakan perwujudan dari

moral yang tinggi, bahkan ada yang menjelaskan atau menerjemahkan secara

bebas bahwa moral kerja yang tinggi adalah semangat kerja.

Usaha untuk menghasilkan karyawan yang memiliki semangat kerja yang tinggi

juga menjadi perhatian AJB BUMIPUTERA Syariah. Cara yang ditempuh untuk

membuat karyawan bersemangat dalam bekerja adalah memberikan kompensasi

kepada tenaga kerja dalam ukuran yang wajar tetapi tidak memaksakan

kemampuan perusahaan, menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan semua

pihak, memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan spiritual tenaga kerja

pada saat penyegaran sebagai media pengurangan ketegangan kerja dalam

memperkokoh rasa setia antara tenaga kerja dan manajemen, penempatan tenaga

kerja pada posisi yang tepat, peran tenaga kerja dalam pengembangan aspirasi

untuk mendapatkan tempat yang wajar, dan memberikan tunjangan pensiun

kepada karyawannya sebagai bentuk perhatian dari perusahaan terhadap masa

(28)

Selain itu, perusahaan juga sering mengadakan pelatihan dan pendidikan sebagai

upaya pengembangan karyawannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja

karyawan agar dapat memberikan perubahan yang lebih baik dalam organisasi

perusahaan. Berikut adalah hasil produksi AJB BUMIPUTERA yang dilihat

berdasarkan grafik.

Grafik 1.1 Hasil Produksi AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Syariah Tanjung

Karang Tahun 2013

Sumber : AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cab.Syariah Tanjung Karang, 2014

Grafik 1.1 menunjukkan hasil produksi atau banyaknya jumlah nasabah yang

didapatkan dari para Agen AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Tanjung Karang mengalami peningkatan dan penurunan setiap bulannya yang

kemungkinan pada saat terjadi penurunan hasil produksi Agen mengalami stress kerja sehingga terjadi penurunan semangat kerja yang mengakibatkan pada

penurunan kinerja Agen tersebut, meskipun rata-rata sudah memenuhi standar pencapaian target. Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa karyawan yang

bersemangat dalam bekerja tentu dapat memberikan hasil positif bagi kinerjanya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirona Sormin (2009) yang

0 20 40 60 80 100 120 140

jan feb mar apr mei jun jul aug sep okt nov des

(29)

menunjukkan bahwa semangat kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “ Pengaruh Stres Kerja dan Semangat

Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Syariah Tanjung Karang “.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh antara stress kerja terhadap kinerja karyawan pada AJB

BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Syariah Tanjung Karang ?

2. Apakah ada pengaruh antara semangat kerja terhadap kinerja karyawan pada

AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Syariah Tanjung Karang ?

3. Apakah ada pengaruh antara stress kerja dan semangat kerja secara

bersama-sama terhadap kinerja karyawan pada AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor

(30)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh stress kerja terhadap kinerja karyawan pada AJB

BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Syariah Tanjung Karang.

2. Untuk mengetahui pengaruh semangat kerja terhadap kinerja karyawan pada

AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Syariah Tanjung Karang.

3. Untuk mengetahui pengaruh stress kerja dan semangat kerja secara

bersama-sama terhadap kinerja karyawan pada AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor

Cabang Syariah Tanjung Karang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dalam 2 aspek, yaitu pada aspek

praktis dan teoritis :

1. Aspek Praktis, memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam

mengambil keputusan dan kebijaksanaan yang berkaitan dengan stress kerja,

semangat kerja terhadap kinerja karyawan.

2. Aspek Teoritis, memberi sumbangan pemikiran dan memperluas wawasan

dibidang MSDM terkait dengan stress kerja, semangat kerja dan kinerja

(31)

A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres

Tujuan yang dicapai perusahaan tidak akan terlepas dari peran dan adil setiap

karyawan yang menjadi penggerak kehidupan organisasi, sehingga sudah

selayaknya peran dari pemimpin para manajer perusahaan untuk dapat memahami

kondisi para karyawannya, apabila karyawan terdapat beban masalah yang dapat

menghambat kinerja peerusahaan maka secepatnya pimpinan dapat mengurangi

dan menyelesaikan beban karyawan tersebut, terutama mengenai stress kerja yang

seharusnya dikelola dengan penuh berkesinambungan agar tidak menghambat

jalannya kinerja perusahaan.

“Menurut Pace & Faules (1998) stress adalah penderitaan jasmani, mental atau emosional yang diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda pribadi seorang individu. Dalam suatu perusahaan, semakin besar suatu perusahaan maka makin banyak karyawan yang bekerja di dalamnya sehingga besar kemungkinan timbulnya permasalahan di dalamnya, dan permasalahan manusianya”.

Banyak permasalahan manusiawi ini tergantung pada kemajemukan masyarakat

dimana para karyawan itu berasal, makin maju suatu masyarakat maka semakin

banyak permasalahan. Makin tinggi kesadaran karyawan akan hak-haknya, makin

(32)

karyawannya, makin banyak konflik yang berkembang. Salah satu dari

permasalahan tersebut adalah munculnya stress kerja pada karyawan.

“Menurut Robbins (2008) stress adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu di konfrotasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan dan hasilnya di persepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Sedangkan menurut Hasibuan (2003) stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikir, dan kondisi seseorang. Orang-orang yang mengalami stress menjadi nerveous dan merasakan kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat rileks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif”.

Stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik,

keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, kemurungan dan hilang daya.

Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya

ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses pikir, dan

kondisi seorang karyawan. Stress yang terlalu besar dapat mengancam

kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri

karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu

pelaksanaan kerja mereka (Rivai, 2004).

Stress merupakan suatu respon adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan

menantang atau mengancam kesehatan seseorang. Kita sering mendengar bahwa

stress merupakan akibat negatif dari kehidupan modern. Orang-orang merasa

stress karena terlalu banyak pekerjaan, ketidakpahaman terhadap pekerjaan, beban

informasi yang terlalu berat atau karena mengikuti perkembangan zaman (Sopiah,

2008). Stress kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang

(33)

Stress kerja ini tampak dari simpton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak

tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks,

cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan

pencernaan (Mangkunegara, 2005).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stress kerja adalah

dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara fisik dan psikis yang dapat

mempengaruhi proses dan kondisi karyawan, sehingga orang yang mengalami

stress kerja menjadi nerveous. Oleh karena itu, penanganan stress kerja harus dilakukan dengan baik dan berkesinambungan dan pemimpinan harus cepat

tanggap terhadap hal tersebut, karena akan berdampak pada kinerja karyawan.

2. Jenis-jenis Stres

Quick dan Quick (1984) mengategorikan jenis stress menjadi dua yaitu:

1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk

kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance

yang tinggi.

2. Distress, yaitu hasil dari respons terhadap stress yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

konsekuensi individu dan juga organisasi, seperti penyakit kordiovaskular

(34)

3. Respons Stres

Taylor (1991), menyatakan stress dapat menghasilkan berbagai respons. Berbagai

peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai

indikator terjadinya stress pada individu, dan mengukur tingkat stress yang

dialami individu. Respon stress dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:

1. Respon fisiologis, dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,

detak jantung, detak nadi, dan system pernapasan.

2. Respon kognitif, dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif

individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi,

pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

3. Respon emosi, dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang

mungkin dialami ndividu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan

sebagainya.

4. Respon tingkah laku, dapat dibrdakan menjadifight, yaitu melawan situasi yang menekan, danflight, yaitu menghindari situasi yang menekan.

4. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Menurut Robbins (2008) ada 2 faktor yang dapat menyebabkan stress yaitu:

1. Faktor organisasi meliputi tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan antar

personal. Tidak sedikit faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan

stress. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas

dalam waktu yang singkat, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu

tidak peka dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa

(35)

dan antar personal. Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan

pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual

(otonomi, dan keragaman tugas), serta kondisi kerja. Serupa dengan hal

tersebut, bekerja diruangan yang terlalu sesak atau lokasi yang selalu

terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stress.

Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang

sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi.

Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk

diselesaikan atau dipenuhi. Beban peran yang berlebihan dialami ketika

karyawan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada.

Tidak adanya dukungan dari atasan dan hubungan antar pribadi yang buruk

dapat menyebabkan stress, terutama diantara para karyawan yang memiliki

kebutuhan sosial tinggi.

2. Faktor personal meliputi persoalan keluarga, persoalan ekonomi, dan

kepribadian. Berdasarkan hasil survei nasional secara konsisten

menunjukkan bahwa orang sanagat mementingkan hubungan keluarga dan

pribadi. Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan dan

masalah anak adalah bebrapa contoh masalah hubungan yang menciptakan

stress bagi karyawan, yang lalu terbawa sampai ketempat kerjanya. Masalah

ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah

kendala pribadi lain yang menciptakan stress bagi karyawan dan

mengganggu konsentrasi kerja mereka. Kepribadian maksudnya stress yang

timbulnya dari sifat dasar seseorang. Misalnya Tipe A cenderung mengalami

(36)

adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak

sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama,

cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung

berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yan

non kompetitif.

Gambar 2.1 Model Stres

Sumber-sumber Potensial Konsekuensi

5. Sumber-sumber Stres Kerja

Menurut Cooper (dalam Rice, 1999) terdapat 5 sumber stress yaitu:

1. Kondisi Pekerjaan

Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh

sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya motivasi kerja yang

(37)

berakibat kepada produktivitas kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak

nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat,

lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada

kenyamanan kerja karyawan. Selain itu, faktor yang mempengaruhi kondisi

kerja (hal-hal yang mungkin terjadi di lapangan) salah satunya adalah beban

kerja yang berlebihan, jadwal bekerja, dan bahaya fisik.

2. Stres Karena Peran

Ada sebuah penelitian tentang stress kerja bahwa sebagian besar karyawan

yang bekerja di perusahaan yang sangat besar, atau yang kurang memiliki

struktur yang jelas, mengalami stress Karena konflik peran. Mereka stress

karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang diharapkan

oleh manajemen. Kenyataan seperti ini mungkin banyak dialami oleh pekerja di

Indonesia, dimana perusahaan atau organisasi tidak punya garis-garis haluan

yang jelas, aturan main, visi dan misi yang sering kali tidak dikomunikasikan

pada seluruh karyawannya., akibatnya sering muncul rasa ketidakpuasan kerja,

ketegangan, menurunnya prestasi hingga akhirnya timbul keinginan untuk

meninggalkan pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi stress karena peran

(ketidakjelasan) peran, adanya bias dalam membedakan gender dan stereotype

perangender, dan pelecehan seksual.

3. Faktor Interpersonal

Stress ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya

sebagai penuh stress. Faktor yang mempengaruhi faktor interpersonal yaitu

(38)

kecemburuan dan kemarahan, kurangnya perhatian manajemen terhadap

karyawan.

4. Perkembangan Karir

Setiap orang tentu punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di sebuah

perusahaan atau organisasi. Bayangan akan kesuksesan karir, menjadi fokus

perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun pada kenyataannya, impian

dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan karir yang baik seringkali

tidak terlaksana. Alasannya bisa bermacam-macam seperti ketidakjelasan

system pengembangan karir dan penilaian prestasi kerja, budaya nepotisme

dalam manajemen perusahaan, atau karena sudah “mentok” yaitu tidak ada

kesempatan lagi untuk naik jabatan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan

karir yaitu promosi ke jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya, promosi

ke jabatan yang lebih tinggi dari kemampuannya, ambisi yang berlebihan

sehingga mengakibatkan frustasi.

5. Struktur Organisasi

Gambaran perusahaan Asia dewasa ini diwarnai oleh kurangnya struktur

organisasi yang jelas. Salah satu sebabnya karena perusahaan di Asia termasuk

Indonesia, masih banyak yang berbentuk family business. Kebanyakan family business dan bisnis-bisnis lain di Indonesia yang masih sangat konvensional dan penuh dengan budaya nepotisme, minim akan kejelasan struktur yang

menjelaskan jabatan, peran, wewenang dan tanggungjawab.tidak hanya itu,

aturan main yang terlalu kaku atau malah tidak jelas, pengawasan dan pelatihan

(39)

berhubungan dengan suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan taraf dari

kesehatan mental dan fisik.

6. Dampak Stres Kerja Pada Karyawan

Menurut Robbins (2001) mengemukakan 3 kategori dampak yang timbul akibat stress kerja:

1. Gejala Fisiologis

Kebanyakan perhatian dini atas stress diarahkan pada gejala fisiologis terutama

karena topik itu diteliti oleh spesialis dari ilmu kesehatan medis. Riset ini

memandu pada kesimpulan bahwa stress dapat menciptakan perubahan dalam

metabolism, peningkatan laju detak jantung dan pernafasan, meningkatkan

tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.

2. Gejala Psikologi

Stress dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stress yang berkaitan dengan

pekerjaan menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan. Itulah

efek psikologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stress. Selain itu

stress juga dapat muncul dalam keadaan psikologis lain misalnya berupa

kegelisahan, kebosanan, agresif, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan

kesabaran, mudah marah dan suka menunda-nunda pekerjaan.

3. Gejala Perilaku

Gejala stress yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam

produktivitas, absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan, juga perubahan

(40)

Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengakaji ulang beberapa

kasus stress pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stress pada individu.

a. Gejala psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil

penelitian mengenai stress pekerjaan:

1. Kecemasan, ketegangan, bingung, dan mudah tersinggung; 2. Perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam;

3. Sensitif danhyperreactivity;

4. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi; 5. Komunikasi yang tidak efektif;

6. Perasaan terkucil dan terasing; 7. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja;

8. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi;

9. Kehilangan spontanitas dan kreativitas; 10. Menurunnya rasa percaya diri.

b. Gejala fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stress kerja adalah:

1. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecendrungan mengalami penyakit kardiovaskular;

2. Meningkatnya sekresi dari hormone stress (contoh: adrenalin dan noradrenalin);

3. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung); 4. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan;

5. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis;

6. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada; 7. Gangguan pada kulit;

8. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot; 9. Gangguan tidur;

10. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.

c. Gejala perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stress kerja adalah:

1. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan; 2. Menurunnya prestasi dan produktivitas;

(41)

4. Perilaku sabotase dalam pekerjaan;

5. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas;

6. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi;

7. Meningkatnya kecendrungan berperilaku berisiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi;

8. Meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas;

9. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman; 10. Kecendrungan untuk melakukan bunuh diri.

7. Dimensi Stres Kerja

1. Job demand

Jones & Fletcher (1996) mendefinisikandemandsebagai “the degree to which

the environment contains stimuli that peremptorily require attention and

repance”. Demand adalah hal-hal yang harus dilakukan. Secara jelas, setiap

pekerjaan harus dilakukan. Lebih khusus lagi disebut Job Demand sebagai

aspek-aspek fisik, psikologis, sosial atau organisasi dari pekerjaan yang

membutuhkan upaya fisik atau psikologis dan karena itu terkait dengan biaya

fisiologis atau psikologis tertentu. MeskipunJob demand tidak selalu negatif,

hal itu dapat berubah menjadi stress pekerjaan saat bertemu. Demand

membutuhkan usaha yang tinggi dank arena itu yang terkait dengan biaya

tinggi yang menimbulkan tanggapan negative seperti depresi, kecemasan, atau

kelelahan (Scharfeli & Balker, 2004).

2. Insufficient job control

Terdiri dari tidak adanya kreativitas kerja, keterampilan tidak sesuai

kemampuan, tidak adanya pengambilan keputusan, dan rendahnya kontrol

(42)

3. Inadequate social support

Penerimaan dukungan social dari orang lain ditempat kerja dapat berupa

ungkapan simpati dengan berwujud bantuan dan berperan dalam menangani

situasi pekerjaan (Mis.,Caplan et.al., 1980). Secara intuitif, dukungn social

diharapkan memiliki efek menguntungkan dengan mengurangi tingkat

ketegasan pekerja untuk meningkatkan kesehatan yang dinyatakan buruk yang

mungkin dipengaruhi oleh stressor ditempat kerja. Dengan demikian

dukungan social muncul untuk mengurangi ketegangan (Beehr, et.al, 2010).

4. Job insecurity

Mengacu pada persepsi karyawan dan kekhawatiran tentnag potensi

kehilangan pekerjaan. Hal ini sebagian besar ditafsirkan sebagai stressor kerja

dengan kemungkinan konsekuensi yang tidak menguntungkan bagi karyawan

(Jacobson 1991 dalam Silla, 2008).

5. Organizational system

Terdiri dari kebijakan organisasi yang tidak adil, dukungan organisasi yang

tidak memuaskan, konflik antar depatemen dan keterbatasan komunikasi.

6. Lack of reward

Terdiri dari perlakuan yang tidak adil, ketidakjelasan masa depan, dan tidak

adanya kesempatan untuk maju.

7. Occupational climate

Terdiri dari budaya kelompok, tidak konsistennya permintaan dalam

(43)

8. Strategi Manajemen Stress Kerja

Stress dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa

memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stress lebih daripada sekedar

mengatasinya, yaitu belajar menaggulanginya secara adaptif dan efektif, hamper

sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang

boleh dilakukan. Sebagian para pengidap stress di tempat kerja akibat persaingan,

sering melampiaskan dengan cara bekerja kerja yang berlebihan. Ini bukanlah cara

efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari

stress, justru akan menambah masalah lebih jauh.

Sebelum masuk ke cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan

penanggulangannya. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar

seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang

bgerkaitan dengan penyebab stress dalam hubungannya ditempat kerja. Stress

dapat timbul pada beberapa tingkat berjajar dari ketidak mampuan bekerja dengan

baik, dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan dan bawahan bahkan

dari sebab tidak adanya keterampilan (khususnya keterampilan manajemen)

hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat

(Margiati, 1999).

Dari sudut pandang organisasi, Suprihanto (2003) mengatakan bahwa manajemen

mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang ringan.

Alasannya karena pada tingkat stress tertentu akan memberikan motivasi dan

(44)

lebih baik. Tetapi pada tingkat stress yang tinggi atau stress ringan yang

berkepanjangan akan membuat menurunnya motivasi karyawan.

Stress ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari

sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan maka

manajemen mungkin akan berfikir untuk memberikan dorongan bagi karyawan,

namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh pekerja. Berdasarkan

hal tersebut maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stress, ada

dua pendekatan yaitu:

1. Pendekatan individual

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya.

Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu pengelolaan waktu,

latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan

waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan

baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik

dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu

menghadapi tugas yang berat.

2. Pendekatan organisasi

Beberapa penyebab stress adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur

organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor itu

dapat diubah. Oleh karena itu strategi yang mungkin digunakan oleh

manajemen untuk mengurangi stress karyawan adalah melalui seleksi dan

penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan

(45)

strategi tersebut akan membuat karyawan mendapat pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang diinginkan dan

adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi

fisik dan mental.

B. Semangat Kerja

1. Pengertian Semangat Kerja

Semangat kerja digunakan untuk menggambarkan suasana keseluruhan yang

dirasakan oleh para karyawan dalam kantor. Apabila karyawan merasa bahagia

dan optimis itu menunjukkan bahwa karyawan tersebut mempunyai semangat

kerja yang tinggi dan jika karawan suka membantah, menyakiti hati, terlihat tidak

tenang maka karyawan tersebut mempunyai semangat kerja yang rendah.

Semangat adalah vitalitas yang bersemayam dalam jasmani kita, ia adalah energi

dan jiwa kita. Semangat juga merajuk kepada sumber daya utama dari energi

tersebut, dan pada batas tertentu berada dalam diri kita dan merupakan bagian dari

kita (Hawley, 2001). Semangat kerja pada dasarnya berhubungan dengan moril

kerja karyawan karena itu perusahaan selalu berusaha meningkatkan moril kerja

tersebut dengan harapan semangat kerja dapat meningkat. Dengan meningkatnya

semangat kerja kinerja karyawan akan meningkat, pekerjaan dapat diselesaikan

sesuai dengan ketentuan dan tingkat absensi dapat diperkecil. Sedangkan menurut

Nitisemito (1996), semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih baik.

Semangat kerja merupakan faktor yang penting dalam motivasi dan pemeliharaan

(46)

dengan produktivitas (Moekijat,1991). Apabila karyawan memiliki semangat

kerja yang tinggi maka produktivitasnya akan meningkat. Keuntungan

peningkatan semangat dan kegairahan kerja bagi perusahaan diantaranya yaitu

pekerjaan akan cepat selesai, absensi akan dapat diperkecil, dan kemungkinan

perpindahan karyawan dapat diperkecil.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Menurut Lateiner yang dikutip L. Sri Soekemi RB dkk (1988) bahwa ada bebrapa

faktor pokok yang mempengaruhi semangat kerja para tenaga kerja diantaranya:

1. Kebanggan pekerja akan pekerjaannya dan kepuasannya dalam menjalankan pekerjaan yang baik;

2. Sikap terhadap pimpinan; 3. Hasrat untuk maju;

4. Perasaan telah diperlakukan secara baik;

5. Kemampuan untuk bergaul dengan kawan sekerjanya; 6. Kesadaran akan tanggungjawabnya terhadap pekerjaannya.

Semangat kerja bukanlah faktor yang berdiri sendiri melainkan sebagai satu

kesatuan dari berbagai macam faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

semangat kerja karyawan seperti yang dikemukakan oleh (Nitisemito, 1996)

adalah sebagai berikut:

a. Gaji yang cukup

Pengertian cukup disini adalah jumlah yang mampu dibayarkan tanpa

menimbulkan kerugian perusahaan.

b. Mempertahankan kebutuhan rohani

Selain kebutuhan materi yang berwujud gaji yang cukup maka mereka juga

memberikan kebutuhan rohani seperti: menjalankan ibadah, rekreasi,

(47)

c. Tempat karyawan pada posisi yangtepat

Maksudnya adalah tempatkan karyawan pada posisi yang sesuai dengan

keterampilan masing-masing mengadakan evaluasi bagi karyawan yang telah

duduk pada posisi yang lama.

d. Harga diri perlu mendapatkan perhatian

Harga diri dapat diperhatikan dengan memberikan penghargaan terhadap

prestasi yang berwujud surat penghargaan maupun hadiha materi, diajak

berunding dalam memecahkan, membagi pakaian seragam dan sebagainya.

e. Tempatkan karyawan untuk maju

Maksudnya adalah tempatkan karyawan pada posisi sesuai dengan

keterampilan masing-masing, mengadakan evaluasi bagi karaywan yang telah

duduk pada posisi lama.

f. Berikan kesempatan untuk maju

Semangat kerja akan timbul apabila karyawan mempunyai hubungan untuk

maju dalam perusahaan.

g. Pemberian insentif yang terarah

Pemberian intensif adalah system yang palinh efektif sebagai pendorong

semangat kerja karyawan. Kendati demikian perusahaan juga harus hati-hati

jangan sampai dengan intensif yang diberikan perusahaan menjadi rugi.

h. Fasilitas yang menyenangkan

Fasilitas yang cukup juga dapat mendorong karyawan untuk semangat dalam

melakukan pekerjaan.

Semangat kerja menggambarkan sutu perasaan, agak berhubungan dengan tabiat

(48)

pekerja, semangat kerja menunjukkan iklim dan suasana pekerjaan. Cirri-ciri

semangat kerja tinggi adalah pekerja tampak senang (puas, tidak lekas marah,

jarang sakit, patuh), optimis mengenai kegiatan-kegiatan dan tugas kelompok,

serta ramah tamah satu sama lain (Moekijat, 1991).

3. Indikasi Turun atau Rendahnya Semangat Kerja

Semangat kerja dapat mengalami penurunan. Indikasi menurunnya semangat kerja

selalu ada dan memang secara umum dapat terjadi. Menurut Nitisemito (1996),

indikasi-indikasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya produktivitas

Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan, menunda pekerjaan

dan sebaginya. Apabila terjadi penurunan produktivitas, maka hal ini berarti

indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan semangat kerja.

2. Tingkat absensi yang naik atau tinggi

Pada umumnya, apabila semangat kerja menurun, maka karyawan dihinggapi

rasa malas untuk bekerja. Apalagi kompensasi atau upah yang diterimanya

tidak dikenakan potongan saat mereka tidak masuk kerja. Dengan demikian,

dapat menimbulkan penggunaan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan

yang lebih tinggi meski hanya untuk sementara.

3. Labour turn overatau tingkat perpindahan karyawan yang tinggi

Keluar masuk karyawan yang meningkat terutama disebabkan karyawan

mengalami ketidaksenangan atau ketidaknyamanan saat mereka bekerjam

sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk mencari pekerjaan lain

yang kebih sesuai dengan alasan mencari kenyamanan dalam bekerja. Manajer

(49)

4. Tingkat kerusakan yang meningkat

Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukkan bahwa perhatian

dalam pekerjaan berkurang. Selain itu dapat terjadi kecerobohan dalam

pekerjaan dan sebagainya. Dengan menaiknya tingkat kerusakan merupakan

tingkat indikasi yang cukup kuat bahwa semngat kerja telah menurun.

5. Kegelisahan dimana-mana

Kegelisahan dalam hal ini berbentuk ketidaktenangan dalam bekerja.

Terganggunya kenyamanan karyawan memungkinkan akan berlanjut pada

perilaku yang dapat merugikan organisasi itu sendiri.

6. Tuntutan yang sering terjadi

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, dimana pada tahap

tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Organisasi

harus mewaspadai tuntutan secara masal dari pihak karyawan.

7. Pemogokan

Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan sebagainya.

Jika hal ini terus berlanjut maka akan berujung munculnya tuntutan dan

pemogokan.

Indikasi turunnya semangat kerja ini perlu diketahui oleh setiap perusahaan

karena dengan pengetahuan tersebut akan dapat diketahui sebab-sebabnya.

Dengan demikian, perusahaan akan dapat mengambil tindakan-tindakan

pencegahan tau pemecahan masalah seawal mungkin.

Semangat kerja akan mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini seperti yang

dikemukakan oleh (Hasibuan,2003) yaitu semangat kerja adalah keinginan dan

(50)

untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja ini akan

merangsang seseorang untuk berkarya dan berkreativitas dalam pekerjaannya.

4. Dimensi Semangat Kerja

Berikut adalah beberapa indikator semangat kerja yang dikemukakan oleh Alex S.

Nitisemito (1996), diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Naiknya produktivitas karyawan

Karyawan yang semangat kerjanya tinggi cendrung melaksanakan tugas-tugas

sesuai waktu, tidak menunda pekerjaan dengan sengaja, serta mempercepat

perkerjaan, dan sebagainya. Oleh kerena itu harus dibuat standar kerja untuk

mengetahui apakah prduktivitas karyawan tinggi apa tidak.

b. Tingkat Absensi yang rendah

Tingkat absensi yang rendah merupakan salah satu indikasi meningkatnya

semangat kerja karena,nampak bahwa persentase absen seluruh karyawan rendah.

c.Labour Turn-Overyang menurun

Tingkat karyawan keluar masuk karyawan yang menurun merupakan salah satu

indikasi meningkatnya semangat kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh kesenangan

mereka bekerja pada perusahaan tersebut. Tingkat keluar masuk karyawan yang

tinggi dapat mengganggu jalanya perusahaan.

d. Tidak terjadi atau berkurangnya kegelisahan

Semangat kerja karyawan akan meningkat apabila mereka tidak gelisah.

Kegelisahan dapat dilihat melalui bentuk keluhan, ketidaktenangan bekerja, dan

(51)

C. Kinerja Karyawan 1. Pengertian Kinerja

Setiap perusahaan ingin karyawannya memiliki kemampuan menghasilkan suatu

kinerja yang tinggi. Hal ini sangat sulit dicapai apabila karyawan yang bekerja

didalamnya merupakan orang-orang yang tidak produktif. Terkadang perusahaan

tidak memiliki kemampuan untuk membedakan mana karyawan yang produktif

dan mana karyawan yang tidak produktif. Banyak yang memandang bahwa

karyawan adalah mesin pencetak uang sehingga perusahaan lupa untuk

memberikan perhatian dengan baik. Padahal karyawan itu sendiri adalah sebuah

investasi yang perlu untuk selalu dijaga agar dapat berproduksi dengan sebaik

mungkin.

Pada umumnya kinerja adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode

tertentu dibandingkan dnegan kemungkinan, misalnya stadar, target, sasaran atau

kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Menurut Sedarmayanti (2007) kinerja terjemahan dari“performance”berarti :

a. Pencapaian/prestasi seorang berkenaan dengan tugas yang dberikan kepadanya.

b. Hasil kerja seorang pekerja yaitu sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan dimana hasil kerja tersebut harus ditunjukkan buktinya secara kongkrit dan adapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan)

c. Kinerja didefinisikan sebagai catatan mengenai out come yang dihasilka dari suatu aktivitas tertentu selama kurun waktu tertentu pula.

Konsep tentang kinerja dingkapkan oleh (Dessler, 1992) yang mendefinisikan

kinerja sebagai prestasi kerja yaitu perbandingan antara hasil kerja yang nyata

dengan standar kerja yang ditetapkan. Dengan demikian, kinerja memfokuskan

(52)

mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan bahwa atasan dan bawahan sepakat

dengan tugas-tugasnya dan standar jabatan. Kedua, menilai kinerja berarti

membandingkan kinerja aktual atasan dengan standar yang telah ditetapkan, dan

ini mencakup beberapa jenis tingkat penilaian. Ketiga, sesi umpan balik berarti

kinerja dan kemajuan atasan dibahas dan rencana-rencana dibuat untuk

perkembangan apa saja yang dituntut.

Istilah kinerja sendiri berasal dari kataJob Performance atauactual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Pengertian kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang seharusnya memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu (Rivai, 2004).

Menurut Mangkuprawira (2011) kinerja adalah “kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan hasil seperti yang diharapkan. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu. Dengan demikian kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal yaitu kemampuan, keinginan, dan lingkungan”.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu

karyawan dengan karyawan yang lainnya yang berda dibawah pengawasannya.

Dalam kinerja terdapat dua variabel yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu

(53)

1. Variabel individual

Variabel individual adalah variabel yang meliputi sikap, karakteristik, sifat-sifat

fisik, minat dan motivasi, umur, pengalaman, jenis kelamin, pendidikan, serta

faktor individual lainnya.

2. Variabel situasional

Variabel situasional dapat dilihat dari faktor fisik dan pekerjaan yaitu metode

kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan

fisik, (penyinaran, temperatur dan ventilasi). Selain itu juga variabel situasional

dapat dilihat dari faktor social dan organisasi yang terdiri dari peraturan-peraturan

organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan

lingkungan sosial.

Menurut model partner-lawyer Donnelly,eyc all (1994), kinerja individu pada

dasarnya dipengeruhi oleh faktor-faktor:

1. Harapan mengenai imabalan 2. Dorongan

3. Persepsi terhadap tugas

4. Imabalan internal dan eksternal 5. Kemampuan, kebutuahandan sifat

6. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja

Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002) beberapa faktor yang

mempengaruhi kinerja yaitu :

1.Kemampuan mereka 2.Motivasi

3.Dukungan yang diterima

(54)

3. Penilaian Kinerja

“Menurut Irawan (1997) berpendapat bahwa penilaian kinerja karyawan sangat penting bagi organisasi maupun bagi karyawan. Penilaian kinerja adalah suatu cara dalam melakukan evaluasi terhadap prestasi kerja para karyawan dengan serangkaian tolak ukur tertentu yang obyektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang dan dilakukan secara berkala”.

“Menurut Rivai (2004) bahwa penilaian kinerja mengacu pada suati system formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dnean pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran”.

Penilain kinerja untuk dapat menilai kinerja karyawan secara obyektif dan akurat

adalah dengan mengukur tingkat kinerja karyawan. Pengukuran kinerja dapat juga

berfungsi sebagai upaya mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk

mengarahkan upaya karyawan melalui serangkaian prioritas tertentu, seperti

komunikasi. Adapun penilaian kinerja itu adalah sebagai berikut:

1. kuantitas kerja, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu

yang ditentukan.

2. Kualitas kerja, yaitu kulaitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat

kesesuaian dan kesiapannya.

3. Kreativitas, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang

muncul.

4. Pengetahuan mengenai pekerjaan, yaitu luasnya pengetahuan tentang pekerjaan

dan keterampilan yang dimiliki.

5. Kerjasama, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain sesama

anggota organisasi.

(55)

7. Ketergantungan,yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran

dalam melaksanakan pekerjaan.

8. Kualaitas pribadi, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

keramah-tamahan, dan integritas pribadi. (Turwahyudin, 2009).

4. Pengukuran Kinerja

Sehubungan dengan ukuran penilaian prestasi kerja maka kinerja pegawai,

menurut Dharma (dalam Iswahyu Hartati, 2005), diukur dengan

indikator-indikator sebagai berikut:

1. Kuantitas hasil kerja, yaitu meliputi jumlah produksi kegiatan yang

dihasilkan.

2. Kualitas hasil kerja, yaitu yang meliputi kesesuaian produksi kegiatan dengan

acuan ketentuan yang berlaku sebagai standar proses pelaksanaan kegiatan

maupun rencana organisasi.

3. Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, yaitu pemenuhan kesesuaian waktu

yang dibutuhkan atau diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan.

Pendapat lain dikemukan oleh Bernardin dan Russel (1993), ia mengajukan tiga

kriterian primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu:

1. Kualitas (Quality), merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang

diharapkan.

(56)

3. Ketepatan Waktu(Timeliness), merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi

output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain.

5. Dimensi Kinerja

1. Task Performance

Kinerja tugas melibatkan pola perilaku yang secara langsung terlibat

dalam produksi barang/jasa, atau kegiatan yang memberikan dukungan

langsung bagi proses inti teknis organisasi (Kahya: 2009).

2. Interpersonal Citizenship

Terjadi ketika rekan kerja satu sama lain membantu diluar persyaratan

kerja baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga

meningkatkan kinerja individu dan pada akhirnya memberikan kontribusi

bagi kelompok dan fungsi organisasi (Settoon&Mossholder, 2002 dalam

Bowler&Brass: 2006).

3. Organizational Citizenship

Disefinisikan sebagai “kinerja yang mendukung lingkungan social dan

psikologis dimana Task Performance terjadi (Organ, 1997 dalam Yones et.al: 2010).

4. Job Dedication

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Asuransi yang Memiliki Produk Asuransi Syariah
Tabel 1.2 Jumlah Karyawan AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang SyariahTanjung Karang
Grafik 1.1 Hasil Produksi AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Syariah
Gambar 2.1 Model Stres
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk Untuk mengetahui strategi

Impor produk jagung yang didistribusikan didalam maupun diluar Jawa Timur baik untuk konsumsi maupun industri sampai dengan tahun bulan Januari tahun 2014

Membuat suatu system berupa website yang dapat memberikan informasi data handphone yang diinginkan Customer, dengan melakukan pencarian dan menentukan parameter input system yang

• To provide economic and social benefits need creative people need more opportunities for wider participation, should be provided opportunities together for creative production and

Peserta didik dapat mendeskripsikan tentang: - - - - aspek keruangan konektivitas antar ruang aspek regional (letak Indonesia, sumberdaya alam) kondisi geografis - - -

[r]

Sebutkan tiga kerja sama yang dapat dilakukan di lingkung- an kelurahan atau desa.. Yudi setiawan | jasa pembuatan blog | pelatihan nge-blog untuk guru | pelajar dan umum

Pada pilihan User Account di control panel, klik account yang akan diubah  Pilih jenis8. perubahan